Anda di halaman 1dari 8

MITL

Media Ilmiah Teknik Lingkungan


Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016
Artikel Hasil Penelitian, Hal. 1-8

Pengolahan Limbah Tahu dan Tempe dengan Metode Teknologi Tepat Guna
Saringan Pasir sebagai Kajian Mata Kuliah Pengetahuan Lingkungan

Muh. Azhari
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
email: arymuh@gmail.com

ABSTRAK. Limbah yang dihasilkan dari industri tahu dan tempe diantaranya
limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Salah satu limbah tersebut seperti
limbah cair tahu dan tempe jika tidak dikelola dengan baik akan menjadi
permasalahan lingkungan yang membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya dalam
menangani masalah limbah cair tersebut. Pengolahan limbah tahu dan tempe
dengan metode teknologi tepat guna saringan pasir menggunakan material
diantaranya seperti pasir, arang sekam padi, kain katun dan kapur dengan
menyiapkan 3 (tiga) buah tabung paralon dengan panjang 150 (seratus lima puluh)
cm dan lebar 2,5 inci, yang digunakan secara bergantian pada limbah cair tahu dan
tempe. Masing-masing tabung paralon diprevarasi menggunakan pasir, arang
sekam padi, dan kapur dengan perbandingan campuran media saring 1 : 1 : 1
yaitu pasir, kapur, dan arang sekam padi serta kain katun. Kemiringan tabung
paralon saat melakukan proses saringan limbah cair adalah 30o. Dapat
meminimalisir sifat fisik limbah cair menjadi lebih baik. Sifat fisik limbah cair
tersebut diantaranya seperti warna, bau, rasa, kekentalan, kekeruhan, dan
temperatur.

Kata kunci : limbah cair, tahu tempe, saringan pasir, teknologi tepat guna

PENDAHULUAN Lingkungan biotik maupun abiotik


Lingkungan merupakan jumlah semua selalu mengalami perubahan, baik secara tiba-
benda hidup dan mati serta seluruh kondisi tiba maupun perlahan-lahan. Perubahan
yang ada di dalam ruang yang ditempati. tersebut sangat erat hubungannya dengan
Secara garis besar, ada 2 (dua) macam ekosistem yang mempunyai stabilitas tertentu.
lingkungan yaitu lingkungan fisik (abiotik) Makin besar keanekaragaman jenis hutan di
dan biotik. Lingkungan fisik (abiotik) adalah daerah tropis yang mengandung banyak aneka
segala benda mati dan keadaan fisik yang ada ragam tumbuh-tumbuhan dan hewan di
di sekitar individu-individu misalnya: batu- dalamnya makin besar pula peluang bagi
batuan, mineral, air, udara, unsur-unsur iklim, kelestarian lingkungan tersebut, contohnya
cuaca, suhu, kelembaban, angin, faktor gaya pada aktivitas pembuatan tahu dan tempe.
berat, dan lain-lain. Sedangkan, lingkungan Bahan utama yang digunakan dalam
biotik adalah segala makhluk hidup yang ada pembuatan tahu dan tempe adalah kacang
di sekitar individu baik tumbuh-tumbuhan, kedelai yang merupakan sumber makanan
hewan, dan manusia. Tiap unsur biotik ini yang dapat diperoleh dengan harga murah
berinteraksi antar biotik dan juga dengan serta mengandung protein tinggi. Proses
lingkungan fisik (abiotik). pengolahan tahu dan tempe selalu
menghasilkan limbah baik padat maupun
Pengolahan Limbah Tahu dan Tempe ... 2

