Anda di halaman 1dari 11

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“RESUME MATERI PEMPROSESAN INFORMASI DALAM


BELAJAR”

NAMA : FEBY FEBRIANTI


NIM/TM : 18033083/2018
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN : FISIKA
DOSEN PEMBIMBING : Prof.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2018
PEMPROSESAN INFORMASI DALAM BALAJAR

A. Konsep Sensasi, Atensi, Persepsi dan Memori

1. Sensasi
Sensasi berasal dari kata sense artinya alat penginderaan yang menghubungkan
organisme dengan lingkungannya. . Sedangkan menurut Ormrod, sensasi adalah kemampuan
orang untuk mendeteksi stimulti di lingkungan. Bila alat-alat indera mengubah informasi
menjadi impuls-impuls syaraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak maka terjadilah sensasi.
Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, tidak memerlukan penguraian verbal,
simbolis atau konseptual dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera. Fungsi
alat indera dalam menerima informasi sangat penting, melalui alat indera, manusia dapat
memahami kualitas fisik lingkungannya, memperoleh pengetahuan dan kemampuan untuk
berinteraksi dengan dunianya.
Jadi, sensasi merupakan penerimaan stimulus (rangsangan) melalui indera, dan sensasi lebih
cenderung hubungannya dengan perasaan. Dan alat penginderaan itulah yang menghubungkan
organisme dengan lingkungannya. Sensasi itu sebagai proses atau pengalaman elementer yang
timbul apabila satu perangsang merangsang satu reseptor atau proses merasakan.
Indera Sensasi
Alat indera yang kita kenal ada 5 macam , yaitu indera penglihatan, indera pendengaran,
peraba, pengecap, dan pembau.

 Indera penglihatan (mata)

Penglihatan merupakan alat indera yang melalui mata sebagai penerima rangsangannya.
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling
sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap.
Dalam proses penglihatan, kita membutuhkan cahaya untuk menerjemahkan hasil penglihatan.
Cahaya adalah satu bagian kecil dari bentuk energi yang kita ketahui sebagai radiasi
elektromagnetik. energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata. Cahaya dapat di
lihat melalui mata. Dari mata, lanjut ke medan receptive kemudian melewati jalur visual dan
akhirnya ke visual cortex. Dalam penyerapan informasi melalui mata, ada beberapa jenis warna
yang menjadi deskripsi dalam menyerap informasi. Yang pertama adalah warna primer, yaitu
warna yang mendasar seperti warna merah, hijau, dan biru. Selanjutnya adalah warna sekunder,
yaitu gabungan dari warna primer yang lebih terangseperti kuning cyan dan magenta. Ada juga
warna tersier, yaitu gabungan dari kedua warna primer dan warna sekunder seperti warna orange,
rass berry, ungu, dan lain-lain. Adapun gangguan pada penglihatan seperti dari etiologi, genetic,
kerusakan mata dan otak. Ada dua tipe ketidak mampuan penglihatan yaitu Total color
blindness, tidak dapat membedakan semua warna. Dan Partial color blindness, disini masih
dibagi dalam dua tipe yaitu tidak dapat membedakan warna biru-kuning dan merah-hijau.

 Indera pendengaran (telinga)

Pendengaran merupakan alat indera yang melalui telinga sebagai alat bantunya. Telinga
merupakan indera pendengar dan alat keseimbangan. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu telinga
luar, telinga tengah dan rongga telingga dalam. Telinga berfungsi untuk mendengar suara-suara
yang ada disekitar kita.
Suara adalah gelombang mekanis yang merupakan osilasi tekanan ditularkan melalui, gas
padat cair, atau, terdiri dari frekuensi dalam kisaran pendengaran dan dari tingkat cukup kuat
untuk didengarkan. Warna suara menunjukkan sumber bunyi. Kemampuan manusia
membedakan warna suara sangat memperkaya pengalamannya. Ada pula yang disebut hearing
persepsion diantaranya: Plasticity yaitu area cortex pendengaran dipengaruhi oleh penggunaan.
Semakin sering penggunaan à semakin banyak jaringan neuron, ex: Musisi memiliki area
pemrosesan auditory yang lebih besar daripada orang kebanyakan. Auditory fatique yaitu
kehilangan kemampuan auditory sementara karena eksposure auditoris kuat yang konstan/lama à
neuron auditoris overworked dan istirahat (refractory). Threshold shift yaitu berkurangnya
sensitivitas terhadap stimulus auditoris yang bersifat sementara atau permanen à hearing
problems. Dan yang terakhir adalah Auditory problems.

 Indera peraba (kulit)

Peraba, indera ini melalui kulit sebagai penerimanya. Kulit yang paling peka adalah ujung
jari dan bibir. Kulit memiliki dua lapisan yaitu lapsan epidermis dan lapisan dermis. Di kulit
rangsangan perabanya adalah tekanan, suhu,sakit atau nyeri, dan gerakan. Kulit merupakan
sensati terhadap suatu lingkungan.

