Anda di halaman 1dari 16

TUGAS I

Konsep Sehat Sakit, Konsep Komunitas dan Integrasi Keilmuan


Terkait Masalah Kesehatan dan Perilaku Sehat Berdasarkan Al-
Qur’an dan Hadits

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I


Dosen Pengampu :
Ani Auli Ilmi, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom
Rasdiyanah, S.Kep.,Ns.,M.kep.,Sp.Kep.Kom

Oleh:
AINUN NAIMA MAHARANI PUTRI
70300117070

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
A. Definisi dan Konsep Sehat-Sakit
Menurut Nadya (2013), sehat dan sakit adalah dua kata yang saling
berhubungan erat dan merupakan bahasa kita sehari-hari. Sehat dan sakit
adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk diartikan meskipun keadaan ini
adalah suatu kondisi yang dapat dirasakan dan diamati dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian
seseorang terhadap konsep sehat-sakit. Maka dari itu, perlu dipahami definisi
dan konsep sehat-sakit.
1. Definisi Sehat
Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-
shihhah” yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan
sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula: (a) dalam
keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit),
waras, (b) mendatangkan kebaikan pada badan, (c) sembuh dari sakit.
Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah yaitu al-
‘afiah yang berarti ash-shihhah at-tammah (sehat yang sempurna). Kedua
kata ash-shihah dan al-afiah sering digabung menjadi satu yaitu ash-shihhah
wa al’afiah, yang artinya ‘sehat wal afiat’ dan artinya sehat secara sempurna.
Berikut adalah definisi sehat dari beberapa sumber dan ahli:
a. World Health Organization (WHO) merumuskan kata “sehat” dalam
cakupan yang sangat luas, yaitu "Health is a state of complete
physical, mental and social well-being and not merely the absence of
diseases or infirmity", yang artinya “sehat adalah suatu keadaan
kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu
kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan”.
Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau
cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu
dikatakan sehat. Pengertian sehat yang dikemukakan oleh WHO ini
merupakan suatu keadaan ideal dari sisi biologis, psiologis, dan sosial
sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas secara optimal.
Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3
karakteristik, yaitu:
1) Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2) Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan
eksternal
3) Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Sehat
bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian,
dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses
dan yang dimaksud dengan proses disini adalah adaptasi individu
yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan
sosialnya.
b. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992, “sehat
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis”. Batasan sehat menurut UU ini meliputi:
1) Sehat fisik adalah tidak merasa sakit dan memang secara klinis
tidak sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi normal dan
tidak ada gangguan fungsi tubuh.
2) Sehat mental (jiwa), mencakup:
a) Sehat pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni
mampu berpikir secara logis (masuk akal) atau berpikir runtut
b) Sehat spiritual tercerimin dari cara seseorang dalam
mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan
terhadap pencinta alam dan seisinya yang dapat dilihat dari
praktek keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik
yang sesuai dengan norma-norma masyarakat
c) Sehat emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya atau pengendalian diri yang baik.
3) Sehat sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan
orang/kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama,
atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik.
4) Sehat dari aspek ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan atau
menghasilkan secara ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun
bagi yang sudah tidak bekerja maka sehat dari aspek ekonomi
adalah bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku produktif
secara sosial.
c. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah suatu
keadaan/kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari
sakit.
d. Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah Nasional
Ulama tahun 1983, sehat sebagai ketahanan ‘jasmaniah, ruhaniyah,
dan sosial’ yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib
disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya, dan memelihara serta
mengembangkannya.
2. Definisi Sakit
Menurut Irwan (2017), pengertian sakit pada umumnya diartikan suatu
keadaan yang tidak normal atau lazim pada diri seseorang. Misalnya, bila
seseorang mempunyai keluhan tanda gejala sakit gigi yang tidak
tertahankan, demam, dan lain sebagainya ini yang dikatakan dengan sakit
atau bahkan mengalami penyakit bila telah didiagnosis oleh dokter atau pun
medis
Beberapa pengertian sakit yang dikemukakan oleh beberapa ahli
sebagai berikut:
a. Menurut UU No. 23 tahun 1992, seseorang dikatakan sakit apabila ia
menderita penyakit menahun (kronis) atau gangguan kesehatan lain
yang menyebabkan aktivitas kerja atau kegiatannya terganggu.
Walaupun seseorang sakit, istilah masuk angina atau pilek tetapi bila
ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya maka ia
dianggap tidak sakit.
b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sakit adalah berasa tidak
nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu
(demam, sakit perut dan sebagainya).
c. Menurut Perkins, sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik itu dalam aktivitas
jasmani, rohani dan sosial.
3. Konsep Sehat-Sakit
a. Konsep Sehat dan Sakit dalam Aspek Sosial
Menurut Spradley (1972), konsep sehat dan sakit dari aspek
sosial kesehatan (antropologi kesehatan, sosiologi kesehatan), dalam
berbagai analisis para ahli sosiologi mereka berpandangan bahwa
walaupun manusia secara biologis termasuk kategori mamalia, namun
manusia secara kualitatif dianggap berbeda dengan binatang. Satu
kemampuan yang ada pada manusia, yang dianggap oleh pakar manusia
yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain di muka bumi, yaitu
kemampuannya menggunakan, menciptakan, memahami, dan
menggunakan simbol-simbol dalam kehidupan mereka (Irwan, 2017).
b. Konsep Sehat dan Sakit dalam Konteks Sosial Budaya
Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992 menyatakan
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam
pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang
utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya
kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Definisi sakit ialah
seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun
(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah
seharihari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk
melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.
Dengan demikian, masalah sehat dan sakit merupakan proses
yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia
beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun
sosial budaya (Irwan, 2017).
c. Konsep Sehat dan Sakit menurut Budaya Masyarakat
Menurut Irwan (2017), istilah sehat mengandung banyak muatan
kultural, sosial dan pengertian profesional yang beragam. Dulu dari sudut
pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan
dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus
dilihat dari berbagai aspek.
Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya, hal ini karena penyakit
merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan
peran normalnya secara wajar. Cara hidup dan gaya hidup manusia
merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai
macam penyakit. Selain itu, hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional atau
biasanya dikenal dengan istilah tabib menganut dua konsep penyebab
sakit, yaitu penyebab naturalistik dan personalistik.
Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit
akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup,
ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas
dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Sehat bagi seseorang
berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan
aktivitas sehari-hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai
suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan
sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.

B. Karakteristik dan Perilaku Sehat-Sakit


1. Karakteristik dan Perilaku Sehat
Menurut Maryani (2014), perilaku sehat adalah tindakan yang
dilakukan sebagai upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan yang mencakup:
a. Makan dengan menu seimbang
Menu seimbang yang dimaksud adalah menu seimbang dalam arti
kualitas dan kuantitas. Kualitas berarti mengandung zat-zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh. Sementara kuantitas berarti asupan gizi yang
dikonsumsi tidak kurang juga tidak berlebihan.
b. Olahraga teratur
Olahraga sama halnya dengan pola makan, yakni mencakup
kualitas dan kuantitas. Kualitas mencakup gerakan sementara kuantitas
mencakup frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Kedua
aspek ini bergantung dari usia dan status kesehatan yang bersangkutan.
c. Tidak merokok
Merokok berbahaya karena dapat menimbulkan pelbagai penyakit.
Di antaranya, kanker paru-paru dan penyakit kardiovaskular. Selain tidak
merokok secara aktif, individu juga harus menghindari menjadi perokok
pasif. Perokok pasif adalah orang yang menghisap asap rokok orang lain.
Dampak yang ditimbulkan sama dengan perokok aktif. Bahkan ada
pendapat yang menyatakan bahwa perokok pasif lebih berbahaya, karena
asap sisa yang dihembuskan perokok aktif mengandung 75% zat
berbahaya yang ada pada rokok, sementara perokok sendiri hanya
menghirup 25% dari kandungan rokok karena menghisap hasil
pembakaran per batang lewat filter di ujung hisap. Artinya perokok pasif
menghirup zat berbahaya 3 kali lebih banyak dari perokok aktif.
d. Tidak minum-minuman beralkohol
Alkohol adalah obat yang sangat keras. Alkohol dapat berperan
sebagai depresan dalam tubuh dan memperlambat aktivitas otak. Apabila
digunakan dalam kuantitas tertentu, alkohol dapat mencederai atau
bahkan membunuh jaringan biologis, termasuk sel-sel otot dan sel-sel
otak. Beberapa hambatan yang ditimbulkan sebagai akibat dari terlalu
banyak mengkonsumsi alkohol, yaitu; fungsi intelektual, kendali perilaku
dan penilaian menjadi semakin kurang efisien
e. Istirahat yang cukup
Istirahat yang cukup bukan hanya memelihara kesehatan fisik,
tetapi juga memelihara kesehatan mental. Istirahat yang cukup
merupakan kebutuhan dasar manusia untuk mempertahankan kesehatan
diri. Kurangnya waktu istirahat individu dapat membahayakan kesehatan.
2. Karakteristik dan Perilaku Sakit
Menurut Maryani (2014), perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan
yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit, meliputi:
a. Fearfullness (merasa ketakutan), umumnya individu yang sedang
sakit memiliki perasaan takut. Bentuk ketakutannya, meliputi takut
penyakitnya tidak sembuh, takut mati, takut mengalami kecacatan,
dan takut tidak mendapat pengakuan dari lingkungan sehingga
merasa diisolasi.
b. Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit adalah
ansietas (kecemasan). Untuk mengatasi kecemasan tersebut, salah
satu caranya adalah dengan regresi (menarik diri) dari lingkungannya.
c. Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu yang sakit
banyak mempersoalkan tentang dirinya sendiri.
d. Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku individu yang
sakit dengan melebih-lebihkan persoalan kecil. Akibatnya pasien
menjadi cerewet, banyak menuntut, dan banyak mengeluh tentang
masalah sepele. Reaksi emosional tinggi, yaitu perilaku individu yang
sakit ditandai dengan sangat sensitif terhadap hal-hal remeh sehingga
menyebabkan reaksi emosional tinggi.
e. Perubahan perpepsi terhadap orang lain, karena beberapa faktor
diatas, seorang penderita sering mengalami perubahan persepsi
terhadap orang lain.
f. Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di samping
memiliki rasa cemas juga kadang-kadang timbul stress. Faktor
psikologis inilah salah satu sebab berkurangnya minat sehingga ia
tidak mempunyai perhatian terhadap segala sesuatu yang ada di
lingkungannya. Berkurangnya minat terutama kurangnya perhatian
terhadap sesuatu yang dalam keadaan normal ia tertarik atau Faktor
Penentu Kesehatan dan Penyakit
Menurut Hendrik L Blum dalam Maryani (2014), ada 4 faktor yang
mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-
faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti
perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi,
umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan
dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek
fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya.
Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia
seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Contoh : akses
terhadap air bersih, jamban/ tempat BAB, sampah, lantai rumah, breeding
places, polusi, sanitasi tempat umum, Bahan Beracun Berbahaya (B3),
kebersihan TPU (Tempat Pelayanan Umum).
2. Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada
perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan,
adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan
perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya. Contoh : alkohol, rokok,
promiscuity: tempat-tempat berisiko, narkoba, olahraga dan health seeking
behavior : kalau tidak sakit parah tidak akan pergi ke puskesmas.
3. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat
menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap
penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang
memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh
lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga
kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk
mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan
kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
memerlukan. Contoh : ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan (balai
pengobatan) maupun rujukan (rumah sakit), ketersediaan tenaga, peralatan
kesehatan bersumberdaya masyarakat; kinerja/cakupan serta
pembiayaan/anggaran.
4. Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan
seperti diabetes melitus dan asma bronehial. Contoh : penyakit-penyakit yang
sifatnya turunan dan mempengaruhi sumberdaya masyarakat, jumlah
penduduk dan pertumbuhan penduduk serta jumlah kelompok khusus/rentan:
bumil, persalinan, bayi, dll.

1. Definisi dan Konsep Kesehatan Komunitas


1. Definisi Keperawatan Komunitas
Berdasarkan pernyataan dari American Nurses Association (2004)
yang mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas sebagai tindakan
untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan
mengintegrasikan ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan
keperawatan dan kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan
komprehensif dan umum serta tidak terbatas pada kelompok tertentu,
berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang bersifat episodic
(Ferry & Makhfudli, 2015).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinyu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Maryani,
2014).
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk
menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga
mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya (Mubarak,
2009).
2. Konsep Kesehatan Komunitas
a. Tujuan Keperawatan Komunitas
1) Promosi kesehatan
Promosi kesehatan pada tujuan keperawatan komunitas ini
berarti adalah suatu upaya untuk membantu masyarakat menjadikan
gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal
didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial,
spiritual, dan intelektual. Promosi kesehatan tidak sekadar mengubah
gaya hidup, tetapi mempertahankan dan meningkatkan perilaku sehat
adalah tujuan yang akan dicapai pula.
2) Proteksi kesehatan
Proteksi kesehatan merupakan upaya perlindungan kelompok
masyarakat terhadap terpaparnya suatu penyakit.
3) Pencegahan penyakit dan penyembuhan
Pencegahan penyakit merupakan upaya dalam mencegah
terjadinya penyakit pada kelompok yang berisiko, sedangkan
penyembuhan adalah upaya yang dilakukan pada kelompok
masyarakat yang telah terkena penyakit. Upaya penyembuhan
bertujuan untuk menyembuhkan kelompok masyarakat yang sakit dan
mencegah terjadinya komplikasi (Mubarak, 2009).
b. Area Praktik Perawat Kesehatan Komunitas
Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan
proteksi kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan,
sosial dan ilmu kesehatan masyarakat (American Public Health
Association, 1996). Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi
dengan tujuan utama promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta
kecacatan untuk semua orang melalui kondisi yang dicipakan dimana
orang bisa menjadi sehat. Meskipun praktik yang dilakukan berada pada
berbagai jenis organisasi dan masyarakat, semua perawat kesehatan
komunitas berfokus pada populasi. Populasi dapat didefinisikan pada
mereka yang hidup pada area geografis yang spesifik (contoh : tetangga,
komunitas, kota atau negara) atau mereka kelompok etnik atau ras
khusus yang mengalami beban berlebihan dari outcome kesehatan yang
rendah (Ferry & Makhfudli, 2015).
Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan populasi dan
berbagai kelompok meliputi:
1) Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti epidemiologis,
pekerja sosial, nutrisionis dan pendidik kesehatan
2) Organisasi kesehatan pemerintah
3) Penyedia layanan kesehatan
4) Organisasi dan koalisi masyarakat
5) Unit pelayanan komunitas seperti sekolah, lembaga bantuan
hukum dan unit gawat darurat
6) Industri dan bisnis
7) Institusi penelitian dan pendidikan
c. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
Menurut Ferry & Makhfudli (2015), sasaran keperawatan
kesehatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga, kelompok beresiko tinggi termasuk kelompok/masyarakat
penduduk di daerah kumuh, terisolasi, berkonflik, dan daerah yang tidak
terjangkau pelayanan kesehatan keperawatan komunitas

