Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PROSES PEMAHAMAN NILAI-NILAI DASAR PROFESI PNS

A. Nilai-Nilai Dasar PNS


Aparatur Sipil Negara (ASN) harus mampu menginternalisasi dan
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN secara profesional dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya. Nilai dasar yang harus dimiliki oleh setiap ASN adalah
Akuntabilitas ASN, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi
yang dikenal dengan akronim ANEKA. Berdasarakan dari kelima nilai dasar
tersebut, maka perlu dijelaskan indikator-indikator dari ANEKA sebagai landasan
teori, yaitu :

1. Akuntabilitas PNS
Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok, atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Akuntabilitas sering
disamakan dengan responsibiltas atau tanggung jawab. Namun, pada dasarnya
kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai (Lembaga Administrasi Negara, 2015).
PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil pilihan yang
tepat ketika terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis,
melayani masyarakat secara adil, dan konsisten dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Terdapat beberapa nilai dasar yang merujuk kepada akuntabilitas,
yaitu :
a. Jujur
Terkait dengan kepatuhan tehadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
b. Integritas
Kewajiban mematuhi semua peraturan dan dapat memberikan kepercayaan
publik.
c. Adil
Memperlakukan masyarakat sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.

9
d. Tanggung Jawab
Konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan.
e. Mendahulukan Kepentingan Publik
Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi.
f. Transparan
Mendorong komunikasi dan kerjasama serta memberikan perlindungan dari
pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi dalam pengambilan keputusan
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan keyakinan masyarakat.
g. Kejelasan Wewenang
Gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi kewenangan, tujuan, dan
hasil yang diharapkan.
h. Konsisten
Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
i. Netral
Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis
Agar nilai akuntabilitas dapat diterapkan secara profesional terdapat
beberapa indikator keberhasilan akuntabilitas, yaitu:
a. Menginternalisasi nilai-nilai dasar akuntabilitas dan kepentingan publik.
b. Mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan
antara kepentingan publik dengan kepentingan pribadi, kelompok, dan
sektor.
c. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis memperlakukan masyarakat secara
sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.

10
2. Nasionalisme
ASN yang memiliki nasionalisme yang kuat memiliki orientasi berpikir
mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara serta mampu
menerapkan nilai-nilai Pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan
kebangsaan dalam setiap pelaksanaan fungsi dan tugasnya sesuai bidangnya
masing-masing (Lembaga Administrasi Negara, 2015).
Nilai-nilai yang terkandung dalam nasionalisme pancasila di antaranya adil
dan tidak diskriminasi, profesional dan berintegritas, menjunjung tinggi keadilan
dan kedisiplinan. Untuk mewujudkan ASN dengan semangat nasionalisme
tinggi, terdapat beberapa indikator yang harus dilakukan untuk mencapai
keberhasilan di antaranya :
a. Memiliki pemahaman tentang keragaman bangsa dilihat aspek sejarah,
budaya, dan tingkat kemajuan sosial ekonomi dan implikasinya terhadap
manajemen kebijakan dan pelayanan publik.
b. Mengenali nilai-nilai perjuangan kemerdekaan, keteladanan dari para pendiri
bangsa, dan menjadikannya sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
c. Menjaga dan mengimplementasikan nilai-nilai gotong royong dan
kebersamaan sebagai modal sosial dan kultural penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan.

3. Etika Publik
Etika publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki
komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian
kelembagaan, dimensi-dimensi pribadi, dan kebijaksanaan dalam pelayanan
publik (Haryatmoko, 2001).
Nilai-nilai dasar etika publik di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945 NKRI.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.

11
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

4. Komitmen Mutu
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya dan bahkan melampaui
harapan. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mencapai hasil kerja. Mutu juga dapat digunakan sebagai alat pembeda atau
pembanding dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh lembaga
lain sebagai pesaing. Dalam meningkatkan mutu terdapat 4 komponen yang
harus dipenuhi yaitu, efektifitas, efisiensi, kreatifitas, dan inovasi.
a. Efektifitas organisasi berarti sejauh mana organisasi tersebut dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan atau berhasil mencapai apapun yang
dikerjakannya. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performance
untuk mencapai target sesuai rencana baik dari aspek mutu, kuantitas,
ketepatan waktu, dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari
kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi organisasi adalah jumlah sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasi. Efisiensi dapat diukur dari ketepatan realisasi
penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan
sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,

