Anda di halaman 1dari 7

SCIENTIA VOL. 7 NO.

2, AGUSTUS 2017

SCIENTIA Jurnal Farmasi dan Kesehatan


SCIENTIA Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus
Website : http://www.jurnalscientia.org/index.php/scientia

7 (2) ; 89 – 95, 2017

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL


DAUN BAMBAN (Donax canniformis (G. Forst.) K. Schum.)
TERHADAP Staphylococcus aureus
Hidayatullah, Syariful Anam, dan Muhamad Rinaldhi Tandah
Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia.
Email : dyt_apt@outlook.com

ABSTRAK

Bamban (Donax canniformis (G. Forst.) K. Schum.) adalah salah satu famili tanaman
Marantaceae yang banyak kegunaan salah satunya sebagai obat tradisional. Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan golongan senyawa yang memiliki efek antibakteri ekstrak metanol
daun bamban terhadap Staphylococcus aureus. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut metanol. Penetapan golongan senyawa menggunakan metode bioautografi
untuk menentukan noda yang memiliki aktivitas antibakteri. Kemudian, noda tersebut
diidentifikasi golongan senyawanya menggunakan reagen semprot FeCl3 dan H2SO4 . Hasil
pengujian menunjukkan terdapat tiga senyawa yang memiliki aktifitas antibakteri. Noda I dan II
diduga sebagai senyawa fenolik dan noda III diduga adalah senyawa saponin.

Kata Kunci : Bamban (Donax canniformis (G. Forst.) K. Schum.), bioautografi, fenolik,
saponin

ABSTRACT

Bamban (Donax canniformis (G. Forst.) K. Schum.) is one of the Marantaceae family
plant that has many uses such as traditional medicine. The purpose of this research is to
determine the class of compounds that has antibacterial activity against Staphylococcus aureus
on methanolic extract of leaf bamban. This extract was prepared using maceration method with
methanol solvent. Determination of the class of compounds was initiated by bioautografi test in
order to determine spots which has have antibacterial activity. Subsequently, class of compound
in the spot were identified by using FeCl3 and H2SO4 10% reagent. Research result showed that
there were three compounds which had antibacterial activity. These compounds were predicted
as spot I and spot II which were phenolic compounds and spot III as a saponin compound.

Keywords : Bamban (Donax canniformis (G. Forst.) K. Schum.), bioautography, phenolics,


saponins

PENDAHULUAN sangat terkenal memiliki berbagai macam


kegunaan dalam mencegah dan mengobati
Tanaman dapat menjadi sumber penyakit. Tanaman adalah sumber yang
untuk menemukan obat baru. Tanaman baik untuk sumber berbagai macam bentuk

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 89


SCIENTIA VOL. 7 NO. 2, AGUSTUS 2017

senyawa metabolit sekunder penting seperti Keberadaan senyawa fenolik, flavanoid,


fenolik, glikosida, saponin, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid dalam suatu
steroid, tanin, alkaloid dan terpenoid. tanaman dapat bersifat sebagai agen
Senyawa tersebut memiliki aktivitas antibakteri. Oleh karena itu, sangat penting
antioksidan, antitumor, antimutagenik, untuk melakukan penelitian untuk
antikarsinogenik, antibakteri, dan antifungi. mengetahui golongan senyawa yang
Tanaman obat merupakan sumber penting memiliki aktivitas sebagai antibakteri
dari senyawa aktif yang digunakan untuk tanaman bamban. (Cushnie dkk, 2005;
menjaga kesehatan dan mengobati berbagai Daud dkk, 2011; Saleem dkk, 2009)
macam penyakit manusia termasuk penyakit
akibat infeksi bakteri. (Malini dkk, 2013)
(Sen dkk, 2012) METODE PENELITIAN
Sebagian besar infeksi kulit yang
merugikan bagi manusia disebabkan oleh Penelitian ini adalah penelitian
bakteri Staphylococcus aureus yang eksperimental laboratorium. Rangkaian
merupakan bakteri flora normal yang dapat penelitian terdiri atas proses ekstraksi, uji
bersifat patogen oportunistik dan berbahaya kandungan kimia, uji aktivitas antibakteri,
diantara marga Staphylococcus. uji KLT bioautografi, dan identifikasi
Staphylococcus aureus menghasilkan golongan senyawa antibakteri.
sejumlah faktor virulen termasuk toksin
yang menentukan patogenisitasnya. Alat dan bahan
Staphylococcus aureus mengeluarkan Alat yang digunakan pada
exfoliative toxin yang menyebabkan penelitian ini adalah peralatan gelas
nekrolisis epidermis dan eksotoksin yang (Pyrex®), rotary evaporator (Buchi®),
menyebabkan toxic shock syndrome. jarum ose, spatula, mikropipet, bunsen,
(Garna, 2001) pinset, timbangan analitik (Ohaus®),
Bamban (Donax canniformis (G. autoklaf (Hiclave®), oven (Shel Lab®),
Forst.) K. Schum.) adalah tanaman yang incubator (Eyela®), laminar air flow,
sangat potensial sebagai tanaman obat. lemari pendingin, jangka sorong, vortex
Berdasarkan beberapa hasil kajian Mixer (Labnet®).
etnofarmasi yang dilakukan di berbagai Bahan yang digunakan adalah
tempat yaitu Serampas, Jambi dan Serang, ekstrak daun bamban yang diperoleh dari
Banten diketahui bahwa tanaman bamban hutan Kabupaten Poso. Bakteri yang
digunakan sebagai obat bisul, di digunakan adalah Staphylococcus aureus
Mempawah, Sanggau dan Landak, yang diperoleh dari UPT Laboratorium
Kalimantan Barat digunakan sebagai obat Kesehatan Sualwesi Tengah. Bahan yang
jerawat, di Pulau Wawonii dan Muna, digunakan untuk pengujian antimikroba
Sulawesi Tenggara dan digunakan sebagai adalah nutrien agar (Oxoid®), dimetil
penutup luka untuk mencegah infeksi dan. sulfoksida (DMSO), Lempeng KLT silika
Namun, sedikit sekali penelitian untuk gel 60 F254 (Merck®). Bahan kimia yang
menguji efek-efek farmakologi yang digunakan adalah kalium hidroksida
dimiliki oleh bamban. Sejauh ini penelitian (Merck®), Metanol (Merck®), n-heksan
yang dilakukan hanya untuk menguji efek (Merck®), etil asetat (J.T.Baker®),
antioksidan.(Daud dkk, 2011; Diba dkk, pereaksi Liebermann-Burchard,pereaksi
2011; Hariyadi dkk, 2012; Rahayu dkk, asam sulfat, pereaksi besi (III) klorida,
2006; Windadri dkk, 2006) pereaksi aluminium klorida, pereaksi
Daud dkk. (2011) melaporkan Dragendroff.
bahwa bamban mengandung senyawa
metabolit sekunder yang cukup variatif Prosedur Kerja
diantaranya senyawa fenolik, flavanoid, Proses ekstraksi
tanin, fitosterol, terpenoid, steroid, alkaloid, Proses ekstraksi diawali dengan
glikosida jantung dan saponin yang pembuatan simplisia. Simplisia daun
terdistribusi pada beberapa bagian tanaman. bamban sebanyak 500 gram diekstraksi

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 90


SCIENTIA VOL. 7 NO. 2, AGUSTUS 2017

dengan metode maserasi menggunakan Pembuatan pereaksi semprot


pelarut metanol sebanyak 2 liter. selama 36 Pereaksi FeCl3 dibuat dengan
jam dan diaduk setiap 12 jam. Proses melarutkan 1 gram besi (III) klorida dalam
tersebut dilakukan dua kali untuk simplisia 5 mL air dan ditambahkan hingga 100 mL
yang sama. Ekstrak cair disaring kemudian dengan etanol. Pereaksi H2SO4 5% atau
ditampung. Ekstrak yang diperoleh 10% dibuat dengan melarutkan larutan
dipekatkan menggunakan rotary vacuum H2SO4 dalam etanol. (Wagner dkk, 1996)
evaporator pada suhu 40°C dengan (Windadri dkk, 2006)
kecepatan 100 rpm dan tekanan 337 mbar,
sehingga diperoleh ekstrak kental kemudian Identifikasi golongan senyawa antibakteri
diuapkan pada suhu kamar hingga diperolek Noda yang memiliki aktivitas
ekstrak kering. Ekstrak kering kemudian antibakteri sesuai dengan hasil uji KLT
difreeze dryer untuk menghilangkan sisa bioautografi diidentifikasi golongan
pelarut. senyawanya menggunakan pereaksi
semprot yaitu pereaksi asam sulfat 10%
Uji kandungan kimia untuk deteksi golongan senyawa saponin
Pengujian kandungan kimia dan pereaksi besi (III) klorida untuk deteksi
alkaloid, saponin, flavonoid, tannin dan senyawa fenolik dan tanin.
polifenol, terpenoid, serta fenolat.
(Mustarichie dkk, 2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji KLT bioautografi
Pertama, dibuat lempeng KLT Dari hasil identifikasi di UPT.
dengan ukuran 10 x 2 cm lalu dipanaskan Sumber Daya Hayati Sulawesi, diketahui
pada oven pada suhu 110°C selama 10 bahwa sampel adalah tanaman Donax
menit. Eluen n-heksan:etil asetat dibuat canniformis (G. Forst) K. Schum. yang
dengan perbandingan 1:2 sebanyak 5 ml. berasal dari Desa Kilo, Kecamatan Poso
Ekstrak metanol daun bamban ditotolkan Pesisir Utara, Kabupaten Poso. Metode
dengan menggunakan pipa kapiler pada ekstraksi yang digunakan pada penelitian
lempeng kromatografi lapis tipis, lalu ini adalah metode maserasi menggunakan
dieluasi dengan eluen n-heksana: etil asetat pelarut metanol. Metode maserasi
(1:2). Setelah perambatan pelarut yang digunakan karena maserasi merupakan
telah mencapai ketinggian yang ditentukan, metode ekstraksi yang tidak menggunakan
keluarkan lempeng, keringkan dan amati pemanasan sehingga dapat menghindari
bercak yang timbul dengan sinar ultraviolet rusaknya senyawa yang tidak tahan pada
pada panjang gelombang 254 nm dan 366 suhu tinggi sebab dapat menyebabkan
nm. Nilai Rf dihitung dari masing- masing degradasi pada senyawa-senyawa tertentu
bercak. khususnya senyawa fenolik yang diduga
Kedua, Suspensi bakteri dipipet merupakan kandungan utama tanaman
sebanyak 0,1 mL, kemudian dimasukkan ke bamban. Pelarut metanol merupakan pelarut
dalam cawan petri. Setelah itu tambahkan polar sehingga diharapkan dapat menarik
10 mL medium NA, lalu dihomogenkan senyawa sebanyak-banyaknya. Selain itu,
(tebal inokulum 3-4 mm) dan dibiarkan berdasarkan laporan Daud (2011) pelarut
pada suhu kamar selama 15-30 menit. metanol dapat mengekstraksi lebih banyak
Setelah agar memadat diletakkan lempeng komponen senyawa pada daun bamban.
KLT yang berisi larutan uji, dibiarkan pada Dari hasil maserasi akan diperoleh
suhu kamar 15-30 menit, setelah itu ekstrak cair yang dipekatkan pada rotary
lempeng kromatogram diangkat dan vacuum evaporator pada suhu 40°C
disisihkan. Cawan Petri yang berisi biakan dengan kecepatan rotasi 100 rpm dan
bakteri diinkubasi pada suhu 37 oC selama vacum diatur pada tekanan 337 mbar untuk
24 jam. Setelah waktu inkubasi selesai mendapatkan ekstrak kental kemudian
bercak yang timbul diamati zona hambat. diuapkan pada suhu kamar hingga diperoleh
(Kumala dkk, 2006) ekstrak kering. Rotary vacuum evaporator

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 91


SCIENTIA VOL. 7 NO. 2, AGUSTUS 2017

dilengkapi dengan vakum yang dapat Tabel I. Hasil Pengujian Kandungan


mengurangi tekanan udara sehingga dapat Kimia
menurunkan titik didih pelarutnya. Uji Hasil
Menggunakan suhu 40°C karena dengan Alkaloid Negatif
menggunakan rotary vacuum evaporator Saponin Positif
pelarut dapat diuapkan dibawah titik didih Flavonoid Negatif
pelarut metanol yakni 64,7°C dan pada Tanin Positif
Polifenol Negatif
suhu tersebut kemungkinan kerusakan
Fenolik Positif
senyawa aktif akibat pemanasan suhu tinggi Terpenoid Negatif
dapat dihindari (Ridho, 2013)
Kecepatan rotasi 100 rpm karena Uji bioautografi dilakukan untuk
pada kecepatan rotasi tersebut terjadi mengetahui senyawa yang memberikan
turbulensi optimum yang meningkatkan aktivitas antibakteri. Hasil uji bioautografi
proses penguapan. Ketika rotasi terlalu ekstrak metanol daun bamban diperoleh
cepat maka ekstrak akan menekan dinding tiga senyawa yang dapat menghambat
labu sehingga turbulensi menurun pertumbuhan bakteri Staphylococcus
sedangkan jika terlalu pelan turbulensi juga aureus yaitu noda I, II, dan III dengan nilai
sangat kecil sehingga proses penguapan Rf masing-masing 0; 0,11; dan 0,67. Nilai
berlangsung lama (Anonim, 2009) Tekanan Rf dapat digunakan sebagai perbandingan
337 mbar merupakan tekanan optimal untuk relatif antar sampel. Hasil pengujian
pelarut metanol pada suhu 40°C. (Anonim, menunjukan bahwa noda yang memiliki
2013) aktivitas antibakteri paling potensial adalah
Ekstrak kering yang dihasilkan noda I. Sedangkan noda nomor II
berwarna biru kehitaman, lembab dan memberikan aktivitas yang tidak terlalu
berbau khas ekstrak metanol. Jumlah signifikan sebab jumlah senyawanya sedikit
ekstrak kering yang diperoleh 103 gram dibuktikan dengan ukuran noda yang kecil.
atau persen rendamen sebesar 20,6 %. Noda III cukup potensial sebagai
Ekstrak kering kemudian dibebaskan dari antibakteri zona hambat yang cukup besar
pelarut menggunakan frezze dryer. Pelarut dan ukuran noda juga cukup besar. Hasil uji
metanol dapat mengganggu proses bioautografi dapat dilihat pada tabel II.
pengujian sebab memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan bakteri. Freeze Tabel II. Hasil uji bioautografi
dryer bekerja dengan cara membekukan
Warna Noda
kandungan air pada sampel yang kemudian Nilai
Eluen UV
dikeluarkan atau dipisahkan dengan metode Rf Visual UV366
sublimasi. Suhu yang digunakan adalah - 254
40°C. Ekstrak yang diperoleh berupa Coklat
0,0 Coklat Hitam
n- tua
serbuk kering, berwarna hitam kebiruan,
dan tidak berbau. Setelah dilakukan frezze heksan:etil 0,18 Biru Coklat Hitam
asetat
dryer diperoleh serbuk ekstrak kering 0,67 Kuning Kuning Coklat
sebanyak 87 gram dengan persen rendamen
17,4 % hasil ini lebih banyak dari hasil
yang diperoleh Daud (2011) yang hanya Hasil identifikasi golongan
6,7%. senyawa dengan pereaksi semprot untuk
Hasil pengujian kandungan kimia mengetahui golongan senyawa yang
untuk mengetahui senyawa yang terdapat memiliki aktivitas anti bakteri. Penentuan
dalam ekstrak metanol daun bamban. golongan senyawa ekstrak metanol daun
Ekstrak bamban positif mengandung bamban yang memiliki aktivitas antibakteri
saponin, tanin, dan fenolik. Hasil tersebut menggunakan metode bioautografi yang
sesuai dengan laporan Daud (2010). Hasil dilanjutkan dengan identifikasi
pengujian disajikan pada Tabel I. menggunakan pereaksi semprot. Metode ini
diawali dengan melakukan pemisahan
komponen senyawa ekstrak metanol daun
bamban pada plat KLT dengan fase diam

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 92


SCIENTIA VOL. 7 NO. 2, AGUSTUS 2017

silika gel 60 F254 yang dielusi dengan fase Noda I memberikan warna hitam kebiruan
gerak n-heksan:etil asetat (1:2). setelah disemprot dengan pereaksi FeCl3.
Berdasarkan hasil orientasi n-heksan:etil Senyawa fenol dideteksi dengan pereaksi
asetat (1:2) memberikan pemisahan yang semprot FeCl3 dan secara visual
baik pada noda yang memiliki aktivitas menunjukkan warna hijau, merah, ungu,
antibakteri. Silika gel 60 F254 digunakan biru, atau hitam yang kuat maka
secara luas karena kelembaban mudah kemungkinan senyawa Noda I adalah
dikontrol, praktis dapat memisahkan hampir senyawa fenolik. (Harborne dkk, 1998)
semua senyawa dan cocok untuk hampir Noda II berwarna biru secara visual dan
semua jenis fase gerak (Harborne, 1998). memberikan noda berwarna gelap pada
Proses identifikasi menggunakan pereaksi panjang gelombang 254 nm. Oleh karena
semprot FeCl3 dan H2SO4 10%. FeCl3 itu, noda II kemungkinan adalah senyawa
digunakanuntuk mengidentifikasi senyawa fenolik. (Harborne dkk, 1998) Noda III
golongan fenolik dan tanin sedangkan memberikan warna kuning secara visual
H2SO4 10% untuk mengidentifikasi dan berwarna ungu setelah disemprot
senyawa golongan saponin. (Wagner dkk, dengan H2SO4 10% maka noda III adalah
1996) golongan senyawa saponin. (Kaur dkk,
Berdasarkan hasil identifikasi golongan 2015).
senyawa menggunakan pereaksi semprot.

Tabel III. Hasil Identifikasi Golongan Senyawa dengan Pereaksi Semprot


Warna Noda
Nilai Rf Perlakuan
Visual UV 254 UV 366
- hitam kecoklatan hitam Hitam
0,0 reagen FeCl3 hitam hitam pekat hitam pekat
reagen H2SO4 10% hitam hitam pekat hitam pekat
- biru coklat Hitam
0,18 Reagen FeCl3 hitam hitam hitam
Reagen H2SO4 10% hitam hitam hitam
- kuning kuning Hitam
0,67 Reagen FeCl3 - - -
Reagen H2SO4 10% Ungu Ungu Hitam

Senyawa fenolik adalah senyawa KESIMPULAN


yang dapat bersifat antibakteri dengan cara
memutuskan ikatan peptidoglikan ketika Ekstrak metanol daun bamban
melewati dinding sel. (Pelczar dkk, 2008) memiliki aktivitas anti bakteri terhadap
Sedangkan mekanisme aksi aktivitas bakteri Staphylococcus aureus. Golongan
antibakteri senyawa golongan saponin senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri
adalah pembentukan kompleks dengan adalah senyawa fenolik dan saponin.
sterol pada membran plasma sehingga
menghancurkan semipermeabilitas sel lalu Ucapan Terima Kasih
mengarah kepada kematian sel. Penulis mengucapkan terima
(Hostettmann dkk, 1995) Senyawa saponin kasih kepada Sabhan, S.Si., M.Si atas
juga dapat menghambat sintesis protein bantuan materi. dan Akhmad Khumaidi,
karena terakumulasi dan menyebabkan S.Si., M.Sc., Apt. atas bantuannya kepada
kerusakan komponen-komponen penyusun penulis selamat penelitian.
sel bakteri. (Brooks dkk, 2001)

