Anda di halaman 1dari 11

Kunjungan ke Museum Karanganyar atau Taman

Purbakala

Secara administratif, situs Karanganyar terletak di jalan Syakhyakirti, kelurahan


Karanganyar, kecamatan Gandus, Palembang. Situs Karanganyar terbagi atas tiga subsitus,
yaitu subsitus Karanganyar 1,2 dan 3. Yang terbesar adalah subsitus Karanganyar 1 berupa
sebuah kolam berdenah empat persegi panjang membujur arah utara-selatan berukuran
623˟325 meter. Subsitus Karanganyar kedua terletak di sebelah barat daya, dan terakhir situs
ketiga berada di sebelah timur subsitus karanganyar 1 dengan denah bujur sangkar berukuran
60˟60 meter.
Berdasarkan implementasi dan temuan dari foto udara tahun 1984 menunjukan bahwa
situs Karanganyar menampilakan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam
serta pulau buatan yang disusun rapi. Dapat dipastikan bahwa situs ini adalah buatan tangan
manusia.
Oleh pemerintahan Sumatera Selatan kawasan ini dipugar, kanal-kanalnya dirapikan
untuk dijadikan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya yang diresmikan oleh presiden
Soeharto pada tanggal 22 Desember 1994.

Gambar 1. Peresmian oleh Presiden (Dok. Pribadi)

Pada bagian tengah situs ini terdapat pendopo beraksitektur rumah limas khas
Palembang yang ditengahnya disimpan replika Prasasti Kedudukan Bukit dalam kotak kaca.

Gambar 2. Replika Prasasti Kedudukan Bukit (Dok. Pribadi)

Prasati ini menceritakan mengenai perjalanan Siddhayatra Dapunta Hyang yang


dianggap sebagai tonggak sejarah berdirinya kemaharajaan Sriwijaya.
Situs ini utamanya menampilkan struktur bangunan air berupa kolam, pulau buatan,
dan parit yang keberadaannya menjadi bukti kehadiran manusia yang menetap dalam jangka
waktu yang cukup lama. Diperkirakan penduduk yang dulu menghuni kawasan Karanganyar
menggali kanal atau parit seperti parit Suak Bujang, baik untuk saluran drainase tata air
penangkal banjir maupun sebagai sebagai sarana transportasi untuk menghubungkan daerah-
daerah pedalaman di sekitar situs dengan sungai musi.
Pada tahun 1985 dilakukan penggalian arkeologi dan berlanjut pada tahun 1989. Dari
penggalian ini banyak ditemukan benda-benda purbakala. Para ahli arkeologi berpendapat
bahwa sedikitnya temuan bangunan karena lokasi situs ini. Sriwijaya merupakan kerajaan
maritim yang berada di tepian sungai dan hutan lebat sumatera. Karena tidak terdapat gunung
berapi yang menyimpan batu, bangunan peribadatan, istana dan rumah penduduk dibuat dari
kayu atau bahan bata. Akibatnya, bangunan cepat rusak dalam jangka waktu 200 tahun.
Ditambah lagi dengan tingginya tingkat kelembapan serta kemungkinan banjir rutin dari
luapan sungai musi di dekatnya yang mudah dapat merusak bangunan kayu dan bata.
Setelah lebih dari satu dasawarsa didirikan, fungsi taman purbakala Kerajaan
Sriwijaya sebagai pusat informasi Sriwijaya dan sebagai daya tarik wisata budaya di
Palembang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian besar masyarakat kota
Palembang sekarang masih belum mengetahui keberadaan atau letak taman purbakala ini
sebagai penginggalan kerajaan Sriwijaya, apalagi sebagai pusat informasi tentang Sriwijaya.

Beberapa ini adalah benda-benda penginggalan yang ada di Museum Purbakala :


1. Arca Budha

Gambar 3. Arca Budha (Dok. Pribadi)

Arca Budha yang ditemukan di Bukit Siguntang pada sekitar tahun 1920-an
ini mempunyai ukuran tinggi 277 cm. Pada saat ditemukan tidak dalam keadaan utuh
melainkan ditemukan hanya bagian kepalanya saja, yang saat itu langsung disimpan
di Museum Nasional Jakarta. Beberapa bulan kemudian bagian badannya ditemukan.
Lalu di satukan dengan bagian kepalanya. Cara pembuatan Arca Budha ini mengikuti
gaya seni Amarawati yang berkembang di India Selatan pada abad II – V Masehi.
Meskipun demikian, berdasarkan perbandingan dengan pertanggalan temuan lain di
situs Bukit Siguntang, arca ini diperkirakan berasal dari sekitar abad VII – VIII
Masehi
Arca Budha ini dibuat dari batu granit yang banyak ditemukan di pulau
Bangka. Oleh karna itu, arca ini dibuat oleh masyarakat setempat. Bukan diimport
dari India. Gaya seni tersebut sampai di Palembang sebagai pusat kerajaan Sriwijaya
melalui hubungan agama. Langgam (gaya seni) Amarawati terlihat dari
penggambaran Arca Budha Bukit Siguntang yang memakai jubbah transparan yang
menutup kedua bahu, berambut keriting dan bersanggul (usnisa) dan di dahinya
terdapat bulatan (urna).
2. Prasasti Palas Pasemah

Gambar 4. Replika Prasasti Palas Pasemah (Dok. Pribadi)

Prasasti ini ditemukan di tepi sungai Way Pisang, kabupaten Lampung


Selatan. Berhuruf Pallawa dan berbahasa Jawa Kuno, tidak berangka tahun tetapi dari
segi paleografi. Diperkirakan berasal dari abad ke-7 Masehi. Isinya memuat kutukan
bagi yang tidak taat kepada raja Sriwijaya.

