Anda di halaman 1dari 8

NAMA : REGINA

NIM : 1910912220017
KELOMPOK : 11

LYMPHATIC FILARIASIS: KNOWLEDGE, ATTITUDE AND PRACTICES


AMONG INHABITANTS OF AN IRRIGATION PROJECT COMMUNITY
NORTH CENTRAL NIGERIA

Filariasis Limpatik adalah penyakit menular menahun yang disebabkan


oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening yang
ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Ada 3 spesies
cacing filaria yang menjadi penyebab kaki gajah yaitu Wucheria Bancrofti,
Brugia Malayi dan Brugia Timori. Cacing filaria ini biasanya hidup di saluran
dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang,
peradangan saluran kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat
menetap berupa pembesaran kaki, lengan, payudara dan alat kelami. Tak hanya itu,
penyakit dapat menyebabkan kecacatan mental, kerugian ekonomis, serta
mempunyai dampak psikologis terhadap penderita kronis karena kemungkinan
besar diasingkan oleh keluarga dan masyarakat. Selain berpengaruh bagi si
penderita, Filariasis Limpatik ini juga mempengaruhi beberapa aspek yakni di
bidang sosial dan ekonomi dunia seperti negara tropis dan sub-tropis, bahkan
terdapat 1,34 miliar orang dari 81 negara termasuk Nigeria Utara yang tercatat
sebagai penderita penyakit ini bahkan tak hanya itu kematian yang terjadi tidak
hanya merugikan individu tetapi juga merupakan kerugian bagi angka
produktivitas.
Filariasis Limfatik tentu menjadi perhatian bagi kesehatan masyarakat di
Nigeria Utara karena di perkiraan 106 juta kasus telah terjadi akibat penyakit ini.
Penyakit ini banyak ditemukan pada daerah pedesaan, salah satunya yaitu di
daerah komunitas proyek irigasi dan bendungan Omi, Nigeria Utara. Hal ini
dimungkinkan karena masih banyaknya tempat yang potensial bagi
perkembangbiakan vektor seperti persawahan, hutan, dan rawa yang baik bagi
nyamuk vektor Filariasis Limpatik. Faktor lingkungan merupakan faktor utama
penyebab penyebaran Filariasis Limpatik. Minimnya pengetahuan masyarakat
mengenai beberapa vektor yang menyebabkan munculnya nyamuk vektor ini
menjadi penyebab Filiriasis Limpatik dan kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang pentingnya kesehatan menjadikan Nigeria Tengah sebagai salah satu
negara dengan prevalensi tertinggi di benua Afrika.
Melihat permasalahan Filariaris Limpatik yang tak kunjung usai ini, maka
diadakan suatu penelitian mengenai Filariasis Limpatik di Nigeria Utara yang
bertujuan untuk mengetahui faktor maupun vektor apa saja yang mempengaruhi
Filariaris Limpatik, mengetahui tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh Filariasis
Limpatik, mengetahui cara penularan dari Filariasis Limpatik, mengetahui
tindakan pencegahan dari Filariasis Limpatik, mengetahui bagaimana cara
penyembuhan dari Filariasis Limfatik, serta meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang Filariasis Limfatik. Dengan adanya penelitian ini diharapkan
dapat menanggulangi pesatnya penyebaran Filariasis Limpatik yang beredar di
masyarakat Nigeria Utara.
Dalam menyelesaikan persebaran Filariasis Limpatik ini, maka metode
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi cross sectional deskriptif yaitu
dengan melaksanakan penyelidikan di lima daerah komunitas proyek irigasi dan
bendungan Omi hingga daerah sekitarnya pula yaitu Ogga, Iddo, Ogbo, dan Ejiba
yang berlokasi di Area Pemerintah Daerah Barat Yagda di Negara Bagian Kogi,
Nigeria. Area Pemerintah Daerah meliputi area seluas 1. 276 km2 dengan populasi
149.023 jiwa. Berjarak sekitar 146 km dari Ilorin, ibukota Negara Bagian Kwara.
Itu terletak di antara garis bujur 6 ° 37 'dan 6 ° 42' E Greenwich dan lintang 8 ° 34
'dan 8 ° 38' N dari garis khatulistiwa. Proyek ini terletak di desa Omi, yaitu sebuah
komunitas petani dengan penghuni sekitar 10.000 jiwa yang menempatinya. Desa
Omi ini termasuk tempat yang beriklim tropis dengan curah hujan tahunan yang
berkisar antara 1.100 mm sampai 1.300 mm. Sebagian besar penduduk di daerah
penelitian ini bergantung pada air hujan untuk minum dan untuk kegiatan rumah
tangga lainnya karena kekurangan air pipa dan ditambah dengan banyak rumah
memiliki jendela yang tanpa pengaman, lubang di dinding, dan atap terbuka yang
besar yang memudahkan perkembangbiakan nyamuk. Masyarakat di desa
penelitian ini sudah dilengkapi fasilitas yang cukup memadai yakni sekolah,
rumah sakit dan apotik yang dijadikan sebagai pusat pendidikan dan perawatan
namun sayangnya kesadaran dalam memahami berbagai vektor penyebab
Filariasis Limpatik ini masih minim sehingga itulah alasan mengapa tempat ini
dipilih sebagai tempat penelitian. Investigasi mulai dilakukan dari bulan Maret
