Anda di halaman 1dari 20

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. M
Umur : 6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kebon Dalem RT 18 RW 4, Kendal
Bangsal : Dahlia, II B-I
No. CM : 505XXX
Masuk RS : 14 Juli 2019
Keluar RS : 17 Juli 2019

Nama Ayah : Tn. M


Umur : 29 th
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pendidikan : SMA

Nama Ibu : Ny. N


Umur : 23 th
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP

II. DATA DASAR


Anamnesis (Alloanamnesis)
Alloanamnesis dengan ibu pasien dilakukan pada tanggal 15 Juli 2019 pukul
10.00 WIB di Ruang Dahlia Kamar II B-I dan didukung dengan catatan medis.
a. Keluhan utama : Diare
b. Keluhan Tambahan : Demam, muntah, nafsu makan menurun
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD dr. H. Soewondo Kendal diantar oleh
orangtuanya pada hari Minggu, 14 Juli 2019 dengan keluhan diare. Keluhan diare
dirasakan sejak 1 hari SMRS. Dalam satu hari, BAB sampai >5x, konsistensi cair,
1
ampas (-), lendir (+), darah (-), warna hijau kekuningan, tiap kali BAB sebanyak
1/2 gelas belimbing, tidak nyemprot, tidak seperti cucian beras, bau tidak asam.
Satu hari setelah diare, anak rewel dan gelisah, mata tampak cowong namun masih
mau minum dengan lahap. Keluhan diare dirasakan bersama muntah-muntah >10x/
hari, muntahan berisi makanan hingga hanya air saja yang keluar. Selain itu anak
demam dan terdapat penurunan nafsu makan. Sebelumnya Pasien makan Bubur
sun untuk MPASI pertama kali. Sumber air minum pasien berasal dari air sumur.
BAK (dbn), nyeri perut (-), batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-), riwayat alergi susu
(-), riwayat pengobatan antibiotik lama (-).

d. Riwayat Penyakit Dahulu :


 Pasien sering mondok ke RSUD Dr. Soewondo Kendal dengan riwayat sebagai
berikut :
o 2 bulan : diare cair akut
 Terdapat riwayat alergi susu sapi,
 Riwayat Alergi makanan maupun obat disangkal
 Riwayat asma disangkal

e. Riwayat Penyakit Keluarga :


 Penghuni di rumah tidak ada yang menderita penyakit seperti ini
 Teman bermain tidak ada yang sakit seperti ini
 Tetangga tidak ada yang menderita seperti ini

f. Riwayat Sosial Ekonomi :


Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta, ibu pasien tidak bekerja, gaji
dirasa cukup oleh ibu pasien untuk mencukup kebutuhan sehari-hari. Berobat
menggunakan BPJS. Pasien tinggal di rumah dengan kedua orang tuanya
Kesan : Sosial ekonomi cukup

g. Riwayat Persalinan dan Kehamilan :

2
Anak perempuan lahir dari ibu G1P0A0 hamil 38 minggu, lahir secara
Spontan oleh dokter bidan di RSUD Dr. Soewondo Kendal langsung menangis,
berat badan lahir 2600 gram, panjang badan saat lahir 50 cm, lingkar kepala dan
lingkar dada saat lahir ibu tidak ingat, tidak ada kelainan bawaan.
Kesan : Neonatus BBLC, KB, SMK, P.Spontan

h. Riwayat Pemeliharaan Prenatal :


Ibu biasa memeriksakan kandungan ke bidan secara rutin 1 bulan sekali, tidak
ada pesan khusus. Selama hamil ibu lupa sudah mendapat suntikan TT 2x atau
belum. Ibu mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat
perdarahan dan trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep
dokter ataupun minum jamu disangkal.
Kesan : riwayat pemeliharaan cukup

i. Riwayat Pemeliharaan Postnatal :


Pemeliharaan postnatal dilakukan di KBBL RSUD Dr. Soewondo Kendal dan anak
dalam keadaan sehat.
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik

j. Riwayat Makan dan Minum Anak :


Ibu mengaku anak diberi ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6
bulan, selain ASI anak juga mendapat makanan pendamping ASI berupa pisang
yang dilumat halus, bubur sun
Kesan : kualitas dan kuantitas diet baik

k. Riwayat Imunisasi :
0 bulan = Hepatitis B, HBo
1 bulan = BCG, polio I
2 bulan = DPT + hepatitis B + HiB (Pentabio 1), polio II
3 bulan = Pentabio 2, polio III
4 bulan = Pentabio 3, polio IV
9 bulan = campak (-)
Dari anamnesis yang dilakukan, ibu mengakui belum mengimunisasi anaknya
campak karena anak sering sakit-sakitan
3
Kesan: Imunisasi dasar tepat waktu kecuali campak

l. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak :


Pertumbuhan :
Berat badan lahir 2600 gram, panjang badan lahir 50 cm, lingkar kepala dan
lingkar dada ibu tidak ingat. Berat badan sekarang 7,3 kg panjang badan sekarang
66 cm

Perkembangan :
 Senyum : 2 bulan
 Miring : 3 bulan
 Tengkurap : 5 bulan
 Duduk : 6 bulan

Saat ini anak berusia 6 bulan, BB 7,3 kg dan PB 66 cm, anak aktif dan mau bila
diajak bersosialisasi
Kesan : Pertumbuhan sesuai usia, perkembangan sesuai usia.

m. Riwayat Keluarga Berencana :


Ibu penderita menggunakan KB berupa suntik 3 bulan

n. Pemeriksaan Status Gizi


Data Antropometri :
Umur 6bulan
Berat badan 7,3 kg
Panjang badan 66 cm
Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :
WAZ = BB - Median = 7,3 – 7,3 = 0 SD (Gizi cukup)
SD 7,3 – 6,5
HAZ = PB – Median = 66 – 65,7= -1,30 SD (Normal)
SD 68– 65,7
WHZ = BB - Median = 7,3 – 7,3 = 0 SD (Normal)
SD 7,3 – 6,7

4
Kesan : Gizi cukup

III. Pemeriksaan Fisik


Tanggal 14 Agustus 2019 pukul 10.00 WIB
Anak perempuan usia 6 bulan, berat badan 7,3 kg, panjang badan 66 cm.
Kesadaan Umum : compos mentis, tampak rewel dan gelisah
Tanda-tanda Vital :
- Nadi : 133 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup, equal kanan
kiri
- Laju nafas : 33 x/ menit
- Suhu : 36,7° C (axilla)
- SpO2 : 98%

Status Internus
a. Kepala : Normocephale, ubun-ubun besar tidak menonjol, kulit kepala tidak ada
kelainan, rambut hitam dan distribusi merata, tidak ada kaku kuduk.
b. Kulit : Tidak sianosis, turgor kembali cepat <2 detik, ikterus (-), petechie (-)
c. Mata : Pupil bulat, isokor, Ø 4mm/ 4mm, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sedikit cowong (+/+)
d. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
e. Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
f. Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), pendarahan gusi (-) lidah kotor (-)
g. Tenggorok : tonsil T1-T1, arcus faring simetris, uvula di tengah, hiperemis (-)
h. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
i. Thorax
Paru
- Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan statis dan
dinamis, retraksi suprasternal, intercostal dan epigastrial (-).
- Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar : bronkovesikuler
suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
5
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ics V 2 cm medial linea mid clavicula
sinistra, tidak melebar, tidak kuat angkat
- Perkusi : Batas jantung sulit di nilai
- Auskultasi : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
j. Abdomen
- Inspeksi : datar, hiperemis (-), jejas (-)
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : dominan timpani (+)
- Palpasi : supel, defense muscular (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien dalam
batas normal
k. Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan
l. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Petechie -/- -/-
Capillary Refill Time <2" <2"

6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan 14/8/17
Hb 11,1

Ht 32,4

Leukosit 8,9

Trombosit 297
Natrium 139
Kalium 3,1(L)
Calsium 1,26

IV. RESUME
Nama : An. M
Umur : 6 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Berat badan : 7,3 kg
Keluhan utama : Diare
Telah dilaporkan kasus diare cair akut dengan dehidrasi ringan sedang serta
vomitus pada seorang anak perempuan, berumur 6 bulan dengan berat badan 7,3 kg
yang datang ke RSUD dr. H. Soewondo Kendal dengan keluhan utama diare. Diagnosis
diare cair akut ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa didapatkan anak BAB cair sejak 1 hari SMRS,
>5x/ hari, ampas (-), lendir (+), darah (-), bau asam (-), nyemprot (-), seperti cucian
beras (-), setiap kali BAB kurang lebih 1/2 gelas belimbing, warna hijau kecoklatan,
muntah (+), demam (-), BAK dbn, mata sedikit cowong, rewel dan gelisah, kurang
nafsu makan, masih mau minum dengan lahap, batuk (-), pilek (-). Dari pemeriksaan
fisik didapatkan suhu 36,7oC (axilla) dan pada pemeriksaan fisik status internus
didapatkan mata sedikit cowong, turgor kembali <2s