3. Prasasti Bungkuk

Gambar 5. Replika Prasasti Bungkuk (Dok. Pribadi)

Prasasti ini ditemukan di desa Bungkuk kabupaten Lampung Timur pada


tahun 1985. Dari segi paleografi prasasti ini diperkirakan sejaman dengan prasasti
Sriwijaya yang lain, yaitu sekitar abad ke-7 Masehi. Isi prasasti ini memuat kutukan
atau sumpah dengan bahasa yang lain dari Bahasa Melayu Kuno yang biasa.
4. Arca Stambha

Gambar 6. Arca Stambha (Dok. Pribadi)

Arca Stambha adalah Arca yang dipasang di atas tugu untuk memperingati
suatu kejadian. Arca ini terdiri dari tiga makhluk gajah, gana dan singa. Gajah dan
Gana merupakan lambing dunia bawah. Pola gajah dan singa merupakan pola yang
popular di Indonesia dan India Timur antara abad ke 10-12 Masehi. Arca ini
merupakan candrasengkala yang menunjukan angka tahun 818 Saka.
5. Arca Nandi

Gambar 7. Arca Nandi (Dok. Pribadi)

Nandi adalah wahana atau kendaraan Dewa Siwa, yang berwujud binatang
lembu jantan. Arca ini aslinya terbuat dari batu putih dan ditemukan di Bumiayu.
Posisi kaki mendekam dan memakai hiasan kalung genta, kecil-kecil serta manik-
manik pada moncongnya sebagai pengikat.
6. Bata Berhias Flora

Gambar 8. Bata Berhias Flora (Dok. Pribadi)

Bata kepas bermotif flora yaitu motif bunga teratai, berfungsi sebagai
penghias dinding candi. Temuan dari candi 3 Bumiayu, Tanah Abang, Muara Enim.

7. Arca Singa Xiling

Gambar 9. Arca Singa Xiling (Dok. Pribadi)

Arca ini ditemukan di wilayah candi Angsoka Palembang. Biasanya


diletakkkan di tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti di depan percandian.
Tujuannya adalah untuk menangkal makhluk jahat. Di Cina penjelmaan arca ini
diwujudkan dalam bentuk kesenian Barongsai.
8. Kapala Kala

Gambar. 10 Kepala Kala (Dok. Pribadi)

Kala merupakan salah satu tokoh Dewa Hindu yang bertugas memutar waktu
siang dan malam. Kepala Kala biasanya dipasang pada atas pintu masuk candi dengan
maksud untuk menolak roh jahat yang akan menggangu kesucian candi. Kepala Kala
ini ditemukan di Candi Bumiayu, Tanah Abang, Muaraenim.
9. Jaladwara

Gambar 11. Jaladwara (Dok. Pribadi)

Jaladwara adalah saluran air yang dipergunakan untuk mengalirkan air yang
masuk bangunan candi, ujung dari saluran air adalah mulut binatang mitologi Hindu
yang bernama Makara. Makara adalah kendaraan Dewi Gangga, penguasa air.
Jaladwara pada umumnya ditempatkan disudut bangunan.
10. Antefiks

Gambar 12. Antefiks (Dok. Pribadi)

Antefiks atau simbar merupakan hiasan bangunan candi bermotif flora.


Antefiks dikelompokkan menjadi dua, yaitu antefiks tengah dan antefiks sudut.
Antefiks sudut dipasang pada lis sudut bangunan, sednagkan antefiks tengah dipasang
ditengah lis. Antefiks-antefiks dipergunakan untuk menggambarkan candi sebagai
replika gunung mahameru tempat bersemayamnya para dewa. Antefiks tengah dan
sudut ini ditemukan di Candi Bumiayu, Tanah Abang, Muaraenim.
11. Bata Berhias Flora

Gambar 13. Bata Berhias Flora (Dok. Pribadi)

Di Candi Bumiayu ditemukan sejumlah bata lepas berelief flora yang


berfungsi sebagai penghias dinding candi. Hiasan flora ini tidak termasuk dalam motif
flora pada antefik. Ada beberapa variasi motif flora yaitu motif suluran, medalion dan
bunga. Motif suluran daun dari banggol, motif bunga teratai batang dan daun. Motif
bunga teratai dipilih karena teratai merupakan tumbuhan yang dihormati baik dalam
agama Budha maupun Hindu.
12. Mangkok Keramik

Gambar 14. Mangkok Keramik (Dok. Pribadi)

Mangkok-mangkok keramik ini ditemukan diperairan Bangka-Belitung dan


sisa kapal yang tenggelam. Keramik ini diperkirakan berasal dari Dinasti Tang pada abad
9-10 Masehi.
13. Arca Gajah

Gambar 15. Arca Gajah


Ditemukan di Candi Gumpung kawasan Percandian Muarojambi. Desa Muarojambi,
kecamatan Marosebo, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi. Acara terbuat dari
batu pasiran. Kepala Gajah berhias mahkota berupa rangkaian hiasan berbentuk mirip
daun.
14. Makara

Gambar 15. Makara (Dok. Pribadi)

Makara adalah hiasan berbentuk ikan berkepala gajah, yang dimaksud sebagai
penolak bala. Sering dijumpai pada bangunan candi. Khususnya pada pipi tangga,
gapura, pintu, relung dan pancuran air sebagai hiasan. Makara ini ditemukan di
kawasan percandian Muarojambi, provinsi Jambi.
Dokumentasi

Gambar 1. Foto Bersama pertugas di museum purbakala

Gambar 2. Wawancara dengan ….

Gambar 3. ….

Anda mungkin juga menyukai