Kulit adalah bagian paling luar dari jaringan tubuh kita lapisan terluar tubuh manusia.
Kulit membungkus tubuh kita. Pada saat kulit terkelupas, rasa perih menyengat. Hal itu
menunjukkan betapa kulit, selain membungkus tubuh, juga memberikan perlindungan bagi
jaringan jaringan di bawahnya. Pada kulit terdapat ujung-ujung saraf sensorik sebagai reseptor
khusus untuk sentuhan tekanan, temperature serta rasa sakit. Sebagian besar reseptor terletak
pada lapisan dermis dan ada juga yang terletak pada lapisan epidermis. Kepekaan peraba pada
manusia sangat besar, terutama di ujung jari dan bibir.

 Indera penciuman (hidung)

Hidung merupakan alat indera manusia yang menanggapi rangsang berupa bau atau zat
kimiayang berupa gas.di dalam rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi
dengan sel-sel pembau. Setiap sel pembau mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori) di
ujungnya dandiliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab rongga hidung.
Epithellium olfactorypada bagian meial rongga hidung memiliki fungsi dalam penerimaan
sensasi bau. Penciuman: penciuman merupakan alat penginderaan melalui hidung yang
kemudian diterima oleh reseptor dan dilanjutkan ke otak. Ada enam bau utama yang mudah
diterima oleh alat indera yaitu, bau rempah: cengkeh, bau harum: vanili, bau eteris: jeruk, eter,
sereh, bau damar: terpentin, bau busuk: telur busuk.

 Indera pengecap (lidah)

Perasa yaitu penginderaan melalui lidah. Lidah merupakan reseptor yang banyak memiliki
stuktur tunas pengecap. Lidah mempunyai reseptor khusus yang berhubungan rangsangan kimia.
Lidah merupakan organ yanh tersusun dari otot. Lidah kita dapat merasakan berbagai macam
rasa diantaranya ,yaitu rasa manis , asin, asam dan pahit.
Kepekaan pada rasa pahit yang paling peka yang dapat diterima oleh indera perasa. Indera
perasa berhubungan dengan indera penciuman, misalnya jika kita sedang sakit flu, maka semua
rasa akan terasa hambar. Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi perasa yaitu, genetik,
usia, dan kultur.
Lidah dalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu
pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera engecap
yang banyak memiliki struktur unas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan
bicara. Juga membantu membolak balik makanan dalam mulut.

2. Atensi
Atensi berasal dari kata Attention yang artinya adalah perhatian. Atensi adalah
pemusatan pikiran, dalam bentuk yang jernih dan gamblang, terhadap sejumlah objek stimulan
atau sekelompok pikiran. Pemusatan (focalization) kesadaran adalah intisari atensi. Atensi
mengimplikasikan adanya pembagian objek-objek lain agar kita sanggup menangani objek-objek
secara selektif. Hal ini sejalan dengan pendapat Santrock atensi adalah mengonsentrasikan dan
memfokuskan (memusatkan) sumber daya mental.
3. Persepsi
Persepsi berasal dari kata perception yang artinya tanggapan daya memahami atau
memahami sesuatu. Slameto mengidentifikasi persepsi sebagai berikut:

“Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak
manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
Hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu indra penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan
pencium”.

Persepsi merupakan tanggapan yang dihasilkan dari pengamatan. Tanggapan adalah


gambaran atau berkas yang tinggal dalam ingatan setelah seseorang melakukan pengamatan.
Tanggapan ini akan memberikan pengaruh terhadap perilaku belajar siswa. Pendapat ini
mengandung makna bahwa dalam proses belajar mengajar akan timbul suatu tanggapan dari
siswa, tanggapan ini akan mempengaruhi perilaku siswa selanjutnya. Dengan kata lain tingkah
laku siswa dalam belajar ditentukan oleh bagaimana tanggapannya tentang objek atau sesuai
yang diamatinya.

4. Memori

Memori atau ingatan adalah retensi informasi. Para psikolog pendidikan mempelajari
bagimana informasi diletakan atau disimpan dalam memori, bagaimana ia dipertahankan atau
disimpan setelah disandikan (encoded), dan bagaimana ia ditemukan dan diungkapkan
kembaliuntuk tujuan tertentu dikemudian hari. Memori membuat diri kita merasa
berkesinambungan.

Menurut Suyono, ada tiga macam sistem penyimpanan ingatan, yaitu:


a. Memori sensori (sensory memory), suatu sistem mengingat stimulti secara cepat
sehingga dapat berlangsung analisis persepsi, di sini proses berlangsung selama 3-5 detik,
masukan utamanya dari penglihatan dan suara.
b. Memori kerja (working memory), merupakan memori jangka pendek, short-term
memory (STM), mampu menyimpan 5-9 informasi dalam waktu sekitar 15-20 detik,
sehingga cukup waktu bagi pengelolaan informasi. Dalam hal ini, informasi yang diberi
kode (decode) serta persepsi setiap individu akan menentukan apa yang disimpan dalam
memori kerja.
c. Memori jangka panjang, longterm memory (LTM), berfungsi menyimpan
informasi yang sangat besar dalam waktu yang lama. Informasi yang tersimpan di
dalamnya dapat dalam bentuk verbal maupun visual.
Ada beberapa proses yang berkaitan dengan memori. Santrock membaginya atas tiga, yaitu:
 Encoding, adalah proses pemasukan informasi ke dalam memori. Encoding memiliki
banyak kemiripan dengan atensi dan pembelajaran. Untuk mengawali proses encoding,
anak harus memperhatikan informasi.
 Penyimpanan (storage), adalah retensi informasi dari waktu ke waktu.
 Pengambilan kembali (retrieval), adalah mengambil informasi dari simpanan memori
ketika dibutuhkan.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemrosesan Informasi