3. Tahapan Pencegahan Pada Kesehatan Komunitas


Menurut Ferry & Makhfudli (2015), dalam praktik keperawatan komunitas,
terdapat tiga pendekatan pencegahan yang digunakan, antara lain:
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat
proses penyakit belum mulai (pada periode pre patogenesis) dengan tujuan
agar tidak terjadi proses penyakit dan mengurangi insiden penyakit dengan
cara mengendalikan penyebab penyakit dan faktor resikonya. Strategi
pencegahannya terdiri dari health promotion dan specific protection.
Upaya pencegahan dengan promosi kesehatan meliputi pendidikan
kesehatan, penyuluhan, gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan,
penyediaan perumahan yang sehat, rekreasi yang cukup, pekerjaan yang
sesuai, konseling perkawinan, genetika dan pemeriksaan kesehatan yang
berkala.
Sedangkan perlindungan khusus meliputi imunisasi, kebersihan
perorangan, sanitasi lingkungan, perlindungan terhadap kecelakaan akibat
kerja, penggunaan gizi tertentu, perlindungan terhadap zat yang dapat
menimbulkan kanker dan menghindari zat-zat alergenik
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan yang dilakukan
saat proses penyakit sudah berlangsung namun belum timbul tanda/gejala
sakit (patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut
dengan tujuan menghentikan prose penyakit lebih lanjut dan mencegah
komplikasi. Strategi pencegahannya terdiri dari deteksi dini dan pemberian
pengobatan yang tepat.
Upaya pencegahan dengan diagnosa dini dan pengobatan segera
meliputi penemuan kasus (individu/massal), skrining, pemeriksaan khusus
dengan tujuan (menyembuhkan & mencegah penyakit berlanjut, menular,
mencegah komplikasi serta memperpendek masa ketidakmampuan).
Contoh : PMS  kultur rutin bakteriologis untuk infeksi asimptomatis
pada kelompok resiko tinggi, Sifilis  tes serologis untuk infeksi preklinis
pada kelompok resiko tinggi, kanker leher rahim  hapusan pap, kanker
payudara  skrining dengan mammografi.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah pencegahan yang dilakukan saat proses
penyakit sudah lanjut (akhir periode patogenesis) dengan tujuan untuk
mencegah cacat dan mengembalikan penderita ke status sehat. Dengan
tujuan menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan
membantu penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap
kondisi yang tidak dapat diobati lagi. Strategi pencegahannya terdiri dari
disability limitation dan rehabilitation.
Upaya pencegahan dengan rehabilitasi meliputi penyediaan fasilitas
untuk pelatihan hingga fungsi tubuh dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya,
pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar menggunakan mereka
yang telah direhabilitasi, penempatan secara selektif, memperkerjakan
sepenuh mungkin, terapi kerja di rumah sakit dan menyediakan temat
perlindungan khusus. Contoh : penyakit vaskuler diabetik pada kaki 
perawatan kaki (pediatric care) rutin pasien diabetes, Fraktura & cedera 
memasang rel pergelangan tangan (handralis) di rumah orang yang mudah
jatuh, Ulserasi kulit kronis  penyediaan matras khusus untuk penyandang
cacat berat.

4. Integrasi Keilmuan Masalah Kesehatan dan Perilaku Sehat


Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Menurut Fatmah (2010), dalam setiap perjalanan hidup manusia, kondisi
sehat dan kondisi sakit adalah dua kondisi yang senantiasa dialami oleh setiap
manusia. Allah SWT tidak akan menurunkan suatu penyakit apabila tidak
menurunkan juga obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra dari Nabi Muhammad SAW bersabda:

ِ ُ‫َّللاُ دَا ًء ِإ هَّل أ َ ْن َز َل لَه‬


‫شفَا ًء‬ ‫َما أ َ ْن َز َل ه‬
Artinya: “Allah SWT tidak menurunkan sakit, kecuali juga menurunkan obatnya”
(HR Bukhari)

Dalam QS. Asy-Syu`ara’ ayat 80 juga dijelaskan bahwa:

‫ين‬ ْ ‫ضتُ فَ ُه َو َي‬


ِ ‫ش ِف‬ ْ ‫َو ِإ َذا َم ِر‬
Artinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku” (QS. Asy-
Syu`ara’, 26/80)

Kandungan makna ayat ini mengantarkan pada sebuah pemahaman


bahwa setiap ada penyakit pasti ada obatnya, dan apabila obatnya itu mengenai
penyakitnya sehingga memperoleh kesembuhan, maka kesembuhannya itu
adalah atas ijin dari Allah SWT.
Sebagaimana diisyaratkan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh
Jabir dari Nabi Muhammad bersabda:

ِ ‫هاء بَ َرأ َ بِ ِإ ْذ ِن ه‬
‫َّللا ع هَز َو َج هل‬ َ ‫َاء د ََوا ٌء فَ ِإ َذا أ ُ ِص‬
ِ ‫يب د ََوا ُء الد‬ ٍ ‫ ِلك ُِل د‬.
Artinya: “Setiap penyakit pasti ada obatnya, apabila obatnya itu digunakan untuk
mengobatinya, maka dapat memperoleh kesembuhan atas ijin Allah
SWT” (HR. Muslim)

