Berdasarkan kasus kebakaran di atas, jelaskan bagaimana pengendalian resiko kebakaran berdasarkan
hirarki pengendalian resiko dalam K3! (Nilai 30%)
Kasus yang terjadi diduga karena adanya oli bocor saat pekerja melakukan perbaikan di ruang oven
pabrik. Oli yang bocor dari mesin kemudian terkena percikan api dan menyebabkan kebakaran. Kejadian
tersebut dikategorikan dalam risiko murni karena pabrik mengalami kerugian dalam hal kerusakan mesin
ataupun material lainnya dan tentunya tidak ada yang menguntungkan.
Agar hal tersebut tidak terjadi ataupun terulang kembali, kesadaran mengenai potensi bahaya di tempat
kerja sangat diperlukan yaitu dengan upaya pengendalian atau pencegahan resiko. Seluth bagian dari
pabrik pengolahan plastik Salatiga harus menerapkan pengendalian resiko kebakaran sesuai dengan
hirarki pengendalian resiko dalam K3, yakni sebagai berikut.
2. Substitusi. Pengendalian subsitusi merupakan pengendalian risiko yaitu dengan menggantikan atau
memisahkan bahan atau peralatan yang membahayakan dengan bahan-bahan dan peralatan yang lebih
aman. Dalam kasus diatas, kemungkinan pekerja menggunakan las atau alat lainnya yang
menimbulkan percikan api. Dengan penerapan dari pengendalian ini, hal yang seharusnya dilakukan
oleh pekerja adalah melalukan perbaikan oven pabrik dengan alat mekanik lain yang lebih aman atau
melakukan pemisahan dengan cara melakukan perbaikan tersebut di tempat yang berbeda dengan
mesin atau alat lainnya yang bisa menimbulkan bahaya.
3. Rekayasa teknik. Pengendalian rekayasa teknik merupakan pengendalian risiko yaitu dengan merubah
struktur suatu objek sehingga dapat mencegah pekerja terpapar potensi bahaya. Pengendalian ini bisa
mencegah munculnya percikan api dan potensi bahaya lainnya seperti risiko kebakaran. Pada kasus
kebakaran, penerapan pengendalian ini dapat dilakukan dengan disediakannya pengaman oven pabrik
atau mesin untuk pekerja dan alat bantu mekanik lengkap yang sesuai keperluan untuk melakukan
perbaikan.
4. Isolasi. Pengendalian isolasi merupakan pengendalian risiko yang juga dilakukan untuk meminimalisir
potensi bahaya dengan cara menjauhkan atau memisahkan pekerja dari objek kerja. Contohnya seperti
menjalankan mesin dari ruang tertutup atau control room. Dengan diterapkannya pengendalian ini,
akan mencegah pekerja untuk tidak melakukan kontak langsung dengan mesin sehingga potensi
bahaya tidak terjadi seperti kebakaran dan bahaya lainnya. Pada kasus di atas, pengendalian ini
kemungkinan tidak bisa dilakukan karena adanya kontak langsung antara pekerja dengan oven pabrik
dalam melakukan perbaikan.
6. Alat pelindung diri. Pengendalian dengan alat pelindung diri menggunakan alat pelindung diri
merupakan cara jangka pendek dan bersifat sementara untuk melindungi dan membatasi pekerja saat
terpapar potensi bahaya yang sedang terjadi, itu sebabnya pengendalian ini merupakan langkah
terakhir yang dilakukan. Namun alat pelindung diri ini tetaplah penting dan harus diterapkan. Pekerja
diwajibkan untuk menggunakan APD yang lengkap diantaranya seperti helm pelindung, kacamata
pelindung, pelindung telinga, masker, rompy safety, sarung tangan, dan sepatu pelindung.