limbah cair. Limbah adalah bahan yang Alternatif pengolahan limbah yang bisa
berlebihan yang tidak memiliki nilai dilakukan adalah dengan menggunakan
ekonomi. Limbah padat yang dihasilkan saringan yang di prevarasi dengan campuran
dalam proses produksi tahu dan tempe berupa pasir, arang sekam padi, dan kapur. Campuran
daun pisang atau plastik, sedangkan limbah media tersebut yang selanjutnya dalam
cair yang dihasilkan berupa padatan penelitian ini disebut sebagai metode
tersuspensi dan bahan organik terlarut yang teknologi tepat guna.
banyak mengandung protein dan asam amino Kelebihan atau potensi masing masing
yang dapat menganggu lingkungan khususnya material adalah sebagai berikut:
kualitas fisik air di lingkungan pemukiman 1. Pasir berfungsi sebagai material penyaring
masyarakat. partikel-partikel yang ada dalam sumber
Pemantauan lingkungan adalah air yang keruh secara fisik akan tertahan
pengukuran pada komponen atau parameter oleh lapisan pasir.
lingkungan yang dilakukan secara berulang- 2. Arang sekam padi berfungsi menyerap zat-
ulang (periodik) untuk mengetahui adanya zat yang mengotori air, juga menyerap bau
perubahan lingkungan akibat adanya kegiatan serta warna sehingga menghasilkan air
proyek atau industri rumah tangga seperti jernih.
pembuatan tahu dan tempe. Produsen tahu 3. Kain katun berfungsi membersihkan air
dan tempe yang belum mengerti akan dari kotoran dan organisme yang ada di
kebersihan serta kelestarian lingkungan serta dalam air keruh.
tingkat ekonomi yang masih rendah penyebab 4. Kapur bekerja mengatur keasaman air agar
pengolahan limbah cair tidak ditangani secara menjadi netral (pH 7 - 8).
tepat bahkan dianggap menjadi beban yang Oleh karena itu, atas dasar inilah
cukup berat. Keberadaan industri tahu dan dilakukan penelitian mengenai “Pengolahan
tempe harus selalu didukung baik oleh Limbah Tahu dan Tempe dengan Metode
pemerintah maupun oleh masyarakat karena Teknologi Tepat Guna Saringan pasir sebagai
makanan tahu dan tempe merupakan makanan Kajian Mata Kuliah Pengetahuan
yang digemari oleh hampir seluruh lapisan lingkungan.”
masyarakat Indonesia, disamping nilai gizinya
tinggi serta mudah dijangkau oleh METODE PENELITIAN
masyarakat. Alat dan Bahan
Limbah cair yang dihasilkan dari Alat yang digunakan dalam penelitian
industri tahu dan tempe sebelum dibuang ke ini adalah Kertas label, Alat tulis menulis,
lingkungan haruslah dilakukan pengolahan Tabung paralon, Mikroskop, Rak tabung
terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar reaksi, Kaca benda cekung, Kaca penutup,
limbah cair tersebut tidak mencemari Pipet tetes, Tabung reaksi, Kawat saring,
lingkungan dan kualitas lingkungan yang Lampu neon, Senter, Open kue, Gelas arloji,
sehat tetap terjaga. Limbah yang berasal dari Botol film, Pelor sepeda motor, Stopwatch,
industri olahan makanan, merupakan tempat Kompor, Lampu spiritus, Toples, Jaring, dan
yang subur untuk berkembangbiaknya Kamera. Adapun bahan yang digunakan
mikroorganisme, terutama mikroba pathogen. dalam penelitian adalah arang sekam padi,
Mikroba patogen yang berkembangbiak pasir, dan kapur serta limbah cair tahu dan
dalam air tercemar menyebabkan timbulnya tempe setelah 12 jam dihasilkan dan
berbagai penyakit dan semuanya merupakan menunjukkan perubahan fisik seperti bau, dan
penyakit yang dapat menular dengan mudah. perubahan warna.
Kelestarian lingkungan bergantung pada
kualitas lingkungan itu sendiri, dengan Prosedur Penelitian
catatan dapat memberikan daya dukung yang Berdasarkan alat dan bahan yang akan
optimal bagi kelangsungan hidup manusia, digunakan dalam penelitian ini maka peneliti
hewan dan tumbuhan di suatu wilayah. melakukan prosedur penelitian sebagai
berikut:

