LBM 3 Verina Gian
LBM 3 Verina Gian
1. Hiperaktivitas otonomik : aktivitas yang meningkat pada saraf simpatis maupun parasimpatis
2. Cemas : sinyal yang menyadarkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi sumber yang tidak diketahui samar-samar atau
konfliktual.
STEP 2
Takut merupakan bentuk konkrit yang memiliki latar belakang yang jelas, dan dapat
diekspresikan melalui kata kata apa yang ditakutkan. Fischer menyatakan baha rasa takut
ialah emosi yang timbul dalam situasi stress dan ketidakpastian serta dapat memberikan
rasa terancam bagi orang yang mengalaminya. Reaksi dari perasaan tersebut adalah
melawan atau menjauhi situasi sebagai antisipasi rasa sakit atau bahaya
Kecemasan terkadang disebut sebagai suatu ketakutan yang tidak jelas, bersifat
panjang/meluas (diffuce) dan tidak berkaitan terhadap ancaman spesifik tertentu.
Kecemasan tampak dihasilkan oleh ancaman internal, perasaan yang tidak baik, berbeda
dengan perasaan takut yang memiliki obyek eksternal atau apa yg bisa dilihat sebagai suatu
bahaya
c. Fase 3
Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja
berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-
gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan
stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku
dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini dapat
terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan
toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi
terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian
Andri & Yenny, Dewi P. 2007.Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan
Berbagai Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan.Jurnal Maj Kedokt Indon, 57
(7): Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Respon sistem saraf otonom terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan aktivitas
involunter pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri. Serabut saraf
simpatis “ mengaktifkan” tanda-tanda vital pada setiap tanda bahaya untuk
mempersiapkan pertahanan tubuh. Kelenjar adrenal melepas adrenalin (epinefrin), yang
menyebabkan tubuh mengambil lebih banyak oksigen, medilatasi pupil, dan
meningkatkan tekanan arteri serta frekuensi jantung sambil membuat konstriksi
pembuluh darah perifer dan memirau darah dari sistem gastrointestinal dan reproduksi
serta meningkatkan glikogenolisis menjadi glukosa bebas guna menyokong jantung,
otot, dan sistem saraf pusat. Ketika bahaya telah berakhir, serabut saraf parasimpatis
membalik proses ini dan mengembalikan tubuh ke kondisi normal sampai tanda
ancaman berikutnya mengaktifkan kembali respons simpatis (Videbeck, 2008)
Videbeck, 2008_Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Mekanisme cemas.
Susunan Saraf otonom terdiri dari 2 bagian, tepi dan pusat.
Pusat ( Sistem limbic, hipotalamus, jaras yang menghubungkan kolumna
intermediolateralis medulla spinalis)
tepi ( sepasang rantai neuron (ganglion paravertebra) serta juluran aferen dan eferen
mereka yang bersambung dengan neuron organ – organ thoracal dan abdominal.
Kecemasan normal
Rasa ketakutan yang difus tidak menyenangkan samar – samar disertai gejala otonomik (nyeri
kepala, keringat, palpitasi, kekakuan pd dada, merasa gelisah)
Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia.
Ketakutan dan kecemasan
Kecemasan sinyal yg menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yg mengancam dan
ambil tindakan untuk membatasi ancaman, respon terhadap ancaman yg sumbernya tdk
diketahui, internal, samar – samar, konfliktual.
Ketakutan sinyal serupa yg menyadarkan, respon dari suatu ancaman yg sumbernya
diketahui, external, jelas, bukan bersifat konflik.
Ketakutan didahului oleh keheranan dan berjalan bersama – sama
Fungsi adaptif dari kecemasan :
Kecemasan memperingatkan adanya ancaman external dan internal, memilki kualitas
menyelamatkan hidup, kecemasan mencegah dengan cara menyadarkan seseorang untuk
melakukan tindakan tertentu mencegah bahaya
Stress, konflik, kecemasan
Melibatkan ego, abstraksi kolektif untuk proses dimana seseorang merasakan, berpikir, dan
bertindak terhadap peristiwa external dan dorongan internal. Ego yang berfungsi dengan baik
dlm keseimbangan adaptif dunia external dan internal, ego tidak berfungsi baik dan tidak
seimbang dan cukup lama kecemasan kronis
Ketidakseimbangan external, internal, ego impuls konflik
Gejala psikologis dan kognitif
Kecemasan menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi pd ruang, waktu, orang, peristiwa.
Buku saku Psikiatri Klinik, Kaplan & Sadock Ed.7 Jilid 2
Kecemasan abnormal
Teori psikologis
- Teori psikoanalitik
Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk
mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri. misal dengan menggunakan
mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan keseimbangan psikologis tanpa adanya
gejala anxietas. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu pertahanan, maka dipakai mekanisme
pertahanan yang lain misalnya konvensi, regresi, ini menimbulkan gejala.
- Teori perilaku
teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap
stimuli lingkungan spesifik. Contoh : seorang dapat belajar untuk memiliki respon kecemasan
internal dengan meniru respon kecemasan orang tuanya (MPJidentitas).
- Teori eksistensial
Konsep dan teori ini adalah, bahwa seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang
menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada penerimaan tentang
kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat dihindari. Kecemasan adalah
respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi tersebut.
Teori biologis
- System saraf otonom
Stimulasi Sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu kardiovaskuler, gastrointestinal,
dan pernapasan. Manifestasi kecemasan perifer tersebut tidak khusus terhadap kecemasan
maupun tidak selalu berhubungan dengan pengalaman kecemasan subyektif.
- Neurotransmitter
NE agonis adrenergic beta (isoproterenol) dan antagonis alfa 2 (co : yohimbin)
mencetuskan serangan panic. Agonis alfa 2 (clonidin) menurunkan gejala cemas
Serotonin antidepresan serotonergik (clomipramine) punya efek terapetik
gangguan obsesif kompulsif, busprione untuk obat gangguan cemas, fonfluromine
menyebabkan pelepasan serotonin sehingga menyebabkan peningkatan kecemasan
pd pasien dgn gangguan kecemasan.
GABA dalam gangguan kecemasan didukung paling kuat oleh manfaat
benzodiazepine yang tidak dapat dipungkiri, yang meningkatkan aktivitas GABA pd
reseptor GABAa di dalam pengobatan beberapa jenis gangguan kecemasan.
- Pencitraan otak
Contoh: pada gangguan anxietas didapati kelainan di korteks frontalis, oksipital, temporalis.
Pada gangguan panik didapati kelainan pada girus para hipokampus.
- Penelitian genetic
Penelitian ini mendapatkan, hampir separuh dan semua pasien dengan gangguan panik memiliki
sekurangnya satu sanak saudara yang juga menderita gangguan.
- Neuroanatomis
Tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian pada
binatang dan respon terhadap terapi obat yaitu : norepinefrin, serotonin dan gamma-
aminobutyric acid.
Synopsis of Psychiatry Volume I, Kaplan and Sadock
Gejala psikologi :
Ketegangan
Kekuatiran
Panic
Perasaan tak nyata : takut mati, takut gila, takut kehilangan kontrol, dsb
Memperngaruhi pikiran, persepsi dan pembelajaran
Gangguan persepsi : konsentrasi dan daya ingat
Gangguan asosiasi dalam berpikir
Gejala fisik :
Gemetar
Berkeringat
Berdebar-debar
Kepala terasa ringan
Pusing
Diare
Mual
Sulit bernapas
Ketegangan otot
Lain : rasa sesak napas seperti tercekik , mulut kering, sering kencing
Menurut Stuard & Sudden (1998) membagi respon kecemasan meliputi :
a. Respon fisiologis
1. Kardiovaskuler
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah tinggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan
darah menurun, dan denyut nadi meningkat
2. Pernafasan
Nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada
tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah.
3. Neuromuskuler
Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas,
gelisah, wajah tegang kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal.
4. Gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa
terbakar pada jantung, diare.
5. Tractus Uriarius
Tidak dapat menahan kencing, selalu ingin berkemih.
6. Kulit
Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal dan rasa panas yang
dingin pada, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
b. Respon Perilaku
Respon perilaku terhadap kecemasan meliputi : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup,
bicara cepat, kurang terkoordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari
hubungan interpersonal, melarikan dari masalah, menghindari dan hiperventilasi.
c. Respon Kognitif
Respon kognitif terhadap kecemasan meliputi : konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, hambatan berfikir, bidang persepsi menurun, produktivitas
menurun, binggung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan obyektifitas,
takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut pada cedera atau
kematian.
d. Respon Afektif
Respon afektif terhadap kecemasan meliputi : mudah terganggu, tidak sadar, gelisah,
tegang nervous, ketakutan dan gugup.
Andri & Yenny, Dewi P. 2007.Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan
Berbagai Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan.Jurnal Maj Kedokt Indon, 57
(7): Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Menurut PPDGJ
Gemetar / tremor
Tremor dapat didefinisikan sebagai gerakan bergetar involunter dan ritmis yang disebabkan oleh
kontraksi otot berlawanan secara bergantian yang sinkron dan irregular. Kualitas ritmis tersebut
membedakan tremor dari gerakan involunter lain.
Dua kategori umum dari tremor ialah fisiologis (normal) dan patologik (abnormal)
Tremor fisiologis
merupakan fenomena normal, yang muncul pada semua grup otot yang berkontraksi dan
berlangsung selama keadaan bangun dan bahkan pada fase-fase tidur tertentu. Pergerakan yang
terjadi sangat halus sehingga hampir tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya deteksi
dilakukan denganmenggunakan instrumen khusus.
Kisaran frekuensinya antara 8-13 Hz. Pada orang dewasa, frekuensi dominan adalah 10 Hz dan
kurang pada anak-anak dan orang tua.
Beberapa hipotesis telah dikemukakan untuk menjelaskan tremor fisiologi. Salah satu hipotesis
tradisional menyebutkan bahwa tremor merupakan refleksi vibrasi pasif jaringan tubuh yang
dihasilkan oleh aktivitas mekanik dari jantung (ballistocardiogram). Tentu saja itu bukanlah
penjelasan keseluruhan dari tremor fisiologis. Seperti yang dikemukakan oleh Marsden, beberapa
faktor tambahan (seperti input spindle, sinyal yang tidak menyatu pada motor neuron, dan frekuensi
resonansi natural dan inersia otot dan struktur lain) mungkin memegang peranan lebih besar.
Tremor abnormal
Tremor abnormsal tertentu (seperti variasi metabolik dari tremor postural atau aksi, dan paling tidak
satu tipe dari tremor familial) disebut sebagai tremor fisiologis yang berlebihan (enhanced physiologic
tremor). 1
Tremor abnormal atau patologik, seperti yang dimaksud jika menggunakan kata ‘tremor’ dalam
kondisi klinis, mempengaruhi grup otot tertentu dan muncul hanya pada saat keadaan bangun. Grup
otot yang dipengaruhi ialah bagian distal anggota gerak (terutama jari dan tangan), bagian proksimal
anggota gerak (lebih jarang), kepala, lidah, rahang, atau pita suara, dan batang tubuh (jarang).
Frekuensi paling sering adalah 4-7 Hz, atau sekitar setengah dari frekuensi tremor fisiologis. Pada
orang yang terkena, frekuensi tersebut terbagi rata pada semua bagian yang terkena. Dengan
menggunakan electromyography (EMG) dan alat perekam mekanik, tremor abnormal dibagi
berdasarkan frekuensinya, hubungan dengan postur anggota gerak dan pergerakan volunter, pola
aktivitas EMG (synchronous or alternating) pada grup otot lawannya, dan respon terhadap obat-
obatan tertentu.1
Ropper, Allan H. dan Robert H. Brown. Adams and Victor’s Principles of Neurology. Ed. Ke-8.
USA: The McGraw-Hill Companies, 2005: 80-3.
Halusinasi - - +
Waham - - +
Keinginan - - +
Bunuh diri
Objek Belum Sudah Tidak bisa
bertemu bertemu menyebutkan
Gejala + + +
somatik
Disorganisasi - - +
KECEMASAN adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingakan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.
KETAKUTAN adalah sautu sinyal serupa yang menyadarkan, harus dibedakan dari kecemasan
Bedanya adalah
Rasa takut adalah respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas, atau
bukan bersifat konflik, sedangkan rasa cemas adalah respon terhadap suatu ancaman yang
sumbernya tidak dikeahui, internal,samar-samar, atau konfliktual.
(KAPLAN, SINOPSIS PSIKIATRI)
Kecemasan adalah perilaku yang muncul karena adanya situasi yang oleh orang yang
mengalaminya dianggap membahayakan keadaan psikologisnya. Adapun ketakutan muncul
karena adanya situasi yang secara subyektif dianggap membahayakan keadaan fisik orang yang
mengalaminya.
Jadi hal yang mendasar dijadikan pembeda adalah apakah situasi tersebut membahayakan
keadaan psikologis ataukah keadaan fisik, kalau keadaan psikologis maka disebut kecemasan
dan sebaliknya jika fisik, maka disebut ketakutan.
Orang cemas ketika akan mengikuti ujian, karena jika tidak lulus ujian, maka ancaman kegagalan
bisa membahayakan keadaan psikologis orang tersebut. Orang takut ketika berada di atas
ketinggian, karena jika ia jatuh, maka tubuhnya akan mengalami cidera atau bahkan kematian.
Orang cemas ketika disuruh berpidato di depan orang banyak, karena jika ia gagal berpidato
dengan baik, maka rasa malu akan membahayakan keadaan psikologisnya, terutama harga
dirinya. Orang takut ketika dikejar anjing galak, karena jika anjing tersebut berhasil
menggigitnya, maka tubuhnya akan terluka dan sakit.
Fobia adalah bentuk kecemasan dan ketakutan yang berlebihan yang bercirikan:
di luar proporsi tuntutan situasi;
tidak dapat diterangkan atau dicari alasannya;
di luar kontrol kehendak;
menjurus ke penghindaran situasi yang ditakuti;
menetap dalam waktu yang lama;
tidak mampu menyesuaikan diri (tidak adaptif); dan
tidak tergantung usia maupun tahap perkembangan tertentu.
Sumber : Marks, Miller dkk dalam De Clerq, Tingkah Laku Abnormal: Dari Sudut Pandang
Perkembangan
a. Cemas respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-
samar atau konfliktual (memiliki kualitas menyelamatkan hidup)
b. Rasa takut respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas atau bahkan
bersifat konflik.
c. Panic tidak disertai dengan adanya stimulus situasional yang dapat dikenali, spontan dan
tidak diperkirakan. terjadi anxietas berat (severe attack of autonomic anxiety) selama 1 bulan,
serangan disertai (4 gejala/lebih) gejala spt palpitasi, sesak napas, nyeri dada, rasa takut mati,
gemetar, mual, takut menjadi gila dll yang terjadi tiba2 dan mencapai puncaknya dalam 10
menit (<20 menit).
(Kaplan & PPDGJ)
Terapi pada ansietas pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara yakni terapi
psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi). Angka-angka
keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini.
Psikoterapi sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien dan
dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi farmakoterapi yang tidak perlu.
1. 1. Terapi Psikologis
Penyuluhan psikiatrik atau psikologis dan manipulasi lingkungan tidak jarang pula
dibutuhkan. Biasanya terapi-terapi psikologis pada ansietas tersebut merupakan bagian
dari manajemen untuk mengatasi kebanyakan kondisi medis. Namun untuk melakukan
psikoterapi semacam itu tidak selalu mungkin dapat dilakukan, khususnya yang ada
dalam rumah sakit. Jangkauan dari ketersediaan pelayanan seringkali terbatas, dan tidak
semua pasien siap untuk menyetujui sebuah skenario tertentu.
Terapi pada ansietas tidak harus dilakukan oleh seorang psikiatri, namun seharusnya
dapat diterapkan oleh semua dokter yang berkompeten, sehingga keterbatasan pelayanan
dapat diatasi(House cit Stark, 2002). Memberikan informasi selalu menjadi langkah awal
dalam menolong pasien ansietas, yang mana informasi yang diberikan harus sesuai
dengan kadarnya dan selalu memberikan harapan yang besar bagi setiap individu untuk
sembuh. Kebanyakan pasien menginginkan sebuah kejelasan dan informasi mengenai
kondisi yang sedang ia alami, dengan melakukan tindakan tadi, menunjukkan kepada
pasien bahwa mereka benar-benar diperdulikan dan dirawat.
Komunikasi yang efektif adalah esensial dalam pemberian informasi, dokter-dokter
terlatih dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan terbuka dari pasien, mampu
memahami kondisi psikis, dan kemampuan memberikan nasehat-nasehat yang baik
sangat dibutuhkan, sehingga akan tercipta komunikasi yang efektif. Yang mana akan
mampu membantu pasien dalam mengurangi beban psikisnya(House cit Stark, 2002)
1. 2. Terapi Religi
Terapi ini sering digolongkan sebagai sebuah terapi psikis, namun sayangnya tidak
semua dokter berkompeten mampu melakukannya, dan terapi ini biasanya hanya dapat
dilakukan oleh seorang yang memang ahli dalam bidang spiritual. Terapi religi biasanya
membantu pasien untuk lebih tenang dan memberi waktu pasien untuk memahami
dirinya sendiri, sehingga menciptakan sebuah kesadaran dalam diri sendiri. Hal ini
cenderung lebih efektif karena kesadaran tersebut muncul dari diri sang pasien sendiri.
Terapi ini dilakukan melalui sharing kepada ahli religi yang dipercaya oleh penderita,
dan kemudian ahli religi tersebut memberi nasehat-nasehat untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan, namun tak jarang juga terapi semacam ini dilakukan secara invidual tanpa
seorang agamawan yang membimbing. Terapi semacam ini terkadang pada akhirnya juga
membentuk sebuah karakteristik atau watak yang baru dari penderita.
1. 3. Terapi farmakologi
Beberapa jenis obat-obatan biasanya dapat digunakan untuk mengatasi dan
mengurangi ansietas, dan masing-masing obat memiliki keuntungan dan kekurangan
masing-masing. Penggunaan suatu zat dalam jangka waktu yang lama pun tidak akan
membuahkan hasil yang baik untuk kesehatan fisik sang pasien sendiri
Obat-obatan yang paling sering digunakan dalam mengatasi ansietas adalah
benzodiazepine(BDPs)(Fracchione, 2004). Adapun beberapa jenis obat yang lazim
digunakan adalah :
• Diazepam
• Lorazepam
• Alprazolam
• Propanolol
• Amitriptilin
Gangguan Panik
TERAPI
Konseling dan medikasi.
Konseling: ajari pasien untuk diam ditempat sampai serangan
panik berlalu, konsentrasikan diri untuk mengatasi anxietas bukan pada gejala fisik, rileks,
latihan pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan. Diskusikan cara
menghadapi rasa takut saya tidak mengalami serangan jantung, hanya panik, akan berlalu.
Medikasi : banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan medikasi.
Bila serangan sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan depresi beri
antidepresan (imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100-150 mg malam selama 2
minggu ). Bila serangan jarang dan terbatas beri anti anxietas, jangka pendek (lorazepam
0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian jangka panjang dan
pemberian medikasi yang tidak perlu.
Gangguan Fobik
TERAPI
Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur pernafasan, membuat daftar
situasi yang ditakuti atau dihindari, diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut.
Dengan konseling banyak pasien tidak membutuhkan medikasi. Bila ada depresi bisa diberi
antidepresan lmipramin 50 150 mg/ hari. Bila ada anxietas beri antianxietas dalam waktu
singkat, karena bisa menimbulkan ketergantungan. Beta blokerdapat mengurangi gejala
fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap
GangguanObsesif-kompulsif
TERAPI
Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang pikiran yang berulang dapat
mengurangi gejala obsesd, yang pada akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan
pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk mengatasi situasi, kenali dari
perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi. Bila diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 -
150 mg, atau golongan Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.
Konsultasi spesialistik
bila kondisi tidak berkurang atau menetap.
GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH
TERAPI
Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya
mempunyai efek fisik dan mental. Mempelajari keterampilan untuk mengurangi dampak
stres merupakan pertolongan yang paling efektif. Mengenali, menghadapi dan menantang
kekhawatiran yang berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas. Kenali kekhawatiran
yang berlebihan atau pikiran yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong.
Medikasi merupakan terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala
menetap. Medikasi anxietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak lebih dari 2
minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati gejala fisik, antidepresan bila ada
depresi. Konsultasi spesialistik bila anxietas berat dan berlangsung lebih dan 3 bulan.
EFEK SAMPING OBAT ANXIETAS
Sedasi : rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan
kognitif melemah.
Relaksasi otot : lemas, cepat lelah, dll.
Potensi ketergantungan lebih rendah dibanding narkotika, oleh karena “ at therapeutic dose
they have low re-inforcing properties” (pada dosis terapi, penambahan dosis untuk penguatan
adalah rendah).
Potensi menimbulkan ketergantungan :
Efek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir sangat singkat.
riwayat peminum alkohol, penyalahgunaan obat (drug abusers), unstable personalities, oleh
karena itu benzodiazepam tidak dianjurkan diberikan pada pasien tersebut.
