Jurnal Purbakala
Jurnal Purbakala
Purbakala
Pada bagian tengah situs ini terdapat pendopo beraksitektur rumah limas khas
Palembang yang ditengahnya disimpan replika Prasasti Kedudukan Bukit dalam kotak kaca.
Arca Budha yang ditemukan di Bukit Siguntang pada sekitar tahun 1920-an
ini mempunyai ukuran tinggi 277 cm. Pada saat ditemukan tidak dalam keadaan utuh
melainkan ditemukan hanya bagian kepalanya saja, yang saat itu langsung disimpan
di Museum Nasional Jakarta. Beberapa bulan kemudian bagian badannya ditemukan.
Lalu di satukan dengan bagian kepalanya. Cara pembuatan Arca Budha ini mengikuti
gaya seni Amarawati yang berkembang di India Selatan pada abad II – V Masehi.
Meskipun demikian, berdasarkan perbandingan dengan pertanggalan temuan lain di
situs Bukit Siguntang, arca ini diperkirakan berasal dari sekitar abad VII – VIII
Masehi
Arca Budha ini dibuat dari batu granit yang banyak ditemukan di pulau
Bangka. Oleh karna itu, arca ini dibuat oleh masyarakat setempat. Bukan diimport
dari India. Gaya seni tersebut sampai di Palembang sebagai pusat kerajaan Sriwijaya
melalui hubungan agama. Langgam (gaya seni) Amarawati terlihat dari
penggambaran Arca Budha Bukit Siguntang yang memakai jubbah transparan yang
menutup kedua bahu, berambut keriting dan bersanggul (usnisa) dan di dahinya
terdapat bulatan (urna).
2. Prasasti Palas Pasemah
3. Prasasti Bungkuk
Arca Stambha adalah Arca yang dipasang di atas tugu untuk memperingati
suatu kejadian. Arca ini terdiri dari tiga makhluk gajah, gana dan singa. Gajah dan
Gana merupakan lambing dunia bawah. Pola gajah dan singa merupakan pola yang
popular di Indonesia dan India Timur antara abad ke 10-12 Masehi. Arca ini
merupakan candrasengkala yang menunjukan angka tahun 818 Saka.
5. Arca Nandi
Nandi adalah wahana atau kendaraan Dewa Siwa, yang berwujud binatang
lembu jantan. Arca ini aslinya terbuat dari batu putih dan ditemukan di Bumiayu.
Posisi kaki mendekam dan memakai hiasan kalung genta, kecil-kecil serta manik-
manik pada moncongnya sebagai pengikat.
6. Bata Berhias Flora
Bata kepas bermotif flora yaitu motif bunga teratai, berfungsi sebagai
penghias dinding candi. Temuan dari candi 3 Bumiayu, Tanah Abang, Muara Enim.
Kala merupakan salah satu tokoh Dewa Hindu yang bertugas memutar waktu
siang dan malam. Kepala Kala biasanya dipasang pada atas pintu masuk candi dengan
maksud untuk menolak roh jahat yang akan menggangu kesucian candi. Kepala Kala
ini ditemukan di Candi Bumiayu, Tanah Abang, Muaraenim.
9. Jaladwara
Jaladwara adalah saluran air yang dipergunakan untuk mengalirkan air yang
masuk bangunan candi, ujung dari saluran air adalah mulut binatang mitologi Hindu
yang bernama Makara. Makara adalah kendaraan Dewi Gangga, penguasa air.
Jaladwara pada umumnya ditempatkan disudut bangunan.
10. Antefiks
Makara adalah hiasan berbentuk ikan berkepala gajah, yang dimaksud sebagai
penolak bala. Sering dijumpai pada bangunan candi. Khususnya pada pipi tangga,
gapura, pintu, relung dan pancuran air sebagai hiasan. Makara ini ditemukan di
kawasan percandian Muarojambi, provinsi Jambi.
Dokumentasi
Gambar 3. ….