Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
Peredaran Darah Hewan Aquatik

Disusun oleh:

Nama : ASSIFA FADILA

NIM : K4316013

Kelas :A

Kelompok : 2/Mb Octa

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018

I. Judul : Peredaran Darah Hewan Aquatik


II. Tujuan : Mengamati peredaran darah secara kualitatif pada sirip ikan dengan variabel bebas
berupa suhu
III. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
 Lateks  3 ikan mas komet
 Bunsen  Es Batu
 Kapas
 Bekker Glass
 Mikroskop
 Termometer
 Tripot
 Termos
VI. Dasar Teori
Pisces atau ikan tergolong ke dalam hewan vertebrata yang memiliki sistem
peredaran darah tertutup, yaitu aliran darahnya tidak pernah keluar dari pembuluh darah
sehingga tidak terdapat hubungan dengan sel tubuh sekitarnya secara langsung. Sistem
peredarah darah ikan juga disebut dengan sistem peredaran darah tunggal, yaitu darah
beredar ke seluruh tubuh dan melewati jantung hanya sekali (Isnaeni, W., 2006). Sistem
peredaran daraih ikan berperan dalam mengangkut serta mengedarkan oksigen ke sel yang
membutuhkan, mengangkut enzim, nutrisi, garam-garam, hormon, antibodi, dan
mengangkut karbondioksida dari usus, insang, kelenjar-kelenjar untuk dikeluarkan dari
dalam tubuh (Fawcett, D. W. dan Bloom., 2002).
Darah merupakan pemberi bahan materi secara difusi. Proses difusi terjadi melalui
dinding yang tipis di kapiler darah, kemudian akan kembali ke dalam jantung melalui
pembuluh yang kedua. Seri yang pertama disebut dengan sistem arteri serta seri yang kedua
dinamakan dengan sistem vena (Affandi, Ridwan., 2002).
Di dalam sistem peredaran darah (sistem sirkulasi) bahan yang diedarkan berupa
darah, yaitu meliputi plasma darah dan butir-butir darah. Selain itu, terdapat organ-organ
yang berperan penting di dalam sistem sirkulasi, antara lain :
 Jantung
 Pembuluh nadi, berupa arteri dan aorta
 Pembuluh balik atau vena
 Kapiler darah (Affandi, Ridwan., 2002).
Skema proses peredaran darah pada ikan, yaitu :

Darah yang berasal dari jantung dipompa melewati aorta ventral lalu mengalir ke
insang

Darah masuk ke kapiler-kapiler di dalam insang (terjadi pertukaran gas, darah


melepas CO2 dan mengambil O2)

Darah melewati aorta dorsal menuju ke kapiler-kapiler seluruh tubuh (memberikan


O2 serta sari-sari makanan)

Darah melewati vena dan kembali ke jantung (Fawcett, D. W. dan Bloom., 2002).

(Sumber : Raven, P.H., and Johnson, G. B., 2002)


Pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh faktor pakan, air, dan suhu
lingkungan. Ikan merupakan hewan poikiloterm, sehingga suhu lingkungan akan
mempengaruhi suhu tubuh serta suhu darah ikan. Suhu lingkungan yang mempengaruhi secara
langsung yaitu air. Suhu lingkungan yang dingin menjadikan suhu darah ikan rendah yang
mengakibatkan tingkat viskositas darah mengental sehingga aliran darah berjalan lebih lambat
(Wijayanti, et al., 2011). Sedangkan suhu lingkungan yang panas akan menjadikan suhu darah
ikan tinggi dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah sehingga detak jantung menjadi
lebih cepat serta laju peredaran darah menjadi lebih cepat pula (Adelbert Mones, Ronaldo.,
2008). Namun jika suhu lingkungan normal tidak berpengaruh besar terhadap cepat atau
lambatnya aliran darah pada ikan sehingga aliran darahnya normal, tidak begitu cepat dan tidak
terlalu lambat (Isnaeni, W., 2006).

VII. Hasil dan Pembahasan


a. Hasil
No. Perlakuan Keterangan Kualitatif
1. Ikan dengan suhu normal (29°C)  Aliran darahnya normal (tidak terlalu
cepat dan juga tidak terlalu lambat).
 Pergerakan aliran darahnya bolak balik.
2. Ikan dengan suhu dingin (10°C)  Aliran darahnya lebih lambat daripada
aliran darah pada ikan dengan suhu
normal.
 Pergerakan aliran darahnya bolak balik
3. Ikan dengan suhu panas (35°C)  Aliran darahnya lebih cepat daripada
aliran darah pada ikan dengan suhu
normal.
 Pergerakan aliran darah bolak balik.
b. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, pengamatan aliran darah ikan dilakukan dengan mengamati
ekor ikan mas komet di bawah mikroskop cahaya dengan perlakuan suhu lingkungan yang
berbeda-beda yaitu suhu normal, suhu dingin, dan suhu panas. Berdasarkan data
pengamatan praktikum tersebut dapat diketahui bahwa :
i. Ikan dengan suhu normal
Ikan dengan suhu normal (29°C) setelah diamati aliran darahnya di bawah
mikroskop menunjukkan aliran darah berjalan normal (tidak terlalu cepat dan tidak
terlalu lambat). Hal ini disebabkan karena air dengan suhu normal (29°C) tidak
berpengaruh besar terhadap cepat atau lambatnya aliran darah pada ikan (Isnaeni,
W., 2006).
Selain itu, pada saat pengamatan dibawah mikroskop, pergerakan aliran
darahnya bolak-balik atau berputar arah ketika diamati pada ujung ekor, hal ini
disebabkan karena arah aliran darah yang telah diedarkan ke seluruh tubuh ikan
akan kembali ke jantung dengan melewati pembuluh vena (Fawcett, D.
W. dan Bloom., 2002).
ii. Ikan dengan suhu dingin
Ikan dengan suhu dingin (10°C) setelah diamati aliran darahnya di bawah
mikroskop menunjukkan aliran darah yang berjalan lebih lambat jika dibandingkan
dengan aliran darah pada ikan dengan suhu normal (29°C). Hal ini disebabkan
karena tubuh ikan juga mengalami penurunan suhu yang disesuaikan dengan
lingkungannya sehingga aliran darah ikan menjadi lebih lambat.
Oleh karena itu, dapat dikatakan hasil dari percobaan ini telah sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa suhu lingkungan yang dingin menjadikan suhu darah
ikan rendah yang mengakibatkan tingkat viskositas darah mengental sehingga
aliran darah berjalan lebih lambat (Wijayanti, et al., 2011).
Selain itu, pada saat pengamatan dibawah mikroskop, pergerakan aliran
darahnya bolak-balik atau berputar arah ketika diamati pada ujung ekor, hal ini
disebabkan karena arah aliran darah yang telah diedarkan ke seluruh tubuh ikan
akan kembali ke jantung dengan melewati pembuluh vena (Fawcett, D.
W. dan Bloom., 2002).
iii. Ikan dengan suhu panas
Ikan dengan suhu panas (35°C) setelah diamati aliran darahnya di bawah
mikroskop menunjukkan aliran darah yang berjalan lebih cepat jika dibandingkan
dengan aliran darah pada ikan dengan suhu normal (29°C). Hal ini disebabkan
karena suhu tubuh ikan juga mengalami kenaikan suhu yang disesuaikan dengan
lingkungannya sehingga aliran darah ikan menjadi lebih cepat.
Oleh karena itu, dapat dikatakan hasil percobaan ini telah sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa suhu lingkungan yang panas akan menjadikan suhu
darah ikan tinggi dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah sehingga detak
jantung menjadi lebih cepat serta laju peredaran darah menjadi lebih cepat pula
(Adelbert Mones, Ronaldo., 2008).
Selain itu, pada saat pengamatan dibawah mikroskop, pergerakan aliran
darahnya bolak-balik atau berputar arah ketika diamati pada ujung ekor, hal ini
disebabkan karena arah aliran darah yang telah diedarkan ke seluruh tubuh ikan
akan kembali ke jantung dengan melewati pembuluh vena (Fawcett, D.
W. dan Bloom., 2002).
VIII. Kesimpulan
 Ikan merupakan hewan poikiloterm sehingga suhu lingkungan akan mempengaruhi suhu
tubuh ikan.
 Data hasil percobaan menunjukkan bahwa ikan dengan suhu normal memiliki aliran darah
yang berjalan normal, ikan dengan suhu dingin memiliki aliran darah yang berjalan lebih
lambat dari ikan suhu normal, dan ikan dengan suhu panas memiliki aliran darah yang lebih
cepat dari ikan suhu normal.
 Hasil percobaan tersebut telah sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa :
i. Suhu lingkungan yang normal menjadikan aliran darah berjalan normal. Air
dengan suhu normal (29°C) tidak berpengaruh besar terhadap cepat atau
lambatnya aliran darah pada ikan.
ii. Suhu lingkungan yang dingin menjadikan suhu darah ikan rendah yang
mengakibatkan tingkat viskositas darah mengental sehingga aliran darah
berjalan lebih lambat.
iii. Suhu lingkungan yang panas akan menjadikan suhu darah ikan tinggi dan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah sehingga detak jantung menjadi
lebih cepat serta laju peredaran darah menjadi lebih cepat pula.
iv. Pergerakan aliran darah baik pada suhu normal, panas, dan dingin bolak-balik
atau berputar arah ketika diamati pada ujung ekor, hal ini disebabkan karena
arah aliran darah yang telah diedarkan ke seluruh tubuh ikan akan kembali ke
jantung dengan melewati pembuluh vena
IX. Daftar Pustaka

Adelbert Mones, Ronaldo. (2008). Gambaran Darah Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn)
Strain Majalaya yang Berasal dari Daerah Ciampea Bogor. Jurnal Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor.

Affandi, Ridwan. (2002). Histologi Hewan Air. Riau : Universitas Riau Press

Fawcett, D. W. dan Bloom. (2002). Buku Ajar Histologi. Jakarta : EGC.

Isnaeni, W. (2006). Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius

Raven, P.H., and Johnson, G. B. (2002). Biology 6th Edition. New York : McGraw-Hill
Company, Inc

Wijayanti, et al. (2011). Pengaruh Temperature Terhadap Kondisi Anastesi pada Bawal Tawar
(Colossoma macreopomum) dan Lobster Tawar (Cherax quadricarinus). Jurnal
Prosiding Seminar Nasional. ISBN:978-602-98439-2-7.

X. Lampiran
- 1 lembar laporan sementara dan dokumentasi praktikum

XI. Lembar Pengesahan

Surakarta, 16 November 2018

Asisten Praktikum Praktikan

Octaviana Ika S. Assifa Fadila

NIM. K4315037 NIM. K4316013

Anda mungkin juga menyukai