70600117009
ASI Ekslusif
Selain itu, salah satu indikator untuk mengetahui status kesehatan masyarakat di
suatu negara dapat dilihat dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Penyebab utama kematian bayi adalah karena penyakit infeksi
yaitu infeksi saluran pernafasan dan diare. Estimasi menurut Word Health Organization
(WHO) bahwa 53% kasus pneumonia akut, 55% kematian bayi akibat diare dikarenakan
pemberian makanan yang buruk pada enam bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu,
penerapan salah satu indikator perilaku hidup sehat dapat dimulai dalam ruang lingkup
yang paling kecil yakni rumah tangga adalah pemberian ASI eksklusif pada bayi yang
berusia 0-6 bulan.
Persentase kasus gizi buruk pada balita dari berbagai provinsi di Indonesia
masih tinggi yaitu 17,9% dan sebagian besar bayi yang mengalami gizi buruk tersebut
adalah bayi umur <6 bulan. Hal ini tidak perlu terjadi jika ASI diberikan secara baik dan
benar, karena menurut penelitian dengan pemberian ASI saja dapat mencukupi
kebutuhan gizi selama enam bulan.
ASI merupakan cairan yang diciptakan khusus keluar langsung dari payudara
seorang ibu utnuk bayinya. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna,
praktis, murah dan bersih. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan
bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan pertamanya. Jenis ASI terbagi menjadi
3 yaitu kolostrum, ASI masa peralihan dan ASI mature. Kolostrum adalah susu yang
keluar pertama, kental, berwarna kuning dengan mengandung protein tinggi dan sedikit
lemak.
Akan tetapi, dalam praktiknya di lapangan masih banyak ibu-ibu yang tidak
memberikan ASI ekslusif kepada bayinya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya bayi berusia dibawah 6 bulan sudah diberikan makanan ataupun minuman
lain yang seharusnya hal tersebut diberikan sebagai makanan pendamping air susu ibu
(MPASI) pada bayi berusia diatas 6 bulan. Selain itu juga dipengaruhi oleh maraknya
promosi susu formula di berbagai media dan fasilitas kesehatan, kurangnya pengetahuan
ibu tentang kandungan nutrisi ASI, kurangnya pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi
bayi berusia 0-6 bulan, adanya pengaruh adat istiadat, ketakutan ibu jika payudaranya
turun, ibu sedang bekerja, dan sebagainya. Adanya pengetahuan yang baik tentang ASI
ekslusif dapat meyakinkan ibu untuk tetap memberikann ASI ekslusif pada bayinya.
Pelaksanaan pemberian air susu ibu (ASI) sangat memerlukan dukungan dari
keluarga seperti suami, orang tua, dan mertua. Dukungan dari keluarga memiliki peran
yang sangat besar dalam pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dukungan keluarga
terdiri dari dukungan instrumental, dukungan emosional, dukungan informasi dan
penghargaan.
Profil kesehatan Indonesia Tahun 2016 menunjukkan bahwa persentase bayi
yang telah mendapat ASI eksklusif sampai berusia enam bulan adalah sebesar 29,5%.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian ASI eksklusif masih jauh dari
target pemberian ASI eksklusif yakni sebesar 100%.
Pemberian ASI eksklusif selain bermanfaat bagi bayi juga bermanfaat bagi ibu
diantaranya sebagai kontrasepsi alami saat ibu menyusui dan sebelum menstruasi,
menjaga kesehatan ibu dengan mengurangi risiko terkena kanker payudara dan
membantu ibu untuk menjalin ikatan batin kepada anak. Pemberian ASI dapat
membantu mengurangi pengeluaran keluarga karena tidak membeli susu formula yang
harganya mahal
ASI merupakan makanan utama dan terbaik yang dapat memenuhi kebutuhan
gizi bayi baru lahir sampai usia 6 bulan. Kandungan ASI antara lain adalah zat
kekebalan tubuh, anti infeksi, serta semua nutrisi yang memang dibutuhkan oleh bayi
baru lahir sampai berusia 6 bulan. Bayi yang diberi ASI Eksklusif selama 6 bulan pasti
memiliki tumbuh kembang yang optimal (normal), sehingga kejadian obesitas pasti
dapat dicegah, karena ASI dapat mengontrol berat badan bayi.
Pemberian ASI ekslusif dapat memperbaiki status gizi bayi. Adapun penilaian
status gizi balita yang paling baik dilakukan dengan pengukuran berat badan menurut
tinggi badan. Profil kesehatan Indonesia Tahun 2016 menunjukkan bahwa sebesar 4,2%
anak berusia 0 sampai 23 bulan di Provinsi Aceh mengalami status gizi sangat kurus
dan 10,3% mengalami status gizi kurus berdasarkan pengukuran berat badan menurut
tinggi badan. Fenomena ini tentunya dipengaruhi oleh pelaksanaan pemberian ASI
eksklusif dan pemberian MPASI yang bergizi pada anak berusia enam sampai 24 bulan.
Adanya perbedaan status gizi dalam hal kenaikan berat badan pada bayi yang
diberikan ASI eksklusif dan yang diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) dini
dikarenakan oleh makanan yang dikonsumsi bayi berbeda jenisnya. Dalam konsep
pemberian ASI eksklusif, bayi yang disusui tanpa dijadwalkan (on demand) akan
menentukan sendiri kebutuhan gizinya sehingga jumlah kalori yang masuk sesuai
dengan kebutuhannya. Sedangkan bayi yang diberikan makanan pendamping ASI
(MPASI) dini, misalnya nasi lumat campur pisang, bubur, ataupun makanan lumat
lainnya hanya akan mendapat banyak karbohidrat sehingga zat gizi yang masuk tidak
seimbang dan pada akhirnya dapat menyebabkan kegemukan (obesitas).
Daftar Pustaka