7
V. USUL PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan feses makros dan mikros

VI. DIAGNOSIS BANDING


 Diare Cair Akut Tanpa Dehidrasi
 Diare Cair Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
 Diare Cair Akut dengan Dehidrasi Berat
 Kolera
 Food Poisoning

VII. DIAGNOSIS AKHIR


 Diare Cair Akut, Dehidrasi Ringan-Sedang dengan Vomitus

VIII. TATALAKSANA
- IVFD RL 8 tpm
- inj. Ranitidine 2x10 mg
- L-bio 1x1
- Zinc syr 1x1cth

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam

X. EDUKASI
- Minum obat secara teratur sampai dengan klinis membaik
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai penyakit diare cair akut, prognosis dan
komplikasinya bila tidak segera diatasi
- Mengajari cara cuci tangan yang benar dan kapan harus cuci tangan
- Mengajari mengenai hieginitas makanan dan minuman serta alat makan yang
digunakan
- Menghindari jajan sembarangan di luar
- Mengajari cara memberikan oralit

8
XI. FOLLOW UP

Tgl S O A P

14/7/19 Bab cair 3x, batuk (-), KU: tss Diare akut -IVFD RL 8 tpm
demam(-),mual(+),Muntah BB : 7,3 kg, N: 133 x/ menit dehidrasi -inj. Ranitidine
3x , S: 36,7oC, P: 33 x/ menit ringan 2x10 mg
Kepala: normocephali sedang -L-bio 1x1
Mata: cekung (+) CA -/- -vomitus -Zinc syr 1x1cth
Hidung : nch -, sekret -/-
Mulut: sianosis (-)
Thorax:
BJI-II reg, m (-), g (-). SN
ves rh -/-, wh -/-
Abdomen: BU (+)
meningkat, turgor >2”
Ext: akral hangat ekstermitas
Darah Rutin:
-Hb: 11,1
-Tr: 279.000 -Ht: 32,4
Kimia Klinik:
-Na:139 -K: 3,1(L) -Ca: 1,26

9
15/7/19 Bab cair 2x, batuk (-), KU: tss Diare akut -IVFD RL 8 tpm
demam(-),mual(+),Muntah BB : 7,3 kg, N: 123 x/ menit dehidrasi -inj. Ranitidine
3x , S: 36,5oC, P: 42 x/ menit ringan 2x10 mg
Kepala: normocephali sedang -L-bio 1x1
Mata: cekung (+) CA -/- -vomitus -Zinc syr 1x1cth
Hidung : nch -, sekret -/-
Mulut: sianosis (-) Jika diare (-)
Thorax: panas (-) 
BJI-II reg, m (-), g (-). SN infus aff (-)
ves rh -/-, wh -/-
Abdomen: BU (+)
meningkat, turgor >2”
Ext: akral hangat ekstermitas

16/7/19 Bab Cair (-) KU: tss Diare akut -IVFD RL 8 tpm
Muntah (-) BB : 7,3 kg, N: 125 x/ menit dehidrasi -inj. Ranitidine
, S: 36,3oC, P: 38 x/ menit ringan 2x10 mg
Kepala: normocephali sedang -L-bio 1x1
Mata: cekung (+) CA -/- -vomitus -Zinc syr 1x1cth
Hidung : nch -, sekret -/- BLPL
Mulut: sianosis (-)
Thorax:
BJI-II reg, m (-), g (-). SN
ves rh -/-, wh -/-
Abdomen: BU (+)
meningkat, turgor >2”
Ext: akral hangat ekstermitas

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 LATAR BELAKANG


Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di
negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar
kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk
sindroma malabsorbsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek
terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi
penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan
pertumbuhan akibat diare. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit
dan sering disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa.1

1.2 DEFINISI
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air
air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tapi masih
bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara ekslusif definisi diare yang
praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang
menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak
buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat
disebut diare.1

1.3 KLASIFIKASI DIARE


Menurut lamanya, diare dibagi menjadi tiga, yaitu1 :
1. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari
2. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi
3. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi
Menurut derajat dehidrasi nya, diare akut dapat dibagi menjadi2:
1. Diare akut Dehidrasi berat
11
2. Diare akut Dehidrasi ringan-sedang
3. Diare akut tanpa Dehidrasi

