Anda di halaman 1dari 6

Athiyah Ulya Arif

70600117009

Tugas Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak

ASI Ekslusif

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat memperhatikan


masyarakatnya. Salah satu tujuan Indonesia yaitu kesejahteraan masyarakat, seperti
mewujudkan masyarakat yang lebih sehat. Hal ini dapat terwujud jika jika
pembangunan berwawasan kesehatan diaplikasikan di segala sektor pembangunan
sehingga perilaku hidup sehat dapat diamalkan oleh setiap individu yang berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia.

Selain itu, salah satu indikator untuk mengetahui status kesehatan masyarakat di
suatu negara dapat dilihat dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Penyebab utama kematian bayi adalah karena penyakit infeksi
yaitu infeksi saluran pernafasan dan diare. Estimasi menurut Word Health Organization
(WHO) bahwa 53% kasus pneumonia akut, 55% kematian bayi akibat diare dikarenakan
pemberian makanan yang buruk pada enam bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu,
penerapan salah satu indikator perilaku hidup sehat dapat dimulai dalam ruang lingkup
yang paling kecil yakni rumah tangga adalah pemberian ASI eksklusif pada bayi yang
berusia 0-6 bulan.

Persentase kasus gizi buruk pada balita dari berbagai provinsi di Indonesia
masih tinggi yaitu 17,9% dan sebagian besar bayi yang mengalami gizi buruk tersebut
adalah bayi umur <6 bulan. Hal ini tidak perlu terjadi jika ASI diberikan secara baik dan
benar, karena menurut penelitian dengan pemberian ASI saja dapat mencukupi
kebutuhan gizi selama enam bulan.

Persentase pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada bayi umur 0 bulan


(52,7%), usia 1 bulan (48,7%), usia 2 bulan (46%), usia 3 bulan (42,2%), usia 4 bulan
(41,9%), usia 5 bulan (36,6%) dan usia 6 bulan (30,2%). Hal itu menunjukkan bahwa
semakin bertambah usia bayi maka semakin rendah angka pemberian ASI eksklusif
UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi
berusia enam bulan, diatas usia enam bulan bayi harus diberikan makanan tambahan
baik yang bersifat semi padat maupun padat. Pemberian ASI eksklusif ini sangat
berperan dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, dikarenakan ASI
merupakan makanan terbaik yang mangndung nutrisi, enzim, hormon, antibodi yang
sangat dibutuhkan oleh bayi pada usia 0-6 bulan. Selain itu, ASI mengandung
karbohidrat, protein, lemak, multivitamin, air, kartinin dan mineral secara lengkap yang
sangat cocok dan mudah diserap secara sempurna dan sama sekali tidak mengganggu
fungsi ginjal bayi yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Komposisi ASI dipengaruhi
oleh stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diet ibu

ASI merupakan cairan yang diciptakan khusus keluar langsung dari payudara
seorang ibu utnuk bayinya. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna,
praktis, murah dan bersih. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan
bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan pertamanya. Jenis ASI terbagi menjadi
3 yaitu kolostrum, ASI masa peralihan dan ASI mature. Kolostrum adalah susu yang
keluar pertama, kental, berwarna kuning dengan mengandung protein tinggi dan sedikit
lemak.

ASI memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan dan kelangsungan


hidup bayi. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa ASI memiliki banyak
kandungan gizi dan juga antibodi. Oleh karena itu, pemberian ASI perlu karena
memberikan beberapa manfaat bagi bayi antara lain, dapat memberikan kehidupan yang
baik dalam pertumbuhan maupun perkembangan bayi, mengandung antibodi yang
melindungi bayi dari penyakit infeksi bakteri, virus, jamur, dan parasit, mengandung
komposisi yang tepat karena kandungan ASI diciptakan sesuai dengan kebutuhan bayi,
meningkatkan kecerdasan bayi, terhindar dari alergi yang biasanya timbul karena
konsumsi susu formula, bayi merasakan kasih sayang ibu secara langsung saat proses
menyusui, dan ketika beranjak dewasa akan mengurangi risiko untuk terkena hipertensi,
kolesterol, overweight, obesitas dan diabetes tipe 2. Selain itu, bayi dapat terhindar dari
masalah gizi dan segala macam penyakit seperti jantung, hipertensi, dan diabetes setelah
ia dewasa serta dapat terhindar dari kekurangan gizi dan obesitas. Asupan ASI yang
kurang mengakibatkan kebutuhan gizi bayi menjadi kurang atau tidak seimbang.
Ketidakseimbangan pemenuhan gizi pada bayi inilah yang akan berdampak buruk pada
kualitas sumber daya manusia yang dapat dilihat dari terhambatnya tumbuh kembang
bayi secara optimal.

Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia menghimbau kepada seluruh


masyarakatnya agar memberikan Inisiasi Menyusui Dini selama 30 menit hingga 1 jam
pertama setelah dilahirkan. Lalu dolanjutkan selama 6 bulan dan meneruskannya hingga
2 tahun yang diselingi dengan pemberian makanan pendamping (MP) ASI. Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) adalah suatu upaya mengembalikan hak bayi yang selama ini
terenggut oleh para praktisi kelahiran yang pada saat membantu proses persalinan.
Inisiasi Menyusu Dini bukan saja menyukseskan pemberian ASI eksklusif tetapi juga
memperlihatkan hasil nyata dalam menyelamatkan nyawa bayi, dan apabila semua bayi
segera setelah lahir diberi kesempatan menyusu sendiri dengan membiarkan kontak
kulit antara ibu ke kulit bayi minimal selama satu tahun maka satu juta nyawa bayi
dapat diselamatkan.

Akan tetapi, dalam praktiknya di lapangan masih banyak ibu-ibu yang tidak
memberikan ASI ekslusif kepada bayinya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya bayi berusia dibawah 6 bulan sudah diberikan makanan ataupun minuman
lain yang seharusnya hal tersebut diberikan sebagai makanan pendamping air susu ibu
(MPASI) pada bayi berusia diatas 6 bulan. Selain itu juga dipengaruhi oleh maraknya
promosi susu formula di berbagai media dan fasilitas kesehatan, kurangnya pengetahuan
ibu tentang kandungan nutrisi ASI, kurangnya pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi
bayi berusia 0-6 bulan, adanya pengaruh adat istiadat, ketakutan ibu jika payudaranya
turun, ibu sedang bekerja, dan sebagainya. Adanya pengetahuan yang baik tentang ASI
ekslusif dapat meyakinkan ibu untuk tetap memberikann ASI ekslusif pada bayinya.

Pelaksanaan pemberian air susu ibu (ASI) sangat memerlukan dukungan dari
keluarga seperti suami, orang tua, dan mertua. Dukungan dari keluarga memiliki peran
yang sangat besar dalam pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dukungan keluarga
terdiri dari dukungan instrumental, dukungan emosional, dukungan informasi dan
penghargaan.
Profil kesehatan Indonesia Tahun 2016 menunjukkan bahwa persentase bayi
yang telah mendapat ASI eksklusif sampai berusia enam bulan adalah sebesar 29,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian ASI eksklusif masih jauh dari
target pemberian ASI eksklusif yakni sebesar 100%.

Pada dasarnya, pelaksanaan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan


pemberian MPASI pada bayi berusia 6 sampai 24 bulan bertujuan untuk mencapai
status gizi balita yang baik. Penialaian status gizi balita yang baik dilakukan melalui
pengukuran berat badan anak setiap bulan yang biasanya dilakukan di posyandu
maupun fasilitas kesehatan lainnya. Jika setiap bulan anak mengalami peningkatan berat
badan dan tinggi badan sesuai dengan standar grafik yang tercantum dalam buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dari Kementerian Kesehatan, maka dapat disimpulkan
bahwa anak tersebut memiliki status gizi yang baik.

Pemberian ASI eksklusif selain bermanfaat bagi bayi juga bermanfaat bagi ibu
diantaranya sebagai kontrasepsi alami saat ibu menyusui dan sebelum menstruasi,
menjaga kesehatan ibu dengan mengurangi risiko terkena kanker payudara dan
membantu ibu untuk menjalin ikatan batin kepada anak. Pemberian ASI dapat
membantu mengurangi pengeluaran keluarga karena tidak membeli susu formula yang
harganya mahal

ASI merupakan makanan utama dan terbaik yang dapat memenuhi kebutuhan
gizi bayi baru lahir sampai usia 6 bulan. Kandungan ASI antara lain adalah zat
kekebalan tubuh, anti infeksi, serta semua nutrisi yang memang dibutuhkan oleh bayi
baru lahir sampai berusia 6 bulan. Bayi yang diberi ASI Eksklusif selama 6 bulan pasti
memiliki tumbuh kembang yang optimal (normal), sehingga kejadian obesitas pasti
dapat dicegah, karena ASI dapat mengontrol berat badan bayi.

Makanan pendamping ASI (MPASI) merupakan makanan tambahan yang


diberikan kepada bayi atau anak disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Maka dari itu, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) sebaiknya diberikan
pada anak berusia 6 sampai 24 bulan, dengan pengenalan dan pemberian yang
dilakukan secara bertahap secara jenis dan jumlah sampai anak tersebut dapat
mengonsumsi makanan keluarga. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI)
disesuaikan dengan kemampuan mencerna anak sampai usia 24 bulan.

Pemberian ASI ekslusif dapat memperbaiki status gizi bayi. Adapun penilaian
status gizi balita yang paling baik dilakukan dengan pengukuran berat badan menurut
tinggi badan. Profil kesehatan Indonesia Tahun 2016 menunjukkan bahwa sebesar 4,2%
anak berusia 0 sampai 23 bulan di Provinsi Aceh mengalami status gizi sangat kurus
dan 10,3% mengalami status gizi kurus berdasarkan pengukuran berat badan menurut
tinggi badan. Fenomena ini tentunya dipengaruhi oleh pelaksanaan pemberian ASI
eksklusif dan pemberian MPASI yang bergizi pada anak berusia enam sampai 24 bulan.

Adanya perbedaan status gizi dalam hal kenaikan berat badan pada bayi yang
diberikan ASI eksklusif dan yang diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) dini
dikarenakan oleh makanan yang dikonsumsi bayi berbeda jenisnya. Dalam konsep
pemberian ASI eksklusif, bayi yang disusui tanpa dijadwalkan (on demand) akan
menentukan sendiri kebutuhan gizinya sehingga jumlah kalori yang masuk sesuai
dengan kebutuhannya. Sedangkan bayi yang diberikan makanan pendamping ASI
(MPASI) dini, misalnya nasi lumat campur pisang, bubur, ataupun makanan lumat
lainnya hanya akan mendapat banyak karbohidrat sehingga zat gizi yang masuk tidak
seimbang dan pada akhirnya dapat menyebabkan kegemukan (obesitas).

Daftar Pustaka

1. Fathamirah, D. Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Berat Badan Bayi


Usia 4-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota. Jurnal Jumantik.
2018 Juni-November; 3(2): 8-15
2. Yusrina, A., Rukmini, S. Faktor Yang Mempengaruhi Niat Ibu Memberikan ASI
Eksklusif di Kelurahan Magersari, Sidoarjo. Jurnal Promkes. 2016 Juli 1; 4(1):
11-21
3. Septiani, H., Budi, A., Karbito. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Pemberian ASI Eksklusif Oleh Ibu Menyusui yang Bekerja Sebagai Tenaga
Kesehatan. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan. 2017; 2(2)
4. Indriani, S., Indrawati N., Mashdawaty. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus
Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3); 635-39
5. Alam, N., Hikmah, D., Destriatania, S., Ningsih, N. Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif Dalam Prespektif Sosial Budaya di Kota Palembang. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat. November 2018; 9(3): 226-234

Anda mungkin juga menyukai