dan berakhir pada bulan November 2014. Penelitian ini diadakan di pusat
kesehatan masyarakat desa itu dan dihadiri oleh masyarakat sekitar atau reponden
yang memenuhi syarat penelitian yakni yang sudah tinggal di daerah tersebut
setidaknya satu tahun dan harus berusia 18 tahun ke atas. Sehingga berdasarkan
data, sebanyak 285 responden yang berusia ≥≥18 tahun yang memberikan
persetujuannya dan berpartisipasi dalam penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan yakni dengan pengisian Kuesioner semi-
terstruktur oleh responden yang sudah dikembangkan oleh para peneliti yakni
divalidasi dan diuji untuk memastikan konsistensi, keandalan, dan kesesuaian
bahasa sebelum dimulainya pekerjaan lapangan atau penelitian. Selama
berlangsungnya penelitian, kuesioner diberikan kepada responden, dan kemudian
dikerjakan dengan bantuan dokter, perawat, dan teknisi kesehataan yang
merupakan penduduk asli dari daerah penelitian tersebut untuk memungkinkan
terjemahan arti yang tepat dan pemahaman yang jelas oleh responden. Kuesioner
yang digunakan dalam penelitian ditulis dalam bahasa Inggris, dan bila ada
responden yang tidak bisa membaca atau menulis, mereka diwawancarai dengan
menggunakan "Okun" atau bahasa lokal dari orang-orang di daerah itu. Jika
pengisian kuisioner ini telah dikerjakan oleh responden, maka sudah dapat
diketahui sejauh mana pengetahuan masing-masing responden tentang Filariasis
Limfatik, termasuk penyebab, tanda dan gejala, cara penularan, tindakan
pencegahan serta cara penyembuhan penyakit ini.
Sebelum penelitian dalam penyelesaian masalah Filariasis Limpatik yang
dilaksanakan di komunitas proyek irigasi dan bendungan Omi, Nigeria Utara, ini
berlangsung, para peneliti mengadakan pertemuan yang diadakan di desa-desa
untuk menjelaskan tujuan penelitian kepada penduduk yang telah disetujui dan
mendapatkan izin dari Lower Basin River Basin Authority, Kementerian
Kesehatan Negara Bagian Kogi dan Otoritas Kesehatan Pemerintah Daerah
tersebut, Dewan Komite Pasca Sarjana dari Departemen Zoologi dan Biologi
Lingkungan, Universitas Pertanian Michael Okpara, Umudike, selaku tempat para
peneliti mengemban pedidikan, dan Para tokoh masyarakat memberikan yang juga
telah memberikan dukungan penuh serta kerja sama yang baik. Penelitian ini
bersifat sukarela dan sehingga hanya orang-orang yang mau berpartisipasi saja
yang diikutsertakan dalam proses penelitian ini.
Penelitian dari Filariasis Limpatik dianalisis dengan SPSS versi 16.0
(Chicago, USA) dan hasilnya telah diperiksa dua kali untuk memastikan
kebenaran angka yang diperhitungkan sebelum analisis, dalam penelitian ini pun
disajikan karakteristik demografis responden dalam bentuk persentase dan
frekuensi. Sedangkan Asosiasi pengetahuan Filariasis Limpatik dengan faktor
demografi responden dinilai menggunakan uji Chi-square sehingga nilai P yang
kurang dari 0,05 dianggap signifikan dalam penentuan hubungan antara variabel.
Berdasarkan hasil kuesioner Karakteristik Sosial-Demografis, terhitung
sebanyak 285 responden ikut berpartisipasi dalam penelitian Filariasis Limpatik
ini. Diketahui bahwa sebanyak 65 orang atau sebesar 22,8% yang ikut adalah dari
kelompok usia 20-29 tahun, sebanyak 56 orang atau sebesar 19,6% dari kelompok
yang berusia 30-39 tahun, sebanyak 49 orang atau sebesar 17,2% dari kelompok
yang berusia 40-49 tahun, sebanyak 63 orang atau sebesar 18,6% dari kelompok
yang berusia 50-59 tahun, sebanyak 42 orang atau sebesar 14,7% dari kelompok
yang berusia 60-69 tahun dan sebanyak 20 0rang atau sebesar 14,7% kelompok
yang berusia 70 tahun ke atas. Sedangkan jika dilihat dari jenis kelamin, terdapat
140 orang atau sebesar 49,1%) dari laki-laki sementara 145 orang atau sebesar
50,9% dari perempuan. Berdasarkan hasil persentase pekerjaan yang ditekuni
oleh masyarakat di komunitas irigasi dan bendugan Omi, Nigeria Utara, sebanyak
37 orang atau 13,0% yang berprofesi sebagai pedagang, 25 orang atau 8,8% yang
berprofesi sebagai PNS, 64 orang atau 22,5% yang berprofesi sebagai nelayan, 72
orang atau 25,3% yang berprofesi sebagai petani, 19 orang atau 6,7% yang
berprofesi sebagai pengrajin, 34 orang atau 11,9% yang berprofesi sebagai ibu
rumah tangga, dan lain-lain 5 orang atau 1,8%, sementara yang masih berstatus
sebagai pelajar atau siswa sebanyak 29 orang atau 10,2%. Untuk hasil kualifikasi
pendidikan masyarakat atau responden dari tempat ini, terdapat 98 orang atau
sebesar 34,4% yang mencapai pendidikan sekolah dasar, sebanyak 125 orang
atau 43,9% pendidikan sekolah menengah, 38 orang atau sebesar 13,3% yang
berstatus tersier sementara mereka yang tidak memiliki pendidikan formal adalah
24 orang atau sebesar 8,4%. Sedangkan hasil status pernikahan dari masyarakat
desa ini menunjukkan bahwa 151 orang atau sebesar 53,0% berstatus sudah
menikah, 18 orang atau sebesar 6,3% masih lajang, 34 orang atau sebesar 11,9%
bercerai, 45 orang atau 15,8% berstatus janda / duda, sementara 37 orang atau
sebesar 13,0% yang hidup bersama.
Untuk hasil yang didapatkan berdasarkan pola pikir atau pengetahuan
masyarakat komunitas irigasi dan bendungan Omi, Nigeria Utara, tentang
penyebab Filariasis Limpatik ini, telah diketahui sebanyak 82,1% yang belum
pernah mendengar dan sebanyak 17,9% yang sudah mendengar dan tahu tentang
penyakit ini. Sedangkan berdasarkan hasil mengenai informasi atau pengetahuan
yang didapatkan oleh masyakat tentang Filariasis Limfatik dari berbagai sumber
yakni media massa sebesar 76,8%, pengalaman serangan Filariasis Limfatik
sebelumnya sebesar 62,5%, rumah sakit ataiu apotik sebesar 39,6% dan petugas
kesehatan masyarakat sebesar 15,8%. Sementara hasil yang diperoleh berdasarkan
persentase penyebab Filariasis Limfatik adalah sebanyak 35 orang atau sebesar
12,3% berpendapat bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh gigitan nyamuk, 222
orang atau sebesar 77,9% berpendapat bahwa ini disebabkan oleh pesona, 180
orang atau sebanyak 63,2% berpendapat ini disebabkan oleh hubungan seksual, 45
orang atau sebanyak15,8% berpendapat ini disebabkan oleh trekking jarak jauh ,
21 orang atau sebesar 7,4% berpendapat karena makan makanan yang
terkontaminasi, 93 orang atau sebesar 32,6% berpendapat ini diakibatkan karena
menginjak air kotor, 134 orang atau sebesar 47,0% berpendapat bahwa penyakit
ini adalah kutukan dari para dewa, 17 orang atau sebesar 6,0% berpendapat ini
disebabkan karena pekerjaan yang membuat stres, 29 orang atau sebesar 10,2%
berpendapat karena kebersihan pribadi yang tidak memadai sementara 5 orang
atau 1,8% tidak tahu penyebabnya.
Sedangkan hasil yang didapatkan berdasarkan pengetahuan masyarakat
komunitas irigasi dan bendungan Omi, Nigeria Utara mengenai tanda dan gejala
dari Filariasis Limfatik telah diperoleh sebanyak 176 orang atau sebesar 61,8%
berpendapat bila tanda dari penyakit ini adalah mengalami demam biasa, 139
orang atau sebesar 48,8% berpendapat mengalami demam menggigil, 243 orang
atau sebesar 85,3% berpendapat mengalami nyeri, 241 orang atau sebesar 84,6%
berpendapat mengalami pembengkakan, 113 orang atau sebanyak 39,6%
berpendapat mengalami gangguan fungsi tubuh, 126 orang atau sebesar 44,2%
berpendapat bahwa terlihat penampilan terkena dampak, 211 orang atau sebesar
74,0% berpendapat mengalami ketidaknyamanan fisik dan 69 orang atau sebsar
24,2% tidak memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda dan gejala filariasis
limfatik. Sementara hasil yang didapatkan berdasarkan pemahaman atau
pengetahuan masyarakat mengenai Filariasis Limfatik, diperoleh sebanyak 176
orang atau sebesar 61,8% berpendapat dengan tidur di bawah kelambu adalah
cara untuk mencegah penyakit ini, 142 orang atau sebesar 49,8% berpendapat
dengan penggunaan obat anti-filaria, 217 orang atau sebesar 76,1% berpendapat
dengan menjaga kebersihan lingkungan, 165 orang atau sebesar 57,9
% berpendapat dengan menyemprot dengan insektisida, 117 orang atau sebesar
41,1% berpendapat dengan penghindaran seks dengan seorang wanita selama
menstruasi, 215 orang atau 75,4% berpendapat dengan menghindari orang yang
terinfeksi penyakit ini dan 73 orang atau sebesar 25,6% tidak memiliki
pengetahuan tentang pencegahan dari Filariasis Limpatik.
Sehingga hasil dari kuesioner menunjukkan bahwa sebesar 82% dari
masyarakat menyadari filariasis limfatik dan penyebab pasti infeks dan sebanyak
85% dari berpedapat penyakit ditandai dengan muculnya rasa sakit dan
pembengkakan pada kaki. Masyarakat atau responden umumnya memiliki
pemahaman yang adil tentang strategi pencegahan dan manajemen penyakit ini.
Hasil dari penelitian yang dilakukan di komunitas proyek irigasi dan bendungan
Omi, Nigeria Utara ini, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Filariasis
Limfatik dengan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan masyarkat
yang tidak signifikan (P> 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat
memiliki pengetahuan yang buruk tentang Filariasis Limfatik, cara penularan dan
gejala penyakit, agar meningkatnya tentang Filariasis Limfatik di masyarakat,
perlu ada kampanye pendidikan kesehatan yang efektif dan realistis yang
ditargetkan pada akar rumput.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amaechi EC, Camelita CO, Onyinye MU, dkk. Lymphatic filairasis