M. Azhari/MITL Vol. 1 No. 2 (2016):1-8


Pengolahan Limbah Tahu dan Tempe ... 3

1. Menyiapkan 3 (tiga) buah tabung paralon dan temperatur serta ada tidaknya
dengan panjang 150 (seratus lima puluh) mikroorganisme didalam limbah cair tahu
cm dan lebar 2,5 inc, yang digunakan dan tempe dengan cara sebagai berikut:
secara bergantian pada limbah cair tahu a. Pengujian pertama yang dilakukan
dan tempe. Masing-masing tabung paralon peneliti adalah pengujian bau pada
diprevarasi menggunakan pasir, arang masing-masing sampel limbah cair
sekam padi, dan kapur dengan yang sudah disaring di dalam toples
perbandingan campuran media saring 1 : 1 menggunakan indra penciuman dengan
: 1 yaitu pasir, kapur, dan arang sekam cara mengkalibrasi indra penciuman
padi serta kain katun. Kemiringan tabung menggunakan air jernih hal ini
paralon saat melakukan proses saringan dilakukan setiap akan mencium bau
limbah cair adalah 30o. masing masing sampel limbah cair dan
2. Sampel saringan pasir yang diprevarasi dibantu oleh beberapa orang selain
dengan pasir, kapur, dan arang sekam padi peneliti sendiri.
serta kain katun ini akan dilakukan b. Menguji warna limbah cair tahu dan
pengulangan sebanyak 3 (tiga) kali ulangan tempe menggunakan indra penglihatan
pada perlakuan yang diberikan. pada setiap sampel filtrat.
3. Saringan pasir yang dibuat pada ke 3 (tiga) c. Mengukur temperatur masing–masing
buah tabung paralon tersebut di prevarasi filtrat menggunakan thermometer.
dengan cara sebagai berikut: d. Menguji kekentalan filtrat
a. Pada ujung tabung paralon diikat kain menggunakan tabung kaca dari lampu
katun sebagai penyaring sekaligus neon dengan jumlah 3 (tiga) buah yang
penahan agar pasir tidak terbawa digunakan secara bergantian pada
limbah cair tahu dan tempe perlakuan filtrat limbah cair tahu dan tempe, pelor
ini dilakukan pada setiap dasar tabung sepeda motor dengan jumlah 3 (tiga)
paralon. biji. Mengukur waktu yang diperlukan
b. Saringan pasir yang diprevarasi dengan pelor mencapai dasar tabung dengan
beberapa suplemen diantaranya arang stopwatch. Pengujian ini juga bisa
sekam padi, dan kapur masing-masing menggunakan indra.
bahan saringan yang akan digunakan e. Menguji kekeruhan filtrat dengan
adalah 1 (satu) kilogram pada indra.
perlakuan dan ulangan yaitu tabung f. Melakukan pengujian sifat biologis
paralon diisi dengan pasir dibagian limbah cair tahu dan tempe di bawah
paling atas kemudian kapur dan yang mikroskop dengan langkah berikut:
dibagian paling bawah adalah arang 1) Pengambilan sampel limbah cair tahu
sekam padi serta kain katun dan tempe setelah 12 (dua belas) jam
4. Setelah limbah cair tersebut disaring dihasilkan dalam pembuatan tahu
dengan prevarasi saringan pasir tersebut dan tempe serta belum diberikan
masing–masing filtrat disimpan dengan perlakuan apapun.
kantung plastic atau botol film serta 2) Sampel limbah yang sudah diambil
dimasukkan ke dalam toples. disimpan di dalam tabung reaksi.
5. Jumlah toples yang digunakan dalam 3) Menggunakan 6 (enam) buah tabung
penelitian ini adalah 2 (dua) buah toples reaksi yaitu 3 (tiga) buah tabung
yang ukuran 2 (dua) liter 1 (satu) buah reaksi untuk sampel filtrat limbah
toples untuk limbah cair tahu yang sudah cair tahu dan 3 (tiga) tabung reaksi
disaring dengan saringan pasir dan 1 (satu) untuk sampel filtrat limbah cair
buah toples untuk limbah cair tempe yang tempe
sudah disaring dengan saringan pasir. 4) Mengambil sampel masing-masing
6. Menguji filtrat yang sudah dihasilkan filtrat limbah cair yang akan diamati
mengenai sifat fisik dan biologis antara dibawah miroskop menggunakan
lain bau, warna, kekentalan, kekeruhan, pipet tetes yang berbeda pada setiap

