Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INDIVIDU

PARASITOLOGI

NEMAHELMINTES DAN PLATYHELMINTES

NAMA : NUR AFIYAH SULAIMAN

NIM : H41113504

KELAS : Parasitologi B

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam yang atas kehendak-Nya kita
dapat merasakan nikmat yang tak terhingga di dunia ini sehingga makalah yang
berjudul “Nemathelminthes dan Platyhelmintes” ini dapat diselesaikan. Tak lupa
Shalawat dan salam tetap tercurahkan bagi Nabiyullah SAW yang telah meggulung
tikar-tikar kejahiliyahan bagi umat manusia dan menghamparkan permadani-
permadani kebaikan bagi umatnya.
Pada penulisan makalah ini, penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan,
namun karena semangat serta motivasi dari berbagai kalangan sehingga makalah ini
dapat diselesaikan. Disadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan sehingga kritik dan saran masih diperlukan untuk
pengembangannya lebih lanjut.

Makassar, 24 April 2014

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………......……
DAFTAR ISI………………………………………………………………..……..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….….………..
I.1. Latar Belakang………………...…………………………..…………..
I.2. Rumusan Masalah…………...………………………………….……..
I.3. Tujuan....................…………………………………………..…....……
BAB II PEMBAHASAN……………….....……………………………..…...…..
II.1 Nemathelmintes.....................................................................................
II.2 Platyhelmintes........................................................................................
BAB III PENUTUP…………………………………………………….…………
III.1. Kesimpulan….…………………………………………………........
III.2. Saran………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Cacing dari filum nemathelminthes ada yang hidup parasit pada manusia

dan hewan, misalnya Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, dan Trichinella

spiralis. Selain itu, banyak anggota filum nematoda yang merupakan hama pertanian

dan menyerang akar tumbuhan. Beberapa diantaranya merupakan nemathelminthes

yang merugikan karena hidup parasit pada pencernaan manusia .

Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani, Platy = Pipih dan Helminthes =

cacing. Oleh sebab itulah Filum platyhelminthes sering disebut Cacing Pipih.

Platyhelminthes adalah filum ketiga dari kingdom animalia setelah porifera dan

coelenterata. Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang paling sederhana.

Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit. Yang merugikan adalah

platyhelminthes yang hidup dengan cara parasit.

Oleh karena itu, maka akan dijelaskan dalam makalah parasitologi ini,

mengenai cacing nemahelmintes dan cacing platyhelmintes.

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Bagaimana itu cacing nemathelminthes?

2. Bagaimana itu cacing platyhelmintes?

I.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui ciri-ciri, siklus hidup dan peranan nemathelmintes.

2. Untuk mengetahui ciri-ciri, siklus hidup dan peranan nemathelmintes.


BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Nemathelmintes

Ciri-ciri nemathelminthes

1. Tubuh triploblastik dan berbentuk bulat panjang.

2. Disebut sebagai hewan pseudoselomata karena memiliki rongga semu.

3. Tubuh simetri bilateral.

4. Sistem respirasi melalui permukaan tubuh.

5. Memiliki kutikula yang berfungsi untuk melindungi diri dari enzim

pencernaan inang.

6. Memiliki alat ekskresi berupa sel glanduler.

7. Hampir semua jenis cacing dalam filum ini bersifat parasit dan menyebabkan

penyakit pada manusia.

8. Sistem perkembangbiakan Umumnya nemathelminthes berkembang biak

secara kawin dengan fertilisasi internal.

9. Organ kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda.

Beberapa jenis cacing yang tergolong ke dalam filum nemathelminthes, yaitu:

1. Ascaris Iumbricoides (cacing perut), hidup di dalam usus manusia dan

mengisap sari makanan yang ada di dalam usus.

2. Wuchereria bancrofti (cacing rambut), penyebab penyakit kaki gajah pada

manusia, larvanya disebarkan melalui gigitan nyamuk.

3. Ancylostoma duodenale (cacing tambang), hidup di dalam usus manusia dan

memiliki alat pengait untuk mencengkeram dan mengisap darah.


4. Enterobius vermicularis (cacing kremi), penyebab timbulnya rasa gatal terus-

menerus di sekitar dubur.

