II. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan nata dari berbagai substrat
2. Mengukur tebal nata pada berbagai macam substrat
3. Membandingkan tebal nata pada berbagai macam substrat
Nata merupakan makanan pencuci mulut (desert). Nata adalah makanan yang
banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi
kesehatan dalam membantupencernaan.
Kadungan kalori yang rendah pada Nata merupakan pertimbangan yang tepat
produk Nata sebagai makan diet. Dari segi penampilannya makanan ini memiliki nilai
estetika yang tinggi, penampilan warna putih agak bening, tekstur kenyal, aroma segar.
Dengan penampilan tersebut maka nata sebagai makanan desert memiliki daya tarik
yang tinggi. Dari segi ekonomi produksi nata menjanjikan nilai tambah. Pembuatan
nata yang diperkaya dengan vitamin dan mineral akan mempertinggi nilai gizi dari
produk ini.
Nata dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang
mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang
termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling
banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk
genus Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatip, aerob,
berbentuk batang pendek atau kokus.
Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter
xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa
metabolit diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata. Senyawa peningkat
pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan
mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu meningkatkan
aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel Acetobacter xylinum untuk
menghasilkan selulosa.
Penyiapan Starter
Fermentasi
A. Alat B. Bahan
II. TUJUAN
1. Mengetahui indeks amilolitik pada media agar + pati dan indeks proteolitik pada media agar
+ skim Bacillus sp dan E. coli
2. Membandingkan kemampuan Bacillus sp dan E. coli dalam menghidrolisis pati dan skim
Dalam kehidupan, jasad diperlukan dalam bahan kimia organic, dan anorganik dimana
bahan tersebut digunakan sel unit kegiatan metabolisme. Faktor pertumbuhan adalah senyawa
organic yang diperlukan dalam pertumbuhan yang dapat disintesis sendiri yang diperlukan dalam
jumlah yang sedikit dan tidak dapat masuk ke dalam sel melalui membran sehingga polimer
tersebut harus diperoleh secara sederhana. Proses tersebut dinamakan hidrolisis dan memerlukan
co-enzym seperti a. Pati (amylase), b. Lignin (ligase), c. Protein (protease), d. Lipid (lipase) (Volk
dan Wellew. 1993: 113).
Ratna (1990: 20) menyatakan bahwa bakteri biasanya memperoleh energy dari oksidasi
kimia. Sebagian besar bakteri memperoleh bahan-bahan karbon, nitrogen, ion organic, dan lain-
lain berasal dari bahan anorganik yang kemudian dirombaknya dan digunakan seperlunya.
Peristiwa ini melalui 3 tahapan:
Substansi penghambat pertumbuhan ada yang merupakan bahan asli atau dapat pula
ditambahkan substansi asli yang dikandung bahan makanan, antaraa lain lachinin dan susu mentah
lysesin pada putih telur dan bakteri yang mampu merusak bahan makanan dengan cara
mengeluarkan enzim-enzim yang dimiliki jasad renik.
2. Bunsen 1 buah
4. Penggaris 1 buah
5. Spidol 1 buah
2. BAHAN
No Nama Jumlah
5. Alkohol secukupnya
MIKROBIOLOGI
II. TUJUAN
Untuk mengamati morfologi bakteri melalui pewarnaan sederhana dan pewarnaan gram.
1. Zat warna yang bersifat asam; komponen warnanya adalah anion, biasanya dalam bentuk
garam natrium.
2. Zat warna yang bersifat alkalis; dengan komponen warna kation, biasanya dalam bentuk
klorida.
Untuk mendapatkan hasil pengewarnaan yang lebih baik, tidak jarang diperlukan bahan
penolong, yang biasanya disebut pemantek (mordant). Bahan yang sering digunakan sebagai
pemantek diantaranya: ammonium oksalat, fenol, asam tanat, garam alumunium, besi, timah,
krom, dll.
Pewarnaan Sederhana
Tujuan pengewarnaan ini adalah untuk membedakan bakteri dari benda-benda mati lain yang
bukan bakteri dan untuk melihat bentuk dan ukurannya. Larutan warna hanya terdiri dari satu
bahan warna yang dilarutkan dalam suatu pelarut. Bahan yang banyak dipakai untuk keperluan ini
adalah karbol fuksin, Kristal violet dan methylen Blue.
Pengewarnaan diferensial
Untuk pewarnaan ini digunakan lebih dari satu macam bahan warna. Dengan cara ini bahan-
bahan warna yang dipakai ada kalanya terpisah atau tercampur dan digunakan dalam satu larutan.
Dua macam pengecatan yang terpenting dari golongan ini adalah pewarnaan gram dan pewarnaan
tahan asam.
Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram pertama kali dikemukakan oleh Christian Gram (1884). Dengan
pewarnaan ini goresan tipis bakteri mula-mula dilapisi dengan larutan zat warna karbol
gentinviolet (karbol kristal violet, karbol metal violet) dan didiamkan beberapa saat, kemudian
disiram dengan larutan iodium dan dibiarkan terendam dalam waktu yang agak lama. Sampai
tingkat pewarnaan ini selesai, semua sel bakteri akan berwarna ungu.
Selajutnya preparat didekolorisasi dengan alcohol atau campuran alcohol atau aseton sampai
semua zat warna tampak launtur dari film bakteri. Setelah dicuci dengan air, preparat diberi warna
kontras (counterstain) seperti safranin atau karbolfuksin encer, air fuksin, atau pironin B.
Diantara bermacam-macam bakteri yang diwarnai, ada yang dapat menahan warna ungu
(metil violet, Kristal violet, gentian violet) dalam selnya meskipun telah didekolorisasi dengan
alcohol atau aseton. Bakteri yang memberi reaksi demikian dinamakan Bakteri Gram Positif.
Sebaliknya bakteri yang tidak dapat menahan zat warna setelah didekolorisasi dengan alcohol akan
kembali menjadi tidak berwarna dan bila diberikan pengecatan dengan dengan zat warna kontras
akan berwarna sesuai dengan zat warna kontras. Bakteri yang memperlihatkan reaksi semacam ini
dinamakan bakteri gram negatif. Atas dasar pewarnaan Gram ini dunia bakteri dibagi dalam dua
golongan besar, yaitu bakteri gram posistif dan bakteri gram negatif (Koes Irianto, 2006).
VI. ALAT DAN BAHAN
Pewarnaan Sederhana
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Pewarnaan Gram
Alat Jumlah Bahan Jumlah
V. CARA KERJA
a. Pembuatan Preparat
1. Kaca objek (object glass) dibersihkan, sehingga bebas lemak.
2. Pada bagian ujung kaca objek diberi tanda, sebaiknya di sebelah permukaan yang tidak
dicat.
3. Dengan ose dibuat goresan tipis dari biakan bakteri pada permukaan yang telah
dibersihkan.
4. Goresan dikeringkan di udara atau dengan hawa hangat dari api gas.
5. Fiksasi dilakukan dengan cara menyentuhkan permukaan kaca objek tiga kali berturu-
turut pada ujung api Bunsen.
6. Setelah didinginkan preparat sudah siap untuk dicat.
b. Pewarnaan preparat
1. Pewarnaan Sederhana
Genangi preparat yang sudah jadi dengan larutan zat warna (methylene blue) selama 5
menit
Cuci dengan air mengalir, keringkan
Periksa dibawah mikroskop
2. Pewarnaan Gram
Genangi preparat yang sudah jadi dengan larutan zat warna gentian violet selama 2-5
menit
Buang sisa cat
Genangi preparat dengan dengan larutan iodium selama 30 detik sampai 1 menit
Buang sisa cat
Decolorisasi preparat dengan alkohol atau aseton sampai warna ungu pada preparat
memudar
Cuci dengan air mengalir
Genangi preparat dengan larutan safranin selama 2-5 menit
Cuci dengan air mengalir, keringkan
Amati di bawah mikroskop