Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

Asuhan Keperawatan pada An. H dengan


Penyakit Speech Delay di Ruangan Mother & Child RS Wahidin Sudirohusodo
Makassar Tahun 2019

Kelompok 1 :

Sarina Sukri Pegi Yuliani


Nurindah Wahyuni Noor Azizah Lukman
Aisyah Girindra Nurfadillah R
Rugaiyah Suryanti

CI LAHAN CI INSTITUSI

[ ] [ ]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR............................................... ...............................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4


A. Defenisi ........................................................................................................................... 4
B. Etiologi ............................................................................................................................ 5
C. Manifestasi Klinis ........................................................................................................... 9
D. Pemeriksaan penunjang ................................................................................................ 10
E. Penatalaksanaan ............................................................................................................ 11
BAB II KONSEP KEPERAWATAN ...................................................................................... 14
A. Pengkajian ..................................................................................................................... 14
B. Analisa Data Dan Rumusan Diagnosa Keperawatan Nanda ........................................ 24
C. Penyimpangan KDM .................................................................................................... 25
D. Intervensi Keperawatan (Noc Dan Nic) ........................................................................ 26
E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan .................................................................... 29
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 33
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 36
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 36
B. Saran ............................................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 37

2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan pada An. H
dengan Penyakit Speech Delay di Ruangan Mother & Child RS Wahidin Sudirohusodo
Makassar Tahun 2019 tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan kausu ini. Kami menyadari bahwa laporan kasus ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Makassar, 12 Juli 2019

Penyusun

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Defenisi

Speech delay/ keterlambatan berbicara adalah masalah dalam komunikasi


dan bagian bagian yang berhubungan dengannya seperti fungsi organ bicara.
Keterlambatan dan kelainan mungkin bervariasi dari yang ringan tau tidak ada
pengaruhnya berhadap kehidupan sehari-hari dan sosialisasi, sampai yang tidak
mampu untuk mengeluarkan suara atau memahami dan mempergunakan bahasa
Hanya sebagian kecil anak-anak dengan kelainan bicara dan bahasa yang termasuk
sangat berat. Kadang-kadang mereka terisolasi dari teman-temannya dan lingkungar
pendidikannya. Kelainan komunikasi dan bahasa juga dapat timbul sebagai dampak
dari adanya kelainan kognitif, neurologis, dan fisik.
Perkembangan bahasa secara normal pada anak dapat dibagi dalam
beberapa fase yaitu:
1. Umur 1 tahun : dapat berbicara dua atau tiga kata yang sudah bermakna.
Contoh menirukan suara binatang, menyebutkan nama “papa”, “mama”. Dalam
berbicara 25 % kata-katanya tidak jelas dan kedengarannya tidak biasa
(unfimiliar).
2. Umur 2 tahun : dapat menggunakan 2 sampai 3 phrase serta memiliki
perbendaharaan bahasa kurang-lebih 300 kata, serta mampu menggunakan kata
“saya”, “milikku”. 50 % kata-kata konteksnya masih belum jelas.
3. Umur 3 tahun : berbicara 4 hingga 5 kalimat serta memiliki sekitar 900 kata.
Dapat menggunakan kata siapa, apa, dan dimana dalam menanyakan suatu
pertanyaan. 75 % kata-kata dan kalimat jelas.
4. Umur 4-5 tahun : memiliki 1500 - 2100 kosa kata. Dapat menggunakan
grammar dengan benar terutama yang berhubungan dengan waktu. Dapat
menggunakan kalimat dengan lengkap baik, kata-kata, kata kerja, kata depan,
kata sifat maupun kata sambung. 100 % kata-kata sudah jelas dan beberapa
ucapan masih belum sempurna.
5. Umur 5 - 6 tahun ; memiliki 3000 kata, dapat menggabungkan kata jika, sebab,
dan mengapa (Wong , 2008).
Menurut Van Tiel (2011) terdapat beberapa jenis speech delay antara lain:
4
1. Speech and language expressif disorder yaitu anak yang mengalami gangguan
pada ekspresi bahasa
2. Spesific languge impairment yaitu gangguan bahasa merupakan gangguan
primer yang disebabkan karena gangguan perkembangannya sendiri, tidak
disebabkan karena gangguan sensoris, gangguan neurologis, dan gangguan
kognitif (inteligensi)
3. Centrum auditory processing disorder yaitu gangguan bicara tidak disebabkan
karena masalah pada organ pendengarannya. Pendengarannya sendiri berada
dalam kondisi baik, namun mengalami kesulitan dalam pemrosesan informasi
yang tempatnya didalam otak
4. Pure dysphatic development yaitu gangguan perkembangan bicara dan bahasa
ekspresif yang mempunyai kelemahan pada sistem fonetik
5. Gifted visual spatial learner yaitu karakteristik giffed visual spatial learner baik
pada tumbuh kembangnya, kepribadiannya mapupun karakteristik gifednessnya
sendiri
6. Diynchronous develpoment yaitu perkembangan seorang anak gifted pada
dasarnya terdapat penyimpangan perkembangan dari pola normal. Ada
ketidaksinkronan perkembangan internal dan ketidaksinkronan perkembangan
eksternal (Van, 2011).
B. Etiologi

Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan berbicara adalah


gangguan pendengaran, kelainan organ biacara, retardasi mental,kelainan genetik
atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan
deprivasi lingkungan. Faktor penyebab gangguan bicara dapat dirinci sebagai
berikut:
1. Faktor Internal.
Berbagai faktor internal atau faktor biologis tubuh seperti faktor persepsi,
kognisi dan prematuritas dianggap sebagai faktor penyebab keterlambatan
bicara pada anak.
a. Persepsi. Kemampuan membedakan informasi yang masuk disebut persepsi.
Persepsi berkembang dalam 4 aspek: pertumbuhan, termasuk perkembangan
sel saraf dan keseluruhan sistem; stimulasi, berupa masukan dari lingkungan
meliputi seluruh aspek sensori, kebiasaan, yang merupakan hasil dari skema

5
yang sering terbentuk. Kebiasaan, habituasi, menjadikan bayi mendapat
stimulasi baru yang kemudian akan tersimpan dan selanjutnya dikeluarkan
dalam proses belajar bahasa anak
b. Kognisi. Anak pada usia ini sangat aktif mengatur pengalamannya ke dalam
kelompok umum maupun konsep yang lebih besar. Anak belajar
mewakilkan, melambangkan ide dan konsep.
c. Genetik. Berbagai penelitian menunjukkan, bahwa gangguan bahasa
merupakan kecenderungan dalam suatu keluarga yang dapat terjadi sekitar
40% hingga 70%. Separuh keluarga yang memiliki anak dengan gangguan
bahasa, minimal satu dari anggota keluarganya memiliki masalah bahasa.
Orang tua dapat berpengaruh karena faktor keturunan sehingga bertanggung
jawab terhadap faktor genetik
d. Prematuritas. Penyebab khusus berkaitan antara permasalahan periode pre
atau perinatal dengan gangguan bicara dan bahasa juga telah dibuktikan.
Infeksi selama kehamilan, imaturitas dan berat badan lahir rendah dilaporkan
mempunyai efek negatif pada perkembangan bicara dan bahasa.
2. Faktor Eksternal (Faktor Lingkungan)
Faktor lingkungan termasuk yang paling menentukan. Faktor lingkungan di
mana seorang anak dibesarkan telah lama dikenal sebagai faktor penting yang
menentukan perkembangan anak. Banyak anak yang berasal dari daerah yang
sosial ekonominya buruk disertai berbagai layanan kesehatan yang tidak
memadai, asupan nutrisi yang buruk merupakan keadaan tekanan dan gangguan
lingkungan yang mengganggu berbagai pertumbuhan dan perkembangan anak,
diantaranya gangguan bahasa (Sunanik , 2013).
Dalam studi tentang gangguan bahasa dan bicara (Speech Language
Pathology), secara umum gangguan berbicara meliputi, gangguan kefasihan,
gangguan artikulasi, dan gangguan suara.
1. Gangguan Kefasihan
Penderita yang mengalami gangguan kefasihan berbicara (fluency
disorder) biasanya mengalami kegagapan, pengulangan kata-kata, latah,
atau memperpanjang bunyi, silaba, atau kata tertentu. Gangguan kefasihan
umum terjadi pada anak-anak, misalnya menambahkan bunyi ‘oh’,
mengganti kalimat (seperti ‘mama pergi – mama ke pasar’), mengulangi
frasa (seperti ‘aku mau, aku mau, aku mau pulang’, atau mengulangi bunyi
6
(seperti ‘a-a-a- aku mau permen). Seiring bertambahnya usia dan
pengetahuannya tentang bahasa, gangguan kefasihan tersebut bisa hilang.
Namun demikian, gangguan tersebut bisa saja bertahan hingga dewasa yang
dapat menghambatnya dalam interaksi sosial.
Gagap biasanya diderita oleh anak-anak dan biasanya hilang seiring
pertambahan usianya. Namun demikian, tidak sedikit orang dewasa yang
menderita gagap. Orang yang gagap sebenarnya tahu bahwa tuturan yang
dihasilkannya tidak benar, namuin mereka tidak mampu mengendalikannya
ujarannya. Selain gangguan komunikasi, orang yang mengalami kegagapan
juga dapat mengalami gangguan psikologis seperti minder dan enggan
bergaul.
Belum ada yang tahu penyebab yang pasti mengapa seseorang
mengalami kegagapan. Namun, para ilmuan menemukan bahwa 50%
penderita gagap memiliki riwayat anggota keluarga yang mengalami
kegagapan. Hal ini menunjukan bahwa gagap merupakan gangguan yang
dibawa secara genetis. Para peneliti tersebut juga menemukan bahwa laki-
laki lebih banyak menderita gagap dari pada perempuan.
Selain gagap, gangguan kefasihan juga dapat berupa gangguan
psikogenik seperti berbicara manja, berbicara kemayu, dan latah.
2. Gangguan Artikulasi
Artikulasi bunyi melibatkan organ bicara seperti lidah, gigi, bibir,
dan palatal. Ganguan artikulasi dapat diakibatkan oleh kangker mulut dan
tenggorokan, kecelakaan, bawaan lahir (seperti celah bibir), atau faktor lain
yang mengakibatkan rusaknya organ bicara. Orang yang mengalai
gangguan artikulasi biasanya bermasalah dalam melafalkan bunyi atau
melafalkan bunyi dengan keliru. Perubahan bunyi b menjadi w, seperti pada
pelafalan ’wambut’ untuk kata ‘rambut’, penghilangan bunyi, seperti pada
pelafalan ‘and’ untuk kata ‘hand’, salah pengucapan, seperti pada pelafalan
‘tsutsu’ untuk kata ‘susu’. Beberapa kesalahan artikulasi juga dipengaruhi
oleh faktor bahasa ibu dan dialek daerah.
Gangguan artikulasi pada anak-anak masih dianggap normal, namun
seiring perkembangannya, jika gangguan artikulasi masih terjadi, maka hal
tersebut sudah dapat dianggap sebagai sebuah kelainan atau penyakit.
Walaupun gangguan artikulasi pada anak-anak tidak menghambatnya dalam
7
berkomunikasi, namun pada usia sekolah biasanya mereka menjadi bahan
tertewaan teman-temannya.
Selain faktor rusaknya organ wicara, faktor neurologis juga dapat
mengakibatkan gangguan artikulasi. Dysarthria adalah gangguan motorik
yang diakibatkan oleh lesi pada otak di daerah yang bertanggung jawab
untuk perencanaan, eksekusi, dan pengendalian gerakan otot yang
dibutuhkan untuk berbicara. Dysarthria umumnya ditemukan pada orang
yang pernah mengalaim stroke, tumor, dan penyakit degenerative seperti
Parkinson. Orang yang mengalami Dysarthria biasanya mengalami serak
atau parau, bahkan tidak dapat berbicara sama sekali. Penderita biasanya
berbicara pelan, tidak jelas, dan sulit dimengerti karena kesalahan artikulasi
konsonan. Indikasi lain Dysarthria biasanya penderita berbicara melalui
hidung dan seperti bergumam. Namun demikian, gejalana tergantung pada
lokasi dan kadar kerusakan sistem saraf.
3. Gangguan Suara
Ganguan suara meliputi gangguan nada, gangguan kualitas bunyi,
dan gangguan kenyaringan. Gangguan suara biasanya dapat berupa
kemonotanan nada, parau, serak, bunyi yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi, atau kualitas bunyi nasal seseorang. Gangguan suara dapat
diakibatkan oleh, kecelakaan, kerusakan atau penyakit pada tenggorokan.
Kerusakan atau penyakit pada tenggorokan dapat menyebabkan pita suara
tidak bekerja dengan baik sehingga menyebabkan gangguan suara.
Spasmodic dysphonia merupakan gangguan suara disebabkan oleh
kejangnya pita suara. Hal tersebut menggangu aliran udara pada pita suara
sehingga menghasilakn buny tersendat, gemetar, suara merintih. Kejang
pada pita suara juga dapat menyebabkan Aphonia (hilangnya suara),
puberphonia (rentang suara yang sangat tinggi) dan dysphonia (penurunan
kualitas suara) (Ackermann, Herman, Hertrich, & Ziegler, 2010).
4. Gangguan irama/kelancaran
Salah satu jenis perilaku komunikasi ditandai dengan adanya
pengulangan bunyi atau suku kata dan perpanjangan serta blocking pada
saat berbicara. Misalnya seperti gagap dan bicara latah.

8
5. Gangguan menelan
Disfagia merupakan kesulitan menelan yang terbagi menjadi fase
oral, fase faringeal ,dan fase esofageal yang disebebkan oleh kondisi
patologis, psikogenik dan neurologis.
C. Manifestasi Klinis

Beberapa tanda & gejala yang mungkin anda temukan pada anak dengan
kelainan bahasa ekspresif dan reseptif sebagai berikut:
1. 4-6 bulan
a. Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya
b. Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
2. 8-10 bulan
a. Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian
b. Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya
c. 9-10 bulan tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis
3. 12-15 bulan
a. 12 bulan, belum menunjukkan mimik, belum mampu mengeluarkan
suara, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan
sesuatu, tidak ada kontak mata dengan orang lain
b. 15 bulan, belum mampu memahami arti “tidak boleh”, tidak
memperlihatkan 6 mimik yang berbeda, tidak dapat mengucapkan 1-3
kata
4. 18-24 bulan
a. 18 bulan, belum dapat mengucapkan 6-10 kata, tidak menunjukkan ke
sesuatu yang menarik perhatian
b. 20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik
c. 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana
d. 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat, tidak
memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi:telepn:piring dan
lain lain, belum dapat ,meniru tingkah laku atau pun kata-kata orang
lain, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya
5. 30-36 bulan
a. 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga

9
b. 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan yang
tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga
6. 3-4 tahun
a. 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal,
dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya
b. 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti “ayah” diucapkan
“aya”
c. 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap
(Narulita, 20019)
D. Pemeriksaan penunjang

1. BERA (Brain Evoked Response Audiometry) merupakan cara pengukuran evoked


potensial (aktifitas listrik yang dihasilkan saraf VIII, pusat pusat neural dan traktus
didalam batang otak) sebagai respon terhadap stimulus audiotorik
2. Pemeriksaan audiometrik
Pemeriksaan audiometrik dilakukan untuk anak anak yang sangat kecil dan untuk
anak anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu.
Ada 4 kategori pengukuran dengan audiometrik
a. Audiometrik tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan
dengan melihat respon dari anak jika stimulus bunyi. Respon yang diberikan
berupa menoleh kearah sumber bunyi atau mencari sumber bunyi.
b. Audiometrik bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang dilakukan
sambil bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan suatu objek pada
tempat tertentu bila ia mendengar bunyi. Dapat dimulai paa usia 3-4 tahun.
c. Audiometrik bicara. Pada tes ini dipakai kata kata yang sudah disusun dalam
silabus pada daftar yang disebut : phonetically balance word LBT (PB List).
Anak diminta untuk mengulangi kata kata yang didengar melalui kaset tape
recorder. Pada tes ini dapat dilihat anak dapat mebedakan bunyi s,r,n,c,h,ch.
Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan anak dalam berbicara
sehari hari dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar.
d. Audiometrik objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus (Virginia &
Meredith , 2017).

10
E. Penatalaksanaan

Penanganan gangguan bicara diawali dengan identifikasi pasein (Sastra, 2011)


seperti, riwayat kesehatan, kemampuan berbicara, kemampuan mendengar,
kemapuan kognitif, dan kemampuan berkomunikasi. Kemudian penanganan
dilanjutkan dengan diagnosis gangguan yang dialami pasien. Setelah hasil diagnosis
didapat, barulah diterapkan terapi yang tepat untuk Pasien.
1. Terapi Bicara
Terapi bicara biasanya menggunakan audio atau video dan cermin. Setelah
pasien mengetahui gangguan yang dideritanya, terapis kemudian mengajarkan
kemampuan berbicara dengan menggunakan metode yang sesuai dengan usia pasien.
Terapi bicara anak-anak biasanya menggunakan pendekatan bermain, boneka,
bermain peran, memasangkan gambar atau kartu. Terapi bicara orang dewasa
biasanya menggunakan metode langsung, yaitu melalui latihan dan praktek. Terapi
artikulasi pada orang dewasa berfokus untuk membantu pasien agar dapat
memproduksi bunyi dengan tepat. Terapi ini biasanya meliputi bagaimana
menempatkan posisi lidah dengan tepat, bentuk rahang, dan mengontrol nafas agar
dapat memproduksi bunyi dengan tepat. Untuk gangguan suara, terapi berfokus pada
bagaimana menghasilkan bunyi yang baik dan memperbaikan tingkah laku yang
mengakibatkan gangguan vokal
2. Terapi Oral Motorik
Terapi ini menggunakan latihan yang tidak melibatkan proses bicara, seperti
minum melalui sedotan, menium balon, atau meniu terompet. Latihan ini bertujuan
untuk melatih dan memperkuat otot yang digunakan untuk berbicara.
3. Terapi Berbasis Komputer
Seiring perkembangan teknologi, para ahli patologi bahasa dan bicara
mengembangkan berbagai piranti lunak yang dapat membantu dalam proses terapi
gangguan bicara, diantaranya:
a. TinyEYE merupakan piranti lunak yang memungkinkan terapi bicara dapat
dilakukan dari jarak jauh. Metode yang digunakan pada piranti ini sama
dengan metode yang dipakai pada terapi tatap muka.
b. Fast ForWord merupakan piranti lunak yang dirancang berdasarkan
masalah pada proses pendengaran. Piranti ini menggunakan permainan

11
yang dirancang untuk memperlambat tempo suara sehingga memungkinkan
pengguna untuk membedakan bunyi.
c. TWIST (Technology with Innovative Speech Therapy) merupakan piranti
lunak yang dikembangkan untuk terapi berbicara bagi penderita stroke,
penderita geger otak, penderita penyakit degeneratif saraf, dan anak-anak
yang mengalami gangguan berbicara.
d. Terapi Intonasi Melodi dapat diterapkan pada penderita stroke yang
mengalami gangguan berbahasa. Musik atau melodi yang digunakan
biasanya yang bertempo lambat, bersifat lrik, dan mempunyai tekana yang
berbeda (Sastra, 2011).
Selain mengembangkan berbagai metode dan instrumen terapi berbicara,
para ahli juga mengembangkan komunikasi alternatif bagi para penderita gangguan
berbicara agar dapat berkomunikasi, seperti bahasa isyarat, bahasa tubuh, papan
komunikasi, atau yang lebih canggih seperti piranti elektronik yang dapat
memproduksi suara.
Gangguan berbicara patut menjadi perhatian serius karena menyangkut aspek
yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yaitu komunikasi. Gangguan
berbicara yang meliputi gangguan kefasihan, gangguan artikulasi, dan gangguan
suara walaupun tidak mengancam kehidupan, namun dapat mempengaruhi
kepercayaan diri dan kualitas kehidupan. Berbagai penyebab baik faktor genetis
maupun faktor non genetis, seperti cacat lahir, kecelakaan, kanker, stroke, geger
otak, dan faktor sosial dapat menyebabkan gangguan bicara. Dengan adanya terapi
bicara dengan berbagai metode terapi banyak orang yang telah terbantu untuk dapt
menjalankan kehidupan dengan kepercayaan diri dan memperoleh kualitas hidup
yang lebih baik.

12
BAB III
WEB OF CAUTION

Faktor internal Faktor eksternal

-pemikiran/persepsi anak -lingkungan yang sepi

-daya tangkap anak -Penggunaan 2 bahasa


- genetik -Tekanan keluarga
-premature
-Kurang sosial ekonomi
-masalah pendengaran

Keterlambatan berbicara
(Speech Delay)

Anak tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang


tuanya
Tidak ada kontak mata
Tidak berespon ketika dipanggil
Tidak menunjukkan mimik
Tidak menunjukkan usaha berkomunikasi

Keluarga/ orang tua Hubungan sosial anak


1. Ansietas 1. Hambatan komunikasi
2. Defisiensi verbal
penegetahuan 2. Risiko keterlambatan
perkembangan

13
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata
a. Identitas Klien :
1) Nama/Nama Panggilan : An. H
2) Tgl Lahir / Usia : 22/09/2015 (3 tahun 9 bulan 4 hari)
3) Jenis Kelamin : Laki-Laki
4) A g a m a : Islam
5) Pendidikan : Belum sekolah
6) Alamat : Makassar
7) Tgl. Pengkajian : 26/06/2019
8) Diagnosa Medis : Speech Delay
9) Rencana Therapi : Kontrol terapi pemberian obat
2. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit

a. Keluhan utama saat pengkajian

Anak belum bisa bicara lancar

b. Keluhan masuk rumah sakit

Anak masuk di polikllinik mother and child dengan tujuan kontrol pemberian obat

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Saat ini anak tampak sangat hiperaktif dan tidak bisa diam. Anak juga tampak
belum bisa berbicara, dan tidak fokus jika dipanggil. Konsentrasi menurun, jika
dipanggil belum mau merespon. Orang tua anak mengatakan anak telah menjalani
terapi pengobatan selama sekitar 6 bulan. Orang tua anak mengatakan juga rutin
control terkait gangguan perkembangan yang dialami An. H. Orang tua
mengatakan cukup cemas apakah anaknya dapat normal seperti anak-anak
lainnya. Saat ini anak hanya dapat mengucapkan 2 kata serta tidak dapat
mempertahankan kontak mata jika berbicara.

b. Riwayat kesehatan lalu (khusus anak usia 0-5 tahun)

1) Prenatal Care

a) Pemeriksaan kehamilan : 8 kali

b) Keluhan selama hamil : tidak ada

c) Riwayat terapi obat : tidak ada

14
d) Kenaikan BB : 3 kg

2) Natal

a) Tempat melahirkan : RS Pertiwi

b) Lama dan jenis persalinan : Normal

c) Penolong persalinan : Dokter

d) Cara memudahkan persalinan : Tidak ada

e) Komplikasi waktu lahir : Robek perineum

3) Post natal

a) Kondisi Bayi : BB Lahir : 3,1 kg PB : 40 cm

b) Masalah bayi saat lahir : Tidak ada

4) Untuk semua usia

a. Penyakit yang pernah dialami : Batuk dan demam

b. Kecelakaan yang dialami : Jatuh dari tempat tidur

c. Pernah alergi : tidak ada

d. Konsumsi obat-obatan bebas : tidak ada

e. Perkembangan anak disbanding saudaranya : lambat

c. Riwayat kesehatan keluarga

1) Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien

2) Genogram tidak dikaji

4. Riwayat Imunisasi

Orang tua anak mengatakan imunisasi lengkap namun tidak mengingat waktu dan
jenis pemberian imunisasi

5. Riwayat tumbuh kembang

a. Pertumbuhan fisik

1) Berat badan : 10 kg

2) Tinggi badan : 85 cm

15
3) Tumbuh gigi : tidak ingat

b. Perkembangan tiap tahap

Usia anak saat:

1) Berguling : tidak ingat


2) Duduk : 5 bulan
3) Merangkap : 5 bulan
4) Berdiri: 12 bulan
5) Berjalan: 15 bulan
6) Senyum kepada orang lain pertama kali : tidak ingat
7) Bicara pertama kali : 25 bulan
8) Berpakaian tanpa bantuan : masih dibantu dalam berpakaian

6. Riwayat nutrisi

a. Pemberian asi

1) Pertama kali disusui : saat lahir

2) Cara pemberian : setiap kali menangis

3) Lama pemberian : 2 tahun

b. Pemberian susu formula

1) Alasan pemberian :-

2) Jumlah pemberian : 2 sampai 3 kali sehari

3) Cara pemberian : menggunakan dot

c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian


0 – 4 bulan Asi 0-24 bulan.

4 – 12 bulan Asi, Makanan pendamping Asi MP dimulai umur 6 bulan


(bubur bayi)

Klien makan makanan seperti


Saat ini biasa yaitu nasi, lauk pauk dan Usia > 1 tahun - sekarang
klien juga meminum susu
formula

7. Riwayat psikososial

a. Anak tinggal di rumah sendiri


16
b. Lingkungan anak berada di tengah kota

c. Ada tangga berbahaya dirumah

d. Hubungan anggota keluarga harmonis

e. Pengasuh anak adalah orang tua; kakek/nenek

8. Riwayat spiritual

a. Support system dalam keluarga

Orang tua klien selalu mendukung kesembuhan An.H namun merasa cukup cemas
dengan kondisi saat ini

b. Kegiatan keagamaan

Keluarga klien beragama islam dan taat beribadah

9. Reaksi hospitalisasi

a. Usia toddeler

Anak menangis, anak menolak perhatian orang lain, anak hiperaktif, anak
menunjukkan minat bermain

b. Reaksi orang tua

Orang tua merasa takut, cemas, sedih, namun orang tua mengatakan tidak sampai
frustasi

10. Aktivitas sehari-hari

a. Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Selera makan Baik Menurun

Menu Makanan Nasi, ikan, dan telur Nasi/ bubur, ikan, telur,

Frekuensi makan 2-3 kali sehari 2-3 kali sehari

Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada


Pembatasan pola
Tidak ada Tidak ada
makan
Cara makan Disuap Disuap

Ritual saat makan Berdoa Berdoa

17
b. Cairan

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Jenis minuman Air putih, susu Air putih, susu

Frekuensi minum Sekitar 3 gelas per hari Sekitar 2 gelas per hari
Saat haus, sesudah Saat haus, sesudah
Kebutuhan cairan
makan makan
Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Menggunakan gelas dan Menggunakan gelas dan
Cara pemenuhan
dot dot

c. Eliminasi BAB dan BAK

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


BAB
 Tempat Popok Popok
pembuangan
 Frekuensi 1 kali sehari 1 kali sehari
 Konsistensi Lembek Lembek
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada
 Obat pencahar Tidak ada Tidak ada
BAK
 Tempat Di toilet Di toilet
pembuangnan
 Frekuensi 3-4 kali sehari 3-4 kali sehari
 Warna dan bau Kuning dan pesing Kuning dan pesing
 Volume Tidak teukur Tidak teukur
 Kesulitan Tidak ada Tidak ada

d. Istirahat Tidur

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Jam tidur
 Siang 13.00-16.00 Tidak menentu
 Malam 22.00-06.00 Tidak menentu
Pola tidur Teratur Tidak teratur
Kebiasaan sebelum
Bermain Bermain
tidur
Anak baru bisa tidur jika Anak baru bisa tidur jika
Kesulitan tidur
dalam keadaan gelap dalam keadaan gelap

18
e. Olahraga

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Program olahraga - -

Jenis dan frekuensi - -


Kondisi setelah
- -
olahraga

f. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Mandi
 Cara Dimandikan Dimandikan
 Frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari
 Alat mandi Sabun mandi Sabun mandi
Cuci Rambut
 Frekuensi 3 kali seminggu 1 kali seminggu
 Cara dimandikan dimandikan
Gunting kuku
 Frekuensi Seminggu minggu sekali Dua minggu sekali
 Cara Dipotongkan Dipotongkan
Gosok gigi
 Frekuensi Setiap mandi Setiap mandi
 Cara Dibantu Dibantu

g. Aktifitas/mobilitas fisik

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Kegiatan sehari-hari Bermain dirumah Bermain dirumah
Pengaturan jadwal
- -
harian
Penggunaan alat
- -
bantu aktivitas
Kesulitan pergerakan
Tidak sulit tidak sulit
tubuh

h. Rekreasi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


Perasaan saat sekolah - -

19
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Waktu luang Bermain di rumah Bermain dirumah
Perasaan setelah
senang senang
rekreasi
Kegiatan hari libur Cenderung dirumah Cenderung dirumah

11. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum klien

Klien tampak belum mampu berbicara dan hiperaktif

b. Tanda-tanda vital

1) Suhu : 36oC

2) Nadi : 100 kali/menit

3) Respirasi : 20 kali/menit

4) Tekanan darah : -

c. Antropometri

1) Tinggi badan : 85 cm 8. Status Gizi :

2) Berat badan : 10 kg Z Score = (BB – Median) : (Median – (1SD))

3) Lingkar lengan atas : 12,3 cm = (10 – 15,8) : (15,8 – 14,)

4) Lingkar kepala : 50 cm = -5,8 : 1,8

5) Lingkar dada : 51 cm = -3,2 SD (gizi kurang)

6) Lingkar perut : 56 cm

7) Skin fold :-

d. Sistem pernapasan

1) Hidung simetris dan tidak ada cuping hidung, sekret, polip, serta epistaksis.

2) Tidak terdapat pembesaran kelenjar

3) Bentuk dada normal dan gerakan dada simetris tanpa penggunaan otot bantu
pernapasan

4) Suara nafas tidak diperiksa karena anak menjadi tidak kooperatif

20
e. Sistem kardiovaskuler

1) Konjungtiva tidak anemis

2) Bunyi jantung tidak diperiksa karena anak menjadi tidak kooperatif

3) CRT < 2 detik

f. Sistem pencernaan

1) Sklera normal dan bibir tampak lembab

2) Mulut normal dan kemampuan menelan baik

3) Perut tidak kembung dan tidak ada nyeri tekan.

4) Anus normal

g. Sistem indra

1) Mata

a) Kelopak mata, bulu mata, dan alis normal

b) Lapang pandang dalam kesan normal

2) Hidung

a) Penciuman baik, tidak ada perih dihidung, trauma dan mimisan juga tidak
ada

b) Tidak ada sekret

3) Telinga

a) Keadaan daun telinga simetris dan normal

b) Fungsi pendengaran sulit diukur karena anak kurang fokus

h. Sistem saraf

1) Status mental: orientasi tidak baik

2) Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)

3) Fungsi pendengaran menurun

4) Fungsi motorik baik

5) Fungsi cerebellum: keseimbangan baik

6) Pemeriksaan refleks bisep, trisep, patella, dan Babinski tidak dilakukan

21
7) Pemeriksaan iritasi meningen tidak dilakukan

i. Sistem muskuloskeletal

1) Ukuran kepala normal

2) Vertebrae: tidak ada kelainan

3) Pelvis: gerakan ROM aktif

4) Lutut, kaki, dan tangan simetris serta tidak ada hambatan pergerakan

j. Sistem integumen

1) Rambut berwarna hitam dan tidak mudah dicabut

2) Kulit berwarna sawo matang, teraba hangat dan tidak ditemukan luka

3) Kuku normal

k. Sistem endokrin

1) Kelenjar thyroid tidak teraba pembesaran

2) Tidak ada sekresi urin berlebih

3) Tidak ada keringat berlebih dan suhu tubuh stabil

4) Tidak ada riwayat bekas air seni di kelilingi semut

l. Sistem perkemihan

1) Edema palpebral, moon face, dan edema anasarka tidak ada

2) Tidak teraba distensi kandung kemih

3) Tidak ada riwayat dysuria, nokturia, dan kencing batu

m. Sistem reproduksi

Tidak dikaji

n. Sistem imun

1) Tidak ada riwayat alergi

2) Klien pernah mengalami demam, batuk, dan pilek

22
12. Tes diagnostik

Pemeriksaan Hasil Rentang Normal Interpretasi


WBC 9,2 +103 4-10 x 103 Normal
RBC 4,49 + 106 3,8-5,8 x 106 Normal
HGB 12,5 11,5-16 Normal
HCT 37 37-47% Normal
PLT 348 150-400 x 103 Normal

23
B. Analisa Data Dan Rumusan Diagnosa Keperawatan Nanda

No. RM : 856355

Inisial Pasien : An. H

No. DATA MASALAH

1. DS : Hambatan komunikasi verbal b/d


ketidakcukupan stimulasi bahasa
a. Ibu mengatakan anaknya belum dapat
bicara
b. Ibu mengatakan kesulitan mengikuti
program terapi
c. Ibu mengatakan anak lebih sering
bermain gedget
d. Ibu mengatakan jarang mengajak
anaknya berbicara
e. Ibu mengatakan anak juga sering
diasuh oleh neneknya ketika ibunya
pergi bekerja
DO :
a. Anak nampak hiperaktif (+)
b. Anak hanya dapat mengucapkan dua
suku kata
c. Anak tidak dapat mempertahankan
kontak mata selama bicara
d. Anak nampak tidak fokus
e. Umur anak 3 tahun 9 bulan 4 hari
f. Anak memegang gedget
2. DS : Ansietas b/d krisis situasi (hambatan
perkembangan anak)
a. Ibu mengatakan tidak tau apakah
anaknya dapat menjadi anak normal
DO :
b. Ibu nampak cemas

3. Faktor risiko: Risiko keterlambatan perkembangan


- Kegagalan untuk berbahasa (terlambat
bicara)
- Kesulitan mengikuti program terapi
wicara

24
C. Penyimpangan KDM

Faktor internal

-pemikiran/persepsi anak

-daya tangkap anak

Keterlambatan berbicara
(Speech Delay)

Anak tidak bisa berbicara


Tidak ada kontak mata
Tidak dapat fokus
Kurang konsentrasi
Tidak menunjukkan usaha berkomunikasi

Anak
Keluarga/ orang tua 3. Hambatan komunikasi
3. Ansietas verbal
4. Risiko keterlambatan
perkembangan

25
D. Intervensi Keperawatan (Noc Dan Nic)

Rencana Asuhan Keperawatan

No. RM : 856355

Inisial Pasien : An. H

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan/ Sasaran Intervensi


(Nanda) (NOC) (NIC)
1. Hambatan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan komunikasi
b/d ketidakcukupan stimulasi selama 1x24 jam diharapkan :  Monitor kemampuan berbicara klien
bahasa  Sesuaikan gaya komunikasi untuk memenuhi
Perkembangan anak 3 tahun kebutuhan klien seperti berdiri di depan pasien saat
DS :  Menggunakan 3 sampai 4 suku kata berbicara, mendengarkan dengan penuh perhatian,
 Menunjukkan keinginan secara verbal dan berbicara pelan)
10) Ibu mengatakan anaknya
 Mendengarkan cerita sambil melihat  Anjurkan orang tua untuk mengajak anak berbicara
belum dapat bicara
gambarnya pelan
11) Ibu mengatakan kesulitan
 Menunjuk pada beberapa bagian  Gunakan komunikasi secara komprehensif baik
mengikuti program terapi
tubuh verbal maupun non verbal.
DO :
12) Anak nampak hiperaktif  Anjurkan pada orang tua untuk berbicara sambil
(+) bermain dengan alat untuk mempercepat persepsi
13) Anak hanya dapat anak tentang suatu hal
mengucapkan dua suku  Ajarkan pada orang tua untuk memberikan lebih
kata banyak kata meskipun anak belum mampu
14) Anak tidak dapat mengucapkan dengan benar.
mempertahankan kontak
mata selama bicara
15) Anak nampak tidak fokus
16) Umur anak 3 tahun 9
bulan 4 hari
2. Ansietas b/d krisis situas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengurangan kecemasan:

26
(hambatan perkembangan selama 1×24 jam diagnosa teratasi 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
anak) dengan kriteria hasil: 2. Pahami situasi krisis yang terjadi dari sisi klien
DS : Kontrol kecemasan: 3. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman
 Klien mampu mengurangi kecemasan dan mengurangi ketakutan
17) Ibu mengatakan tidak tau 4. Dorong keluarga untuk mendampingi kllien dengan
apakah anaknya dapat  Klien mampu mencari informasi
untuk mengurangi kecemasan cara yang tepat
menjadi anak normal 5. Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
DO :  Klien mampu merencanakan strategi
6. Kuatkan perilaku yang baik klien secara tepat
18) Ibu nampak cemas koping untuk situasi yang
7. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan
menimbulkan stres
8. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik
 Klien mampu menggunakan strategi
relaksasi
koping yang efektif
Peningkatan koping :
 Bantu klien untuk mengidentifikasi tujuan jangka
pendek dan jangka panjang
 Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi
kehidupan pasien terhadap peran dan hubungan yang
ada
 Gunakan pendekatan yang tenang
 Berikan suasana penerimaan
 Dukung sikap pasien terkait dengan harapan yang
realistis sebagai upaya untuk mengatasi perasaan
ketidakberdayaan
 Dukung aktivitas-aktivitas sosial komunitas yang
bisa dilakukan
3. Risiko keterlambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan perkembangan anak
perkembangan selama 1×24 jam diagnosa teratasi  Bangun hubungan saling percaya dengan anak
dengan kriteria hasil:  Lakukan interaksi personal dengan anak
Faktor risiko:  Selalu dampingi anak agar anak menyadari bahwa
- Kegagalan untuk tumbuh dirinya penting
- Program pengobatan Perkembangan : usia pertengahan
 Identifikasi kebutuhan setiap anak
 Anak menunjukkan kebiasaan sehat

27
yang baik  Bangun hubungan saling percaya dengan orang tua
 Anak mampu bermain secara  Ajarkan orang tua mengenai tingkat perkembangan
kelompok normal
 Anak mampu menunjukkan  Fasilitasi orang tua untuk menghubungi bantuan
komunitas, jika diperlukan
kemampuan pada tingkat sekolah
 Dukung anak untuk berinteraksi dengan teman
 Anak mampu mengidentifikasi teman sebayanya
kelompok sebayanya.  Bangun suasana yang aman bagi anak
 Tawarkan mainan sesuai dengan usianya
 Bantu anak untuk belajar mandiri
 Bernyanyi dan berbicaralah pada anak

28
E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Catatan Perkembangan Dan Implementasi Keperawatan

Inisial Pasien : An. H


Diagnosa Medis : Speech Delay
Ruang rawat : Poliklinik Mother and Child

Diagnosa Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal b/d ketidakcukupan stimulasi bahasa


Hari/
Implementasi Evaluasi
Tanggal
Rabu, 26 Juli Pukul 10.00 Pukul 13.00
2019 1. Membina hubungan saling percaya kepada
07.00-16..00 keluarga klien S:
(Hari Hasil: keluarga klien tidak keberatan untuk 1. ibu mengatakan anaknya belum dapat bicara
Pertama) dikaji
2. Melakukan pengkajian awal O:
Hasil: 1. Anak tampak hiperaktif dan tidak bisa diam
a. Anak nampak hiperaktif (+) 2. Anak kurang fokus
b. Anak hanya dapat mengucapkan dua suku 3. Anak belum mampu menggunakan lebih dari 4 suku kata
kata 4. Anak belum mampu menunjukkan keinginan secara verbal
c. Anak tidak dapat mempertahankan kontak
mata selama bicara A : Hambatan komunikasi verbal belum teratasi
d. Anak nampak tidak focus
e. Umur anak 3 tahun 9 bulan 4 hari P:
1. Monitor kemampuan berbicara klien
Pukul 11.00 2. Sesuaikan gaya komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien
1. Menganjurkan pada orang tua untuk berbicara seperti berdiri di depan pasien saat berbicara, mendengarkan
sambil bermain dengan alat untuk dengan penuh perhatian, dan berbicara pelan)
mempercepat persepsi anak tentang suatu hal. 3. Anjurkan orang tua untuk mengajak anak berbicara pelan
Hasil: menggunakan alat bermain seperti

29
gambar yang ada di banner dan meminta anak
menyebutkan nama gambar yang ada di banner
tersebut dengan tetap mendampingi anaknya

Diagnosa Keperawatan : Ansietas b/d krisis situas (hambatan perkembangan anak)


Hari/
Implementasi Evaluasi
Tanggal
Rabu, 26 Juli Pukul 10.00 Pukul 13.00
2019 1. Membina hubungan saling percaya kepada
07.00-16..00 keluarga klien S:
(Hari Hasil: keluarga klien tidak keberatan untuk 1. Ibu mengatakan sedikit lebih tenang
Pertama) dikaji
2. Melakukan pengkajian awal O:
Hasil: 2. Ibu tampak lebih rileks
- Ibu tampak cemas
- Ibu mengatakan tidak tau apakah anaknya A : Ansietas teratasi
dapat menjadi normal
P:
Pukul 11.00 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi tujuan jangka pendek dan
1. Menggunakan pendekatan yang tenang dan jangka panjang
meyakinkan
Hasil: klien percaya dan mendengarkan apa
yang disampaikan perawat
Pukul 11.05
2. Mendorong keluarga untuk mendampingi kllien
dengan cara yang tepat
Hasil: suami klien menemani klien membawa
anaknya berobat

30
Pukul 11.10
3. Menginstruksikan klien untuk menggunakan
teknik relaksasi
Hasil: klien malakukan tarik nafas dalam

Diagnosa Keperawatan : Risiko keterlambatan perkembangan


Hari/
Implementasi Evaluasi
Tanggal
Rabu, 26 Juli Pukul 10.00 Pukul 13.00
2019 1. Membina hubungan saling percaya kepada
07.00-16..00 keluarga klien
(Hari Hasil: keluarga klien tidak keberatan untuk S:
Pertama) dikaji Orang tua klien mengatakan klien baru bisa menyebut ma dan pa
2. Melakukan pengkajian awal O:
Hasil: 1. Anak memiliki kegagalan perkembangan
a. Kegagalan untuk tumbuh (belum dapat 2. Anak mengalami keterlambatan berbicara
berbicara lancar seperti anak normal seusia
dengan klien) A : Risiko keterlambatan perkembangan
b. Program pengobatan (tidak mampu
mengikuti program terapi yang diberikan) P:
1. Bangun suasana yang aman bagi anak
Pukul 11.00 2. Tawarkan mainan sesuai dengan usianya
1. Menggunakan pendekatan yang tenang dan 3. Bantu anak untuk belajar mandiri
meyakinkan
Hasil: anak kurang fokus dan tidak
memperhatikan ketika dipanggil
Pukul 11.05
2. Mengidentifikasi kebutuhan setiap anak
Hasil: anak selalu ingin bermain diluar
ruangan, anak selalu meminta ditemani

31
ketika melakukan sesuatu, anak
membutuhkan lebih banyak diajak bicara
untuk mengembalikan fokus anak
Pukul 11.15
3. Mengajarkan orang tua mengenai tingkat
perkembangan normal
Hasil: memberikan informasi bahwa anak
diusia hampir 4 tahun normalnya sudah
mampu mengucapkan kalimat dengan
lengkap walaupun kurang jelas ataupun
tidak sempurna.

32
BAB III

PEMBAHASAN

Bahasa pada umumnya berfungsi untuk mengekspresikan keinginan baik dalam

bentuk verbal maupun non verbal dan digunakan untuk bersosialisasi dengan masyarakat.

