Anda di halaman 1dari 16

MATA AJAR KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1 (KDK 1)

PENTINGNYA KONSEP CARING BAGI SEORANG PERAWAT

NAMA DOSEN :

Ns. Ni Made Sintha Pratiwi, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

Ida Ayu Istri Pradnya Monica

S1 Keperawatan

NIM : 19111110012

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

ADVAITA MEDIKA TABANAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunianya makalah “PENTINGNYA KONSEP
CARING BAGI SEORANG PERAWAT” ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu penugasan yang diberikan dalam Program Studi S1
Keperawatan Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan 1. Tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak , maka makalah ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan di
dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran, agar makalah ini bisa menjadi
lebih baik lagi. Terima Kasih.

Tabanan , 29 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….... 1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..……….... 2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….…... 3

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………..…. 4

1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………...... 4

1.3. Tujuan …………………………………….…………………………………..…. 5


1.4. Manfaat …………………………………………………………………. 5

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Caring Secara Umum ………………………………………………. 6

2.2. Persepsi Klien Tentang Caring ………………………………………………...... 7

2.3. Teori Caring Menurut Jean Watson …………………………………………….. 9

2.4. Perilaku Caring Dalam Praktik Keperawatan …………………………………… 11

2.5. Manfaat Caring ………………………………………………………………….. 12

2.6. Perbedaan Caring dan Curing ……………………………………………………. 13

BAB III. PENUTUP

3.1.Kesimpulan……………..………………………………………………...…….. 15
3.2.Saran ……………………………………………………………………………. 15

DAFTAR PUSTAKA….…………………………………………………………...….... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fungsi utama perawat adalah membantu klien (dari level individu hingga masyarakat),
baik dalam kondisi sakit maupun sehat, guna mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui
layanan keperawatan. Layanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik, mental,
dan keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan untuk dapat melaksanakan kegiatan
kehidupan sehari-hari secara mandiri (Asmadi, 2008, p.9).
Berbagai masalah yang terjadi pada saat ini, dari masalah kesehatan yang sederhana
sampai yang sangat kompleks telah menuntut perhatian berbagai kalangan kesehatan termasuk
keperawatan. Sistem kolaborasi yang baik dan koordinasi kegiatan yang terjadi antar disiplin
pemberi pelayanan diharapkan dapat mengantisipasi kompleksitas masalah kesehatan yang
terjadi. Oleh karena itu, kondisi ini mengharuskan profesi keperawatan untuk meningkatkan
diri agar tetap memberikan pelayanan keperawatan yang terintigrasi dan paripurna. Sifat
pelayanan kesehatan saat ini dan di masa mendatang lebih menekankan pada upaya
peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif). (Simamora, 2009, p.4).
Sebagai perawat, materi yang sangat penting dan menentukan adalah memahami
konsep caring dan mampu menanamkan dalam hati, disirami dan dipupuk untuk mampu
memperlihatkan kemampuan soft skill sebagai perawat, yaitu empati, bertanggung jawab dan
tanggung gugat, dan mampu belajar seumur hidup. Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh
perawat kalau mereka mampu memahami apa itu caring. Saat ini, caring adalah isu besar
dalam profesionalisme keperawatan. Mata ajaran ini mendeskripsikan tentang keperawatan
dasar dimana perawat akan mendalami konsep sebagai dasar ilmu keperawatan. Diharapkan
perawat mampu memahami tentang pentingnya perilaku caring sebagai dasar yang harus
dikuasai oleh perawat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan caring secara umum?


2. Bagaimana persepsi klien tentang caring?
3. Bagaimana teori caring menurut Jean Watson?
4. Bagaimana perilaku caring dalam praktik keperawatan?
5. Apa manfaat caring?
6. Bagaimana perbedaan caring dan curing?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian caring secara umum.
2. Memahami persepsi klien tentang caring.
3. Menjelaskan teori caring menurut Jean Watson.
4. Menjelaskan perilaku caring dalam praktik keperawatan.
5. Mengetahui manfaat dari caring.
6. Memahami perbedaan caring dan curing.

