1. Akuntabilitas PNS
Akuntabilitas adalah kewajiban setiap individu, kelompok, atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Akuntabilitas sering
disamakan dengan responsibiltas atau tanggung jawab. Namun, pada dasarnya
kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai (Lembaga Administrasi Negara, 2015).
PNS yang akuntabel adalah PNS yang mampu mengambil pilihan yang
tepat ketika terjadi konflik kepentingan, tidak terlibat dalam politik praktis,
melayani masyarakat secara adil, dan konsisten dalam menjalankan tugas dan
fungsinya. Terdapat beberapa nilai dasar yang merujuk kepada akuntabilitas,
yaitu :
a. Jujur
Terkait dengan kepatuhan tehadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
b. Integritas
Kewajiban mematuhi semua peraturan dan dapat memberikan kepercayaan
publik.
c. Adil
Memperlakukan masyarakat sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik.
9
d. Tanggung Jawab
Konsekuensi dari setiap tindakan yang telah dilakukan.
e. Mendahulukan Kepentingan Publik
Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi.
f. Transparan
Mendorong komunikasi dan kerjasama serta memberikan perlindungan dari
pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi dalam pengambilan keputusan
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan keyakinan masyarakat.
g. Kejelasan Wewenang
Gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi kewenangan, tujuan, dan
hasil yang diharapkan.
h. Konsisten
Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
i. Netral
Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis
Agar nilai akuntabilitas dapat diterapkan secara profesional terdapat
beberapa indikator keberhasilan akuntabilitas, yaitu:
a. Menginternalisasi nilai-nilai dasar akuntabilitas dan kepentingan publik.
b. Mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan
antara kepentingan publik dengan kepentingan pribadi, kelompok, dan
sektor.
c. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis memperlakukan masyarakat secara
sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
10
2. Nasionalisme
ASN yang memiliki nasionalisme yang kuat memiliki orientasi berpikir
mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara serta mampu
menerapkan nilai-nilai Pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan
kebangsaan dalam setiap pelaksanaan fungsi dan tugasnya sesuai bidangnya
masing-masing (Lembaga Administrasi Negara, 2015).
Nilai-nilai yang terkandung dalam nasionalisme pancasila di antaranya adil
dan tidak diskriminasi, profesional dan berintegritas, menjunjung tinggi keadilan
dan kedisiplinan. Untuk mewujudkan ASN dengan semangat nasionalisme
tinggi, terdapat beberapa indikator yang harus dilakukan untuk mencapai
keberhasilan di antaranya :
a. Memiliki pemahaman tentang keragaman bangsa dilihat aspek sejarah,
budaya, dan tingkat kemajuan sosial ekonomi dan implikasinya terhadap
manajemen kebijakan dan pelayanan publik.
b. Mengenali nilai-nilai perjuangan kemerdekaan, keteladanan dari para pendiri
bangsa, dan menjadikannya sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
c. Menjaga dan mengimplementasikan nilai-nilai gotong royong dan
kebersamaan sebagai modal sosial dan kultural penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan.
3. Etika Publik
Etika publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki
komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian
kelembagaan, dimensi-dimensi pribadi, dan kebijaksanaan dalam pelayanan
publik (Haryatmoko, 2001).
Nilai-nilai dasar etika publik di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945 NKRI.
c. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
11
d. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
f. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
g. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
h. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
i. Memberikan layanan kepada publik secara jujur tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
j. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
k. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
l. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
m. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
n. Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya dan bahkan melampaui
harapan. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mencapai hasil kerja. Mutu juga dapat digunakan sebagai alat pembeda atau
pembanding dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh lembaga
lain sebagai pesaing. Dalam meningkatkan mutu terdapat 4 komponen yang
harus dipenuhi yaitu, efektifitas, efisiensi, kreatifitas, dan inovasi.
a. Efektifitas organisasi berarti sejauh mana organisasi tersebut dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan atau berhasil mencapai apapun yang
dikerjakannya. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari performance
untuk mencapai target sesuai rencana baik dari aspek mutu, kuantitas,
ketepatan waktu, dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari
kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisiensi organisasi adalah jumlah sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasi. Efisiensi dapat diukur dari ketepatan realisasi
penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan
sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
12
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang
keluar alur (penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
menyelesaikan kegiatan).
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya
kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai
kejahatan luar biasa karena dampaknya yang luar biasa menyebabkan
kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat, dan
kehidupan yang lebih luas yang tidak hanya berdampak buruk dalam kurun
waktu yang pendek, namun juga secara jangka panjang (Lembaga Administrasi
13
Negara, 2015).
Adapun nilai-nilai anti korupsi yang diidentifikasi oleh KPK yaitu jujur,
peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras sederhana, berani dan adil.
Agar perilaku anti korupsi dapat diwujudkan, maka terdapat beberapa indikator
keberhasilan, yaitu :
14
acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintahan.
3. Pelayanan Publik
Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik
menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu pertama, organisasi
penyelenggara pelayanan publik, kedua, penerima layanan (pelanggan) yaitu
orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan ketiga, kepuasan
yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan)
barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry (rivalitas)
excludability (ekskludabilitas) yang rendah.
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima adalah partisipatif, transparan, responsif, non diskriminatif, mudah dan
murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
15