12
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang
keluar alur (penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
menyelesaikan kegiatan).

c. Berpikir kreatif adalah suatu cara berpikir dimana seseorang mencoba


menemukan hubungan-hubungan baru untuk memperoleh jawaban baru
terhadap suatu masalah. Kreatifitas pada umumnya berkaitan dengan
kemampuan dan keuletan untuk berupaya menemukan ide-ide ataupun
hal- hal baru. Tuntutan globalisasi yang tengah melanda dunia di berbagai
sektor pelayanan publik menjadikan masyarakat semakin kritis untuk
mendapatkan pelayanan terbaik dari pemerintah. Oleh karena itu, setiap
pelayanan harus diupayakan selalu dapat dicari pemecahan permasalahan
yang ada untuk dapat dicarikan solusi yang dapat segera dikerjakan secara
kreatif.
d. Inovasi adalah kegiatan yang meliputi seluruh proses menciptakan dan
menawarkan jasa atau barang baik yang sifatnya baru, lebih baik atau lebih
murah dibandingkan dengan yang tersedia sebelumnya. Sebuah inovasi
dapat berupa produk atau jasa yang baru, teknologi proses produksi yang
baru, sistem struktur dan administrasi baru atau rencana baru bagi anggota
administrasi (Richad L Daft, 2010).
Nilai-nilai dasar dalam menjalankan komitmen mutu, yaitu :
1) Adanya komitmen bagi kepuasan masyarakat
2) Pemberian layanan yang cepat, tepat dan senyum
3) Pemberian layanan yang dapat memberikan perlindungan kepada publik
4) Pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah
5) Upaya perbaikan secara berkelanjutan

5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat, dan
kehidupan yang lebih luas yang tidak hanya berdampak buruk dalam kurun
waktu yang pendek, namun juga secara jangka panjang (Lembaga Administrasi

13
Negara, 2015).
Adapun nilai-nilai anti korupsi yang diidentifikasi oleh KPK yaitu jujur,
peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras sederhana, berani dan adil.
Agar perilaku anti korupsi dapat diwujudkan, maka terdapat beberapa indikator
keberhasilan, yaitu :

a. Mampu mengidentifikasi sikap dan perilaku yang mengarah dan atau


termasuk perilaku korupsi.
b. Mampu menjelaskan cara-cara menghindari perilaku korupsi.
c. Mampu menjelaskan risiko dari tindakan korupsi bagi dirinya, keluarga, dan
masyarakat secara keseluruhan.

B. Konsep Kedudukan dan Peran PNS Dalam NKRI


1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar
selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul selaras dengan perkembangan
jaman. Berdasarkan jenisnya ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Pegawai pemerintah dengan perjanjian Kerja (PPPK).
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas
dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN
berfungsi sebagai :
a. Pelaksana kebijakan publik
b. Pelayanan publik
c. Perekat pemersatu bangsa
Dengan melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN, dan akuntabel. Maka
setiap ASN diberikan hak, setelah mendapatkan hak, ASN berkewajiban sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnnya. ASN sebagai profesi berlandaskan
pada kode etik dan kode perilaku yang bertujuan untuk menjaga martabat dan
kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku diatur dalam UU ASN menjadi

14
acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintahan.

2. Whole of Government (WoG)


WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
menyatukan upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam
ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik. Sehingga dapat
disimpulkan WoG adalah dilaksanakan berdasarkan koordinasi, integrasi, dan
kedekatan dan pelibatan. Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat
dilakukan yaitu :
1) Penguatan koordinasi antar lembaga
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
3) Membentuk gugus tugas
4) Koalisi sosial

3. Pelayanan Publik
Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik
menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu pertama, organisasi
penyelenggara pelayanan publik, kedua, penerima layanan (pelanggan) yaitu
orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan ketiga, kepuasan
yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan)
barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry (rivalitas)
excludability (ekskludabilitas) yang rendah.
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima adalah partisipatif, transparan, responsif, non diskriminatif, mudah dan
murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.

15

Anda mungkin juga menyukai