Kelompok 1 :
CI LAHAN CI INSTITUSI
[ ] [ ]
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR............................................... ...............................................................2
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Asuhan Keperawatan pada An. H
dengan Penyakit Speech Delay di Ruangan Mother & Child RS Wahidin Sudirohusodo
Makassar Tahun 2019 tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan kausu ini. Kami menyadari bahwa laporan kasus ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Penyusun
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Defenisi
5
yang sering terbentuk. Kebiasaan, habituasi, menjadikan bayi mendapat
stimulasi baru yang kemudian akan tersimpan dan selanjutnya dikeluarkan
dalam proses belajar bahasa anak
b. Kognisi. Anak pada usia ini sangat aktif mengatur pengalamannya ke dalam
kelompok umum maupun konsep yang lebih besar. Anak belajar
mewakilkan, melambangkan ide dan konsep.
c. Genetik. Berbagai penelitian menunjukkan, bahwa gangguan bahasa
merupakan kecenderungan dalam suatu keluarga yang dapat terjadi sekitar
40% hingga 70%. Separuh keluarga yang memiliki anak dengan gangguan
bahasa, minimal satu dari anggota keluarganya memiliki masalah bahasa.
Orang tua dapat berpengaruh karena faktor keturunan sehingga bertanggung
jawab terhadap faktor genetik
d. Prematuritas. Penyebab khusus berkaitan antara permasalahan periode pre
atau perinatal dengan gangguan bicara dan bahasa juga telah dibuktikan.
Infeksi selama kehamilan, imaturitas dan berat badan lahir rendah dilaporkan
mempunyai efek negatif pada perkembangan bicara dan bahasa.
2. Faktor Eksternal (Faktor Lingkungan)
Faktor lingkungan termasuk yang paling menentukan. Faktor lingkungan di
mana seorang anak dibesarkan telah lama dikenal sebagai faktor penting yang
menentukan perkembangan anak. Banyak anak yang berasal dari daerah yang
sosial ekonominya buruk disertai berbagai layanan kesehatan yang tidak
memadai, asupan nutrisi yang buruk merupakan keadaan tekanan dan gangguan
lingkungan yang mengganggu berbagai pertumbuhan dan perkembangan anak,
diantaranya gangguan bahasa (Sunanik , 2013).
Dalam studi tentang gangguan bahasa dan bicara (Speech Language
Pathology), secara umum gangguan berbicara meliputi, gangguan kefasihan,
gangguan artikulasi, dan gangguan suara.
1. Gangguan Kefasihan
Penderita yang mengalami gangguan kefasihan berbicara (fluency
disorder) biasanya mengalami kegagapan, pengulangan kata-kata, latah,
atau memperpanjang bunyi, silaba, atau kata tertentu. Gangguan kefasihan
umum terjadi pada anak-anak, misalnya menambahkan bunyi ‘oh’,
mengganti kalimat (seperti ‘mama pergi – mama ke pasar’), mengulangi
frasa (seperti ‘aku mau, aku mau, aku mau pulang’, atau mengulangi bunyi
6
(seperti ‘a-a-a- aku mau permen). Seiring bertambahnya usia dan
pengetahuannya tentang bahasa, gangguan kefasihan tersebut bisa hilang.
Namun demikian, gangguan tersebut bisa saja bertahan hingga dewasa yang
dapat menghambatnya dalam interaksi sosial.
Gagap biasanya diderita oleh anak-anak dan biasanya hilang seiring
pertambahan usianya. Namun demikian, tidak sedikit orang dewasa yang
menderita gagap. Orang yang gagap sebenarnya tahu bahwa tuturan yang
dihasilkannya tidak benar, namuin mereka tidak mampu mengendalikannya
ujarannya. Selain gangguan komunikasi, orang yang mengalami kegagapan
juga dapat mengalami gangguan psikologis seperti minder dan enggan
bergaul.
Belum ada yang tahu penyebab yang pasti mengapa seseorang
mengalami kegagapan. Namun, para ilmuan menemukan bahwa 50%
penderita gagap memiliki riwayat anggota keluarga yang mengalami
kegagapan. Hal ini menunjukan bahwa gagap merupakan gangguan yang
dibawa secara genetis. Para peneliti tersebut juga menemukan bahwa laki-
laki lebih banyak menderita gagap dari pada perempuan.
Selain gagap, gangguan kefasihan juga dapat berupa gangguan
psikogenik seperti berbicara manja, berbicara kemayu, dan latah.
2. Gangguan Artikulasi
Artikulasi bunyi melibatkan organ bicara seperti lidah, gigi, bibir,
dan palatal. Ganguan artikulasi dapat diakibatkan oleh kangker mulut dan
tenggorokan, kecelakaan, bawaan lahir (seperti celah bibir), atau faktor lain
yang mengakibatkan rusaknya organ bicara. Orang yang mengalai
gangguan artikulasi biasanya bermasalah dalam melafalkan bunyi atau
melafalkan bunyi dengan keliru. Perubahan bunyi b menjadi w, seperti pada
pelafalan ’wambut’ untuk kata ‘rambut’, penghilangan bunyi, seperti pada
pelafalan ‘and’ untuk kata ‘hand’, salah pengucapan, seperti pada pelafalan
‘tsutsu’ untuk kata ‘susu’. Beberapa kesalahan artikulasi juga dipengaruhi
oleh faktor bahasa ibu dan dialek daerah.
Gangguan artikulasi pada anak-anak masih dianggap normal, namun
seiring perkembangannya, jika gangguan artikulasi masih terjadi, maka hal
tersebut sudah dapat dianggap sebagai sebuah kelainan atau penyakit.
Walaupun gangguan artikulasi pada anak-anak tidak menghambatnya dalam
7
berkomunikasi, namun pada usia sekolah biasanya mereka menjadi bahan
tertewaan teman-temannya.
Selain faktor rusaknya organ wicara, faktor neurologis juga dapat
mengakibatkan gangguan artikulasi. Dysarthria adalah gangguan motorik
yang diakibatkan oleh lesi pada otak di daerah yang bertanggung jawab
untuk perencanaan, eksekusi, dan pengendalian gerakan otot yang
dibutuhkan untuk berbicara. Dysarthria umumnya ditemukan pada orang
yang pernah mengalaim stroke, tumor, dan penyakit degenerative seperti
Parkinson. Orang yang mengalami Dysarthria biasanya mengalami serak
atau parau, bahkan tidak dapat berbicara sama sekali. Penderita biasanya
berbicara pelan, tidak jelas, dan sulit dimengerti karena kesalahan artikulasi
konsonan. Indikasi lain Dysarthria biasanya penderita berbicara melalui
hidung dan seperti bergumam. Namun demikian, gejalana tergantung pada
lokasi dan kadar kerusakan sistem saraf.
3. Gangguan Suara
Ganguan suara meliputi gangguan nada, gangguan kualitas bunyi,
dan gangguan kenyaringan. Gangguan suara biasanya dapat berupa
kemonotanan nada, parau, serak, bunyi yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi, atau kualitas bunyi nasal seseorang. Gangguan suara dapat
diakibatkan oleh, kecelakaan, kerusakan atau penyakit pada tenggorokan.
Kerusakan atau penyakit pada tenggorokan dapat menyebabkan pita suara
tidak bekerja dengan baik sehingga menyebabkan gangguan suara.
Spasmodic dysphonia merupakan gangguan suara disebabkan oleh
kejangnya pita suara. Hal tersebut menggangu aliran udara pada pita suara
sehingga menghasilakn buny tersendat, gemetar, suara merintih. Kejang
pada pita suara juga dapat menyebabkan Aphonia (hilangnya suara),
puberphonia (rentang suara yang sangat tinggi) dan dysphonia (penurunan
kualitas suara) (Ackermann, Herman, Hertrich, & Ziegler, 2010).
4. Gangguan irama/kelancaran
Salah satu jenis perilaku komunikasi ditandai dengan adanya
pengulangan bunyi atau suku kata dan perpanjangan serta blocking pada
saat berbicara. Misalnya seperti gagap dan bicara latah.
8
5. Gangguan menelan
Disfagia merupakan kesulitan menelan yang terbagi menjadi fase
oral, fase faringeal ,dan fase esofageal yang disebebkan oleh kondisi
patologis, psikogenik dan neurologis.
C. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda & gejala yang mungkin anda temukan pada anak dengan
kelainan bahasa ekspresif dan reseptif sebagai berikut:
1. 4-6 bulan
a. Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya
b. Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
2. 8-10 bulan
a. Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian
b. Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya
c. 9-10 bulan tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis
3. 12-15 bulan
a. 12 bulan, belum menunjukkan mimik, belum mampu mengeluarkan
suara, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan
sesuatu, tidak ada kontak mata dengan orang lain
b. 15 bulan, belum mampu memahami arti “tidak boleh”, tidak
memperlihatkan 6 mimik yang berbeda, tidak dapat mengucapkan 1-3
kata
4. 18-24 bulan
a. 18 bulan, belum dapat mengucapkan 6-10 kata, tidak menunjukkan ke
sesuatu yang menarik perhatian
b. 20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik
c. 21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana
d. 24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat, tidak
memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi:telepn:piring dan
lain lain, belum dapat ,meniru tingkah laku atau pun kata-kata orang
lain, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya
5. 30-36 bulan
a. 30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga
9
b. 36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan yang
tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga
6. 3-4 tahun
a. 3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal,
dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya
b. 3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti “ayah” diucapkan
“aya”
c. 4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap
(Narulita, 20019)
D. Pemeriksaan penunjang
10
E. Penatalaksanaan
11
yang dirancang untuk memperlambat tempo suara sehingga memungkinkan
pengguna untuk membedakan bunyi.
c. TWIST (Technology with Innovative Speech Therapy) merupakan piranti
lunak yang dikembangkan untuk terapi berbicara bagi penderita stroke,
penderita geger otak, penderita penyakit degeneratif saraf, dan anak-anak
yang mengalami gangguan berbicara.
d. Terapi Intonasi Melodi dapat diterapkan pada penderita stroke yang
mengalami gangguan berbahasa. Musik atau melodi yang digunakan
biasanya yang bertempo lambat, bersifat lrik, dan mempunyai tekana yang
berbeda (Sastra, 2011).
Selain mengembangkan berbagai metode dan instrumen terapi berbicara,
para ahli juga mengembangkan komunikasi alternatif bagi para penderita gangguan
berbicara agar dapat berkomunikasi, seperti bahasa isyarat, bahasa tubuh, papan
komunikasi, atau yang lebih canggih seperti piranti elektronik yang dapat
memproduksi suara.
Gangguan berbicara patut menjadi perhatian serius karena menyangkut aspek
yang sangat penting dalam kehidupan manusia, yaitu komunikasi. Gangguan
berbicara yang meliputi gangguan kefasihan, gangguan artikulasi, dan gangguan
suara walaupun tidak mengancam kehidupan, namun dapat mempengaruhi
kepercayaan diri dan kualitas kehidupan. Berbagai penyebab baik faktor genetis
maupun faktor non genetis, seperti cacat lahir, kecelakaan, kanker, stroke, geger
otak, dan faktor sosial dapat menyebabkan gangguan bicara. Dengan adanya terapi
bicara dengan berbagai metode terapi banyak orang yang telah terbantu untuk dapt
menjalankan kehidupan dengan kepercayaan diri dan memperoleh kualitas hidup
yang lebih baik.
12
BAB III
WEB OF CAUTION
Keterlambatan berbicara
(Speech Delay)
13
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien :
1) Nama/Nama Panggilan : An. H
2) Tgl Lahir / Usia : 22/09/2015 (3 tahun 9 bulan 4 hari)
3) Jenis Kelamin : Laki-Laki
4) A g a m a : Islam
5) Pendidikan : Belum sekolah
6) Alamat : Makassar
7) Tgl. Pengkajian : 26/06/2019
8) Diagnosa Medis : Speech Delay
9) Rencana Therapi : Kontrol terapi pemberian obat
2. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
Anak masuk di polikllinik mother and child dengan tujuan kontrol pemberian obat
3. Riwayat Kesehatan
Saat ini anak tampak sangat hiperaktif dan tidak bisa diam. Anak juga tampak
belum bisa berbicara, dan tidak fokus jika dipanggil. Konsentrasi menurun, jika
dipanggil belum mau merespon. Orang tua anak mengatakan anak telah menjalani
terapi pengobatan selama sekitar 6 bulan. Orang tua anak mengatakan juga rutin
control terkait gangguan perkembangan yang dialami An. H. Orang tua
mengatakan cukup cemas apakah anaknya dapat normal seperti anak-anak
lainnya. Saat ini anak hanya dapat mengucapkan 2 kata serta tidak dapat
mempertahankan kontak mata jika berbicara.
1) Prenatal Care
14
d) Kenaikan BB : 3 kg
2) Natal
3) Post natal
1) Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien
4. Riwayat Imunisasi
Orang tua anak mengatakan imunisasi lengkap namun tidak mengingat waktu dan
jenis pemberian imunisasi
a. Pertumbuhan fisik
1) Berat badan : 10 kg
2) Tinggi badan : 85 cm
15
3) Tumbuh gigi : tidak ingat
6. Riwayat nutrisi
a. Pemberian asi
1) Alasan pemberian :-
7. Riwayat psikososial
8. Riwayat spiritual
Orang tua klien selalu mendukung kesembuhan An.H namun merasa cukup cemas
dengan kondisi saat ini
b. Kegiatan keagamaan
9. Reaksi hospitalisasi
a. Usia toddeler
Anak menangis, anak menolak perhatian orang lain, anak hiperaktif, anak
menunjukkan minat bermain
Orang tua merasa takut, cemas, sedih, namun orang tua mengatakan tidak sampai
frustasi
a. Nutrisi
Menu Makanan Nasi, ikan, dan telur Nasi/ bubur, ikan, telur,
17
b. Cairan
Frekuensi minum Sekitar 3 gelas per hari Sekitar 2 gelas per hari
Saat haus, sesudah Saat haus, sesudah
Kebutuhan cairan
makan makan
Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Menggunakan gelas dan Menggunakan gelas dan
Cara pemenuhan
dot dot
d. Istirahat Tidur
18
e. Olahraga
f. Personal Hygiene
g. Aktifitas/mobilitas fisik
h. Rekreasi
19
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Waktu luang Bermain di rumah Bermain dirumah
Perasaan setelah
senang senang
rekreasi
Kegiatan hari libur Cenderung dirumah Cenderung dirumah
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu : 36oC
3) Respirasi : 20 kali/menit
4) Tekanan darah : -
c. Antropometri
6) Lingkar perut : 56 cm
7) Skin fold :-
d. Sistem pernapasan
1) Hidung simetris dan tidak ada cuping hidung, sekret, polip, serta epistaksis.
3) Bentuk dada normal dan gerakan dada simetris tanpa penggunaan otot bantu
pernapasan
20
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem pencernaan
4) Anus normal
g. Sistem indra
1) Mata
2) Hidung
a) Penciuman baik, tidak ada perih dihidung, trauma dan mimisan juga tidak
ada
3) Telinga
h. Sistem saraf
21
7) Pemeriksaan iritasi meningen tidak dilakukan
i. Sistem muskuloskeletal
4) Lutut, kaki, dan tangan simetris serta tidak ada hambatan pergerakan
j. Sistem integumen
2) Kulit berwarna sawo matang, teraba hangat dan tidak ditemukan luka
3) Kuku normal
k. Sistem endokrin
l. Sistem perkemihan
m. Sistem reproduksi
Tidak dikaji
n. Sistem imun
22
12. Tes diagnostik
23
B. Analisa Data Dan Rumusan Diagnosa Keperawatan Nanda
No. RM : 856355
24
C. Penyimpangan KDM
Faktor internal
-pemikiran/persepsi anak
Keterlambatan berbicara
(Speech Delay)
Anak
Keluarga/ orang tua 3. Hambatan komunikasi
3. Ansietas verbal
4. Risiko keterlambatan
perkembangan
25
D. Intervensi Keperawatan (Noc Dan Nic)
No. RM : 856355
26
(hambatan perkembangan selama 1×24 jam diagnosa teratasi 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
anak) dengan kriteria hasil: 2. Pahami situasi krisis yang terjadi dari sisi klien
DS : Kontrol kecemasan: 3. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman
Klien mampu mengurangi kecemasan dan mengurangi ketakutan
17) Ibu mengatakan tidak tau 4. Dorong keluarga untuk mendampingi kllien dengan
apakah anaknya dapat Klien mampu mencari informasi
untuk mengurangi kecemasan cara yang tepat
menjadi anak normal 5. Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
DO : Klien mampu merencanakan strategi
6. Kuatkan perilaku yang baik klien secara tepat
18) Ibu nampak cemas koping untuk situasi yang
7. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan
menimbulkan stres
8. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik
Klien mampu menggunakan strategi
relaksasi
koping yang efektif
Peningkatan koping :
Bantu klien untuk mengidentifikasi tujuan jangka
pendek dan jangka panjang
Berikan penilaian mengenai dampak dari situasi
kehidupan pasien terhadap peran dan hubungan yang
ada
Gunakan pendekatan yang tenang
Berikan suasana penerimaan
Dukung sikap pasien terkait dengan harapan yang
realistis sebagai upaya untuk mengatasi perasaan
ketidakberdayaan
Dukung aktivitas-aktivitas sosial komunitas yang
bisa dilakukan
3. Risiko keterlambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan perkembangan anak
perkembangan selama 1×24 jam diagnosa teratasi Bangun hubungan saling percaya dengan anak
dengan kriteria hasil: Lakukan interaksi personal dengan anak
Faktor risiko: Selalu dampingi anak agar anak menyadari bahwa
- Kegagalan untuk tumbuh dirinya penting
- Program pengobatan Perkembangan : usia pertengahan
Identifikasi kebutuhan setiap anak
Anak menunjukkan kebiasaan sehat
27
yang baik Bangun hubungan saling percaya dengan orang tua
Anak mampu bermain secara Ajarkan orang tua mengenai tingkat perkembangan
kelompok normal
Anak mampu menunjukkan Fasilitasi orang tua untuk menghubungi bantuan
komunitas, jika diperlukan
kemampuan pada tingkat sekolah
Dukung anak untuk berinteraksi dengan teman
Anak mampu mengidentifikasi teman sebayanya
kelompok sebayanya. Bangun suasana yang aman bagi anak
Tawarkan mainan sesuai dengan usianya
Bantu anak untuk belajar mandiri
Bernyanyi dan berbicaralah pada anak
28
E. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
29
gambar yang ada di banner dan meminta anak
menyebutkan nama gambar yang ada di banner
tersebut dengan tetap mendampingi anaknya
30
Pukul 11.10
3. Menginstruksikan klien untuk menggunakan
teknik relaksasi
Hasil: klien malakukan tarik nafas dalam
31
ketika melakukan sesuatu, anak
membutuhkan lebih banyak diajak bicara
untuk mengembalikan fokus anak
Pukul 11.15
3. Mengajarkan orang tua mengenai tingkat
perkembangan normal
Hasil: memberikan informasi bahwa anak
diusia hampir 4 tahun normalnya sudah
mampu mengucapkan kalimat dengan
lengkap walaupun kurang jelas ataupun
tidak sempurna.
32
BAB III
PEMBAHASAN
bentuk verbal maupun non verbal dan digunakan untuk bersosialisasi dengan masyarakat.
Adapun fungsi bahasa ada 5, yaitu: 1) bahasa adalah alat untuk mengungkapkan keinginan;
2)bahasa merupakan alat mengungkapkan emosi;3) bahasa adalah alat untuk mendapatkan
informasi;4) bahasa adalah alat untuk interaksi sosial ;5) bahasa adalah alat identifikasi
pribadi (Usman, 2015). Kelainan komunikasi dan bahasa seeprti spseech delay timbul
sebagai dampak dari adanya kelainan kognitif, neurologis, dan fisik. Pada kasus ini, anak
yang sudah berusia 3 tahun 9 bulan dalam kemampuan bahasa idelanya sudah mampu
mengetahui kata sifat, mengartikan 5 kata, menyebut 4 warna, mengerti 4 kata depan, bicara
anak dimengerti semua, mengetahui beberapa kegiatan, dan anak mampu menyebut 4
kegunaan kata benda. Namun pada kenyataannya, An. H belum mempu menyebut 1 kata
dengan tuntas. Anak hanya mampu menyebut 2 kosa kata yaitu “ma” dan “pa”.
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap ibu An.H didapatkan informasi bahwa
anak jarang diajak berbicara oleh ibunya dan anak juga senang barmain getged. Selain
ibunya, anak sering juga diasuh oleh neneknya ketika ditinggal oleh ibunya bekerja. Hampir
sepanjang hari An.H menggunakan gedget untuk bermain. Penggunaan gadget dapat
mempengaruhi kemampuan psikomotorik anak tidak berkembang, karena disaat anak harus
mengeksplorasi fisiknya dalam sebuah aktifitas bermain anak disibukkan dengan gadget.
Penggunaan gadget keterampilan berbicara anak dimana aspek motorik bicara dibutuhkan
untuk mengeluarkan bunyi didalam mulut, sementara penggunaan gadget hanya memberikan
Beberapa dampak negatif dari penggunaan gadget yaitu penurunan konsentrasi belajar
dan anak tidak fokus dalam belajar. Berdasarkan hasil penelitian oleh (Sukmawati , 2019)
33
penggunaan gadget dapat memberikan dampak negatif seperti penurunan konsentrasi, malas
terhambat , menghambat kemampuan bahasa, anak meniru perilaku yang ada di gadget.
Penanganan dini perlu dilakukan dalam merangsang anak berbicara ketika mengalami
mengalami peningkatan kemampuan berbahasa reseptif dan ekspresi. MBDG adalah suatu
pemahaman terhadap bahasa yang disampaikan secara verbal dapat dipahami secara jelas.
Pada saat implemtasi An H sempat diberikan MBDG dengan memanfaatkan gambar gambar
yang ada di banner, anak bereaksi terhadap gambar dengan menyebutkan bunyi namun
Berdasarkan teori Andriana, (2011) pada masa awal kehidupan anak menunjukkan
bahwa pada saat anak berusia 12 bulan menunjukkan pada saat anak berusia 12 bulan mulai
memproduksi kata-kata dan perkembangan bahasa yang pesat dalam kosa kata mulai usia 2-6
tahun seperti anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal, anak banyak menanyakan
nama dan tempat, anak dapat membandingkan ukuran suatu benda. Namun hal ini berbeda
Oleh karena itu, Fatwakiningsih, (2014) mengatakan dengan MBDG yang berupa
kartu bergambar yang berisikan simbol objek, aktivitas, atau orang yang mewakili
(representatif). Melalui kartu bergambar anak akan membayangkan secara mental obyek yang
diinginkan (sesuai gambar) sehingga anak belajar mengaitkan antara obyek dengan gambar,
34
kata dengan simbol gambar atau simbol menjadi jembatan untuk nantinya berbicara
menggunakan suara. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Supriyanti, (2016) bahwa
penggunaan kartu gambar dapat meningkatkan rasa belajar anak mengenal kata.
35
BAB IV
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah pada klien yang mengalami
berbicara. Sebagai perawat dapat menentukan intervensi yang cocok untuk anak dan
melibatkan orang tua klien. Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat adalah
B. Saran
Diharapkan perawat lebih memperhatikan pemberian intervensi pada anak dan
36
DAFTAR PUSTAKA
Ackermann, Herman, Hertrich, I., & Ziegler, W. (2010). The Handbook of Language and
Speech Disorders. Blackwell: United kindom .
Andriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Narulita, I. (20019). Faktor Risiko Gangguan Berbahasa Anak . Children Speech , Clinic
Information Education Network .
Sunanik . (2013). Pelaksannan Terapi Wicara dan Terapi Sensori Integrasi pada Anak
Terlambat Bicara . Jurnal Pendidikaan Islam , 19-44.
Virginia , W., & Meredith , G. (2017). Gangguan Biara dan Bahasa. Buku Ajar Penyakit
Telinga, Hidung, Tenggorok. Jakarta : EGC.
37