M. Azhari/MITL Vol. 1 No. 2 (2016):1-8


Pengolahan Limbah Tahu dan Tempe ... 4

sampel limbah cair tahu dan tempe


serta menggunakan kaca benda
cekung dengan kaca penutup.
5) Setiap melakukan pengamatan
limbah cair tahu dan tempe
menggunakan kaca benda cekung
serta kaca penutup yang digunakan
dilewatkan di atas lampu spiritus
agar steril.
6) Penetesan sampel limbah cair dalam Gambar 1. Ilustrasi desain saringan pasir
pengujian sifat biologis
menggunakan metode tetesan Diantara sifat fisik limbah yang diteliti
bergantung. adalah bau, warna, temperatur, kekeruhan,
7) Mengamati masing-masing sampel dan kekentalan.
dibawah mikroskop serta a. Bau
menentukan ada tidaknya Bau merupakan sesuatu yang dapat
mikroorganisme di dalam limbah cair dirasai oleh indra penciuman seperti anyir,
tahu dan tempe. busuk, sedap, dan harum. Adapun data hasil
8) Mengumpulkan data-data yang penelitian mengenai bau limbah cair tahu dan
diperoleh dalam penelitian serta tempe dirangkum dalam Tabel 1.
memberikan kesimpulan dari hasil Tabel 1. Bau limbah cair tahu dan tempe
penelitian yang telah dilakukan oleh Sifat fisik limbah cair (bau)
Sampel Ulangan Tahu Tempe
peneliti mengenai sifat fisik dan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
biologis limbah cair tahu dan tempe. A1 √ - √ -
A2 √ - √ -
g. Pencatatan data hasil pengamatan A
A3 √ - √ -
Data hasil pengamatan di catat dalam Ket:
√ : berbau busuk
tabel pengamatan yang dilampirkan - : tidak berbau busuk
oleh peneliti yaitu mengenai sifat fisik
limbah cair tahu dan tempe Bau pada limbah tahu dan tempe
diantaranya adalah bau, warna, pH, berkurang setelah disaring dengan saringan
temperatur, kekentalan, dan pasir yang diprevarasi dengan suplemen arang
kekeruhan. sekam padi dan kapur. Bau limbah hasil
saringan juga hilang jikia dibiarkan lebih dari
HASIL DAN PEMBAHASAN 6 (enam) hari. Bau limbah cair tahu dan
Limbah cair tahu dan tempe memiliki tempe sebelum disaring memiliki bau yang
warna, busa, endapan, bau yang sangat busuk, anyir, atau tidak sedap sedangkan
menyengat. Perubahan sifat fisik limbah limbah cair tahu dan tempe hasil penyaringan
tersebut terjadi setelah 12 (dua belas) jam. juga masih memiliki bau akan tetapi baunya
Untuk itu diperlukan sebuah cara untuk tidak setajam bau limbah cair tahu dan tempe
meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh sebelum disaring. Bau ini disebabkan oleh
limbah cair tahu dan tempe tersebut. molekul-molekul organik seperti lipoksidase
Diantaranya dengan cara pengolahan limbah yang tidak bisa disaring secara efektif oleh
tahu dan tempe dengan metode teknologi saringan pasir dengan suplemen arang sekam
tepat guna saringan pasir. padi.
Sifat bau limbah tersebut juga
disebabkan adanya zat-zat organik yang telah
terurai dalam limbah sehingga mengeluarkan
gas-gas seperti sulfida amoniak, nitrogen,
sulfur dan fospor yang berasal dari
pembusukan protein yang dikandung limbah.
Bau yang keluar dari dalam air dapat

M. Azhari/MITL Vol. 1 No. 2 (2016):1-8


Pengolahan Limbah Tahu dan Tempe ... 5

langsung berasal dari bahan buangan atau air Warna limbah cair tahu dan tempe sebelum
limbah dari kegiatan industri, atau dapat pula disaring dengan saringan pasir adalah kuning
berasal dari hasil degradasi bahan buangan sedangkan limbah cair tempe berwarna coklat
oleh mikroba yang hidup didalam air. Bahan muda. Warna limbah cair tahu dan tempe
buangan industri yang bersifat organik atau setelah disaring tampak bening. Setelah
bahan buangan dan air limbah dari kegiatan melakukan beberapa kali pengulangan, filtrat
industri pengolahan bahan makanan yang dihasilkan tetap memiliki warna yang
seringkali menimbulkan bau yang sangat sama atau tidak menimbulkan kejenuhan pada
menyengat. Mikroba di dalam air akan saringan pasir dan suplemen arang sekam
mengubah bahan organik, terutama gugus padi yang digunakan.
protein, secara degradasi menjadi bahan yang Berubahnya warna setelah penyaringan
mudah menguap dan berbau. sebagai indikator berkurangnya partikel-
Berkurangnya bau sampel limbah partikel organik dan anorganik yang terlarut
setelah disaring mengindikasikan dalam sampel. Berkurangnya partikel-partikel
berkurangnya jumlah partikel organik. ini karena sebagian terserap dan atau tertahan
Indikator berkurangnya partikel organik yang oleh partikel penyaring. Pasir dengan ukuran
terlarut dalam limbah setelah disaring 0,0001-0,0003 mm, sekam padi dan kapur
diantaranya adalah berkurangnya bau, dapat menahan partikel-partikel yang
hilangnya bau setelah beberapa hari dan berukuran besar. Selain itu arang sekam padi
berkurang jumlah atau tekanan gas pada yang merupakan karbon berstruktur amorf
limbah seperti yang dikatakan bahwa dan bersipat basa dapat mengabsorb zat-zat
mikroorganisme akan tumbuh subur pada pewarna dan ion-ion logam. Demikian juga
limbah yang banyak mengandung senyawa- untuk kapur, dapat menetralkan asam dan
senyawa organik. Mikroorganisme akan menyerap zat warna serta ion-ion tertentu.
mendekomposisi (mengurai) senyawa organik Dengan alasan inilah warna setelah perlakuan
tersebut dan menghasilkan senyawa atau gas penyaringan menjadi berkurang.
buangan. Dengan demikian berkurangnya bau Bahan buangan dari kegiatan industri
dan tekanan gas peneliti jadikan sebagai yang berupa bahan anorganik dan bahan
indikator berkurangnya partikel organik pada organik seringkali dapat larut didalam air.
sampel hasil saringan. Apabila bahan buangan dan air limbah
industri dapat larut dalam air maka akan
b. Warna terjadi perubahan warna air. Air dalam
Warna limbah cair tahu adalah kuning keadaan normal dan bersih tidak akan
sedangkan limbah cair tempe berwarna coklat berwarna, sehingga tampak bening dan jernih.
muda. Adapun data hasil penelitian mengenai Air normal yang dapat digunakan untuk suatu
keadaan warna limbah cair tahu dan tempe kehidupan pada umumnya tidak berwarna.
adalah seperti yang terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Warna limbah cair tahu dan tempe c. Temperatur
Sifat fisik limbah cair (warna) Temperatur dalam kamus bahasa
Sampel Ulangan Tahu Tempe
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Indonesia berarti suhu. Adapun data hasil
A1 √ - √ - penelitian mengenai temperatur limbah cair
A A2 √ - √ -
A3 √ - √ - tahu dan tempe dirangkum dalam Tabel 3.
Ket: Tabel 3. Temperatur.
√ = berwarna kuning Sifat fisik limbah cair (suhu)
- = bening Tahu Tempe
Sampel Ulangan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Warna dalam air disebabkan adanya A1 22oC 21oC 21oC 24oC
A2 22oC 23oC 21oC 24oC
ion-ion logam besi dan mangan (secara A
A3 22oC 23oC 21oC 25oC
alami), humus, plankton, tanaman air dan
buangan industri. Warna timbul akibat suatu Suhu atau temperatur sangat
bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, di berpengaruh terhadap sifat fisik limbah yang
samping adanya bahan pewarna tertentu yang lain seperti bau, warna, kekentalan, dan
kemungkinan mengandung logam berat.

M. Azhari/MITL Vol. 1 No. 2 (2016):1-8


Pengolahan Limbah Tahu dan Tempe ... 6

kekeruhan. Dengan adanya suhu pada limbah kekentalan limbah cair tahu dan tempe
tahu dan tempe tersebut akan mendukung terdapat pada Tabel 4.
aktivitas kehidupan mikroorganisme yang Tabel 4. Kekentalan
berfungsi mendekomposisikan bahan organik Sifat fisik limbah cair (kekentalan)
Sampel Ulangan Tahu Tempe
yang tersuspensi didalam limbah cair. Suhu Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
merupakan sifat fisik yang dapat A1 √ - √ -
A A2 √ - √ -
menghubungkan ekologi dengan kebutuhan A3 √ - √ -
nutrisi mikroorganisme baik yang saprofit Ket:
maupun yang parasit. Pada penelitian ini √ = kental
- = tidak kental
pengukuran suhu atau temperatur
menggunakan thermometer. Suhu limbah cair Kekentalan limbah cair tahu dan tempe
tahu dan tempe sebelum disaring berkisar diperoleh dengan menggunakan indra, setelah
antara 21oC-22oC. Limbah cair tahu dan melakukan penyaringan menggunakan
tempe setelah saringan penyaringan berkisar saringan pasir. Dari hasil pengamatan
21oC-25oC. Berarti pada suhu kisaran 21oC- menunjukkan, bahwa limbah cair tersebut
25oC merupakan suhu yang masih bisa terjadi tidak kental melainkan encer seperti air biasa
kehidupan mikroorganisme karena dari suhu karena bahan organik yang tersuspensi di
10oC-85oC mikroorganisme pathogen masih dalam limbah cair tersebut berhasil disaring
bisa melakukan pertumbuhan. dan mengendap di atas permukaan pasir.
Peningkatan suhu dapat sebagai Kekentalan terdiri dari bahan padat organik
indikator adanya aktivitas kimiawi dan maupun anorganik yang larut, mengendap
biologis oleh mikroorganisme. Dari bahasan maupun tersuspensi. Bahan ini akan
indikator sebelumnya (bau, warna) peneliti mengendap pada dasar air yang lama
simpulkan bahwa partikel dalam sampel hasil kelamaan menimbulkan pendangkalan pada
saringan berkurang. Walaupun suhu dasar badan penerima. Akibat lain dari
diakibatkan oleh panas yang dilepaskan dari kekentalan ini menimbulkan tumbuhnya
aktivitas kimiawi penguraian atau tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun
dekomposisi senyawa organik oleh bagi makhluk lain. Kekentalan menunjukkan
mikroorganisme, namun menurut peneliti banyaknya lumpur terkandung dalam limbah
kenaikan suhu ini tidak disebabkan oleh air.
aktivitas kimiawi atau biologi dari partikel Kekentalan atau banyaknya endapan
terlarut. Hal ini berdasarkan bahasan dan koloidal serta bahan yang terlarut berasal
sebelumnya bahwa bau dan tekanan gas dari adanya bahan buangan industri yang
berkurang serta warna menjadi bening berbentuk padat. Bahan buangan industri
mengindikasikan berkurangnya partikel yang berbentuk padat kalau tidak dapat larut
terlarut. Oleh karena itu menurut peneliti sempurna akan mengendap di dasar sungai
kenaikan suhu ini diakibatkan oleh partikel dan yang dapat larut sebagian akan menjadi
penyaring. Diketahui bahwa partikel padat koloidal. Endapan sebelum sampai ke dasar
(partikel penyaring) suhunya lebih tinggi dari sungai akan melayang di dalam air dan
suhu zat cair (limbah), selain itu partikel menghalangi masuknya sinar matahari ke
kapur jika terlarut dalam air akan bereaksi dalam lapisan air. Padahal sinar matahari
menghasilkan basa Ca(OH)2 dan melepaskan sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk
panas. Jadi peningkatan suhu ini akibat dari melakukan fotosintesis. Karena tidak ada
partikel padat atau dari kapur tersebut. sinar matahari maka proses fotosintesis tidak
dapat berlangsung. Akibatnya, kehidupan
d. Kekentalan mikroorganisme menjadi terganggu.
Kekentalan berasal dari kata kental Apabila endapan dan koloidal yang
yang memperoleh awalan ke dan akhiran an, terjadi berasal dari bahan buangan organik,
kental merupakan sifat yang tidak terlalu maka mikroorganisme, dengan bantuan
encer. Adapun data hasil penelitian mengenai oksigen yang terlarut di dalam air, akan
melakukan degradasi bahan organik tersebut

M. Azhari/MITL Vol. 1 No. 2 (2016):1-8


Pengolahan Limbah Tahu dan Tempe ... 7

sehingga menjadi bahan yang lebih kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein
sederhana. Dalam hal ini kandungan oksigen dan ganggang yang terdapat dalam limbah.
dalam air akan berkurang sehingga organisme
lain yang memerlukan akan terganggu pula. KESIMPULAN
Maka dari itu, pembuangan limbah tahu dan Berdasarkan hasil analisis data dan
tempe oleh para pengrajin tidak diperhatikan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik
dengan baik, serta kurangnya pemahaman dan kesimpulan bahwa:
ilmu mengenai kesehatan lingkungan maka 1. Ada pengaruh pengolahan limbah tahu dan
ketidakstabilan atau kerusakan akan terjadi tempe menggunakan teknologi tepat guna
seperti pencemaran air. saringan pasir dengan suplemen tambahan
e. Kekeruhan terhadap kualitas limbah cair terutama
Kekeruhan berasal dari kata keruh yang pada parameter fisik dan biologis.
diberikan awalan ke dan akhiran an. 2. Penelitian mengenai pengolahan limbah
Kekeruhan merupakan keadaan tentang air tahu dan tempe menggunakan teknologi
yang kotor dan tidak jernih, buram, tidak tepat guna saringan pasir sebagai kajian
bening atau keadaan keruh. Adapun data hasil mata kuliah pengetahuan lingkungan
penelitian mengenai kekeruhan limbah cair memang berpotensi berdasarkan hasil
tahu dan tempe dirangkum dalam Tabel 5. penelitian yang telah dilakukan serta
Tabel 5. Kekeruhan silabus mata kuliah pengetahuan
Sifat fisik limbah cair (kekeruhan) lingkungan khususnya mengenai polusi:
Tahu Tempe
Sampel Ulangan
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Tanah, Air, Udara, dan Lingkungan serta
A1 √ - √ - Kesehatan.
A2 √ - √ -
A
A3 √ - √ -
Ket: SARAN
√ = keruh
- = tidak keruh 1. Kepada Pengelola Pabrik
Diharapkan kepada pemilik pabrik tahu
Kekeruhan merupakan keadaan air yang dan tempe agar dalam melaksanakan
kotor dan tidak jernih, buram, tidak bening proses produksi tahu dan tempe agar selalu
atau keruh. Kondisi limbah cair sebelum memperhatikan mengenai limbah yang
disaring adalah keruh. Penyaringan limbah dihasilkan baik limbah cair, padat basah,
cair tahu dan tempe menggunakan saringan padat kering, dan khususnya limbah cair,
pasir diperoleh sampel air tidak keruh karena agar tidak membuang limbah tersebut ke
air limbah yang sudah disaring tersebut lingkungan secara bebas.
bersifat optik serta bahan organik yang ada di 2. Kepada Masyarakat
