Anda di halaman 1dari 7

INOVASI PEMERDAYAAN: SINERGI KAMPUNG KB DENGAN

GERMAS DI DESA MEKARJAYA


KEC MERBAU MATARAM LAMPUNG SELATAN

Oleh :

Yuli mihartini
NPM 17420060

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG, 2018
1. Latar Belakang

Kampung KB menjadi salah satu inovasi strategis untuk dapat


mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program KKBPK secara
utuh di lini lapangan. Sebab Kampung KB merupakan salah satu bentuk
atau model miniature pelaksanaan total Program KKBPK secara utuh yang
melibatkan seluruh bidang di lingkungan BKKBN dan bersinergi dengan
Kementerian atau Lembaga, Mitra Kerja, Stacholder, instansi terkait sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi wilayah.
kampung KB adalah upaya penguatan Program Kependudukan Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat sekaligus ikut
menggerakan, menghidupkan dan menggelorakan kampung KB,
Kampung KB juga merupakan salah satu program nawacita untuk
memajukan daerah pinggiran dengan melibatkan instansi terkait dalam
Program Kampung KB

Kampung KB dilator belakangi oleh :(1) Program KB tidak lagi bergema dan
terdengar gaungnya seperti pada era Orde Baru, (2) untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau yang setara melalui
program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
(KKBPK) serta pembangunan sektor terkait dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil berkualitas. (3) penguatan program KKBPK yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat, (4) Mewujudkan cita-cita
pembangunan Indonesia yang tertuang dalam Nawacita terutama agenda
prioritas ke 3 yaitu “ Memulai pembangunan dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan" serta
Agenda Prioritas ke 5, yaitu " Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Indonesia ", (5) mengangkat dan menggairahkan kembali program KB guna
menyongsong tercapainya bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada
tahun 2010 – 2030.

Tujuan Dibentuknya Kampung KB secara umum untuk meningkatkan kualitas


hidup masyarakat di tingkat kampung atau yang setara melalui program
KKBPK serta pembangunan sektor terkait lainnya dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil berkualitas. Sedangkan secara khusus, Kampung KB ini
dibentuk selain untuk meningkatkan peran serta pemerintah, lembaga non
pemerintah dan swasta dalam memfasilitasi, mendampingi dan membina
masyarakat untuk menyelenggarakan program KKBPK dan pembangunan
sektor terkait, juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pembangunan berwawasan kependudukan.

hal yang melatar belakanginya, yaitu :(1) Program KB tidak lagi bergema dan
terdengar gaungnya seperti pada era Orde Baru, (2) untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung atau yang setara melalui
program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
(KKBPK) serta pembangunan sektor terkait dalam rangka mewujudkan
3

keluarga kecil berkualitas. (3) penguatan program KKBPK yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat, (4) Mewujudkan cita-cita
pembangunan Indonesia yang tertuang dalam Nawacita terutama agenda
prioritas ke 3 yaitu “ Memulai pembangunan dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan" serta
Agenda Prioritas ke 5, yaitu " Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Indonesia ", (5) mengangkat dan menggairahkan kembali program KB guna
menyongsong tercapainya bonus demografi yang diprediksi akan terjadi pada
tahun 2010 – 2030.

Tujuan Dibentuknya Kampung KB secara umum untuk meningkatkan kualitas


hidup masyarakat di tingkat kampung atau yang setara melalui program
KKBPK serta pembangunan sektor terkait lainnya dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil berkualitas. Sedangkan secara khusus, Kampung KB ini
dibentuk selain untuk meningkatkan peran serta pemerintah, lembaga non
pemerintah dan swasta dalam memfasilitasi, mendampingi dan membina
masyarakat untuk menyelenggarakan program KKBPK dan pembangunan
sektor terkait, juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pembangunan berwawasan kependudukan.

sasaran Kegiatan Kampung KB yang merupakan subyek dan obyek dalam


pelaksanaan kegiatan operasional pada Kampung KB selain keluarga.
Pasangan Usia Subur (PUS), lansia, dan remaja juga keluarga yang memiliki
balita, keluarga yang memiliki remaja dan keluarga yang memiliki lansia.
Sedangkan sasaran sektoral disesuaikan dengan bidang tugas masing-masing
yang pelaksananya adalah Kepala Desa/Lurah, Ketua RW, Ketua RT, PKB,
Petugas lapangan sektor terkait, TP PKK, kader Institusi Masyarakat Pedesaan
(IMP) dalam hal ini PPKBD dan Sub PPKBD, tokoh masyarakat, tokoh adat,
tokohagamat, tokoh pemuda serta kader pembangunan lainnya.

GERMAS adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan


secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran,
kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas
hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga
adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian, mulai
dari proses pembelajaran hingga menuju kemandirian. GERMAS menjadi
momentum bagi masyarakat guna membudayakan pola hidup sehat.

GERMAS meliputi kegiatan: Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi sayur


dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan
secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban. Pada
tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga
kegiatan, yaitu: 1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, 2)
Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin
minimal 6 bulan sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit.
4

Benang merah antara kegiatan Kampung KB dan ermas adalah sama-sama


berfokus pada “keluarga”. Keluarga adalah kunci utama membangun karakter
bangsa.

Keluarga merupakan pilar pembangunan bangsa  Keluarga merupakan


lingkungan pertama dan utama yang mempunyai peranan penting dalam
memenuhi kebutuhan “asah, asih, dan asuh “  Keluarga merupakan tumpuan
untuk menumbuh kembangkan dan menyalurkan potensi setiap anggota
keluarga  Dapat diimplementasikan pada intervensi Kampung KB dan
diintegrasikan dengan Tujuan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

2. Analisis
Input
a. Permasalahan:

Desa mekarjaya Kecamatan Merbau mataram lampung selatan tingkat


kepersertaan KB rendah, jumlah keluarga miskin diatas rata-rata
Kecamatan pencapaian KB di desa sangat rendah. Rata-rata
Pendidikan masyarakat rendah dan infrastruktur kurang memadai

Kecamatan merbau mataram memiliki luas wilayah 13,94 Km2


(5,68%) dengan jumlah kepadatan penduduk per Km2 pada tahun 2012
adalah 419,2 lalu pada 2013 sebanyak 418,38 pada 2014 sebanyak
458,40 pada 2015 sebanyak 463,24 d pada 2017 sebanyak 487,30.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun


2016 sebanyak 158.380 jiwa dan yang telah mempunyai kartu Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) sebanyak 580.459 jiwa atau 58,47% dari
jumlah seluruh penduduk Kabupaten Lampung Selatan.

Komposisi penduduk Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2016


menurut kelompok umur adalah berusia muda (umur 0-14 tahun)
sebanyak 286.432 jiwa (29,14%), berusia produktif (umur 15-59
tahun) sebanyak 618,399 jiwa (62,92%) dan berusia lanjut (umur 60
tahun keatas) sebanyak 78,054 jiwa (7,94%).

Persentase angka melek huruf di Kabupaten Lampung Selatan tahun


2016 sebesar 96,79% (744.397 orang) yang terdiri dari laki-laki
sebesar 98,24% (386.300 orang) dan perempuan sebesar 95,28%
(358.097 orang)

Sarana pendidikan dasar di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2016


adalah Sekolah Dasar (SD) Tahun 2016 berjumlah 488 sekolah dengan
jumlah murid sebanyak 99.531 siswa dan jumlah guru sebanyak 5.954
guru. Sedangkan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tahun
2016 berjumlah 140 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 33.603
siswa dan jumlah guru sebanyak 2.662 guru.
5

b. 7 Potensi Masyarakat untuk mengukur tingkat pemberdayaan


masyarakat
1. Leader/Keberadaan Tokoh masyarakat/leader
 Camat, Kepala desa, sekertaris desa,
 Tim penggerak PKK :

2. Organization/keberadaan Organisasi kemasyarakatan


Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Wanita, Tokoh Pemuda,
Tokoh Profesi (kelompok wanita tani/KWT), Kelompok usaha
Bersama (KUB) Perikanan, Forum masyarakat peduli kesehatan,
Karang taruna Remaja.

3. Funding/kesediaan dana masyarakat


Dana desa salah satunya diprioritaskan untuk bidang kesehatan.

4. Material/ kesediaan sarana dan material yang dimiliki masyarakat


Kekayaan alam, tanah yang subur menjadi tempat bercocok tanam
yang baik
5. Knowledge/tingkat pengetahuan masyarakat
Pengetahuan masyarakat tentang KB hanya sebatas KB untuk
pencegahan kehamilan dan pengetahuan tentang praktik germas
rendah
6. Technology/ kesediaan teknologi yang dimiliki masyarakat
Kemajuan teknologi telepon seluler sebagai sumber komunikasi
dan informasi
7. Decision making (pengambilan keputusan) oleh masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan ditingkat
desa melalui musyawarah tingkat desa (musyawarah masyarakat
desa)
3. Proses
a. Advokasi.
meyakinkan pengambil kebijakan, khususnya bupati/walikota, wakil
bupati/wakil walikota, serta sekretaris daerah. Kemudian membangun
kerjasama kepada semua pihak mulai dari level penentu kebijakan
hingga pelaksana.
Camat. Melakukan pendekatan/lobi-lobi kepada camat agar
tersampaikan pesan terkait tujuan kampung KB untuk mewujudkan
keluarga kecil bahagia sejahtera dengan melaksanakan delapan fungsi
keluarga. membantu keluarga lebih bahagia dan sejahtera, terbebas dari
kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan diharapkan dengan
advokasi menghasilkan komitmen dan kegiatan mencanangkan
Kampung KB ditingkat kecamatan mencakup seluruh desa.
Melakukan advokasi ke Kepala desa agar kepala desa mendukung dan
peduli pada program ini salah satunya dengan mengganggarkan dana
desa terkait kegiatan kampung KB terintegrasi germas.
b. Bina Suasana
6

Menyebarluaskan informasi bahwa Bupati Lampung selatan saja


memiliki komitmen dan berdedikasi tinggi terhadap program KB,
kependudukan serta pembangunan keluarga. Menciptakan suasana di
masyarakat yang akan menerima konsep kampung KB sehingga
masyarakat wajib mensukseskan program ini mengingat manfaat
kampung KB akan dirasakan langsung oleh masyarakat. Melaksanakan
kegiatan diskusi dua arah dengan masyarakat terkait KB kontrasepsi
mantap bagi pria dan wanita

c. Gerakan pemberdayaan masyarakat


Kampung memiliki rencana kerja termasuk rencana kegiatan potensial
yang bisa dilakukan untuk mengembangkan Kampung KB. menyusun
perencanaan atau rencana kerja yang sesuai dengan kebutuhan desa.
Untuk mendukung hal itu dibutuhkan pula peningkatan kapasitas bagi
pengelola Kampung KB. Dibentuknya usaha peningkatan pendapatan
keluarga sejahtera (UPPKS) sebagai usaha ekonomi produktif . dalam
proses perencanaan juga melibatkan seluruh masyarakat terutama
dalam pemetaan dan perumusan isu misalnya dalam mengidentifikasi
sasaran wilayah, asasaran langsung, menggambar peta desa dan
wilayah kampung KB, mengidentifikasi sarana prasana yang ada,
mengidentifikasi data kependudukan, pengidentifikasi program
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, mengidentifikasi isu.

d. Kemitraan dengan Lembaga terkait seperti


Timbulnya komitmen, kolaborasi, serta inovasi yang baik dan menarik
dari semua pihak termasuk dari para pemegang kebijakan maupun
masyarakat. menjalin kolaborasi dengan lintas sektor agar bisa
melakukan integrasi dan kolaborasi program dengan Kampung KB.
Keberadaan PWG, DWG, Tim KB Kecamatan dan dan Tim KB
Desa/Kelurahan juga membuat semua upaya yang dilakukan menjadi
lebih mudah dan terarah. Selain itu, diperlukan juga fasilitator yang
bisa mendampingi pelaksanaan program Kampung KB.
Saat proses perencanaan/ diskusi penyusunan rencana kerja melibatkan
lintas sektor. Peserta dari desa yang terlibat antara lain kepala desa,
perangkat desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), kader
KB/kesehatan, PLKB, bidan dan tokoh agama, tokoh masyarakat,
termasuk atau Pokja Kampung KB di desa/kelurahan. Peserta dalam
kelompok sebanyak 7-8 orang. Diskusi mengutamakan keterlibatan
aktif setiap peserta. Keseleruhan proses dilakukan selama 3 hari
(masing-masing 8 jam/hari).

Kemitraan dengan organisasi keagamaan, lembaga swadaya


masyarakat (LSM), organisasi profesi, akademisi, lembaga donor,
CSR: PT semen Holcim, PT Semen Padang, PT. Coca Cola Amatil
Lampung,

4. Output
7

KB tidak Sebatas sebatas alat kontrasepsi pencegah kehamilan namun


merupakan jalan untuk mewujudkan keluarga kecil yang mandiri, sejahtera
dan berkualitas. Terwujudnya target 1 kampung KB yang bersinergi dengan
germas tiap kecamatan di tahun 2017 dan kampung lain diharapkan segera
mengikuti jejak
5. Outcome
Kampung KB tidak hanya identik dengan penggunaan dan pemasangan
kontrasepsi, akan tetapi merupakan sebuah program pembangunan terpadu dan
terintegrasi dengan berbagai program pembangunan lainnya, sehingga wadah
Kampung KB ini dapat kita jadikan sebagai wahana pemberdayaan
masyarakat melalui berbagai macam program yang mengarah pada upaya
merubah sikap, prilaku dan cara berfikir ( mindset ) masyarakat kearah yang
lebih baik, sehingga kampung yang tadinya tertinggal dan terbelakang dapat
sejajar dengan kampung-kampung lainnya, masyarakat yang tadinya tidak
memiliki kegiatan dapat bergabung dengan poktan-poktan yang ada, keluarga
yang tadinya tidak memiliki usaha dapat bergabung menjadi anggota UPPKS
yang ada. Tidak hanya membuat kesepakatan atau komitmen diatas kertas,
namun bertambahnya ketekunan, kesabaran, kebersamaan serta kerja keras
yang diaplikasikan dalam wujud nyata, lebih-lebih membangun masyarakat
terutama masyarakat pinggiran.

Anda mungkin juga menyukai