Adapun faktor yang mempengaruhi pemrosesan informasi dalam belajar yaitu:


 Faktor internal (psikologis dan fisiologis) dan eksternal
 Tidak semua individu mampu melatih memori secara maksimal
 Proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung
 Tingkat kesulitan mengungkap kembali informasi-informsi yang telah disimpan
dalam ingatan
 Kemampuan otak tiap individu tidak sama.

C. Pemamfaatan Pemrosesan Informasi dalam Belajar


Pemanfaatan pemprosesan informasi dalam belajar yaitu :
 Membantu terjadinya proses pembelajaran sehungga individu mampu beradaptasi pada
lingkungan yang selalu berubah.
 Menjadikan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara berpikir yang berorientasi
pada proses lebih menonjol.
 Kapasilitas belajar dapat disajikan secara lengkap.
 Prinsip perbedaan individual terlayani.
C. Lupa dalam Belajar

Lupa merupakan istilah yang sangat populer di masyarakat. Dari hari ke hari dan bahkan
setiap waktu pasti ada orang-orang tertentu yang lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang
peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu yang akan dilakukan, mungkin juga sesuatu
yang baru saja dilakukan. Fenomena dapat terjadi pada siapapun juga, tak peduli apakah orang
itu anak-anak, remaja, orang tua, guru, pejabat, profesor, petani dan sebaginya.
1. Proses Terjadinya Lupa dalam Belajar

Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yangpernah diketahui, tidak dapat
diingat kembali atau dilupakan.
Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling
bertentangan, melainkan saling mengisi
a. Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang
harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat
laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali.
Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
b. Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-
perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih
halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
2) Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang
paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas,
sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk
keseluruhan tidak begitu diingat.
3) Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol,
sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol,
tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana
wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
c. Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat,
tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya
kembali materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya,
mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena
terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini
disebut hambatan proaktif.
d. Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa
mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang
tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses
lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada
bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri,
orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini
dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang
sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita.
2. Faktor-Faktor Penyebab Lupa

Menurut Ormrod ada empat kemungkinan (faktor) penyebab lupa, yaitu:


 Kegagalan untuk memanggil kembali (inability to retrieve), adalah kegagalan untuk
menemukan informasi yang ada dalam memori jangka panjang.
 Kesalahan Rekonstruksi (reconstruction error), konstruksi “memori” yang logis namu
salah dengan menggabungkan informasi yang dipanggil dari memori jangkan panjang
dengan pengeta huan dan keyakinan umum seseorang tentang dunia.
 Interferensi, Fenomena dimana sesuatu yang disimpan dalam memori jangka panjang
menghambat kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu yang lain dengan benar.
Atau, kegagalan informasi karena terhalang dengan informasi lain.
 Kerusakan informasi (decay), pelemahan bertahap informasi yang disimpan dalam
memori jangka panjang, terutama jika informasi tersebut jarang digunakan.
Selain itu, ada beberapa hal lain yang menyebabkan lupa
 Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar
dengan waktu mengingat kembali. Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari
hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka
kemungkinan ia akan lupa menybut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun
binatang.
 Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar
mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut
menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran
itu akan mudah terlupakan.
 Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan
atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian
denga sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk
dengan materi pelajaran baru.
 Lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang
terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan
kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.

2. Kiat Mengurangi Lupa dalam Belajar

Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat
akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya
adalah sebagai berikut:
a. Over learning
Over learning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas
materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah
siswa melakukan pembelajaran atau respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak
contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara lain pembacaan teks pancasila pada setiap
hari senin dan sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap P4 lebih kuat.
b. Extra Study Time
Extra Study Time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar
materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa
meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat
melindungi memori dari kelupaan.
c. Mnemonic Device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga disebut mnemonic itu berarti kiat khusus
yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi ke dalam sistem
akal siswa.
d. Pengelompokkan
Maksud kiat pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut
memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
e. Latihan Terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah massed practice (latihan terkumpul) yang
sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan
terbagi siswa melakukan latihan-latihan waktu-waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk
menghindari camming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesa dalam waktu yang
singkat. Dalam melaksanakan istributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan
strategi belajar yang efisien.
f. Pengaruh Letak Bersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa
dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah dan sebagainya) yang diawali dan diakhiri
dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya
ditulis dengan menggunakan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari
kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian, kata yang ditulis pada awal
yang akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam
subsistem akal permanen siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Munandar, Utami.1999.Psikologi belajar.Jakarta:Rajawali Press.

Suryabrata, Sumadi.2004.Psikologi Pendidikan.Yogyakarta:Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai