LYMPHATIC FILARIASIS: KNOWLEDGE, ATTITUDE AND PRACTICES
AMONG INHABITANTS OF AN IRRIGATION PROJECT COMMUNITY NORTH CENTRAL NIGERIA
Filariasis Limpatik adalah penyakit menular menahun yang disebabkan
oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening yang ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Ada 3 spesies cacing filaria yang menjadi penyebab kaki gajah yaitu Wucheria Bancrofti, Brugia Malayi dan Brugia Timori. Cacing filaria ini biasanya hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan saluran kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, payudara dan alat kelami. Tak hanya itu, penyakit dapat menyebabkan kecacatan mental, kerugian ekonomis, serta mempunyai dampak psikologis terhadap penderita kronis karena kemungkinan besar diasingkan oleh keluarga dan masyarakat. Selain berpengaruh bagi si penderita, Filariasis Limpatik ini juga mempengaruhi beberapa aspek yakni di bidang sosial dan ekonomi dunia seperti negara tropis dan sub-tropis, bahkan terdapat 1,34 miliar orang dari 81 negara termasuk Nigeria Utara yang tercatat sebagai penderita penyakit ini bahkan tak hanya itu kematian yang terjadi tidak hanya merugikan individu tetapi juga merupakan kerugian bagi angka produktivitas. Filariasis Limfatik tentu menjadi perhatian bagi kesehatan masyarakat di Nigeria Utara karena di perkiraan 106 juta kasus telah terjadi akibat penyakit ini. Penyakit ini banyak ditemukan pada daerah pedesaan, salah satunya yaitu di daerah komunitas proyek irigasi dan bendungan Omi, Nigeria Utara. Hal ini dimungkinkan karena masih banyaknya tempat yang potensial bagi perkembangbiakan vektor seperti persawahan, hutan, dan rawa yang baik bagi nyamuk vektor Filariasis Limpatik. Faktor lingkungan merupakan faktor utama penyebab penyebaran Filariasis Limpatik. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai beberapa vektor yang menyebabkan munculnya nyamuk vektor ini menjadi penyebab Filiriasis Limpatik dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan menjadikan Nigeria Tengah sebagai salah satu negara dengan prevalensi tertinggi di benua Afrika. Melihat permasalahan Filariaris Limpatik yang tak kunjung usai ini, maka diadakan suatu penelitian mengenai Filariasis Limpatik di Nigeria Utara yang bertujuan untuk mengetahui faktor maupun vektor apa saja yang mempengaruhi Filariaris Limpatik, mengetahui tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh Filariasis Limpatik, mengetahui cara penularan dari Filariasis Limpatik, mengetahui tindakan pencegahan dari Filariasis Limpatik, mengetahui bagaimana cara penyembuhan dari Filariasis Limfatik, serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang Filariasis Limfatik. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menanggulangi pesatnya penyebaran Filariasis Limpatik yang beredar di masyarakat Nigeria Utara. Dalam menyelesaikan persebaran Filariasis Limpatik ini, maka metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi cross sectional deskriptif yaitu dengan melaksanakan penyelidikan di lima daerah komunitas proyek irigasi dan bendungan Omi hingga daerah sekitarnya pula yaitu Ogga, Iddo, Ogbo, dan Ejiba yang berlokasi di Area Pemerintah Daerah Barat Yagda di Negara Bagian Kogi, Nigeria. Area Pemerintah Daerah meliputi area seluas 1. 