1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini sangat bermanfaat bagi penulis. Melalui penulisan makalah ini
penulis bisa mengetahui dan memahami tentang konsep caring dalam keperawatan
beserta teori-teorinya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN CARING SECARA UMUM
Secara bahasa, istilah caring diartikan sebagai tindakan kepedulian. Caring secara
umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain,
pengawasan dengan waspada, serta suatu perasaaan empati pada orang lain dan perasaan cinta
atau menyayangi.
Pengertian caring berbeda dengan care. Care adalah fenomena yang berhubungan
dengan orang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku kepada individu,
keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan aktual maupun
potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Sedangkan caring
adalah tindakan nyata dari care yang menunjukkan suatu rasa kepedulian.

Terdapat beberapa pengertian caring menurut beberapa ahli, antara lain :

a. Florence nightingale (1860)


caring adalah tindakan yang menunjukkan pemanfaatan lingkungan pasien dalam
membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan
tenang kepada pasien.
b. Delores gaut (1984)
caring tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna dimana
ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas.
c. Crips dan Taylor (2001)
caring merupakan fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana seseorang
berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain.
d. Rubenfild (1999)
caring yaitu memberikan asuhan, tanggunggung jawab, dan ikhlas.
e. Rubenfild (1999)
caring yaitu memberikan asuhan, dukungan emosional pada klien, keluarga, dan
kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.
f. Jean watson (1985)
caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan, dan
meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan kerabatnya secara verbal
maupun nonverbal.
g. Jean watson (1985)
caring merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan, dan
meningkatkan martabat manusia.
h. Barnum (1994)
caring memiliki makna yang bersifat aktivitas, sikap (emosional) dan kehati-hatian.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dipersingkat bahwa pengertian caring secara
umum adalah suatu tindakan moral atas dasar kemanusiaan, sebagai suatu cerminan perhatian,
perasaan empati dan kasih sayang kepada orang lain, dilakukan dengan cara memberikan
tindakan nyata kepedulian, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kondisi kehidupan
orang tersebut. Caring merupakan inti dari keperawatan.
2.2 PERSEPSI KLIEN TENTANG CARING
Penelitian tentang persepsi klien penting karena pelayanan kesehatan merupakan fokus
terbesar dari tingkat kepuasan klien. Jika klien merasakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan bersikap sensitif, simpatik, merasa kasihan, dan tertarik terhadap mereka sebagai
individu, mereka biasanya menjadi teman sekerja yang aktif dalam merencanakan perawatan
(Rangkuti, 2012).
Seringkali klien bertanya dalam hati “sejauh mana perawat care terhadap mereka”.
Perasaan bahwa klien diperhatikan sebagai individu membuat klien merasa aman walaupun ia
dalam keadaan sakit atau bahaya. Pada umumnya klien merasa cemas saat kontak dengan
perawat, sehingga sikap perawat yang memerhatikan, mau membantu dan menghargai klien
akan membantu mengurangi kecemasan klien. Sikap caring juga akan meningkatkan
kepercayaan klien kepada perawat (Sitorus, 2009, pp. 8-9).
Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku caring yang dimiliki
perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan
dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson(1991) menjelaskan tentang proses
caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup
seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti
melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam
menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup.
Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai caring menegaskan apa
yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien menilai efektivitas perawat
dalam menjalankan tugasnya. Klien juga menilai pengaruh dari pelayanan keperawatan. Sikap
pelayanan yang dinilai klien terdiri dari bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang
bermakna bagi klien, menjaga kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian penuh.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring. Untuk
alasan tersebut, fokuskan pada membangun suatu hubungan yang membuat perawat
mengetahui apa yang penting bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien yang takut untuk
dipasang kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat yang belum terampil dalam
memasukkan kateter intravena. perawat tersebut memutuskan bahwa klien akan lebih
diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil daripada memberikan penjelasan
prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan mengetahui siapa klien, dapat membantu
perawat dalam memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien (Rangkuti,
2012).
Perbedaan persepsi klien dapat terlihat dari contoh berikut. Contoh pertama, perawat
masuk ke kamar klien dengan memberi salam dan senyuman, lalu melakukan kontak mata,
kemudian duduk, menyentuh klien dan bertanya tentang apa yang ada dipikiran klien lalu
mendengarkannya, kemudian memeriksa cairan intravena, mengkaji, dan memeriksa
rangkuman tanda vital klien sebelum meninggalkan ruangan. Contoh kedua, perawat masuk ke
kamar klien kemudian memeriksa cairan intravena, memeriksa rangkuman tanda vital,
melakukan salam tanpa duduk dan menyentuh klien, perawat bertanya tentang keadaan klien
kemudian pergi.
Pada contoh pertama terlihat kepedulian dan keramahan perawat sehingga klien merasa
nyaman. Contoh kedua mengekspresikan ketidakpedulian terhadap masalah klien sehingga
klien merasa kurang nyaman. Persepsi klien dapat berbeda - beda karena semua klien memiliki
ciri khas. Persepsi klien menjadi hal yang penting bagi perawat dalam meningkatkan
kemampuan (Tarida & Sauliyusta, 2011, pp. 5-6).
Penelitian terhadap persepi klien penting karena pelayanan merupakan focus terbesar
dari tingkat kepuasan klien. Tingkat kepuasan klien dapat dinilai dari bagaimana klien
menggunakan sistem pelayanan kesehatan. Apa keuntungan yang klien dapat juga sebagai
indikator tingkat kepuasan klien.
Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi kenyamanan,
menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta mudah berbagi perasaan yang
dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat perawat melakukan tindakan caring. Pelayanan
keperawatan yang baik terdiri dari perhatian yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta
perilaku caring. Kepuasan klien tidak hanya terlihat dari kepuasan pelayanan kesehatan tetapi
juga kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.
Kepuasan klien juga merupakan faktor penting dalam memutuskan kembali untuk
berobat atau menjalani tindakan keperawatan. Tindakan caring membangun kepercayaan klien
terhadap kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan. Kepercayaan pada tindakan
keperawatan juga memunculkan kepercayaan terhadap institusi kesehatan.
Hal yang penting adalah mengetahui bagaimana klien menerima caring dan pendekatan
apa yang paling baik dalam menyelenggarakan pelayanan. Sikap caring merupakan permulaan
yang baik. Hal ini juga penting untuk menjelaskan persepsi dan harapan khusus klien.
Membangun suatu hubungan yang baik terhadap klien dapat membantu perawat mengetahui
apa yang penting bagi klien. Sikap ini juga membantu perawat mengatasi perbedaan antara
persepsi perawat dan klien tentang caring. Perawat harus mengetahui siapa klien dan mengenali
klien agar suatu hubungan yang baik terwujud dan perawat mampu memilih pendekatan yang
sesuai dengan kebutuhan klien.
Etika Pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang ideal,
memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti perawat. Sikap
pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai standar etika untuk tujuan
dan motivasi yang baik. Tata etika merujuk padakebiasaan yang benar dan yang salah. Salam
setiap pertemuan dengan klien, perawat harus mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara
etika. Etika keperawatan bersikap unik, sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan
hanya berdasarkan prinsip intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan sikap
perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai penolong klien,
memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan memberikan prioritas
kepada klien dengan kepribadian khusus.
Nurse Caring Behavior (Rangkuti 2012).
1. Persepsi Klien Wanita ( Riemen, 1986 )
a. Berespon terhadap keunikan klien
b. Memahami dan mendukung perhatian klien
c. Hadir secara fisik
d. Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa dihargai
sebagai manusia
e. Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
f. Menunjukkan perhatian yang memberi kenyamanan dan merelaksasi klien.
g. Bersuara halus dan lembut
h. Memberi perasaan nyaman
2. Persepsi Klien Pria ( Riemen, 1986 )
a. Hadir secara fisik sehingga klien merasa dihargai
b. Kembali ke klien dengan sukarela tanpa diminta
c. Membuat klien merasa nyaman, relaks, dan aman.
d. Hadir untuk memberi kenyamanan dan memenuhi kebutuhan klien sebelum
diminta
e. Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
3. Persepsi Klien Kanker dan Keluarga ( Mayer, 1986 )
a. Mengetahui bagaimana memberikan injeksi dan mengelola peralatan
b. Bersikap ceria
c. Mendorong klien untuk menghubungi perawat bila klien mempunyaimasalah
d. Mengutamakan atau mendahulukan kepentingan klien
e. Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat
4. Persepsi Klien Dewasa yang Dirawat ( Brown, 1986 )
a. Kehadirannya menentramkan hati
b. Memberikan informasi
c. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan profesional
d. Mampu menangani nyeri atau rasa sakit
e. Memberi waktu yang lebih banyak dari yang dibutuhkan
f. Mempromosikan otonomi
g. Mengenali kualitas dan kebutuhan individual
h. Selalu mengawasi klien
5. Persepsi dari Keluarga
a. Jujur
b. Memberikan penjelasan dengan jelas
c. Selalu menginformasikan keluarga
d. Mencoba untuk membuat klien nyaman
e. Menunjukkan minat dalam menjawab pertanyaan
f. Memberikan perawatan emergensi bila perlu
g. Menjawab pertanyaan anggota keluarga secara jujur, terbuka dan ikhlas
h. Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
i. Mengajarkan keluarga cara memelihara kondisi fisik yang lebih nyaman

2.3 TEORI CARING MENURUT JEAN WATSON


Caring merupakan sentral praktik keperawatan, tetapi hal ini lebih penting dalam
kekacauan lingkungan pelayanan kesehatan saat ini. Kebutuhan, tekanan, batas waktu dalam
waktu pelayanan kesehatan saat ini. Kebutuhan, tekanan, batas waktu dalam lingkungan
pelayanan kesehatan berada dalam ruang kecil praktik 14 caring yang membuat perawat dan
profesi kesehatan klien (Watson, 2006 dalam Potter dan Perry, 2006). Watson menjelaskan
bahwa konsep dia didefinisikan untuk membawa arti baru untuk paradigma keperawatan adalah
“berasal dari pengalaman empiris klinis dilantik dikombinasikan dengan latar belakang filsafat
saya, intelektual dan experiental : dengan demikian pekerjaan awal saya muncul dari nila
sendiri-sendiri, keyakinan, dan persepsi tentang kepribadian, kehidupan, kesehatan, dan
persepsi tentang kepribadian, kehidupan, kesehatan, dan penyembuhan ( Watson, 1997 dalam
Tomey & Alligood, 2006).
Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai person as a
whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan sehat sebagai kondisi
yang utuh dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian
antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan. Dari beberapa konsep sehat sakit di
atas dapat dikemukakan beberapa hal prinsip, antara lain:
1. Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya
multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara faktor-faktor yang
mempengaruhi.
2. Kondisi sehat dapat dicapai, karena adanya kemampuan seseorang untuk beradaptasi
terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik tertentu,
tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan yang
dinamis.
Fokus keperawatan ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit dan
dibangun dari sepuluh faktor karatif, yang meliputi :
a. Pembentukan sistem humanistic dan altruistic
Nilai-niai humanistic dan altruistic dipelajari sejak awal kehidupan tetapi dapat
dipengaruhi dengan sangat oleh para pendidik perawat. Faktor ini dapat
didefinisikan sebagai kepuasan melalui pemberian dan perpanjangan dari kesadaran
diri.
b. .Penanaman (melalui pendidikan) Faith-Hope
Merupakan hal yang sangat penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu selalu
memiliki berpikir positif sehingga dapat menularkan kepada klien yang akan
membantu meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraan klien.
c. Pengembangan sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain
Karena pikiran dan emosi seseorang adalah jendela jiwa.
d. Pengembangan hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya
Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang
memfasilitasi untuk penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk dalam
hal ini, kejujuran, empati, kehangatan dan komunikasi efektif
e. Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan baik ekpresi
perasaan positif maupun negatif f
f. Menggunakan metode ilmiah dan menyelesaikan masalah dan pengambilan
keputusan
g. Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar yang bersifat
interpersonal
h. Menciptakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan meningkatkan atau
memperbaiki keadaan mental, sosial, kultural dan lingkungan spiritual
i. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias
(kebutuhankebutuhan survival, fungsional, integratif dan grup)
j. Mengembangkan kekuatan faktor excistensial phenomenologic
Dalam praktik keperawatan “caring” ditujukan untuk perawatan kesehatan yang
holistik dalam meningkatkan kontrol, pengetahuan dan promosi kesehatan (Tomey
& Alligood, 2006).
Asumsi dasar teori watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi kerangka kerja
dalam pengembangan teori, yaitu:
a. Caring dapat dilakukan dan dipraktikan secara interpersonal.
b. Caring meliputi faktor-faktor karatif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
c. Caring yang efektif akan menigkatkan status kesehatan dan perkembangan individu
dan keluarga.
d. Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang
berdasarkan saat ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa depannya.
e. Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan keluasan
memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.
f. Caring bersifat healthogenic daripada sekedar curing. Praktek caring mengitegrasikan
pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan. Dan untuk
membantu pasien yang sakit, dimana caring melengkapi curing.
g. Caring merupakan inti dari keperawatan (Tomey & Alligood, 2006).

Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson (1979, dalam Tomey
& Alligood, 2006) meliputi:
1. Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin
dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu) Manusia pada
dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa dimiliki dan
merasa menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan merasa dicintai dan
merasa mencintai.
2. Konsep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan fungsi
sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan
fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan
terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson menekankan pada usaha-usaha
yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut.
3. Konsep tentang lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam
setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke
generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya
sebagai strategi untuk melakukan mekanisme koping terhadap lingkungan tertentu.
4. Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring
ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

2.4 PERILAKU CARING DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN


Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi
orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta
atau menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting
terutama dalam praktik keperawatan (Sartika, 2010).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi
sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga menekankan
harga diri individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu
menghargai klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.
Tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat untuk care terhadap orang lain.
Aspek ini adalah aspek kontrak, aspek etika, dan aspek spiritual dalam caring terhadap orang
lain yang sakit.
1. Aspek kontrak
Telah diketahui bahwa, sebagai profesional, kita berada di bawah kewajiban
kontrak untuk care. Radsma (1994) mengatakan, “perawat memiliki tugas
profesional untuk memberikan care”. Untuk itu, kita sebagai perawat yang
profesional diharuskan untuk bersikap care sebagai kontrak kerja kita.
2. Aspek etika
Pertanyaan etika adalah pertanyaan tentang apa yang benar atau salah, bagaimana
membuat keputusan yang tepat, bagaimana bertindak dalam situasi tertentu. Jenis
pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat memberikan asuhan. Seorang
perawat harus care karena hal itu merupakan suatu tindakan yang benar dan sesuatu
yang penting. Dengan care perawat dapat memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
3. Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain adalah ide
utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang religious adalah orang yang
care, bukan karena dia seorang perawat tetapi lebih karena dia adalah anggota suatu
agama atau kepercayaan, perawat harus care terhadap klien.
Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan mengembangkan hubungan
saling percaya antara perawat dan klien. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan
bentuk komunikasi untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Perawat bertindak dengan
cara yang terbuka dan jujur. Empati berarti perawat memahami apa yang dirasakan klien.
Ramah berarti penerimaan positif terhadap orang lain yang sering diekspresikan melalui bahasa
tubuh, ucapan tekanan suara, sikap terbuka, ekspresi wajah, dan lain-lain (Kozier & Erb, 1985
dalam Nurachmah, 2001).
Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif yaitu kebutuhan biofisik,
psikososial, psikofisikal dan interpersonal klien. Pemenuhan kebutuhan yang paling mendasar
perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat yang selanjutnya. Perawat juga harus memberikan
informasi kepada klien. Perawat bertanggungjawab akan kesejahteraan dan kesehatan klien.
Caring mempuyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan seharusnya
tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien, bukan dianggap sebagai sesuatu yang
sulit diwujudkan dengan alasan beban kerja yang tinggi, atau pengaturan manajemen asuhan
keperawatan ruangan yang kurang baik. Pelaksanaan caring akan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan, memperbaiki image perawat di masyarakat dan membuat profesi keperawatan
memiliki tempat khusus di mata para pengguna jasa pelayanan kesehatan.

2.5 MANFAAT CARING


Pemberian pelayanan keperawatan yang didasari oleh perilaku caring perawat mampu
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penerapan caring yang diintegrasikan dengan
pengetahuan biofisikal dan pengetahuan mengenai perilaku manusia akan dapat meningkatkan
kesehatan individu dan memfasilitasi pemberian pelayanan kepada pasien. Watson (1979
dalam Tomey & Alligod, 2006) menambahkan bahwa caring yang dilakukan dengan efektif
dapat mendorong kesehatan dan pertumbuhan individu. Selain itu, William (1997) dalam
penelitiannya, menemukan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi mengenai
perilaku caring perawat dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Dengan
demikian, perilaku caring yang ditampilkan oleh seorang perawat akan mempengaruhi
kepuasan klien.
Perilaku caring perawat tidak hanya mampu meningkatkan kepuasan klien, namun juga
dapat menghasilkan keuntungan bagi rumah sakit. Godkin dan Godkin (2004) menyampaikan
bahwa perilaku caring dapat mendatangkan manfaat finansial bagi industri pelayanan
kesehatan. Issel dan Khan (1998) menambahkan bahwa perilaku caring staff kesehatan
mempunyai nilai ekonomi bagi rumah sakit karena perilaku ini berdampak bagi kepuasan
pasien. Dengan demikian, secara jelas dapat diketahui bahwa perilaku caring perawat dapat
memberikan kemanfaatan bagi pelayanan kesehatan karena dapat meningkatkan kesehatan dan
pertumbuhan individu serta meningkatakan kepuasan pasien sehingga akan meningkatkan
kunjungan pasien ke rumah sakit dan pada akhirnya memberikan keuntungan finansial bagi
rumah sakit.

