MANAJAMEN KEPERAWATAN
Kelompok 1
Khairunnisa (1611311006)
Hertati (1611313007)
Yolanda Sukarma(1611313012)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, Makalah kelompok telah selesai disusun. Penulisan Makalah
ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas kelom pok 1 dalam bidang studi Manajemen
Keperawatan
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh
karena itu, terselesai kan nya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis
semata.Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengucapkan terima kasih.
Akhir kata penulis ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
meridhoi tujuan dari makalah ini.Amin.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sistem manajemen yang baik akan membentuk pola komunikasi yang baik
antara atasan dan bawahan serta antara anggota tim. Keterlaksanaan fungsi-fungsi
manajerial merepresentasikan sistem manajemen yang diberlakukan. Di antara fungsi-
fungsi manajemen yang mempengaruhi kelancaran pemantauan/pengawasan kinerja
adalah supervisi. Supervisi dalam konteks keperawatan merupakan suatu proses
kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber yang dibutuhkan perawat dalam rangka
menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Kuntoro,
2010).Kegiatan pemberian dukungan para manajer dapat berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pelayanan keperawatan bahkan pelayanan kesehatan di rumah sakit
pada umumnya. Salah satu kegiatan dalam lingkup fungsi supervisi yaitu fungsi
pengarahan. Pengarahan merupakan fungsi manajerial untuk mengarahkan staf dalam
melaksanakan tugas yang telah ditetapkan.
Post conference merupakan kegiatan diskusi yang dilakukan oleh ketua tim
dan perawat pelaksana mengenai kegiatan selama shift sebelum dilakukan operan ke
shift berikutnya. Kegiatan post conference sangat diperlukan dalam pemberian asuhan
keperawatan karena ketua tim dan anggotanya harus mampu mendiskusikan
pengalaman klinik yang baru dilakukan, menganalisis, mengklarifikasi keterkaitan
antara masalah dengan situasi yang ada, mengidentifkasi masalah, menyampaikan dan
membangun system pendukungn antar perawat, dalam bentuk diskusi formal dan
professional. Proses diskusi pada post conference dapat menghasilkan strategi yang
efektif dan mengasah kemampuan berpikir kritis untuk merencanakan kegiatan pada
pelayanan keperawatan selanjutnya agar dapat berkesinambungan ( Sugiharto, Keliat,
Sri. 2012 ).
1.2.Rumusan Masalah
4.Apa saja peran dan fungsi karu, katim dan perawat pelaksana dalam pre
conference?
1.3.Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau
telah dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat pencapaian tujuan
praktik klinik hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta
kejadian lain yang tidak direncanakan, termasuk kejadian kegawatan klien yang
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya
satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana
tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ
Kegiatan :
perawat pelaksana
3) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait
a. Post Conference
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift
berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting
untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim
Kegiatan :
2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan.
3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien
dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk
et.al, 1997).
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim
f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
Gangguan atau hambatan itu secara umum dapat dikelompokkan menjadi hambatan
internal dan hambatan eksternal , yaitu:
a.Hambatan internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu
yang terkait kondisi fisik dan psikologis. Contohnya, jika seorang mengalami
gangguan pendengaran maka ia akan mengalami hambatan komunikasi.
Demikian pula seseorang yang sedang tertekan (depresi) tidak akan dapat
melakukan komunikasi dengan baik.
b.Hambatan eksternal, adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang
terkait dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya. Contohnya,
suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan komunikasi tidak
berjalan lancar. Contoh lainnya, perbedaan latar belakang sosial budaya dapat
menyebabkan salah pengertian.
Menurut Prof. Onong Uchjana Effendy, MA dalam bukunya Ilmu, Teori, dan
Filasafat Komunikasi. Ada 4 jenis hambatan komunikasi, yaitu:
a.Gangguan
Ada 2 jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat
diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan semantic.
Gangguan mekanik : Gangguan yang disebabkan oleh saluran komunikasi atau
kegaduhan yang bersifat fisik.
Gangguan semantic : Gangguan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi
yang pengertiannya menjadi rusak. Gangguan semantic tersaring ke dalam pesan
melalui penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu
istilah atau konsep yang terdapat pada komunikator, akan lebih banyak gangguan
semantic dalam pesannya. Gangguan ini terjadi dalam salah pengertian.
b.Kepentingan
Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati
suatu pesan.
c.Motivasi terpendam
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan
keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan
motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima
dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan
mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya.
d.Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan
komunikasi oleh karena orang yang mempunyai prasangka belum apa-apa sudah
bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak melancarkan komunikasi.
4.. Peran dan Fungsi Karu, katim dan perawat pelaksana dalam pre konfrence
A. Pre Konfrence
1. Prosedur
Persiapan
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim
Pelaksanaan
Menurut Ratna Sitorus, 2006 , panduan perawat dalam pelaksanaan, antara lain:
a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi
atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana
b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan Ketua tim dalam timnya
masing-masing
c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi
kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.
d. Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi:
Keluhan utama klien
TTV dan kesadaran
Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnostik terbaru
Masalah keperawatan
Rencana keperawatan hari ini
Perubahan keadaan terapi medis
Rencana medis
B. Post Konfrence
1. Prosedur
Persiapan
a. Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topic yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim
Pelaksanaan
Sumber Referensi
Sitorus Ratna, Yulia. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta :
EGC
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
Sitorus Ratna, Yulia. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit.
Jakarta: EGC