276 km2 dengan populasi 149.023 jiwa. Berjarak sekitar 146 km dari Ilorin, ibukota Negara Bagian Kwara. Itu terletak di antara garis bujur 6 ° 37 'dan 6 ° 42' E Greenwich dan lintang 8 ° 34 'dan 8 ° 38' N dari garis khatulistiwa. Proyek ini terletak di desa Omi, yaitu sebuah komunitas petani dengan penghuni sekitar 10.000 jiwa yang menempatinya. Desa Omi ini termasuk tempat yang beriklim tropis dengan curah hujan tahunan yang berkisar antara 1.100 mm sampai 1.300 mm. Sebagian besar penduduk di daerah penelitian ini bergantung pada air hujan untuk minum dan untuk kegiatan rumah tangga lainnya karena kekurangan air pipa dan ditambah dengan banyak rumah memiliki jendela yang tanpa pengaman, lubang di dinding, dan atap terbuka yang besar yang memudahkan perkembangbiakan nyamuk. Masyarakat di desa penelitian ini sudah dilengkapi fasilitas yang cukup memadai yakni sekolah, rumah sakit dan apotik yang dijadikan sebagai pusat pendidikan dan perawatan namun sayangnya kesadaran dalam memahami berbagai vektor penyebab Filariasis Limpatik ini masih minim sehingga itulah alasan mengapa tempat ini dipilih sebagai tempat penelitian. Investigasi mulai dilakukan dari bulan Maret dan berakhir pada bulan November 2014. Penelitian ini diadakan di pusat kesehatan masyarakat desa itu dan dihadiri oleh masyarakat sekitar atau reponden yang memenuhi syarat penelitian yakni yang sudah tinggal di daerah tersebut setidaknya satu tahun dan harus berusia 18 tahun ke atas. Sehingga berdasarkan data, sebanyak 285 responden yang berusia ≥≥18 tahun yang memberikan persetujuannya dan berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan yakni dengan pengisian Kuesioner semi- terstruktur oleh responden yang sudah dikembangkan oleh para peneliti yakni divalidasi dan diuji untuk memastikan konsistensi, keandalan, dan kesesuaian bahasa sebelum dimulainya pekerjaan lapangan atau penelitian. Selama berlangsungnya penelitian, kuesioner diberikan kepada responden, dan kemudian dikerjakan dengan bantuan dokter, perawat, dan teknisi kesehataan yang merupakan penduduk asli dari daerah penelitian tersebut untuk memungkinkan terjemahan arti yang tepat dan pemahaman yang jelas oleh responden. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ditulis dalam bahasa Inggris, dan bila ada responden yang tidak bisa membaca atau menulis, mereka diwawancarai dengan menggunakan "Okun" atau bahasa lokal dari orang-orang di daerah itu. Jika pengisian kuisioner ini telah dikerjakan oleh responden, maka sudah dapat diketahui sejauh mana pengetahuan masing-masing responden tentang Filariasis Limfatik, termasuk penyebab, tanda dan gejala, cara penularan, tindakan pencegahan serta cara penyembuhan penyakit ini. Sebelum penelitian dalam penyelesaian masalah Filariasis Limpatik yang dilaksanakan di komunitas proyek irigasi dan bendungan Omi, Nigeria Utara, ini berlangsung, para peneliti mengadakan pertemuan yang diadakan di desa-desa untuk menjelaskan tujuan penelitian kepada penduduk yang telah disetujui dan mendapatkan izin dari Lower Basin River Basin Authority, Kementerian Kesehatan Negara Bagian Kogi dan Otoritas Kesehatan Pemerintah Daerah tersebut, Dewan Komite Pasca Sarjana dari Departemen Zoologi dan Biologi Lingkungan, Universitas Pertanian Michael Okpara, Umudike, selaku tempat para peneliti mengemban pedidikan, dan Para tokoh masyarakat memberikan yang juga telah memberikan dukungan penuh serta kerja sama yang baik. Penelitian ini bersifat sukarela dan sehingga hanya orang-orang yang mau berpartisipasi saja yang diikutsertakan dalam proses penelitian ini. Penelitian dari Filariasis Limpatik dianalisis dengan SPSS versi 16.0 (Chicago, USA) dan hasilnya telah diperiksa dua kali untuk memastikan kebenaran angka yang diperhitungkan sebelum analisis, dalam penelitian ini pun disajikan karakteristik demografis responden dalam bentuk persentase dan frekuensi. Sedangkan Asosiasi pengetahuan Filariasis Limpatik dengan faktor demografi responden dinilai menggunakan uji Chi-square sehingga nilai P yang kurang dari 0,05 dianggap signifikan dalam penentuan hubungan antara variabel. Berdasarkan hasil kuesioner Karakteristik Sosial-Demografis, terhitung sebanyak 285 responden ikut berpartisipasi dalam penelitian Filariasis Limpatik ini. Diketahui bahwa sebanyak 65 orang atau sebesar 22,8% yang ikut adalah dari kelompok usia 20-29 tahun, sebanyak 56 orang atau sebesar 19,6% dari kelompok yang berusia 30-39 tahun, sebanyak 49 orang atau sebesar 17,2% dari kelompok yang berusia 40-49 tahun, sebanyak 63 orang atau sebesar 18,6% dari kelompok yang berusia 50-59 tahun, sebanyak 42 orang atau sebesar 14,7% dari kelompok yang berusia 60-69 tahun dan sebanyak 20 0rang atau sebesar 14,7% kelompok yang berusia 70 tahun ke atas. Sedangkan jika dilihat dari jenis kelamin, terdapat 140 orang atau sebesar 49,1%) dari laki-laki sementara 145 orang atau sebesar 50,9% dari perempuan. Berdasarkan hasil persentase pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat di komunitas irigasi dan bendugan Omi, Nigeria Utara, sebanyak 37 orang atau 13,0% yang berprofesi sebagai pedagang, 25 orang atau 8,8% yang berprofesi sebagai PNS, 64 orang atau 22,5% yang berprofesi sebagai nelayan, 72 orang atau 25,3% yang berprofesi sebagai petani, 19 orang atau 6,7% yang berprofesi sebagai pengrajin, 34 orang atau 11,9% yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, dan lain-lain 5 orang atau 1,8%, sementara yang masih berstatus sebagai pelajar atau siswa sebanyak 29 orang atau 10,2%. Untuk hasil kualifikasi pendidikan masyarakat atau responden dari tempat ini, terdapat 98 orang atau sebesar 34,4% yang mencapai pendidikan sekolah dasar, sebanyak 125 orang atau 43,9% pendidikan sekolah menengah, 38 orang atau sebesar 13,3% yang berstatus tersier sementara mereka yang tidak memiliki pendidikan formal adalah 24 orang atau sebesar 8,4%. Sedangkan hasil status pernikahan dari masyarakat desa ini menunjukkan bahwa 151 orang atau sebesar 53,0% berstatus sudah menikah, 18 orang atau sebesar 6,3% masih lajang, 34 orang atau sebesar 11,9% bercerai, 45 orang atau 15,8% berstatus janda / duda, sementara 37 orang atau sebesar 13,0% yang hidup bersama. Untuk hasil yang didapatkan berdasarkan pola pikir atau pengetahuan masyarakat komunitas irigasi dan bendungan Omi, Nigeria Utara, tentang penyebab Filariasis Limpatik ini, telah diketahui sebanyak 82,1% yang belum pernah mendengar dan sebanyak 17,9% yang sudah mendengar dan tahu tentang penyakit ini. Sedangkan berdasarkan hasil mengenai informasi atau pengetahuan yang didapatkan oleh masyakat tentang Filariasis Limfatik dari berbagai sumber yakni media massa sebesar 76,8%, pengalaman serangan Filariasis Limfatik sebelumnya sebesar 62,5%, rumah sakit ataiu apotik sebesar 39,6% dan petugas kesehatan masyarakat sebesar 15,8%. Sementara hasil yang diperoleh berdasarkan persentase penyebab Filariasis Limfatik adalah sebanyak 35 orang atau sebesar 12,3% berpendapat bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh gigitan nyamuk, 222 orang atau sebesar 77,9% berpendapat bahwa ini disebabkan oleh pesona, 180 orang atau sebanyak 63,2% berpendapat ini disebabkan oleh hubungan seksual, 45 orang atau sebanyak15,8% berpendapat ini disebabkan oleh trekking jarak jauh , 21 orang atau sebesar 7,4% berpendapat karena makan makanan yang terkontaminasi, 93 orang atau sebesar 32,6% berpendapat ini diakibatkan karena menginjak air kotor, 134 orang atau sebesar 47,0% berpendapat bahwa penyakit ini adalah kutukan dari para dewa, 17 orang atau sebesar 6,0% berpendapat ini disebabkan karena pekerjaan yang membuat stres, 29 orang atau sebesar 10,2% berpendapat karena kebersihan pribadi yang tidak memadai sementara 5 orang atau 1,8% tidak tahu penyebabnya. Sedangkan hasil yang didapatkan berdasarkan pengetahuan masyarakat komunitas irigasi dan bendungan Omi, Nigeria