Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-
anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya
yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan
hidup mereka.Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus
siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang
siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam
mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negatif tehadap
kesehatan masyarakat.. Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya
masyarakat. Apalagi masalah proses persalinan yang umum masih banyak
menggunakan dukun beranak.
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah
kemiskinan, pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali
masalah dan mencari solusi bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang
harus dimiliki bidan.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui perbedaan adat dn budaya
2. Bagaimana Penerapan budaya pada kehamilan, persalinan, nifas dah BBL
3. Bagaimana adat yang mempengaruhi asuhan
4. Bagaimana pengertian Humaniora dalam asuhan
5. Bagaimana pengertian spiritual dalam asuhan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Adat
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan,
norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu
daerah.
B. Kebudayaan
Budayan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budayaterbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
C. Perbedaan Adat, Kebudayaan
Adat adalah kebiasaan yang normatif ". Kalau adat dikatakan sebagai
kebiasaan maka kata adat dalam pengertian ini berasal dari bahasa arab yaitu

2
“adat”. Dalam ilmu kebudayaan dan kemasyarakatan konsep kebudayaan sangat
banyak sekali. Inventarisasi yang dilakukan oleh C. Kluckhohn dan A. L Kroeber
ahli atropologi pada tahun 1952 telah ditemukan lebih kurang 179 defenisi.
Tetapi yang sifatnya dan banyak dipakai para ahli adalah pendapat C.
Kluckhohn yang memberikan batasan kebudayaan sebagai berikut:“kebudayaan
adalah keseluruhan dari gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang berupa
satu sistem dalam rangka kehidupan masyarakat yang dibiasakan oleh manusia
dengan belajar”.
Kata kebudayaan dalam istilah inggris adalah “culture” yang berasal dari
bahasa latin “colere”yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah
tanah atau pertanian. Dari pengertian ini kemudian berkembang menjadi
“culture”. Istilah “culture” sebagai istilah teknis dalam penulisan oleh ahli
antropologi inggris yang bernama Edwar B. Tylor mengatakan bahwa “culture”
berarti “complex whole of ideas and thinks produced by men in their historical
experlence”. Sesudah itu pengertian kultur berkembang terus dikalangan
antroplogi dunia. Sebagai istilah umum “culture” mempunyai arti, kesopanan,
kebudayaan, pemeliharaan atau perkembangan dan pembiakan.
D. PENERAPAN BUDAYA
1. Kehamilan.
Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari perempuan.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama
haid terakhir.
Pemeriksaan kehamilan secara tradisional yaitu dengan cara:
 Melakukan pijatan atau dengan istilah Banjar “Baurut” pada seorang
dukun beranak atau bidan kampung yang ahli dalam bidang pijatan (urut).
 Membatasi diri untuk tidak terlalu suka minum air es.
 Memperbanyak makan sayur dan buah-buahan.
 Jika perut terasa sakit karena masuk angin, oleh bidan kampung
disuruh meminum air rebusan gula merah dengan jahe (tipakan).
 Jika kaki bengkak, maka digosok dengan wadak panas atau ramuan beras
kencur.

3
 Jangan mengatakan orang yang jelek-jelek karena dapat mengakibatkan
bayi yang dikandung berupa jelek.
Peran bidan terhadap prilaku selama hamil
1) KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur,komunikasi
makanan bergizi, batasi aktifitas fisik, dan tidak perlu pantang makan
2) KIE tentang segala sesuatu sudah diatur tuhan yang maha esa, mitos yang
tidak benar ditinggalkan
3) Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang
negatif atau berpengaruh buruk terhadap kehamilan.
2. Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi dari rahim
ibumelalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup
didunia luar. Persalinan normal (WHO) adalah dimulai secara spontan
(dengankekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada
awalpersalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-
42minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi baik.Asuhan
yang dapat diberikan bidan kepada ibu adalah memberikaninformasi, memberikan
dorongan semangat, menyiapkan ruangan untukpersalinan, teman yang
mendukung, mobilisasi, makan dan minum selamapersalinan, buang air kecil dan
besar, kenyamanan, dan kebersihan (Depkes RI,2000).
a) Pengaruh Kultur (Budaya) Terhadap Proses Persalinan
Budaya adalah seperangkat sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang
dimiliki sekelompok orang, namun ada derajat perbedaan pada setiap individu dan
dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Ada suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput
Fatimah akan merangsang mulas. Memang,rumput Fatimah bias membuat mulas
pada ibu hamil,tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Jadi,harus
dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya.soalnya,rumput ini hanya
boleh diminum pada pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm,letak kepala bayi
sudah masuk panggul,mulut rahim sudah lembek atau tipis,dan posisi ubun-ubun
kecilnya normal. Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang,tak boleh
minum rumput ini karena sangat bahaya. Tarlebih jika pembukaannya belum ada,

