Anda di halaman 1dari 2

PERAN KELUARGA DALAM PENANGANAN KEKAMBUHAN

PASIEN GANGGUAN JIWA


A. Kekambuhan
Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit setelah tampaknya mereda (Dorland,
2002).
Kekambuhan yaitu kembalinya gejala – gejala penyakit sehingga cukup parah dan
mengganggu aktivitas sehari – hari dan memerlukan rawat inap dan rawat jalan yang
tidak terjadwal (Boyd dan Nihart, 1998)
B. Tanda – tanda kekambuhan
Tahap I : penderita memperlihatkan ketegangan yang berlebihan (overextension),
sering mengeluh cemas terus – menerus, tak dapat konsentrasi, lupa kata – kata
dalam pertengahan kalimat, adanya hambatan mental dalam aktivitas dan
penampilan diri yang menurun.
Tahap II : memperlihatkan keterbatasan tingkat kesadaran (retriction conciusness),
depresi, mudah bosan, apatis, obsesional dan fobia, mengeluh sakit di seluruh tubuh
(somatisasi), menarik diri dari aktivitas sehari – hari dan membatasi stimulus
eksternal.
Tahap III : kadang – kadang menunjukan penampilan psikotik, hipomania, gangguan
persepsi, gangguan isi pikir dan gagal memakai mekanisme pembelaan yang matang
Tahap IV : memperlihatkan gejala psikotik yang jelas, adanya halusinasi dan waham
secara terus menerus
Tahap V : penderita tidak lagi mengenal keluarga dan menganggap keluarga sebagai
penipu. Dapat pula penderita mengamuk.
Tahap VI : penderita nampak seperti robot dn bingung serta gelisah.
Jika muncul tanda – tanda di atas segera :
bantu klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan
segera kontrol ke RS, sehingga segera mendapat pertolongan.
C. Penyebab kekambuhan
Faktor – faktor yang menyebabkan kekambuhan :
1. Tidak teratur minum obat, pemakaian obar neuroleptik yang lama dapat
menyebabkan efek samping “tardive dyskinesia” (gerakan tidak terkontrol)
2. lingkungan dengan stressor tinggi
3. Keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi
4. Kurangnya aktivitas dan latihan serta suplai nutrisi.
D. Perawatan penderita di rumah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh keluarga dan lingkungan dalam merawat
pasien di rumah antara lain :
1. Memberikan kegiatan/ kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari – hari
2. selalu menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri dalam melakukan suatu
kegiatan, misalnya : makan bersama, bekerja bersama, bepergian dll.
3. meminta keluarga atau teman untuk menyapa klien, jik klien mulai menyendiri
atau berbicara sendiri
4. mengajak ikut aktif dan berperan serta dalam kegiatan masyarakat, misalnya :
pengajian, kerja bakti dll
5. berikan pujian, umpan balik atau dukungan untuk ketrampilan sosial yang dapat
dilakukan pasien
6. mengontrol kepatuhan minum obat secara benar sesuai dengan resep dokter
7. jika klien malas minum obat, anjurkan untuk minum obat secara halus dan emapti.
Hindari tindakan paksa yang menimbulkan trauma bagi pasien.
8. kontrol suasana lingkungan / pembicaraan yang dapat memancing terjadinya
marah
9. mengenali tanda – tanda yang muncul sebagai gejala kekambuhan
10. segera kontrol ke dokter/RS jika muncul perubahan perilaku yang menyimpang
atau obat habis.

Anda mungkin juga menyukai