1.4 ETIOLOGI
Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare
umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Beberapa penyebab diare akut yang
dapat menyebabkan diare pada manusia adalah sebagai berikut1 :
Golongan bakteri:
1. Aeromonas 8. Salmonella
2. Bacillus Cereus 9. Shigella
3. Campylobacter jejuni 10. Staphylococcus aereus
4. Clostridium perfringens 11. Vibrio cholera
5. Clostridium defficile 12. Vibrioparahaemolyticus
6. Eschericia coli 13. Yersinia enterocolitica
7. Plesiomonas shigeloides

Golongan virus:
1. Astrovirus 5. Rotavirus
2. Calcivirus (Norovirus, 6. Norwalk virus
Sapovirus) 7. Herpes simplex virus
3. Enteric adenovirus 8. Cytomegalovirus
4. Coronavirus
Golongan Parasit :
1. Balantidium coli 5. Giardia lamblia
2. Blastocystis homonis 6. Isospora belli
3. Cryptosporidium parvum 7. Strongyloides stercoralis
4. Entamoeba histolytica 8. Trichuris trichiura

1.5 EPIDEMIOLOGI
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya
karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Sebagai
12
gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare sedangkan di Indonesia, hasil
Riskesdes 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang
terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab
kematian karena diare 25,2% dibanding pneumonia 15,5%.1

Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita
atau barang-barang yang tercemar tinja penderita atau tidak lansung melalui lalat. (melalui 4
F= finger, flies, fluid, field).1

F. PATOGENESIS
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang menyebabkan
diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus
pada usus halus. Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang
villus di usus halus. Hal ini menyebabkan fungsi absorpsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel
usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang
sehingga fungsinya belum baik. Villus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan
dan makanan dengan baik. Selanjutnya cairan dan makanan yang tidak terserap/tercerna akan
meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan
beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, menimbulkan diare
osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang tidak sempurna.1
Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang terdiferensiasi, yang
mempunyai fungsi pencernaan seperti hidrolisis disakharida dan funsi penyerapan seperti
transport air dan elektrolit melalui pengangkut bersama (kotransporter) glukosa dan asam
amino. Enterosit kripta merupakan sel yang tidak terdifferensiasi, yang tidak mempunyai
enzim hidrofilik tepi bersilia dan merupakan pensekresi (sekretor) air dan elektrolit. Dengan
demikian infeksi virus selektif sel-sel ujung villus usus menyebabkan (1) ketidakseimbangan
rasio penyerapan cairan usus terhadap sekresi, dan (2) malabsorbsi karbohidrat kompleks,
terutama laktosa.1
Patogenesis terjadinya diare oleh karena bakteri seperti salmonella, shigella, E coli
agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya
bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga dapat menyebabkan
reaksi sistemik. Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga

13
menimbulkan kejang. Diare oleh bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja
yang disebut disentri.1
Disamping itu penyebab diare non infeksi yang dapat menimbulkan diare pada anak
antara lain: kesulitan makan, defek anatomis, malabsorbsi, endokrinopati, kecarunan
makanan, neoplasma dan lain-lain.1

1.7 GEJALA KLINIS


Bila terdapat demam dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi.
Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih
hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rektum menunjukkan
terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik akan tetapi
muntah mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian
atas seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan
Cryptosporidium.1
Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya penderita tidak
panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukkan
bahwa saluran cerna bagian atas yang terkena.1,3
Tabel 2. Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab
Gejala Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
Klinik
Masa tunas 17-72 24-48 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72
jam jam jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual Sering Jarang Sering + - Sering
muntah
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus Tenesmus - Tenesmus Kramp
Kramp Kolik Kramp
Nyeri - + + - - -
Kepala
Lamanya 5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari Variasi 3 hari
Sakit
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

14
Frekuensi 5-10x/hr >10x/hari Sering Sering Sering Terus-
menerus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
Darah - ± Kadang - + -
Bau Langu ± Busuk + Tidak Amis
khas
Warna Kuning Merah Kehijauan Tak Merah Seperti
hijau hijau berwarna hijau air
cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain Anorexia Kejang ± Sepsis ± Meteorismus Infeksi ±
sistemik

1.7 DIAGNOSIS
Tabel 3. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
Penilaian A B C
Lihat:
Keadaan umum Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Airmata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa *Haus,ingin *Malas minum
tidak haus banyak minum atau tidak bisa
minum
Periksa: Turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat
lambat
Hasil Pemeriksaan: Tanpa Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat bila
dehidrasi sedang ada 1 tanda *
bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau
ditambah 1 atau lebih tanda lain
lebih tanda lain

15
Terapi Rencana A Rencana B Rencana C
Sumber: Soenarto1,2

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut:
- Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan antibiotika
- Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika
- Feses : makroskopis (perlu dilakukan pada semua penderita diare) dan mikroskopis
Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic
Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat leukosit pada tinja, KLB diare
dan pada penderita immunocompromised.1,3

1.8 PENATALAKSANAAN
Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua
kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di
Rumah sakit, yaitu:1,2
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua
Ketentuan pemberian oralit baru1:
1. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
2. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk
persediaan 24 jam
3. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Untuk anak berumur <2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB.
4. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan
harus dibuang.

16
Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada
efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap
proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare1.
Dosis zinc untuk anak-anak:
Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak di atas umur 6 bulan: 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare.
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada
waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang
hilang1.
Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera.
Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena
akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan
menyebabkan diare sulit disembuhkan. Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada
semua diare akut oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self
limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20% yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti V.cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.coli,
Salmonella, Campylobacter dan sebagainya.1
Nasihat pada ibu dan pengasuh untuk kembali segera jika demam, tinja berdarah,
berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik
dalam 3 hari1.
a. Diare akut tanpa dehidarasi (rencana terapi A)
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah1,2:
Beri cairan tambahan, beri tablet zinc, lanjutkan pemberian makan, kapan harus kembali
1. Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
 Jelaskan kepada ibu
- Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama.
Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
- Jika anak memperoleh ASI ekslusif, beri oralit atau air matang sebagai tambahan
- Jika anak tidak memperoleh ASI ekslusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit,
cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang.
Anak harus diberi oralit di rumah jika:
- Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini
- Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diare nya bertambah parah
17
Ajari ibu cara mencampurkan dan memberikan oralit di rumah.
Tunjukkan kepada ibu berapa banyak cairan yang harus diberikan sebagai tambahan bagi
kebutuhan cairannya sehari-hari:
Cairan rumah tangga:
10 ml/kgBB, atau
 <1 tahun: 50-100 ml
 1-5 tahun 100-200 ml
 5-12 tahun: 200-300 ml
 Dewasa: 300-400 ml setiap BAB
Cairan oralit:
Untuk anak berumur <2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB.
 Beri tablet zinc
Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink selama 10 hari dengan dosis:
Umur<6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari
Umur>6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari
 Lanjutkan pemberian makan/ASI
 Kapan harus kembali
b. Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang (rencana Pengobatan B)
Jumlah larutan oralit yang harus diminum selama 3 jam pertama adalah 75 ml/ kgBB. Dapat
juga diberikan berdasarkan umur , bila berat badan tidak diketahui :
 Umur < 1 tahun : 300 cc
 Umur 1-5 tahun : 600 cc
 Umur > 5 tahun : 1200 cc
 Dewasa : 2400 cc
Setelah 3 jam nilai lagi keadaan anak dengan menggunakan bagan penilaian kemudian pilih
rencana A, B, atau C untuk melanjutkan pengobatan1,2.

c. Diare dengan dehidrasi berat (Rencana Pengobatan C)


Umur 30 ml/ kgBB 70 ml/ kgBB
< 1 tahun 1 jam pertama 5 jam berikutnya
> 1 tahun ½ jam pertama 2 ½ jam berikutnya

18
 Nilai kembali pemberian tiap jam, bila rehidrasi belum membaik, tetesan I.V. dapat
dipercepat.
 Juga berikan Oralit 5 ml/ kgBB/ jam bila penderita bisa minum
 Selah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan evaluasi, pilih
rencana terapi yang sesuai yaitu: pengobatan diare dengan dehidrasi ringan- sedang
atau pengobatan diare tanpa dehidrasi.1,2

19
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

1. Juffrie Mohammad,dkk. Gastroenterologi-hepatologi jilid 1, Jakarta, IDAI,2010: 87-


119.
2. Tim Adaptasi Indonesia. Pelayanan Kesehatan anak di Rumah Sakit, Jakarta, WHO,
2008: 132-142
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3388/1/penydalamumar4.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai