PLASENTA PREVIA
Disusun Oleh:
Parmiati
NIM.P1337424519156
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi hidayah, kekuatan,
kesehatan, dan ketabahan kepada kami sehingga penyusunan Makalah Kegawatdaruratan
Maternal/Neonatalini terselesaikan. Makalah Kegawatdaruratan Maternal/Neonatal ini disusun
dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan penilaian assessment alih jenjang dan melaksanakan
pembelajaran sesuai kurikulum. Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Makalah ini yang tak dapat kami sebutkan satu persatu dan semoga penyusunan Makalah
Kegawatdaruratan Maternal/Neonatalini akan bermanfaat. Apa yang telah penyusun tuangkan
dalam penyusunan Makalah Kegawatdaruratan Maternal/Neonatal, kemungkinan masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan.
BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan
22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu
dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih
berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu
penanganan yang cukup berbeda .
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,
sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan
serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-
tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta .
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya
tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta
perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari
semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang
belum jelas penyebabnya
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan
tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai
tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak ,
mereka datang untuk mendapatkan pertolongan .
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan
persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun
penyebabnya, penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat
dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu
dalam penyelamatan ibu dan janinnya.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan antepartum dan
perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang
kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa,
solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas. Plasenta previa adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal, sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum;
kasus ini masih menarik dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia,
karena faktor predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta
punya andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan parameter
pelayanan kesehatan. Di RS Parkland didapatkan prevalensi plasenta previa 0,5%.
Clark (1985) melaporkan prevalensi plasenta previa 0,3%. Nielson (1989) dengan
penelitian prospektif menemukan 0,33% plasenta
B. Rumusan Masalah
f. Diagnosis
Jika pemeriksaan ultrasonografi rutin dilakukan pada sekitar kehamilan minggu ke 20,
laporannya mungkin menunjukkan plasenta letak rendah. Ini tidak berarti bahwa
selanjutnya plasenta akan menjadi previa pada minggu – minggu kehamilan berikutnya
dan pemeriksaan ultrasonografi lanjutanharus dilakukan pada kehamilan kira-kira 30
minggu. (Jones, 2001 : 110)
g. Diagnosis banding
Plasenta previa Solusio plasenta
Riwayat
Paritas Sebagian besar multigravida Sebagian besar primigravida
Intervensi intra uterin Sebagian besar Jarang
Gejala
Perdarahan Intermiten, tidak nyeri, Terus menerus, nyeri
meningkat Kesenjangan antara
Status sirkulasi berkaitan kehilangan darah nyata dan
dengan kehilangan darah pada status sirkulasi
eksternal (perdarahan internal)
Perdarahan berhenti setelah Pecahnya ketuban tidak
ketuban pecah berpengaruh terhadap
perdarahan
Palpasi
Abdomen dan uterus Konsistensi normal Kaku seperti papan,
Kontraksi tidak bertahan lama ketegangan uterus terus
menerus
Status janin dan jantung Baik, terdengar Sulit didengar
Posisi janun Kepala letak tinggi dan Tidak berpengaruh
berdefleksi
Komplikasi
Toksemia Normal Sering
Koagulopati Jarang Sering
h. Mekanisme perdarahan
Gambaran skematis berikutnya menunjukkan bagaimana perdarahan pada plasenta
previa dapat terjadi, karena sirkulasi retroplasenta tetap berada di pembukaan serviks.
Setiap gerakan yang akan membentuk segmen bawah rahim pada trimester ketiga yang
menimbulkan pergeseran antara plasenta dan timbulnya pembukaan kanalis servikalis,
maka terjadi perdarahan yang bentuknya bervariasi. (Jones, 2001 : 80)
Penyebab perdarahan spontan berkaitan dengan perkembangan segmen bawah uterus.