Adapun fungsi bahasa ada 5, yaitu: 1) bahasa adalah alat untuk mengungkapkan keinginan;

2)bahasa merupakan alat mengungkapkan emosi;3) bahasa adalah alat untuk mendapatkan

informasi;4) bahasa adalah alat untuk interaksi sosial ;5) bahasa adalah alat identifikasi

pribadi (Usman, 2015). Kelainan komunikasi dan bahasa seeprti spseech delay timbul

sebagai dampak dari adanya kelainan kognitif, neurologis, dan fisik. Pada kasus ini, anak

yang sudah berusia 3 tahun 9 bulan dalam kemampuan bahasa idelanya sudah mampu

mengetahui kata sifat, mengartikan 5 kata, menyebut 4 warna, mengerti 4 kata depan, bicara

anak dimengerti semua, mengetahui beberapa kegiatan, dan anak mampu menyebut 4

kegunaan kata benda. Namun pada kenyataannya, An. H belum mempu menyebut 1 kata

dengan tuntas. Anak hanya mampu menyebut 2 kosa kata yaitu “ma” dan “pa”.

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap ibu An.H didapatkan informasi bahwa

anak jarang diajak berbicara oleh ibunya dan anak juga senang barmain getged. Selain

ibunya, anak sering juga diasuh oleh neneknya ketika ditinggal oleh ibunya bekerja. Hampir

sepanjang hari An.H menggunakan gedget untuk bermain. Penggunaan gadget dapat

mempengaruhi kemampuan psikomotorik anak tidak berkembang, karena disaat anak harus

mengeksplorasi fisiknya dalam sebuah aktifitas bermain anak disibukkan dengan gadget.

Penggunaan gadget keterampilan berbicara anak dimana aspek motorik bicara dibutuhkan

untuk mengeluarkan bunyi didalam mulut, sementara penggunaan gadget hanya memberikan

komunikasi satu arah tanpa ada timbal balik komunikasi.

Beberapa dampak negatif dari penggunaan gadget yaitu penurunan konsentrasi belajar

dan anak tidak fokus dalam belajar. Berdasarkan hasil penelitian oleh (Sukmawati , 2019)

33
penggunaan gadget dapat memberikan dampak negatif seperti penurunan konsentrasi, malas

melakukan kegiatan fisik, penurunan dalam sosialisasi, kecanduan, gangguan radiasi

menyebabkan hambatan dalam perkembangan otak, perkembangan kognitif menjadi

terhambat , menghambat kemampuan bahasa, anak meniru perilaku yang ada di gadget.

Gadget membuat praktik bicara anak dirumah terbatas.

Penanganan dini perlu dilakukan dalam merangsang anak berbicara ketika mengalami

keterlambatan berbicara. Menurut penelitian (Fatwakiningsih, 2014) menunjukkan bahwa

anak setelah diberikan intervensi MBDG (Metode Berkomunikasi Dengan Gambar)

mengalami peningkatan kemampuan berbahasa reseptif dan ekspresi. MBDG adalah suatu

pendekatan untuk melatih komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol sehingga

pemahaman terhadap bahasa yang disampaikan secara verbal dapat dipahami secara jelas.

Pada saat implemtasi An H sempat diberikan MBDG dengan memanfaatkan gambar gambar

yang ada di banner, anak bereaksi terhadap gambar dengan menyebutkan bunyi namun

dengan kata kata yang tidak jelas.

Berdasarkan teori Andriana, (2011) pada masa awal kehidupan anak menunjukkan

bahwa pada saat anak berusia 12 bulan menunjukkan pada saat anak berusia 12 bulan mulai

memproduksi kata-kata dan perkembangan bahasa yang pesat dalam kosa kata mulai usia 2-6

tahun seperti anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal, anak banyak menanyakan

nama dan tempat, anak dapat membandingkan ukuran suatu benda. Namun hal ini berbeda

dengan kondisi klien yang hanya bisa mengucapkan 2 kosa kata.

Oleh karena itu, Fatwakiningsih, (2014) mengatakan dengan MBDG yang berupa

kartu bergambar yang berisikan simbol objek, aktivitas, atau orang yang mewakili

(representatif). Melalui kartu bergambar anak akan membayangkan secara mental obyek yang

diinginkan (sesuai gambar) sehingga anak belajar mengaitkan antara obyek dengan gambar,

34
kata dengan simbol gambar atau simbol menjadi jembatan untuk nantinya berbicara

menggunakan suara. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Supriyanti, (2016) bahwa

penggunaan kartu gambar dapat meningkatkan rasa belajar anak mengenal kata.

35
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah pada klien yang mengalami

gangguan Speech Delay harus memperhatikan penyebab terjadinya kelambatan

berbicara. Sebagai perawat dapat menentukan intervensi yang cocok untuk anak dan

melibatkan orang tua klien. Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat adalah

hambatan komunikasi verbal dan risiko keterlambatan perkembangan. Adapun

intervensi yang dilakukan sebaiknya sesuai dengan standar operasional prosedur

setiap tindakan yang akan dilakukan.

B. Saran
Diharapkan perawat lebih memperhatikan pemberian intervensi pada anak dan

menyesuaikan sesuai umur anak.

36
DAFTAR PUSTAKA

Ackermann, Herman, Hertrich, I., & Ziegler, W. (2010). The Handbook of Language and
Speech Disorders. Blackwell: United kindom .

Andriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba
Medika.

Fatwakiningsih, N. (2014). Peningkatan Kemampuan Berbahasa Melalui Metode


Berkomunikasi Dengan Gambar Pada Anak Dengan Ciri Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktif. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi, 226-242.

Narulita, I. (20019). Faktor Risiko Gangguan Berbahasa Anak . Children Speech , Clinic
Information Education Network .

Sastra, G. (2011). Neurolinguistik Suatu Pengantar . Bandung : Alfabeta .

Sukmawati , B. (2019). Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Bicara Anak Usia 3


Tahun DI TK Buah Hati Kita . PLB IKIP PGRI JAMBER, 51-60.

Sunanik . (2013). Pelaksannan Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi pada Anak
Terlambat Bicara . Jurnal Pendidikaan Islam , 19-44.

Supriyanti. (2016). Peningkatan Kemampuan Berbahasa Melalui Media Gambar Anak


Kelompok B I Di TK Tunas Kartini Moyudan Sleman Yogayakarta. Jurnal
Pendidikan Anak, 825-830.

Usman, M. (2015). Perkembangan Bahasa dalam Bermain dan Permainan . Yogyakarta: Cv


Budi Utomo .

Virginia , W., & Meredith , G. (2017). Gangguan Biara dan Bahasa. Buku Ajar Penyakit
Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta : EGC.

Wong , D. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik . Jakarta: EGC.

37

Anda mungkin juga menyukai