4
tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput ini,bias-bisa janinnya malah naik
ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau,akhirnya dilakukan jalan
operasi.
Peran Bidan terhadap perilaku selama persalinan
a) Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat
persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan.
b) Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat
dan peralatan.
c) Bekerja sama dengan penolong persalinan( dukun) dan tenaga kesehatan
setempat.
3. Masa nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya enam minggu. Jadi arti
keseluruhan dari aspek sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia untuk mencapai tujuan bersama pada
masa sesudah persalinan.
a) Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas
· Masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong
,daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.
Dampak positif : Tidak ada
Dampak negative : Merugikan karena masa nifas memerlukan makanan
yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi sehat.
 Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh makan tahu
dan tempe tanpa garam, dilarang banyak makan dan minum, makanan
harus disangan/dibakar.
Dampak positif : Tidak ada
Dampak negative : Merugikan karena makanan yang sehat akan mempercepat
penyembuhan luka.
 Masa Nifas dilarang tidur siang
Dampak positif : Tidak ada
Dampak negative : Karena masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja berat.
Karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi.

5
 Masa nifas /saat menyusui setelah waktunya Maghrib harus puasa tidak
makan makanan yang padat.
Dampak positif : Hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas
setelah maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan
lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih
kembali.
Dampak negative : Ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadi
berkurang.
 Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
Dampak positif : Tidak ada
Dampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir
(pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali
dalam bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan 8-30 hari.
 Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis /
lerongan dan tapel.
Dampak positif : Jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi
menjadi lancar.
Dampak negative : Pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak
kandungan. Pilis dan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat /
menyebabkan alergi.
 Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring,
dicampur garam dan asam diminumkan supaya ASI banyak.
Dampak positif : tidak ada
Dampak negative : karena abu, garam dan asam tidak mengandung zat gizi yang
diperlukan oleh ibu menyusui untuk memperbanyak produksi ASI nya.
 Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim.
Dampak positif : Dari sisi medis, sanggama memang dilarang selama 40 hari
pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menghambat
proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim, yakni
mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Contohnya
infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang

6
belum muncul atau pun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan
robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.
Dampak negative : Tidak ada
4. Masa Bayi usia 0-28 hari
Perilaku budaya masyarakat pada bayi baru lahir
Bayi diurut baru dimandikan oleh dukun selama 40 hari, ramuan tali pusat tiap
hari harus diganti sampai putus. Tali pusat yang sudah lepas dibuat jimat atau
obat. Bayi ditidurkan disamping ibu,tidak boleh dibawa jauh dari rumah sebelum
bayi 40 hari, khitan dilakukan pada bayi laki-laki dan perempuan.
Peran bidan terhadap perilaku masa nifas dan bayi baru lahir
a) KIE prilaku positif dan negatif
b) Memberikan penyuluhan tentang pantangan makanan selama nifas dan
menyusui sebenarnya kurang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
c) Memberikan pendidikan tentang perawatan bayi baru lahir yang benar dan
tepat, meliputi pemotongan tali pusat, membersihkan/memandikan,
menyusukan (kolostrum), dan menjaga kehangatan bayi.
d) Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca
bersalin, bayi dan balita.

C. Asuhan Kebidanan
Konsep asuhan kebidanan adalah konsep penerapan fungsi, kegiatan dan
tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang
memiliki kebutuhan dan/atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi pada wanita dan
pelayanan kesehatan pada masyarakat). Berisi teori-teori yang mengacu pada
suatu pemikiran atau ide tentang kebidanan yang mencakup beberapa hal yang
berkenaan dengan bidan dan kebidanan yang akan memberikan suatu kejelasan
yang menjelaskan bidan sebagai suatu profesi.
Tujuan konsep asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan
keselamatan ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga
bahagia dan berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan keluarganya
dengan menumbuhkan rasa percaya diri.

7
1. aspek budaya dalam pelayanan kebidanan
Dalam masyarakat pada umumnaya pentingnya akan kesehatan masih
banyak yang belum sepenuhnya memahami,terutama pada orang awam yang
masih menjunjung tinggi adat istiadat dan budaya daerah mereka dan
kepercayaan pada nenek moyang atau orang terdahulu sebelum mereka,meraka
masih mempercayai mitos-mitos tentang cara-cara mengobati masalah
kesehatan,padahal pada faktanya kegiatan mereka tersebut malah menjadi
penghambat dalam peningkatan kesehatan masyarakat terutama masalah
kesehatan ibu dan anak.apa lagi di era sekarang ini kondisi kesehatan ibu dan anak
sangat-sangat memprihatinkan.masih banyak anak-anak yag nutrisi dan gizinya
belum tercukupi,karena sebagian masyarakat masih menganggap bahwa apa yang
telah di berikan orang terdahulu mereka harus di berikan kepada anak mereka
sekarang.
2. Cara-Cara Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktek Kebidanan
Dalam sebuah praktek kebidanan tidak sedikit hambatan dalam
melaksanakanya terutama pada masyarakat plosok desa dan yang masih
mebjunjung tinggi budaya dan mitos mereka.kita sebagai tenga kesehatan
bidan,harus bisa melakukan pendekatan kepada masyaratnya agar tidak slah
kaprah tentang mitos-mitos yang di percayai oleh mereka.banyak akses untuk
melakukan pendekatan sosial budaya dalam praktek kebidanan terhadap orang
awam,sehingga yang di inginkan orang-orang awam lebih tahu tentang masalah
lingkup kehatan,terutama keshatan untuk dirinya sendri,yang di harapkan bisa
mencegah atau mengobati penyakit pada dirinya sendri untuk penyakit tipe
ringan,seperti demam.
Contoh-Contoh Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktek Kebidanan
 Paendekatan melalui masing-masing keluraga,jadi setiap kelurga di
lakukan pendekatan
 Pendekatan melalui langsung pada setiap individunya sendri,mungkin
cara ini lebih efektif
 Sering melakukan penyuluhan di setiap PKK atu RT tentang maslah
dan penangulangi kesehatan.

8
 Mengikuti arus sosial budaya yang ada dalam masyarakat
tersebut,kemudian klau ssudah memahami,kita mulai melakukan
pendekatan secar perlahan-lahan
 Melawan arus dalam kehidupan sosial budaya mereka,sehingga kita
menciptaakan asumsi yang baru kepada mereka,tapi cara ini banyak
tidak mendapatkan respon posive
D. Pengertian Humaniora
Menurut bahasa latin, humaniora disebut artes liberales yaitu studi tentang
kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut
dengan trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora
adalah ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
mencakup etika, logika, estetika, pendidikan pancasila, pendidikan
kewarganegaraan, agama dan fenomenologi. Yang sering disebut sebagai Mata
Kuliah Dasar Umum (MKDU.
1. Alasan Penerapan Humaniora dalam Ilmu Kebidanan
a) Bidan sebagai barisan pertama dalam masyarakat untuk menangani masalah
kesehatan. Hal ini menambah peluang bidang untuk menangani masalah
kemasyarakatan yang sangat memerlukan aturan humaniora dalam
menjalankan kehidupannya.
b) Bidan sebagai pelayan kesehatan yang menangani mempersiapkan kehamilan,
menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan
kesuburan, klimakterium dan menopause yang keseluruhan mencagkup
setengah dari masa kehidupan manusia.
c) Bidan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat yang
mana berhadapan langsung dengan masyarakat itu sendiri. Bidan seringkali
dianggap sebagai seseorang yang tau segala hal, mampu mengobati banyak
penyakit baik yang berhubungan dengan kebidanan maupun masalah
kesehatan secara umum.
d) Bidan sebagai komponen sosial di masyarakat yang menunjukkan empatinya di
hadapan anggota keluarga, sehingga tercermin bahwa keputusan yang dia
ambil semata-mata memang untuk kepentinggan masyarakat.

9
c) Bidan memiliki peluang besar dalam hal aborsi, pembatasan kelahiran yang
hingga kini masih menjadi teka-teki masih kurang jelasnya status ilegal dari
aborsi.
2. Penerapan Ilmu Humaniora dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan
a) Pemberian Asuhan Kebidanan.
Dalam memberikan pelayanan kepada klien, bidan harusnya memenuhi
kode etik dan sumpah profesi yang telah dilakukan sebelum terjun menjadi
bidan antara lain :
o Kewajiban bidan terhadap klien dan masyrakat (6 butir)
o Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
o Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan (2 butir)
o Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
o Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
o Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)
b) Aborsi
Aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu
yang mengakibatkan kematian janin. Aborsi ini menjadi illegal bila dilakukan
dengan sengaja khusunya dalam hal ini adalah dilakukan oleh tenaga bidan
untuk menghentikan kehamilan kliennya.
Ilmu humaniora di sini sangat dibutuhkan sabagai penguat dasar kode etik
bidn, secara otomatis bidan yang memegang teguh kode etik dan memegang
konsep humaniora tidak akan melakukan aborsi ini. Karena selain bukan
merupakan kewenangannya, juga diluar dari kode etiknya.
c) Pembatasan Kehamilan
Semakin melunjaknya jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan
meningkatnya sumber daya alam yang dibutuhkan memacu adanya prosedur
diberlakukannya pembatasan kehamilan. Dalam hal ini merujuk pada 2
sistem pembatasan kelahiran yaitu promotif untuk memiliki 2 anak saja dan
adanya keluarga berencana. Sebenarnya KB ini dapat memicu kontra terkait
pelanggaran hak manusia dalam meneruskan keturunan. Namun setelah dikaji
lebih mendalam, hal ini tidaklah melanggar peri kemanusiaan yang tentunya
juga disendingkan dengan alasan-alasan yang logis. Sehingga diperlukan

10
bidan professional yang mampu memahami penerapan Ilmu humaniora
dalam melaksanakan tugasnya.
E. Pengertian Spiritual
Seorang bidan menganut filosofis yang mempunyai keyakinan di dalam
dirinya bahwa semua manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan
spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan
tidak ada individu yang sama”.
Dalam implementasinya:
“Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner
dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai satu kesatuan fisik,
psikis, emosional, sosial, budaya, spiritual serta pengalaman reproduksi”.
Dalam falsafah kebidanan yang menjadi panduan dalam menjalankan
praktik kebidanan yang termuat dalam Standar Profesi Bidan Indonesia. Profesi
bidan berperan dalam memberikan asuhan yang aman, bersifat holistik, dan
berpusat pada individu di segala batasan usia dan berbagai setting kehidupan
Pendekatan holistik merupakan pendekatan yang paling komprehensif
dalam pelayanan kesehatan, termasuk kebidanan. Dalam pendekatan ini, seorang
individu merupakan sebuah kesatuan yang terdiri dari dimensi fisik, mental,
emosional, sosio kultural dan spiritual, dan setiap bagiannya memiliki hubungan
dan ketergantungan satu sama lain. Untuk mempertahankan seorang individu
sebagai satu kesatuan, pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan salah satu aspek
yang harus diperhatikan disamping pemenuhan terhadap kebutuhan lain
Kajian tentang spiritualitas dalam kaitannya dengan pelayanan kesehatan
sebagian besar hanya membahas tentang spiritualitas pada akhir kehidupan,
sedangkan aspek spiritualitas sendiri juga melekat pada praktik dan peran bidan
dalam memberikan pelayanan kesehatan (kebidanan), dan termasuk di dalamnya
adalah proses kelahiran. Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018) dalam
penelitiannya berjudul “Keseimbangan Fisik, Psikis, dan Spiritual Islam pada
Masa Kehamilan dan Persalinan” memaparkan tentang pentingnya keseimbangan
fisik, psikis dan spiritual dalam asuhan kebidanan. Dalam penelitian tersebut
disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menganut budaya ketimuran
dalam tatanan kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Keberagaman agama dan

11
budaya merupakan entitas yang mendasari pentingnya pemenuhan kebutuhan
spiritual ibu hamil dengan mempertemukan kedua komponen tersebut.
1. Spiritual Care
Asuhan kebidanan yang dilakukan secara holistik pada masa kehamilan
berdampak positif pada hasil persalinan. Pengabaian terhadap aspek spiritual
dapat menyebabkan klien akan mengalami tekanan secara spiritual. Dalam
melakukan asuhan kebidanan yang holistik, pemenuhan kebutuhan spiritual klien
dilakukan dengan pemberian spiritual care. Aspek penghormatan, menghargai
martabat dan memberikan asuhan dengan penuh kasih sayang merupakan bagian
dari asuhan ini. Donia Baldacchino (2015) dalam publikasinya yang berjudul
Spiritual Care Education of Health Care Professionals menyebutkan bahwa
dalam memberikan spiritual care, tenaga kesehatan (bidan) berperan dalam upaya
mengenali dan memenuhi kebutuhan spiritual klien dengan memperhatikan aspek
penghormatan pada klien. Bidan juga berperan memfasilitasi klien dalam
melakukan kegiatan ritual keagamaan. Selain itu, membangun komunikasi,
memberikan perhatian, dukungan, menunjukkan empati, serta membantu klien
untuk menemukan makna dan tujuan dari hidup, termasuk berkaitan dengan
kondisi yang sedang mereka hadapi. Spiritual care dapat membantu klien untuk
dapat bersyukur dalam kehidupan mereka, mendapatkan ketenangan dalam diri,
dan menemukan strategi dalam menghadapi rasa sakit maupun ketidaknyamanan
yang dialami, baik dalam masa kehamilan, maupun persalinan.
Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa transformatif dalam
kehidupan seorang wanita. Pemberian asuhan kebidanan dengan tidak
mengabaikan aspek spiritual merupakan hal yang sangat penting dalam
menunjang kebutuhan klien. Ibu dan bayi yang sehat, fase tumbuh kembang anak
yang sehat, serta menjadi manusia yang berhasil dan berkontribusi positif bagi
masyarakat merupakan harapan bersama. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang
berperan dalam kesehatan ibu dan anak diharapkan agar dapat memberikan
asuhan dengan pemahaman holistik terhadap wanita. Mengutip dari Fatma
Sylvana Dewi Harahap (2018) "merekonstruksi bangunan keseimbangan
kesehatan dengan sinergitas fisik, psikis, dan spiritualitas perlu dilakukan melalui
pendidikan dan pelayanan kebidanan".

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan
masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah
kerjanya. Seorang bidan harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat
khususnya, berkaitan dengan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir,
balita, anak-anak, remaja hingga lansia.
Seorang bidan perlu mempelajari sosial budaya masyarakat tersebut yang
meliputi pengetahuan penduduk, tradisi dan kebiasaan sehari-hari. Budaya
tersebut baik dipandang melalui norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian dan
lain-lain. Melalui kegiatan tersebutlah bidan bisa melakukan promosi kesehatan
kepada masyarakat dan melakukan berbagai penyuluhan agar tercipta masyarakat
yang sehat dan sejahtera.
B. Saran
Sebagai tenaga medis yang dekat dengan masyarakat, bidan haruslah
memahami adat istiadat dan tradisi setemmpat yang berhubungan dengan
pelayanan kebidanan. Kemudian dengan mempelajari hal tersebut bidan akan
lebih mudah masuk ke masyarakat dan melakukan berbagai promosi kesehatan
dan penyuluhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk, 2005.Psikologi Pada Persalinan Dan Postpartum Edisi 4. Penerbit :


EGC. Jakarta
Dayakisni & Yuniardi, 2012. Bebas Stress Usai Melahirkan. Penerbit : Javalitera.
Jogjakarta
Kartono. 2010.Budaya bersumber dari cerita turun menurun dalam masyarakat
kepercayaan.Penerbit : Alfabeta. Bandung
Supiati, Murwat. 2014. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi depresi
postpartum. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan.Volume 3 No 2 November
2014, hlm 106-214.
Herman. 2009. Prevalence Of Depression Among Postpartum Women. Journal of
Nursing
Iskandar. 2009. Penerapan Edinburgh Postpartum Depression Scale sebagai alat
deteksi resiko depresi nifas pada primipara dan multipara.
JurnalKeperawatan Indonesia Vol.14, no 2, juli 2011; hal 95-100.
Sosa, Roberto. 2001.yang dikutip dari Musbikin tentang pendamping atau
kehadiran orang kedua dalam proses persalinan,
Wikipedia.org. 2015. Diakses tanggal 05 Maret 2018
Mochtar. 2013. Postpartum Depression In Asian Culture . Journal ofNursing
studies.
Saifuddin. 2001. Problem Psikologis Pasien Pra dan Pasca Melahirkan dan
Solusinya dengan Bimbingan Rohani Islam. Skripsi. Universitas
Walisongo
Sjafriani, 2007. Psikologi Ibu Dan Anak P. 45k. Penerbit : Fitramaya. Yogyakarta
Aryasatiani. 2005. Asuhan kebidanan persalinan. Penerbit : Pustaka Rihama.
Yogyakarta:
Susianawati. 2009.Pengaruh pendampingan suami terhadap tingkat kecemasan
ibu selama proses persalinan normal.

14
BUDAYA DAN ADAT DALAM SUHAN KEBIDANAN

Disusun Oleh :

FENNY MAHLIA PINEM


Nim :

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
PADANGSIDIMPUAN
2019

15
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga saya
berhasil menyelesaikan makalah “BUDAYA DAN ADAT DALAM ASUHAN
KEBIDANAN” Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis selesaikan ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari bersifat membangun guna kesempurnaan makalah penulis selanjutnya.
Akhir kata, penulis menyucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
penulis berharap agar makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua.

Padangsidimpuan, November 2019

Penulis

i16
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perbedaan adat dn budaya ............................................................ 3
B. Penerapan budaya pada kehamilan,
persalinan, nifas dah bbl .............................................................. 4
C. Adat yang mempengaruhi asuhan ............................................... 7
D. Pengertian humaniora dalam asuhan ........................................... 9
E. Pengertian spiritual dalam asuhan ............................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 17
B. Saran ............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

17ii
18
19

Anda mungkin juga menyukai