dalam limbah tersebut sudah tidak ada. Diharapkan kepada masyarakat agar ikut
Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang berpartisipasi dalam menanggulangi
menyebabkan pembiasan cahaya ke dalam air. limbah produksi tahu dan tempe untuk
Kekeruhan membatasi pencahayaan ke dapat meminimalisir dampak yang
dalam air karena gaya tarik menarik antar ditimbulkan oleh limbah tersebut,
molekul yang terjadi antara benda-benda yang khususnya limbah cair tahu dan tempe.
bersentuhan. Sekalipun ada pengaruh padatan 3. Kepada Pemerintah
terlarut atau partikel yang melayang dalam air Diharapkan kepada pemerintah agar
namun penyerapan cahaya dipengaruhi bentuk memberikan solusi dan arahan kepada
dan ukurannya. Kekeruhan terjadi karena pemilik pabrik tahu dan tempe khususnya
adanya bahan terapung dan terurainya zat serta masyarakat pada umumnya mengenai
tertentu seperti bahan organik, jasad renik, penanganan yang tepat atau pengolahan
lumpur, tanah liat dan benda lain yang yang tepat terhadap limbah tahu dan tempe
melayang ataupun terapung dan sangat halus. yang dihasilkan dalam produksi tahu dan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata tempe agar tidak mencemari lingkungan.
secara langsung karena ada partikel koloidal
(diameter 10-8 µ mm) yang terdiri dari

M. Azhari/MITL Vol. 1 No. 2 (2016):1-8


Pengolahan Limbah Tahu dan Tempe ... 8

4. Kepada Peneliti Lain Supardi, I., 2003, Lingkungan Hidup &


Bagi para peneliti lain diharapkan dapat Kelestariannya, PT Alumni, Bandung.
melakukan penelitian lanjutan mengingat Irianto, K., 2006, Mikrobiologi Jilid 1, Yrama
hasil yang diperoleh dalam pengolahan Widya, Bandung.
limbah tahu dan tempe mengggunakan Ginting, P., 2007, Sistem Pengelolaan
metode teknologi tepat guna saringan pasir Lingkungan dan Limbah Industri,
masih kurang supaya dapat memberikan Yrama Widya, Bandung.
solusi terhadap limbah cair tahu dan tempe Sadimin, 2007, Proses Pembuatan Tahu, CV.
yang dihasilkan dalam produksi kepada Sinar Cemerlang Abadi, Semarang.
pemilik pabrik tahu dan tempe khususnya Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengelolaan
dan masyarakat pada umumnya. Air Limbah, Universitas Indonesia,
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Wardhana, W. A., 2004, Dampak
Melati, F. F., 2007, Metode Sampling Pencemaran Lingkungan, Andi Offset,
Bioekologi, Bumi Aksara, Jakarta. Yogyakarta.

M. Azhari/MITL Vol. 1 No. 2 (2016):1-8

Anda mungkin juga menyukai