Utara mengenai tanda dan gejala dari Filariasis Limfatik telah diperoleh sebanyak 176 orang atau sebesar 61,8% berpendapat bila tanda dari penyakit ini adalah mengalami demam biasa, 139 orang atau sebesar 48,8% berpendapat mengalami demam menggigil, 243 orang atau sebesar 85,3% berpendapat mengalami nyeri, 241 orang atau sebesar 84,6% berpendapat mengalami pembengkakan, 113 orang atau sebanyak 39,6% berpendapat mengalami gangguan fungsi tubuh, 126 orang atau sebesar 44,2% berpendapat bahwa terlihat penampilan terkena dampak, 211 orang atau sebesar 74,0% berpendapat mengalami ketidaknyamanan fisik dan 69 orang atau sebsar 24,2% tidak memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda dan gejala filariasis limfatik. Sementara hasil yang didapatkan berdasarkan pemahaman atau pengetahuan masyarakat mengenai Filariasis Limfatik, diperoleh sebanyak 176 orang atau sebesar 61,8% berpendapat dengan tidur di bawah kelambu adalah cara untuk mencegah penyakit ini, 142 orang atau sebesar 49,8% berpendapat dengan penggunaan obat anti-filaria, 217 orang atau sebesar 76,1% berpendapat dengan menjaga kebersihan lingkungan, 165 orang atau sebesar 57,9 % berpendapat dengan menyemprot dengan insektisida, 117 orang atau sebesar 41,1% berpendapat dengan penghindaran seks dengan seorang wanita selama menstruasi, 215 orang atau 75,4% berpendapat dengan menghindari orang yang terinfeksi penyakit ini dan 73 orang atau sebesar 25,6% tidak memiliki pengetahuan tentang pencegahan dari Filariasis Limpatik. Sehingga hasil dari kuesioner menunjukkan bahwa sebesar 82% dari masyarakat menyadari filariasis limfatik dan penyebab pasti infeks dan sebanyak 85% dari berpedapat penyakit ditandai dengan muculnya rasa sakit dan pembengkakan pada kaki. Masyarakat atau responden umumnya memiliki pemahaman yang adil tentang strategi pencegahan dan manajemen penyakit ini. Hasil dari penelitian yang dilakukan di komunitas proyek irigasi dan bendungan Omi, Nigeria Utara ini, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Filariasis Limfatik dengan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan masyarkat yang tidak signifikan (P> 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan yang buruk tentang Filariasis Limfatik, cara penularan dan gejala penyakit, agar meningkatnya tentang Filariasis Limfatik di masyarakat, perlu ada kampanye pendidikan kesehatan yang efektif dan realistis yang ditargetkan pada akar rumput. DAFTAR PUSTAKA
knowledge, attitude and practices among inhabitants of an irrigation project communuty, North Central Nigeria. Asian Pasific Journal of Tropical Disease 2016; 6(9): 709-713. 2. Inayati UB, S Herlina. Hubungan tingkat pengetahuan masyarakat tentang filariasis dengan pencegahan penyakit filariasis di rw 05 Kelurahan Beji Timur Kota Depok. Jurnal Keperawatan Dirgantara 2014; 1(1): 136-151. 3. Onggang FS. Analisis faktor faktor terhadap kejadian filariasis type wuchereria bancrofti, dan brugia malayi di wilayah Kabupaten Manggarai Timur 2018; 16 (1): 1-20. 4. Safitri A, Hijrahtul R, MR Ridha. Identifikasi vektor dan vektor potensial filariasis di Kecamatan Tanta, Kabupaten Tabalong. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang 2015; 4(2): 73-79. 5. Ferlianti R, Gesti PHP, Frili A, dkk. Hubungan faktor lingkungan fisik dalam dan luar rumah dengan kejadian filariasi di Jatisampurna Bekasi. Jurnal Kedokteran Yars 2018; 26 (1): 001-011. 6. Noerjoedianto, D. Dinamika Penularan dan faktor risiko kejadian filariasis di Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains 2016; 18(1): 56-63. 7. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Loka Litbang P2B2 Ciamis. Aspirator. Jurnal Penelitian Penyakit Tular Vektor 2014; 7(2): 36-82.