Mengurangi resiko ketergantungan, maksimum lama pemberian 3 bulan (100 hari) dalam
rentang dosis terapi.
INTERAKSI OBAT
Benzodiazepine + CNS depressan (fenobarbital, alkohol, antipsikosis, antidepresi,
opiates) = dapat terjadi potensiasi efek sedasi dan penekanan pusat napas, sehingga resiko
timbul respiratory failure.
BZ + CNS stimulants (amphetamine, caffeine, appetite suppressants) = antagonisme efek
anti anxietas, akibatnya efek BZ menurun.
BZ + Neuroleptika = manfaat efek klinis BZ mengakibatkan mengurangi kebutuhan dosis
neuroleptika, sehingga dosis neuroleptika dikurangi, sehingga resiko efek samping
neuroleptika mengurang.
PEMILIHAN OBAT
Golongan BZ sbg antianxietas mempunyai ratio therapuetic lebih tinggi dan lebih
minimal menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah, dibandingkan dengan
meprobamate atau fenobarbital.
Golongan BZ tidak menginduksi enzim mikrosomal di hepar sedangkan fenobarbital
menginduksi.
Gol. BZ adalah drug of choice anxietas, disebabkan : spesifitas, potensi, dan
keamanannya.
Spektrum klinis BZ : anti-anxietas, anti-konvulsan, anti-insomnia, premedikasi tindakan
operatif.
SIFAT KHUSUS
Diazepam / clordiazepoxide : broad spectrum / spektrum pendek (anti anxietas dan
antikonvulsan)
Nitrazepam / Flurazepam : dosis anti anxietas dengan anti insomnia berdekatan lebih
condong penggunaan untuk anti insomnia.
Midazolam : onset cepat, kerja singkat, sering sebagai premedikasi tindakan operatif.
Bromazepam, Lorazepam, dan Clobazam : dosis anti ansietas dengan anti insomnia
berjauhan, sehingga lebih efektif untuk anti anxietas.
Clobazam = 1,5 BZ, psikomotor performance paling kurang terpengaruh, cock untuk
pasien aktif baik dewasa maupun lansia.
Lorazepam mempunyai waktu paruh pendek dan obat tidak terakulasi secara signifikan
pada dosis terapi (no significant drug accumulation at clinical close) sehingga cocok untuk
pasien dengan kelainan fungsi hati atau ginjal.
Alprazolam, onset cepat, cocok diberikan pada antisipasi cemas ( anticipatory anxiety) =
pemberian sewaktu waktu apabila sindrom anxietas dapat diramalkan datangkannya dan pada
situasi tertentu, serta terjadinya tidak sering (sudah tahu kalau pada keadaan tersebut dapat
muncul kecemasan).
Sulpiride-50 = efektif pereda gejala somatik yang muncul pada sindrom anxietas, paling
kecil resiko ketergantungan obat.
DOSIS
Steady state = jumlah obat yg masuk sama jumlah obat yang keluar badan, biasanya
dicapai 5-7 hari pada dosis 2-3 kali sehari onset of action cepat dan langsung, pada keadaan
ini efek klinis baru terlihat.
Dimulai dosis awal / dosis anjuran, dinaikkan bertahap setiap 3-5 hr sampai dosis
optimal, selanjutnya pertahankan 2-3 minggu, lalu turunkan 1/8 x setiap 2-4 minggu, hingga
mencapai dosis minimal yang masih efektif (dosis maintenance), pertahankan dosis tersebut
4-8 minggu, selanjutnya lakukan tapering of.
LAMA PEMBERIAN
anxietas yang disebabkan faktor situasi eksternal, tidak lebih dari 1-3 bln.
pemberian pada natisipasi cemas, seperlunya saja, atau sewaktu-waktu.
penghentian secara bertahap (stepwise), supaya tidak timbul withdrawal symptoms.
KONTRA INDIKASI
hipersensitif dengan BZ
glaukoma myastenia gravis
chronic pulmonary insufficiency
chronic renal or hepatic disease.
PENANGANAN
Suportif : terhadap respiratory depression dan sock.
Kausal : BZ antagonis (flumazenil / ANEXATE) amp. 0,5mg/5ml(IV).
Tidak ada kematian dg DZ sampai 1400 mg, Chlorazepoxite 6000mg (BZ are the safest of all
psychotropic agents when taken in overdose).