Cacing Ascaris lumbricoides dewasa hidup di dalam usus halus

manusia dan menyerap zat-zat makanan dari usus tersebut. Cacing ini dapat keluar

dari tubuh bersama feses. Apabila orang tersebut sakit panas maka cacing yang tidak

tahan berada dalam usus akan bergerak ke kerongkongan kemudian keluar melalui

mulut atau hidung penderita. Ukuran cacing jantan biasanya lebih kecil dengan ekor

membentuk kait atau bengkok, sedangkan cacing betina lebih besar dengan ekor

lurus.

Umumnya, cacing Ancylostoma duodenale disebut cacing tambang karena

penderita cacing ini biasanya orang-orang yang bekerja di pertambangan. Cacing ini

dapat masuk ke tubuh manusia melalui kulit kaki. Ancylostoma biasanya hidup di

dalam usus manusia. Dengan kait yang ada pada ekornya, cacing ini dapat

mencengkeram dinding usus kemudian mengisap darah penderita.

Enterobius vermicularis, cacing ini dikenal dengan cacing kremi. Cacing ini

dapat menyebabkan rasa gatal di sekitar dubur, terutama pada anak-anak. Cacing ini

dapat menyebabkan rasa gatal karena cacing betina biasanya bertelur di sekitar

dubur, dan pada waktu bertelur cacing betina mengeluarkan zat yang dapat

mengakibatkan rasa gatal sehingga penderita akan menggaruknya. Akibatnya, telur

cacing dapat menempel pada kuku penderita sehingga bila penderita makan tanpa

mencuci tangan terlebih dahulu maka telur cacing ini akan ikut tertelan. Di usus,

telur akan menetas kemudian menjadi dewasa. Jadi, cacing ini dapat menular secara

autoinfeksi. Selain itu, cacing ini juga dapat menular melalui makanan yang tidak

dibungkus sehingga tercemar cacing.

Cacing Trichinella spiralis biasanya hidup di usus manusia dan karnivora

lainnya. Di dalam usus, cacing betina dewasa menghasilkan larva yang dapat
menembus dinding usus sehingga masuk ke aliran darah. Di dalam aliran darah,

cacing kemudian menuju otot. Di otot larva membentuk sista dan dapat melanjutkan

daur hidupnya bila otot termakan hewan atau manusia. Penyakit yang disebabkan

oleh cacing ini disebut trichinosis.

Wuchereria bancrofti (cacing filaria). Cacing ini disebut filaria karena

tubuhnya berbentuk gilig dan mirip benang. Cacing filaria hidupnya di dalam

pembuluh getah bening atau pembuluh limfa di kaki. Cacing ini dapat menyumbat

pembuluh limfe sehingga menyebabkan pembengkakan pada kaki dan kaki menjadi

besar seperti kaki gajah. Oleh karena itu, penyakit yang disebabkan oleh cacing

filaria sering disebut dengan penyakit kaki gajah atau elephantiasis.

II.2 Platyhelmintes

Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy = pipih, helminthes = cacing)

atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedah lebih maju

dibandingkan porifera dan Coelenterata. Platyhelminthes merupakan cacing yang

tergolong triploblastik aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri

dari ektoderma, endoderma, dan mesoderma. Namun, mesoderma cacing ini tidak

mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel

khusus.

Tubuh pipih dosoventral dan tidak bersegmen. Umumnya, golongan cacing

pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme

lain. Cacing golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya. Beberapa contoh

Platyhelminthes adalah Planaria yang sering ditemukan di balik batuan (panjang 2-3

cm), Bipalium yang hidup di balik lumut lembap (panjang mencapai 60

cm), Clonorchis sinensis, cacing hati, dan cacing pita.

Ciri tubuh Platyhelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi

tubuh, dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut :


1. Ukuran dan bentuk tubuh

Platyhelminthes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang

berukuran hampir microskopis hingga yang panjangnya 20 cm. Tubuh

Platyhelminthes simetris bilateral dengan bentuk pipih. Diantara hewan

simetris bilateral, Platyhelminthes memiliki tubuh yang paling sederhana.