Jika plasenta terletak diatas os internus, terbentuknya segmen bawah uterus dan
pembukaan os internus jelas menyebabkan putusnya pelekatan plasenta. Perdarahan
diperberat oleh ketidakmampuan serat miometrium segmen bawah uterus berkontraksi
untuk menjepit pembuluh darah yang robek. (Cunningham, 2009 : 426)
Pembentukan segmen bawah rahim ini terjadi alami dan tidak sakit. Oleh karena itu
ciri khas perdarahan plasenta previa adalah “tidak sakit”. Tidak boleh melakukan
periksa dalam untuk menegakkan diagnosis, kecuali dilakukan di kamar operasi
menjelang tindakan. Dengan demikian pada setiap perdarahan antepartum trimester
ketiga, bidan tidak boleh melakukan pemeriksaan dalam karena akan merusak
keseimbangan bekaund arah dan akan menimbulkan perdarahan baru.(manuaba, 2008:
80)
a. Pelaksanaan
Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan tindakan oleh bidan yang
mengahadapinya dengan cara berikut
1. Pasang infuse dengan cairan pengganti (RL, glukosa ringer)
2. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan
bertambah banyak
3. Segera melakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup
untuk tindakan operasi dan sebagainya. (Manuaba, 2008 : 82)
Dalam kasus perdarahan hebat diperlukan tindakan darurat untuk melahirkan bayi dan
plasenta tanpa memandang umur kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat,
perawatan kehamilan dapat diebnarkan jika umur kehamilan janin < 36 minggu. Karena
perdarahan ini cenderung berulang ibu harus tetap dirawat di rumah sakit. Episode
perdarahan berat mungkin mengharuskan pengeluaran janin darurat, namun pada
kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36 minggu, kemudian pilihan
melahirkan bergantung apakah derajat plaseika perdarahan tidak hebat, perawatan
kehamilan dapat diebnarkan jika umur kehamilan janin < 36 minggu. Karena
perdarahan ini cenderung berulang ibu harus tetap dirawat di rumah sakit. Episode
perdarahan berat mungkin mengharuskan pengeluaran janin darurat, namun pada
kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36 minggu, kemudian pilihan
melahirkan bergantung apakah derajat plasenta previanya minor atau mayor. Plasenta
previa derajat mayor ditangani dengan seksio sesarea pada waktu yang ditentukan oleh
pasien atau dokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum tanggal yang disepakati,
karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat (Jones, 2001 : 110)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada plasenta previa plasenta terletak diatas atau sangat dekat dengan os internuis.
Keadaan ini merupakan penyulit pada hampir 1 dari 200 persalinan. Jenis plasenta
previa meliputi plasenta previa totalis, plasenta previa lateralis, plasenta previa
marginalis, plasenta previa marginalisGejala umum plasenta previa meliputi
perdarahan tanpa rasa sakit. Kondisi ini terjadi pada saat pembentukan segmen bawah
Rahim. Penyebabnya yakni gangguan kesuburan endometrium sehingga perlu
perluasan implantasi. Komplikasi yakni episode perdarahan berat dapat terjadi setiap
saat, dan selama perdarahan ini janin dapat mati karena hipoksia. Setelah lahir,
mungkin terjadi perdarahan postpartum. Jika pemeriksaan ultrasonografi rutin
dilakukan pada sekitar kehamilan minggu ke 20, laporannya mungkin menunjukkan
plasenta letak rendah. Ini tidak berarti bahwa. Penyebab perdarahan spontan berkaitan
dengan perkembangan segmen bawah uterus. Jika plasenta terletak diatas os internus,
terbentuknya segmen bawah uterus dan pembukaan os internus jelas menyebabkan
putusnya pelekatan plasenta. Perdarahan diperberat oleh ketidakmampuan serat
miometrium segmen bawah uterus berkontraksi untuk menjepit pembuluh darah yang
robek.
B. Saran
Agar tatalaksana plasenta previa ditangani berjenjang dan di monitoring dai awal
hingga akhir perawatan
DAFTAR PUSTAKA