International Union of Physiological Sciences Commission for Thermal Physiology
mendefinisikan demam merupakan suatu keadaan peningkatan suhu inti, Sedangkan secara klinis demam adalah peningkatan suhu tubuh 1oC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal di tempat pencatatan. Suhu normal aksila adalah 36.4°C, sedangkan suhu normal oral 36.6°C serta suhu normal rektal adalah 37°C (Avner, 2014). demam memiliki banyak tipe, salah satunya adalah demam akut. Demam timbul sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik yang berupa IL-1 (interleukin 1), TNF-α (Tumor Necrosis Factor α), IL-6 (interleukin 6), dan INF (interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus meningkatkan set point pada OVLT (Organum Vasculosum Laminae Terminalis). Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur COX-2 (cyclooxygenase 2), dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh (‘Acute febrile syndrome’, 2012). Demam akut adalah demam yang berlangsung selama kurang dari satu minggu. Penyebab penyakit demam akut sangatlah banyak, dan merupakan penyebab kematian yang paling dapat dicegah di negara-negara berpenghasilan rendah, terutama pada anak-anak (Factor et al., 2001). Menurut The Foundation For Innovative New Diagnostics, Demam akut sering terjadi di daerah tropis dan sub-tropis. Seringkali, demam akut sembuh tanpa pengobatan, tetapi demam juga dapat menjadi awal penyakit parah yang berpotensi fatal. (Tun et al., 2016) Demam akut adalah sebuah sindrom yang muncul dari berbagai kausa yang etiologinya bisa karena infeksi saluran napas atas maupun bawah, malaria, typhus, leptospirosis, thypoid, dengue, influenza, infeksi traktus urin, early diarrhea dan penyakit lainya (Suneetha et al., 2016). Sindrom demam akut berarti timbulnya demam yang cepat, dan seringkali disertai gejala-gejala seperti sakit kepala, kedinginan atau nyeri otot dan persendian lain yang seringkali disebabkan oleh infeksi yang dipicu oleh beragam patogen. Sebagian besar kasus demam akut yang fatal dapat disembuhkan jika didiagnosis dan diobati sejak dini dengan terapi tatalaksana farmakoterapi yang tepat. (Tun et al., 2016) Undifferentiated acute febrile illness (AFI) adalah presentasi umum yang memiliki etiologi luas. Biasanya demam akut sembuh sendiri dengan durasi pendek dan dianggap berasal dari sumber infeksi (Factor et al., 2001). Diagnosis AFI biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan penatalaksanaannya empiris, karena luasnya spektrum diagnosis banding dan kurangnya tes perawatan yang memadai. Sehingga, terdapat dua cara untuk meningkatkan prognosis dari demam akut yaitu meningkatkan pengetahuan etiologi dan tes spesifik patogen maupun biomarker tertentu yang mungkin ditemui dan dapat menjadi awal dari tatalaksana yang baik. (‘Acute febrile syndrome’, 2012) Demam memiliki berbagai pola, salah satunya adalah demam bifasik. Demam bifasik menunjukkan 2 episode demam yang berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever). Saddleback fever mengacu pada demam bifasik dengan puncak awal yang timbul lalu muncul kembali. Demam saddleback didefinisikan sebagai suhu > 37,5 ° C dengan penurunan setidaknya satu hari, diikuti oleh puncak kedua yang berlangsung setidaknya satu hari. Demam pola ini merupakan penilaian tanda-tanda peringatan demam dengue maupun demam berdarah dengue dan leptospirosis. Kehadiran demam bifasik pada pasien harus segera dilakukan evaluasi terperinci untuk mengetahui apakah etiologi demam akut untuk menghindari komplikasi, serta penyelidikan awal untuk mengevaluasi perkembangan infeksi nosokomial. (Ng et al., 2016) Pola lainya adalah demam periodik. Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval regular atau irregular dengan tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal. Febrile thrombocytopenia adalah trombositopenia yang berhubungan dengan demam (Vandertuin, 2014). Penyakit yang biasanya timbul dengan demam dan trombositopenia adalah malaria, leptospirosis, infeksi riketsia, septikemia, tipus, arbovirus seperti demam berdarah atau kuning, dan HIV (Factor et al., 2001). Beberapa penyebabnya adalah gangguan produksi trombosit dari dalam sumsum tulang, fagositosis aktif oleh megakaryocytes dan sel hematopoietik lainnya oleh monosit dan makrofag karena stimulasi koloni makrofag (M-CSF) pada sepsis maupun karna generasi trombin yang sedang berlangsung (Stasi, 2012). Etilogi terseringnya adalah malaria. Selain itu, dengue yang merupakan penyakit arbovirus paling umum di seluruh dunia, trombositopenia adalah temuan penting dan telah mendapat prediktif juga parameter pemulihan demam berdarah / demam berdarah dengue / sindrom syok dengue. Sedangkan, trombositopenia pada leptopspirosis akan memperburuk manifestasi hemoragik pada penyakit leptospirosis. (Salinas, 2016) ‘Acute febrile syndrome’ (2012), (December). Avner, J. R. (2014) ‘Acute Fever The online version of this article , along with updated information and services , is located on the World Wide Web at ’:, (February 2009). doi: 10.1542/pir.30-1-5. Factor, S. H. et al. (2001) ‘Diagnosis and management of febrile children using the WHO / UNICEF guidelines for IMCI in Dhaka , Bangladesh’, 79(00), pp. 1096–1105. Ng, D. H. L. et al. (2016) ‘The Significance of Prolonged and Saddleback Fever in Hospitalised Adult Dengue’, pp. 1–9. doi: 10.1371/journal.pone.0167025. Salinas, A. (2016) ‘Colegio de Posgrados Ana María Salinas Montalvo Gabriel Trueba PhD . Director de Trabajo de Titulación Trabajo de titulación de posgrado presentado como requisito’, (May). doi: 10.13140/RG.2.2.34998.70727. Stasi, R. (2012) ‘How to approach thrombocytopenia’, pp. 191–197. Suneetha, D. K. et al. (2016) ‘Common Etiology of Acute Fever with Thrombocytopenia in a Tertiary Care Hospital , Mysuru’, 4(1), pp. 61–64. doi: 10.17354/ijss/2016/188. Tun, Z. M. et al. (2016) ‘Characteristics of acute febrile illness and determinants of illness recovery among adults presenting to Singapore primary care clinics’, BMC Infectious Diseases. BMC Infectious Diseases, (December). doi: 10.1186/s12879-016-1958-4. Vandertuin, L. (2014) ‘Thrombocytopenia’.