Anda di halaman 1dari 16

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT PADA LANSIA


1. PENGERTIAN
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh
angka bagian atas (systolic) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa
(Spygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2013).
Tensi (tekanan darah) adalah banyaknya darah yang dipompakan jantung dikalikan
tahanan di pembuluh darah perifer. Adapun hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah
keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau
tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg (Wijoyo,
2011).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas batas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka
kematian (mortalitas). Tekanan yang abnormal tinggi pada pembuluh darah
menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan
kerusakan ginjal (Rusdi, et al, 2009).
2. PENYEBAB ATAU ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada (Ritu Jain, 2011) :
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Rahmawati, 2012).
5. PATHWAY
6. KLASIFIKASI
Menurut Herlambang (2013) penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal dengan
2 jenis klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan hipetensi secondary.
1. Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang
yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau
bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah
tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor
tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang
yang kurang olahraga pun mengalami tekanan darah tinggi.
2. Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan
darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti
gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada
ibu hamil tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu.
Terutama pada wanita yang berat badannya diatas normal atau gemuk (obesitas).
Hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau
bahkan menurun drastis.
7. GEJALA GLINIS
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah
sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah
yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut (Kristanti, 2013):
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
8. KOMPLIKASI
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan
hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat alias mematikan.
Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Hipertensi
menyatakan bahwa tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko serangan
jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Wahdah, 2011)
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya komplikasi kardiovaskular dan
merupakan masalah utama kesehatan masyarakat yang tengah mengalami transisi sosial
ekonomi. Dibandingkan dengan individu yang memiliki tekanan darah normal, penderita
hipertensi memiliki risiko terserang penyakit jantung koroner 2 kali lebih besar dan risiko
yang lebih tinggi untuk terserang stroke. Apabila tidak diobati, kurang lebih setengah dari
penderita hipertensi akan meninggal akibat penyakit jantung dan sekitar 33% akan
meninggal akibat stroke sementara 10 sampai 15 % akan meninggal akibat gagal ginjal.
Oleh sebab itu pengontrolan tekanan darah merupakan hal yang sangat penting (Junaidi,
2010).
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/ PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.
- BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
- Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.
- Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
- CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
- EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
- IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan
ginjal.
- Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
10. TERAPI/ PENANGANAN
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan (Ni Kadek, et al, 2014):
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d) Tidak menimbulkan intoleransi.
e) Diuretik (chlorthalidone chygraton)
f) Diuretika pengganti kalium
g) Inhibitor asenergik (propanolog iinderal)
h) Vaskodilaton (hydrolazine hydrocloride apresoline)
i) Penghambat enzim pengubah angiotensin (captropil capoten)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a) Pengkajian secara Umum:
a) Identitas Pasien
Hal -hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang
terdekat, alamat, nomor registrasi.
b) Pengkajian Persistem :
a) Sistem persarafan
- Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya)
- Cepatnya menurun hubungan persarafan
- Kurang sensitif terhadap sentuhan
- Mengecilnya saraf indera
b) Sistem pendengaran
- Presbiakusis atau hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi suara atau nada nada yang tinggi
- Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis
- Terjadiya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin
c) Sistem penglihatan
- Sfinger pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
- Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
- Lensa lebih suram ( kekeruhan pada lensa) menyebabkan gangguan
penglihatan
- Hilangnya daya akomodasi
- Menurunnya lapang pandang
- Menurunnya daya membedakan warna biru aau hijau
d) Sistem kardiovaskuler
- Elastisitas , dinding aorta menurun
- Katub jantung menebal dan menjadi kaku
- Kemampuan jantung menurun memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah brumur 20 tahun , hal ini yang menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya
- Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk ,
bisa menyebabkan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan
pusing mendadak)
- Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meninkatnya resisten dari
pembuluh darah perifer, sistolis normal 170 mmHg, diastolic normal 90
mmHg
e) Sistem repirasi
- Otot- otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
- Menurunnya aktivitas dari silia
- Paru paru kehilangan elastisitas , kapasitas esidu meningkat , menarik
napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan
kedalamn bernapas menurun
- Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
- O2 pada arteri menurun menjadi 75mmHg
- Co2 pada arteri tidak berganti
f) Sistem gastorintestinal
- Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal disease yang bisa
terjadi setelah umur 30 tahun
- Indera pengecap menurun
- esofagus melebar
- lambung : rasa lapar menurun , asam lambung menurun
- peristaltik melemah biasanya imbul konstipasi
- liver makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan ,
berkurangnya aliran darah
g) Sistem endokrin
- Produksi dari semua hromon menurun
- Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
- Menurunnya aktifitas tiroid dan daya pertukaran zat
- Menurun sekresi hormon kelamin : progesteron, estrogen dan testosteron.
h) Sistem kulit
- Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak
- Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi
serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis
- Pertumbuhan kuku lebih lebar, keras dan rapuh
- Kelenjar kringat berkurang jumlah dan fungsinya
i) Sistem muskuloskleletal
- Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
- Kifosis
- Pinggang, lutut dan jari pergelangan terbatas
- Discus intervertabralis menipis dan enjadi pendek
- Persendian membesar dan menjadi kaku
- Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
- Atrofi serabut, sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot - otot
kram dan menjadi tremor
c) Pengkajian Fungsional lansia