2. Struktur dan fungsi tubuh

Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut

hewan aselomata. Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus

(tanpa anus). Usus bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya. Platyhelminthes

tidak memiliki sistem peredaran darah (sirkulasi). Platyhelminthes juga tidak

memiliki sistem respirasi dan eksresi. Pernapasan dilakukan secara difusi

oleh seluruh sel tubuhnya. Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih.

Sistem eksresi pada kelompok Platyhelminthes tertentu berfungsi untuk

menjaga kadar air dalam tubuh. Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki

sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga taki terdiri dari sepasang simpul

saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang-

cabang melintang seperti tangga. Organ reproduksi jantan (testis) dan organ

betina (Ovarium) Platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga

disebut hewan hemafrodit. Alat reproduksi terdapat pada bagian ventral

tubuh.

3. Cara hidup dan habitat

Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.

Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan

kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit

hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Habitat Platyhelminthes

yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap.
Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit)

pada siput air, sapi, babi, atau manusia.

4. Reproduksi

Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual.

Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet. Fertilisasi ovum oleh

sperma terjadi di dalam tubuh (internal). Fertilisasi dapat dilakukan sendiri

ataupun dengan pasangan lain. Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh

semua Platyhelminthes. Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat

melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi),

kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.

5. Klasifikasi

Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas,

yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing hisap),Monogenea,

dan Cestoda (cacing pita). Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang

menggunakan bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria.

Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan kait untuk

melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini hidup sebagai parasit

pada manusia dan hewan. Beberapa contoh Trematoda adalah Fasciola

(cacing hati), Clonorchis, dan Schistosoma. Kelas Cestoda memiliki kulit

yang dilapisi kitin sehingga tidak tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing

ini merupakan parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T.

Saginata. Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada usus

inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur yang telah dibuahi

dan di dalamnya terkandung larva yang disebut onkosfer.


Siklus Hidup Fasciola hepatica

Telur (bersama feces) -> larva bersilia (mirasidium) -> siput air (lymnea auricularis

atau lymnea javanica) -> sporokista -> redia -> serkaria -> keluar dari tubuh siput ->

menempel pada rumput / tanaman air -> membentuk kista (metaserkaria) ->

dimakan domba(hepatica)/sapi(gigantica) -> usus -> hati -> sampai dewasa

Siklus Hidup Chlornosis sinensis

Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia

-> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> ikan air tawar (menempel di

ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria) -> ikan dimakan -> saluran pencernaan

-> hati -> sampai dewasa

Siklus Hidup Schistosoma javanicum

Telur (bersama feces) -> mirasidium -> siput air -> sporosista -> menghasilkan redia

-> menghasilkan serkaria -> keluar dari tubuh siput -> menembus kulit manusia ->

pembuluh darah vena

Siklus Hidup Taenia saginata / Taenia Solium

Proglotid (bersama feces) -> mencemari makanan babi -> babi -> usus babi (telur

menetas jadi hexacan) -> aliran darah -> otot/daging (sistiserkus) -> manusia -> usus

manusia (sistiserkus pecah -> skolex menempel di dinding usus) -> sampai dewasa

di manusia -> keluar bersama feces


BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

1. Nemathelmintes merupakan cacing yang memiliki tubuh triploblastik dan

berbentuk bulat panjang. Ia disebut sebagai hewan pseudoselomata karena

memiliki rongga semu. Tubuhnya simetri bilateral dan sistem respirasi

melalui permukaan tubuh.

2. Platyhelmintes atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur

tubuhnya sedah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata.

Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik aselomata

karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma, endoderma,

dan mesoderma.

III.2 Saran

Sebaiknya disertakan gambar agar lebih menarik dan mudah dipahami.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Klasifikasi Nemathelminthes (Nematoda) http://www.galeri

pustaka.com/. Diakses pada 21 April 2014 12:54 WITA. Makassar.

Diana Adi, I Ketut. 2008. Mengenal Phylum Platyhelmintes

http://gurungeblog.com/. Diakses pada 21 April 2014 12:43 WITA. Makassar.

Anonim, 2013. Klasifikasi Platyhelmintes. http://wikipedia.com/. Diakses

pada 21 April 2014 14:17 WITA. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai