Diajukan untuk memenuhi tugas ujian akhir Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)
SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman
Disusun oleh:
Khania Amanda Werikati 12100118089
Preseptor:
Fahmi Arief Hakim, dr., SpF
Kekerasan seksual adalah perilaku seksual yang tidak diinginkan dan tidak dikehendaki
oleh penerima atau korbannya dan berakibat mengganggu diri korban (N. K. Endah Triwijati,
2017). Kekerasan seksual bukan hanya merupakan masalah antar individu, namun juga
masalah sosial yang terkait dengan hak-hak asasi, khususnya yang berkaitan dengan segala
bentuk kejahatan kesusilaan(Abduh, 2014).
Seorang dokter yang memeriksa kasus kekerasan seksual harus bersikap objektif-imparsial,
konfidensial, dan profesional. Objektif imparsial artinya seorang dokter tidak boleh memihak
atau bersimpati kepada korban sehingga cenderung mempercayai seluruh pengakuan korban
begitu saja. Hal yang boleh dilakukan adalah berempati, dengan tetap membuat penilaian
sesuai dengan bukti-bukti objektif yang didapatkan secara sistematis dan menyeluruh. Secara
umum sama dengan pemeriksaan korban perlukaan, akan tetapi beberapa hal di bawah ini
penting diperhatikan yaitu :
3. Dokter harus menjelaskan kepada korban tentang prinsip dan tujuan pemeriksaan,
tata-l aksana pemeriksaan dan interprestasi hasil pemeriksaan; serta kemudian
meminta persetujuan dari korban atau keluarganya dengan meminta korban atau
keluarganya menandatangani lembar persetujuan
4. Korban yang telah berusia 21 tahun atau telah pernah menikah, sadar dan
Dua aspek yang penting diperhatikan pada kasus kejahatan seksual / perkosaan adalah :
Pengertian persetubuhan secara hukum adalah masuknya penis ke dalam vagina, sebagian atau
seluruhnya, dengan atau tanpa ejakulasi, setidaknya telah melewati vestibulum. Sementara itu
pengertian pencabulan adalah setiap penyerangan seksual tanpa terjadi persetubuhan.
1. Anamnesis
Pada anamnesis dicatat identitas pasien (terutama umur dan tanggal lahir), riwayat
menstruasi (usia menarche, siklus haid, haid terakhir), status perkawinan, riwayat
aktifitas seksual. Anamnesis mengenai kejadian yaitu waktu dan lokasi, kekerasan
sebelum kejadian , rincian kejadian, terjadi penetrasi atau tidak, dan apa yang dilakukan
setelah terjadinya kekerasan seksual.
a) Posisi litotomi
b) Periksa luka-luka sekitar vulva, perineum, paha
c) Lakukan pemeriksaan alat kemaluan berturut-turut mulai dari labia
a. mayora, minora, vestibulum, selaput dara, vagina, leher rahim, dan besar
b. uterus.
d) Pemeriksaan selaput dara meliputi :
o besarnya orifisium
o ada tidaknya robekan.
o bila ada tentukan apakah robekan baru atau lama
o apakah robekan sampai dasar lianga vagina atau tidak sampai dasar
o lokasi robekan, gunakan arah jam sebagai petunjuk lokasi robekan.
Lubang selaput dara diukur pada arah horizontal pada saat labia ditarik ke samping (lateral
traction), nilai normal adalah sebagai berikut :
Lakukan pemeriksaan dengan memasukkan jari telunjuk dan nilailah apakah tidak
dapat dilalui satu jari, atau dapat dilalui satu jari longgar, atau dapat dilalui dua jari
longgar.
Alat kelamin luar : pada bibir kecil kemaluan sebelah kiri bagian dalam pada arah pukul 3,
terdapat memar warna kemerahan berukuran 0,4 cm x 0,3 cm
Selaput dara : pada selaput dara, terdapat robekan baru sampai dasar, masih berdarah, pada
arah pukul 4, 7, dan 11 dengan garis tengah liang senggama 0,5 cm
Liang senggama : tidak diperiksa Mulut rahim : tidak diperiksa Rahim : tidak diperiksa
pada lubang dubur, pada arah pukul 7 dan 3, terdapat luka lecet dengan ukuran masing-masing
0,4 cm x 0,2 cm. Lipatan kulit disekitar lubang
dubur pada arah pukul 6 tampak rata. Kekuatan kontraksi otot disekitar lubang dubur kurang.