knowledge, attitude and practices among inhabitants of an irrigation project
communuty, North Central Nigeria. Asian Pasific Journal of Tropical Disease
2016; 6(9): 709-713.
2. Inayati UB, S Herlina. Hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang
filariasis dengan pencegahan penyakit filariasis di rw 05 Kelurahan Beji
Timur Kota Depok. Jurnal Keperawatan Dirgantara 2014; 1(1): 136-151.
3. Onggang FS. Analisis faktor faktor terhadap kejadian filariasis type
wuchereria bancrofti, dan brugia malayi di wilayah Kabupaten Manggarai
Timur 2018; 16 (1): 1-20.
4. Safitri A, Hijrahtul R, MR Ridha. Identifikasi vektor dan vektor potensial
filariasis di Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong. Jurnal Epidemiologi dan
Penyakit Bersumber Binatang 2015; 4(2): 73-79.
5. Ferlianti R, Gesti PHP, Frili A, dkk. Hubungan faktor lingkungan fisik dalam
dan luar rumah dengan kejadian filariasi di Jatisampurna Bekasi. Jurnal
Kedokteran Yars 2018; 26 (1): 001-011.
6. Noerjoedianto, D. Dinamika Penularan dan faktor risiko kejadian filariasis di
Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014. Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Sains 2016; 18(1): 56-63.
7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Loka Litbang P2B2 Ciamis. Aspirator. Jurnal
Penelitian Penyakit Tular Vektor 2014; 7(2): 36-82.

Anda mungkin juga menyukai