Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Nyeri yang didefinisikan sebagai pengalaman subyektif sensasi tidak nyaman
karena adanya kerusakan atau potensial kerusakan jaringan dalam tubuh, pada pasien
kritis di ICU bisa berupa nyeri akut medik atau pembedahan (luka atau trauma),
ventilasi mekanik, pemasangan pipa endotrakhea, atau kateter urin, penghisapan
secret, tekanan intracranial yang tinggi1 atau nyeri karena tindakan-tindakan
keperawatan dengan bergeraknya tubuh pasien dan lain-lain. Nyeri dapat memicu
terjadinya agitasi yang berupa bangun dengan gerakan-gerakan berlebihan berulang-
ulang yang non produktif. Pemicu nyeri yang tidak terkontrol dapat berdampak buruk
dari aspek respon stres fisik dan emosional dapat menghambat proses penyembuhan,
meningkatkan risiko untuk komplikasi lainnya, dan meningkatkan lama tinggal di ICU
(Morton dan Fontaine, 2009).
Di area keperawatan kritis banyak pasien dengan sedasi dan intubasi yang tidak
mampu berkomunikasi untuk menunjukkan tingkat rasa nyeri mereka, baik secara
lisan atau dengan menunjukkan tingkat rasa nyeri mereka dengan menggunakan alat
bantu skala nyeri, hal ini membuat pengkajian nyeri sulit dilakukan dalam kelompok
pasien ini (Pasero, 2009). Hal ini yang menyebabkan pengukuran nyeri di area
keperawatan kritis merupakan hal yang sangat kompleks. Pengukuran yang akurat
sangat penting untuk penatalaksanaan nyeri yang efektif. Alat ukur pengukuran nyeri
untuk digunakan pada pasien kritis yang tidak mampu memverbalisasikan intensitas
nyerinya,yaitu Behavioral Pain Scales (BPS), Critical Care Pain Observation Tool
(CPOT), FLACC, WONG BEKKER, tetapi belum secara pasti keandalannya untuk
diterapkan dalam beragam populasi pasien ICU.

B. Rumusan masalah
Nyeri yang tidak terkontrol dapat menghambat proses penyembuhan,
meningkatkan risiko untuk komplikasi lainnya, dan meningkatkan lama tinggal di
Instalasi Rawat Intensif (ICU). Selang dari ventilasi mekanik yang dibiarkan terpasang
ditenggorokan menyebabkan pasien tidak dapat berbicara dan cedera sehingga
menyebabkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman yang membuat pasien mengalami
kesulitan untuk melaporkan sendiri nyeri yang dirasakannya. Maka perlu kita ketahui
mengenai pengukuran nyeri pada klien di ICU.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui pengukuran nyeri pada klien yang dilakukan di ruang ICU.
2. Tujuan khusus
1) Mengetahui pengertian nyeri.
2) Mengetahui klasifikasi nyeri.
3) Mengetahui mekanisme nyeri.
4) Mengetahui pengukuran nyeri yang dilakukan di runag ICU.
5) Mengetahui pengertian CPOT,BPS, FLAAC dan Wong Beker.
6) Mengetahui konsep pengkajian nyeri CPOT,BPS, FLAAC dan Wong Beker.
7) Mengetahui kelebihan pengkajian nyeri CPOT,BPS, FLAAC dan Wong Beker.
8) Mengetahui kekurangan pengkajian nyeri CPOT,BPS, FLAAC dan Wong
Beker.

Anda mungkin juga menyukai