ADL (Activity Daily Living)


Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ Pengkajian ini meliputi obsservasi
kemampuan klien untuk melakukan aktivitas kehdupan sehari-hari/Activity Daily
Living (ADL)
a. INDEKS KATZ
Termasuk/katagori manakah klien?
Skore Kriteria:
Katagori Keterangan
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK), berpindah,
ke kamar kecil, mandi dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu
fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Lain-Lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F
Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang lain,
seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak melakukan fungsi
meskipun klien dianggap mampu
b. BARTHEL INDEKS
Termasuk yang manakah klien?
Item yang
NO Skor Nilai
dinilai
1 Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong,
2
mengoles mentega, dll
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung dengan orang lain
(Bathing) 1 = Mandiri 1

3 Perawatan 0 = Membutuhkan bantuan orang


diri lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan 1
muka, rambut, gigi, dan
bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung dengan orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (missal
2
mengancing baju)
2 = Mandiri
5 Buang air 0= Inkontinensia atau pakai kateter
kecil dan tidak terkontrol
(Bladder) 1 = Kadang inkotinensia (maks, 1x
2
24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk
lebih dari 7 hari)
6 Buang air 0 = Inkontinensia (tidak teratur
besar (Bowel) atau perlu enema)
1 = Kadang inkotinensia (sekali 2
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1= Membutuhkan bantuan, tapi
dapat melakukan beberapa hal 2
sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa 3
duduk (2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri

9 Mobilitas 0 = Imobilitas (tidak mampu)


1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantan satu
orang 3
3= Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu seperti
tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat
2
bantu)
2 = Mandiri
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
d) Pengkajian kognitif (menggunakan SPMSQ dan MMSE )
a. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status Questioner
(SPMSQ)
Instruksi :
- Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban

- Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10


pertanyaan.

Skore No Pertanyaan Jawaban


+ -
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon Anda?
Dimana alamat Anda?
(tanyakan bila tidak memiliki
telepon)
5 Berapa umur Anda?
6 Kapan Anda lahir?
7 Siapa Presiden Indonesia
sekarang?
8 Siapa Presiden sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu Anda?
10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu
seterusnya sampai bilangan
terkecil)
Keterangan :

- Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh


- Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
- Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
- Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat

b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan Mini Mental
Status Exam (MMSE)
Nilai Nilai pasien Pertanyaan
maksimum
Orientasi
5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari)
(bulan apa sekarang?)
5 Dimana kita: (Negara bagian)
(wilayah) (kota) (rumah sakit)
(lantai)?
Nilai Nilai pasien Pertanyaan
maksimum
Registrasi
3 Sebutkan nama 3 objek: 1 detik
untuk mengtakan masing-masing.
Beri 1 poin untuk setiap jawaban
yang benar
Perhatian dan kalkulasi
5 Seri 7’s 1 poin untuk setiap
kebenaran. Berhenti setelah 5
jawaban. Berganti eja “kata” ke
belakang
Mengingat
3 Meminta untuk mengulang ketiga
objek di atas. Berikan 1 poin
untuk setiap kebenaran
Bahasa
9 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tidak ada
jika, dan atau tetapi (1 poin)
Nilai total
Keterangan
- Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya
kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut

d) Pengkajian Status Emosional


Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah klien mengalami kesulitan tidur?
b. Apakah klien sering merasa gelisah?
c. Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?
d. Apakah klien sering was-was atau khawatir?
Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan?
b. Ada atau banyak pikiran?
c. Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain?
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
e. Cenderung mengurung diri?
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya”Masalah Emosional Positif (+)
e) PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
- Jelaskan kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang,sikap klien pada orang
lain, harapan-harapan klien dalam melakukan sosialisasi
f) PENGKAJIAN SPIRITUAL
- Kaji agama, kegiatan keagamaan, konsep/keyainan klien tentang kematian, harapan-
harapan klien, dan lain-lain.
g) PENGKAJIAN DEPRESI
- Menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS)
NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa puas TIDAK
dengan kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan banyak YA
kegiatan atau kesenangan akhir-akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/ YA
kosong di dalam hidup ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan? YA
5 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai harapan TIDAK
yang baik di masa depan?
6 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai pikiran YA
jelek yang mengganggu terus menerus?
7 Apakah Bapak/ Ibu memiliki semangat yang TIDAK
baik setiap saat?
8 Apakah Bapak/ Ibu takut bahwa sesuatu yang YA
buruk akan terjadi pada Anda?
9 Apakah Bapak/ Ibu merasa bahagia sebagian TIDAK
besar waktu?
10 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa tidak mampu YA
berbuat apa- apa?
11 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa resah dan YA
gelisah?
12 Apakah Bapak/ Ibu lebih senang tinggal YA
dirumah daripada keluar dan mengerjakan
sesuatu?
13 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir YA
tentang masa depan?
14 Apakah Bapak/ Ibu akhir – akhir ini sering YA
pelupa?
15 Apakah Bapak/ Ibu pikir bahwa hidup Bapak/ TIDAK
Ibu sekarang ini menyenangkan?
16 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa sedih dan YA
putus asa?
17 Apakah Bapak/ Ibu merasa tidak berharga akhir- YA
akhir ini?
18 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir YA
tentang masa lalu?
19 Apakah Bapak/ Ibu merasa hidup ini TIDAK
mengembirakan?
20 Apakah sulit bagi Bapak/ Ibu untuk memulai YA
kegiatan yang baru?
21 Apakah Bapak/ Ibu merasa penuh semangat? TIDAK
22 Apakah Bapak/ Ibu merasa situasi sekarang ini YA
tidak ada harapan?
23 Apakah Bapak/ Ibu berpikir bahwa orang lain YA
lebih baik keadaanya daripada Bapak/ Ibu?
24 Apakah Bapak/ Ibu sering marah karena hal- hal YA
yang sepele?
25 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa ingin TIDAK
menangis?
26 Apakah Bapak/ Ibu sulit berkonsentrasi? YA
27 Apakah Bapak/ Ibu merasa senang waktu TIDAK
bangun tidur di pagi hari?
28 Apakah Bapak/ Ibu tidak suka berkumpul di YA
pertemuan sosial?
29 Apakah mudah bagi Bapak/ Ibu membuat suatu TIDAK
keputusan?
30 Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap mudah YA
dalam memikirkan sesuatu seperti dulu?
Ket: Setiap jawaban yang “ SESUAI” diberi skor 1
- Skor 0-10 : Menunjukkan tidak depresi
- Skor 11-20 : Menunjukkan depresi ringan
- Skor 21-30 : Menunjukkan depresi sedang/ berat
h) Pengkajian Risiko Jatuh
1. Pengakjian dengan menggunakan MORSE Scale
Tgl
No Item Penilaian Jam
Skor IA 1 2 3 4
1 Usia
a. Kurang dari 60 0
b. Lebih dari 60 1
c. Lebih dari 80 2
2 Defisit Sensoris
a. Kacamata bukan bifokal 0
b. Kacamata bifokal 1
c. Gangguan pendengaran 1
d. Kacamata multifokal 2
e. Katarak/ glaukoma 2
f. Hamper tidak melihat/ 3
buta
3 Aktivitas
a. Mandiri 0
b. ADL dibantu sebagian 2
c. ADL dibantu penuh 3
4 Riwayat Jatuh
a. Tidak pernah 0
b. Jatuh< 1 tahun 1
c. Jatuh < 1bulan 2
3
d. Jatuh pada saat dirawat
sekarang