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 93


SCIENTIA VOL. 7 NO. 2, AGUSTUS 2017

DAFTAR PUSTAKA Cambridge University Press, New


York.
Training Papers: Distillation with a Rotary Kaur, Rajinder, S. Arora dan A.K. Thukral,
Evaporator, English Version: 2015, Quantitative and Qualitative
Rosemary Hoegger, BUCHI Analysis of Saponins in Different
Labortechnik AG, Flawil, Plant Parts of Chlorophytum
Switzerland. borivilianum, International Journal
Buchi 20/40/60 Rule for Rotary of Pharma and Bio Sciences, 6(1):
Evaporators, University of 826 - 835
Wollongong, New South Wales, Kumala, Shirly, Risma Marisi Tambunan
Australia. dan Dede Mochtar, 2006, Uji
Brooks, G. F., J. S. Butel dan Morse, 2001. Aktivitas Anti-Bakteri Ekstrak Etil
Mikrobiologi Kedokteran. Asetat Kembang Pukul Empat
Terjemahan Bagian Mikrobiologi (Mirabilis Jalapa L.) dengan
Fakultas Kedokteran Universitas Metode Bioautografi, Jurnal
Airlangga. Salemba Medika, Farmasi Indonesia Vol. 3 No. 2: 78-
Jakarta. 83.
Cushnie, T.P. T. dan A.J. Lamb, 2005, Malini M., G. Abirami, V. Hemalatha dan
Review: Antimicrobial activity of G. Annadurai, 2013, Antimicrobial
flavonoids, International Journal of activity of Ethanolic and Aqueous
Antimicrobial Agents, Vol. 26: Extracts of medicinal plants against
343–356. waste water pathogens,
Daud, J.M., H.H.M. Hassan, R. Hashim and International Journal of Research in
M. Taher, 2011, Phytochemicals Pure and Applied Microbiology,
Screening and Antioxidant 3(2): 40-42.
Activities of Malaysian Donax Mustarichie, R., I. Musfiroh dan J. Levita,
Grandis Extracts, European Journal 2011, Metode Penelitian Tanaman
of Scientific Research, Vol.61, Obat, Widya Padjajaran, Bandung.
No.4: 572-577. Pelczar, M. J. dan E. C. S. Chan, 2008.
Diba, F., F.Yusro, Y.Mariani and K.Ohtani, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1.
2013, Inventory and Biodiversity of Universitas Indonesia Press,
Medicinal Plants from Tropical Jakarta.
Rain Forest Based on Traditional Rahayu, M., S. Sunarti, D. Sulistiarini, dan
Knowledge by Ethnic Dayaknese S. Prawiroatmodjo, 2006,
Communities in West Kalimantan Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Indonesia, Kuroshio Science Vol. secara Tradisional oleh
7,No. 1 : 75-80. Masyarakat Lokal di Pulau
Garna, H., 2001, Patofisiologi Infeksi Wawonii, Sulawesi Tenggara,
Bakteri pada Kulit, Sari Pediatri, Biodiversitas, Vol. 7, No. 3: 245-
Vol. 2, No. 4: 205 – 209. 250
Harborne, J. B., 1998,Phytochemical Ridho, E. A., 2013, Uji Aktivitas
Methods: A guide to modern Antioksidan Ekstrak Metanol Buah
techniques plant analysis, Edisi III, Lakum (Cayratia trifolia) dengan
Chapman & Hall, London. Metode DPPH (2,2-difenil-1-
Hariyadi, B. dan T. Ticktin, 2012, Uras: pikrilhidrazil), Skripsi, Program
Medicinal and Ritual Plants of Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
Serampas, Jambi Indonesia. Universitas Tanjungpura,
Ethnobotany Research & Pontianak.
Applications Vol. 10: 133-149. Saleem, M., Mamona Nazir, Muhammad
Hostettmann, K., dan Marston A., Shaiq Ali, Hidayat Hussain, Yong
1995,Saponins : Chemistry and Sup Lee, Naheed Riaz and Abdul
Pharmacology of Natural Products, Jabbar, 2009, Antimicrobial natural
products: an update on future

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 94


SCIENTIA VOL. 7 NO. 2, AGUSTUS 2017

antibiotic drug candidates, Natural


Product Reports, Vol. 27: 238–254.
Sen, A. dan A. Batra, 2012, Evaluation of
Antimicrobial Activity of Different
Solvent Extracts of Medicinal
Plant:Melia azedarach L.,
International Journal of Current
Pharmaceutical Research, Vol 4
(2):67-73.
Waksmundzka-Hajnos, M., Sherma, J., and
Kowalska, T., 2008, Thin Layer
Chromatography in
Phytochemistry, CRC Press, Boca
Raton.
Wagner, H. dan S. Bladt, 1996, Plant Drug
Analysis: A Thin Layer
Chromatography Atlas, second
edition, Springer-Verlag Berlin
Heidelberg New York, Berlin.
Windadri, F. I., M. Rahayu, T. Uji , dan H.
Rustiami, 2006, Pemanfaatan
Tumbuhan sebagai Bahan Obat
oleh Masyarakat Lokal Suku Muna
di Kecamatan Wakarumba,
Kabupaten Muna, Sulawesi
Tenggara, Biodiversitas, Vol. 7,
No. 4: 333-3.

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 95

Anda mungkin juga menyukai