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa).
Berdasarkan KUHP Pasal 133 ayat 1 :
“Dalam hal penyidik untuk kepentingan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran atau dokter ahli lainnya”
Berdasarkan tujuannya, paradigma yang digunakan dalam pemeriksaan medikolegal
sangat berbeda dibandingkan dengan pemeriksaan klinis untuk kepentingan pengobatan.
Tujuan pemeriksan medikolegal pada seorang korban adalah untuk memulihkan kesehatan
pasien melalui pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan medis lainnya.
Dari segi medikolegal, orientasi dan paradigma yang digunakan dalam merinci luka
dan kecederaan adalah untuk dapat membantu merekonstruksi peristiwa penyebab
terjadinya luka dan memperkirakan derajat keparahan luka. Dengan demikian pada
pemeriksaan suatu luka, bisa saja beberapa hal yang dianggap penting dari segi medicolegal,
tidak dianggap perlu untuk tujuan pengobatan.
Pemeriksaan identifikasi
Pemeriksaan identifikasi bertujuan untuk mengumpulkan data-data identifikasi
postmortem yang akan dicocokan dengan data antemortem pada rekonsiliasi. Berdasarkan
panduan INTERPOL dengan menggunakan standar Disaster Victim Identification, pada
pemeriksaan luar jenazah dikumpulkan identifier sekunder berupa medical identifier dan
proprty yang terdiri dari:
1. Label jenazah dari kepolisian.
a. Dokumentasikan dengan menggunakan fotografi saat label masih melekat pada
tubuh jenazah.
b. Label digunting pada tali pengikatnya dan kemudian disimpan bersama berkas
pemeriksaan.
c. Deskripsi label jenazah meliputi: bahan, warna, tulisan yang terdapat di dalam label
jenazah tersebut.
d. Selain label dari kepolisian ada pula label jenazah dari Rumah Sakit. Modifikasi dari
label jenazah Rumah Sakit adalah gelang identitas jenazah. Gelang ini harus ada dan
melekat pada pergelangan tangan atau bagian tubuh jenazah selama jenazah berada
di Rumah Sakit. Gunanya sebagai identitas sementara agar jenazah tidak tertukar.
2. Pembungkus/ penutup jenazah.
a. Jenazah yang dikirim biasanya ditutup atau dibungkus.
b. Dicatat jenis pembungkus tersebut, bahan, warna corak ataupun tulisan-tulisan yang
terdapat pada pembungkus tersebut.
3. Pakaian.
a. Pakaian jenazah adalah pakaian yang dipakai oleh jenazah saat pemeriksaan.
b. Foto pakaian saat masih melekat pada tubuh jenazah.
c. Lepas pakaian dari tubuh jenazah sambil menilai kaku mayat.
d. Foto pakaian secara utuh dari depan dan belakang.
e. Foto label, merek, dan ukuran pakaian.
f. Catat model, bahan, warna, corak, merek, dan ukuran.
g. Dapat ditambahkan keterangan lain seperti tulisan, saku, dan kondisi pakaian
(robekan, basah, pengotoran, berpasir, dan lain-lain).
h. Bila di dalam saku terdapat benda-benda maka harus dicatat secara detail. Misal pada
celana bagian depan sisi kanan terdapat saku yang berisi dompet bahan kulit, warna
hitam, merek GUESS. Di dalam dompet berisi satu lembar uang kertas pecahan
seribu rupiah dan KTP dengan NIK 001113 atas nama MUKIDI.
4. Perhiasan.
a. Perhiasan yang dimaksud adalah yang melekat pada tubuh jenazah yang berguna
sebagai hiasan seperti, cincin, gelang, jam tangan, kalung, anting, ikat rambut dan
sebagainya.
b. Foto saat perhiasan masih melekat pada tubuh jenazah.
c. Catat lokasi, jenis, bahan, warna, dan detail dari perhiasan tersebut.
d. Lepas perhiasan dari tubuh jenazah, lalu dimasukkan ke dalam plastik bening,
dilabel dengan nama pemeriksa, nama jenazah, jenis kelamin, tanggal lahir/ umur,
serta tanggal dan waktu pemeriksaan, kemudian diserahkan kepada petugas
administrasi untuk disimpan dan dicatat dalam buku serah terima barang bukti.
5. Benda disamping jenazah.
a. Benda disamping jenazah adalah benda-benda disekitar tubuh jenazah yang tidak
melekat pada tubuhnya dan batasnya adalah keranda jenazah.
b. Foto dan catat jenis, bahan, warna, corak atau tulisan.
c. Termasuk benda disamping jenazah adalah belatung (tempayak), pasir, dan lain-lain.
d. Pada pasir dicatat warna dan agregatnya (halus atau kasar).
e. Pada belatung ambil yang paling besar, rendam dalam alkohol minimal 70%, setelah
mati, ukur panjang belatung.
6. Identifikasi umum.
a. Perawakan jenazah secara umum, meliputi panjang badan, berat badan, warna kulit,
warna iris, arkus senilis, warna dan model rambut, sikumsisi bagi laki-laki, bentuk
hidung, bentuk telinga, gigi geligi secara umum.
b. Foto keadaan jenazah keseluruhan.
c. Foto close up bagian wajah.
7. Identifikasi khusus.
a. Segala sesuatu yang dapat menjadi ciri-ciri khusus bagi seseorang seperti tato, tahi
lalat, jaringan parut, tindikan, cacat tubuh, dan lain sebagainya.
b. Foto dan catat.
c. Deskripsikan mulai dari lokasi, jenis ciri khusus, bentuk, warna dan ukuran.
Pemeriksaan tanatologi
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan setelah kematian.
Pemanfaatan ilmu ini selain untuk mengetahui kepastian kematian juga dapat digunakan
untuk memperkirakan waktu kematian.
1. Lebam mayat
a. Periksa bagian terbawah dari jenazah. Tampak sebagai bercak besar pada kulit
berwarna merah keunguan yang kemudian melebar dan merata pada bagian tubuh
yang rendah.
b. Tekan pada bagian yang terdapat bercak merah keunguan, saat dilepas tekanan
memucat atau tidak.
c. Foto untuk dokumentasi pemeriksaan.
d. Catat distribusi lebam mayat, warna, hilang atau tidak pada penekanan.
2. Kaku mayat
a. Lakukan saat melepas pakaian (jika berpakaian)
b. Raba kekakuan otot mulai dari otot-otot kecil hingga otot-otot besar.
c. Gerakkan persendian rahang, leher, anggota gerak atas dan bawah sambil merasakan
tahanan pada otot-otot di sekitarnya.
d. Catat distribusi kaku mayat dan intensitas kekakuan.
3. Perubahan pada mata
a. Kekeruhan selaput bening mata ditandai dengan warna putih keruh sehingga
pemeriksa tidak dapat memeriksa tirai mata dan teleng mata secara jelas.
b. Bila kornea keruh, mata ditetesi air bersih, tunggu beberapa saat, kemudian evaluasi
apakah menjadi jernih kembali atau tetap keruh.
c. Foto dan catat.
4. Pembusukan
a. Foto dan catat distribusi dan kondisi pembusukan yang terjadi.
Untuk luka tembak, kita menentukan lokasi luka dengan cara mengukurnya dari
tumit lalu kita ukur jaraknya dari garis yang melalui tulang dada atau punggung pada
sebelah kanan atau kirinya
Letak luka pada dada kiri atas, yaitu :
- 4cm sebelah kiri garis tengah tubuh
- 120cm di atas garis mendatar yang melewati ujung tumit
Pada lengan kiri bawah sisi depan enam sentimeter dari pergelangan
tangan,terdapat memar berwarna keunguan seluas lima sentimeter kali tiga sentimeter.
Pada kepala bagian belakang kiri, enam sentimeter di atas batas tumbuh rambut
bawah, terdapat luka terbuka, tepi tidak rata, dasar tulang kepala, terdapat jembatan
jaringan, bila dirapatkan berbentuk garis sepanjang sebelas sentimeter.