5 Kognisi
a. Orientasi baik 0
b. Kesulitan mengerti 2
perintah 2
c. Gangguan memori 3
d. Kebingungan 3
e. Disorientasi
6 Pengobatan dan Penggunaan
Alat Kesehatan
a. >4 jenis pengobatan 1
b. Antihipertensi/ 2
hipoglikemik/ 2
antidepresan 2
c. Sedative/
psikotropika/narkotika
d. Infuse/ epidural/ spinal/
dower catheter/ traksi
7 Mobilitas
a. Mandiri 0
b. Menggunakan alat bantu 1
berpindah 2
c. Kordinasi/ 3
keseimbangan 4
memburuk 4
d. Dibantu sebagian
e. Dibantu
penuh/bedrest/nirse
assist
f. Lingkungan dengan
banyak furniture
8 Pola BAB/BAK
a. Teratur 0
b. Inkotinensia urine/feses 1
c. Nokturia 2
d. Urgensi/frekuensi 3
9 Komorbiditas
a. Diabetes/ penyakit 2
jantung/ stroke/ ISK 2
b. Gangguan saraf pusat/ 3
Parkinson
c. Pasca bedah 0-24 jam

Total skor
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf
Catatan:
a. Pengkajian awal risiko jatuh dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit,
dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment)
b. Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom keterangan dengan
kode:
1) Setelah pasien jatuh (Post Falls) dengan kode: PF
2) Perubahan kondisi (Change of Condition) dengan kode: CC
3) Menerima pasien pindahan dari ruangan lain (On Ward Transfer) dengan
kode: WT
4) Setiap minggu (Weekly) dengan kode: WK
5) Saat pasien pulang (Discharge) dengan kode: DC
Kode ini dituliskan pada kolom keterangan
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular
2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik.. ?
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit..?
6. Resiko tinggi terhadap cedera .. ?

Catatan : yen ne nyambung ne anggon yen sink ane revisi e ken ibuk e anggon..

Okey?? Selamat mengerjakan wkwkwk

C. Rencana keperawatan
D. Implementasi
E. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Price , Sylvia Anderson Dan Wilson, Lorraine Mc. Carty, 2005 , Patofisiologi Konsep Klinis
Proses Proses Penyakit, (Ed.4, Buku 2), Terjemahan Oleh : Peter Anugrah, EGC :Jakrta

Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa


Aksara, Jakarta.
Bustan. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta

Cahyono, S. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Kanisius

Darmojo, R. Boedhi. (2010). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta:


FKUI.
Departemen Kesehatan RI. 2012. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia,
Jakarta.
Fauzi. I. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes dan
Hipertensi. Yogyakarta: Araska.

Junaedi, E. 2013. Hipertensi Kandas Berkat Herbal. Jakarta Selatan

Kristanti, H. 2013. Mencegah dan Mengobati 11 Penyakit Kronis. Citra Pustaka: Yogyakarta.
Ni Kadek, et al. 2014. Pengaruh Kombinasi Jus Seledri, Wortel dan Madu Terhadap Hipertensi
Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat. Artikel Penelitian, Stikes Bina Husada
Nugroho, W. (2010). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Rahmawati, R. 2012. Pengaruh Jus Seledri Kombinasi Wortel dan Madu Terhadap Penurunan
Tingkat Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Gresik (skripsi) from: http://www.google.com
, diakses 11 September 2015.
Rusdi, Nurlaela Isnawati. 2009. Awas Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi dan Diabetes.
Yogyakarta: Powerbooks publishing.

Ritu Jain. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia.

Wahdah, N. 2011. Menaklukan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multipress

Anda mungkin juga menyukai