Menurut Fatmah (2010), seringkali ada orang yang mudah terkena


penyakit, karena penyebabnya ia tidak memiliki disiplin diri terhadap makan,
tidur, istirahat, bekerja dan berolahraga. Umumnya masyarakat kita masih lebih
mengutamakan tampilan lahiriah daripada pemenuhan gizi makanan dan kalau
sudah sibuk bekerja sampai lupa jadwal makan. Padahal Islam menerapkan
suatu prinsip al-wiqayat khayr mi al-ilaj (pencegahan lebih baik dari mengobati).
Betapa besar perhatian islam terhadap masalah kesehatan dapat dilihat
pula dari tuntunan mengenai cara mendapatkan makanan, mengolah dan
memakannya. Islam memerintahkan manusia untuk memperoleh makanan
dengan cara yang sah dan halal. Jika seseorang makan atau minum hendaknya
tidak berlebihan. Islam menetapkan adanya beberapa jenis makanan dan
minuman yang diharamkan karena dapat membahayakan kesahatan jasmani,
rohani dan akal pikiran (Fatmah, 2010).
Besarnya perhatian Islam terhadap kesehatan ini dapat dilihat dari urutan
tutunan yang tercantum dalam Al-Qur’an. Surat pertama yang diturunkan
mengenai manusia untuk berpengetahuan (surat Al-Alaq). Sedangkan surat yang
kedua mengajak manusia untuk memperhatikan soal kebersihan. Firman Allah
dalam Al-Qur’an surat Al-Muddatsir ayat 4:

‫ك ف َ ط َ هِ ر‬
َ َ ‫َو ث ِ ي َ ا ب‬
Artinya: “dan pakaianmu bersihkanlah” (QS. Al-Muddatsir, 74/4)

Demikian pula perhatian Islam terhadap perorangan seperti dinyatakan


dalam sebuah hadist Rasullah SAW dalam Hadits Riwayat Al-Baikhaqi, Malik,
Assyafii dan Hakim yang artinya “kalaulah tidak memberatkan ummatku, niscaya
aku wajibkan mereka menggosok gigi setiap hendak melakukan wudhu.
Islam mengatur cara berwudhu dengan mendahulukan membasuh kedua
belah tangan, dimaksudkan agar dapat diketahui keadaan air tersebut sebelum
mengenai anggota wudhu’ lainnya. Di samping itu dimaksudkan juga agar
kotoran dan bakteri yang mungkin ada di kedua belah tangan tersebut dapat
dibersihkan terlebih dahulu.
DAFTAR REFERENSI.

Mubarak, W. I., & Chayatin, N. (2009). Ilmu kesehatan masyarakat: teori dan
aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Efendi, F., & Makhfudli, M. (2015). Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori dan
praktik dalam keperawatan.

Gobel, Fatmah Afrianty. (2010). Konsep sehat sakit dalam Perspektif Islam.
Dikutip dari http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/08/21/konsep-sehat-
sakit-dalam-islam/ Diperbarui 26 Juni 2015.

Soejoeti, Sunanti, Z. (2009). Konsep sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks
Sosial Budaya. Dikutip dari http://datastudi.wordpress.com/2009/10/26/konsep-
sehat-sakit-danpenyakit-dalam-konteks-sosial-budaya/ 20 Januari 2012.
Form Penilaian Lembar Tugas Mandiri (LTM) - Individu

Nama Mahasiswa : Ainun Naima Maharani Putri


NIM : 70300117070
Kelas/Semester : Keperawatan B / V (Lima)
Topik : Konsep Sehat Sakit, Konsep Komunitas dan Integrasi
Keilmuan Terkait Masalah Kesehatan dan Perilaku Sehat
Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits

No. Aspek Penilaian Bobot Nilai Nilai


1. Isi dari LTM
a. Menjawab pertanya/masalah
b. Masalah dibahas dengan dalam 50
c. Penggunaan teori yang tepat dan jelas
d. Terkait antar topik dan pembahasan
e. Tidak plagiarisme
2. Alur Penulisan
a. Mudah dipahami 20
b. Saling terkait antara paragraf
c. Saling terkait antar tema
3. Format penulisa
a. Memperhatikan kaidah penulisan dan EYD 10
b. Penulisan menggunakan format APA
c. Kerapihan penulisan
4. Penggunaan refensi
a. Referensi jelas (teksbook/buku wajib maksimal
10 tahun terakhir dan jurnal maksimal 5 tahun 10
terakhir)
b. Jumlah referensi yang digunakan
c. Penggunaan referensi lain seperti berita online,
data statistik, sumber harus tepat dan jelas.
5. Waktu pengumpulan
10
Sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
Total Nilai 100

Catatan :
........................................................................................................................
........................................................................................................................

Tanggal Dikumpulkan :
Dosen Pengampu :

Tanda Tangan : ............................................

Anda mungkin juga menyukai