2.6 PERBEDAAN CARING DAN CURING


Perawat memerlukan kemampuan khusus saat melayani orang atau pasien yang sedang
menderita sakit. Kemampuan khusus tersebut mencakup keterampilan intelektual, teknikal, dan
interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring (Johnson, 1989). Caring merupakan
fenomena universal yang berhubungan dengan bagaimana seseorang berpikir, berperasaan, dan
bersikap terhadap orang lain. Dalam teori caring, human care merupakan hal yang mendasar.
Human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga atau
mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain, mencari arti dalam sakit,
penderitaan, dan keberadaannya serta membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan
dan pengendalian diri (Pasquali dan Arnold, 1989 dan Watson, 1979). Di samping itu, Watson
dalam Theory of Human Care mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi
yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi
pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.
Dari sini kita tahu, caring bukan semata-mata perilaku. Sikap caring dalam memberikan
asuhan keperawatan, perawat menggunakan keahlian, katakata yang lemah lembut, sentuhan,
memberikan harapan, selalu berada di samping klien, dan bersikap sebagai media pemberi
asuhan (Carruth et al., 1999). Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk
kinerja perawat dalam merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah
perawat bermutu atau tidak. Caring sebagai inti profesi keperawatan dan fokus sentral dalam
praktik keperawatan, bersifat universal dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang
ditentukan oleh dan terjadi dalam konteks budaya. Di dalamnya memiliki makna yang bersifat
aktifitas, sikap (emosional) dan kehati-hatian (Barnum, 1994).
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner (1989)
menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan. Diperkirakan bahwa sekitar ¾
pelayanan kesehatan merupakan caring sedangkan ¼ -nya merupakan curing. Sebagai seorang
perawat, kemampuan care dan cure harus dipadukan secara seimbang sehingga menghasilkan
asuhan keperawatan yang optimal untuk klien. Curing sendiri memiliki pengertian yaitu upaya
kesehatan dari kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati pasien. Selain itu juga dapat
dipahami bahwa curing merupakan ilmu yang empirik, mengobati berdasarkan bukti/data dan
mengobati dengan patofisiologi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Hall (1969) mengemukakan perpaduan kedua aspek tersebut. Menurutnya, care
merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Sedangkan cure merupakan
dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan keperawatan secara total
kepada klien, maka kedua aspek ini harus dipadukan (Julia, 1995). Namun, tetap ada perbedaan
yang jelas diantara keduanya. Dalam UU no. 23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyembuh
penyakit dilaksanakan oleh tenaga dokter dan perawat melalui kegiatan pengobatan dan/ atau
keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan. Dari situ terlihat bahwa antara caring dan curing
terdapat perbedaan. Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas
sekundernya. Begitu pula curing, curing merupakan tugas primer dokter dan caring sebagai
tugas sekundernya. Curing merupakan komponen dalam caring. Karena di dalam caring
termasuk salah satunya adanya kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk membantu
penyembuhan klien. Jadi, tetap mempunyai hubungan yang saling melengkapi.
Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis,
intervensi, dan tujuannya. Di dalam caring terdapat diagnosis keperawatan yang merupakan
suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon
klien. Sedangkan di dalam curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang
mengungkapkan penyakit yang diderita klien. Dengan kata lain dapat disebut diagnosa
penyakit. Dalam caring lebih dititik-beratkan pada kebutuhan dan respon klien untuk
ditanggapi dengan pemberian perawatan. Berbeda dengan curing lebih memperhatikan
penyakit yang diderita serta penanggulangannya.
Selain itu, dapat juga dilihat dari intervensinya. Intervensi keperawatan (caring) yaitu
membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis, sosial, dan spiritual dengan
tindakan keperawatan yang meliputi intervensi keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan,
dan konseling. Sedangkan intervensi kedokteran (curing) lebih ke melakukan tindakan
pengobatan dengan obat (drug) dan tindakan operatif. Dari sini dapat dipahami bahwa caring
memperhatikan klien dari aspek fisik, psikologi, sosial, serta spiritualnya sedangkan curing
menekankan pada aspek kesehatan dan fisik kliennya.
Satu hal lagi yang dapat dipahami dari perbedaan caring dan curing yaitu dari aspek
tujuan. Tujuan dari perilaku caring, yaitu:
1. Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.
2. Membantu pasien/ klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi
kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, dan meningkatkan fungsi
dari tubuh pasien.
Sedangkan tujuan dari kegiatan curing adalah menentukan dan menyingkirkan
penyebab penyakit atau mengubah problem penyakit dan penanganannya.
Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa caring lebih
kompleks daripada curing. Karena caring memberikan pelayanan yang menyangkut seluruh
kebutuhan pasien baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. Curing hanya bagian dari
caring. Sebagai seorang perawat, kita harus mampu membedakannya dan melakukan caring
dengan sebaik-baiknya. Kesejahteraan klien didapat dari totalitas kita dalam melakukan caring.
Caring tidak akan pernah lepas dari profesi keperawatan. Karena caring merupakan esensi
keperawatan itu sendiri.
BAB III
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya
kepada klien. Dalam caring terdapat tiga makna yang ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu
memberi perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas. Perawat, sebagai profesional, berada di
bawah kewajiban kontrak untuk care. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari
perilaku caring yang dimiliki perawat. Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi
klien, memberi kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta
mudah berbagi perasaan yang dimilikinya.
Watson mengemukakan sepuluh faktor carativ yang menjadi fokus keperawatan dalam
promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit klien. Diantaranya yaitu pembentukan sistem
humanistic dan altruistic, penanaman(melalui pendidikan) Faith-Hope, pengembangan
sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain, dan lain-lain. Caring dalam praktik
keperawatan dapat dilakukan dengan mengembangkan hubungan saling percaya antara
perawat dan klien. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi
untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Selain itu caring juga dapat ditunjukan oleh
perawat melalui tindakan sebagai berikut :
1. Mengenalkan diri serta membuat kontrak hubungan
2. Menyebut klien dengan namanya
3. Menggunakan sentuhan
4. Meyakinkan klien, perawat akan membantu
5. Memenuhi kebutuhan dasar klien dengan ikhlas

Dalam kesehatan selain ada caring juga ada curing. Perbedaan antara caring dan curing
dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis, intervensi, dan tujuannya. Di dalam caring terdapat
diagnosis keperawatan yang merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan
penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di dalam curing terdapat
diagnosis medis yaitu suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit yang diderita klien.
Untuk itu sebagai seorang perawat kita harus bangga karena kita melakukan tindakan yang
mulia yaitu care, merawat. Namun, sebagai professional, kita harus melakukan semua itu
dengan penuh rasa ikhlas.

3.2.SARAN
Sebagai seorang perawat atau calon perawat sikap caring harus dipraktikkan dalam
kehidupan sehari - hari, agar perilaku caring tumbuh secara alami dalam jiwa perawat. Ketika
menghadapi klien, perawat dengan mudah memberikan asuhan keperawatan. Klien yang sakit
kadang hanya butuh perhatian dan empati dari seseorang yang merawatnya agar ia lebih
semangat dalam menghadapi penyakitnya. Oleh karena itu sebagai perawat disarankan agar
benar - benar paham tentang perilaku caring ini.
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A, Anne G. Perry. 2009. Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika.

Taylor,carol.lilis,carol dan lemone,priscilla 1997,Fundamentals of Nursing 3nd


ed,phidelphia:Lippincott

http://staff.ui.ac.id/internal/132014715/material/PerilakuCaringdalamPemberianAsuhanKeper
awatan.pdf ( diakses tanggal 29 September 2019 )

http://www.scribd.com/doc/44891595/Caring-Menurut-Watson (diakses tanggal 29September


2019)

http://staff.undip.ac.id/psikfk/meidiana/2010/06/04/konsep-caring/ (diakses tanggal 29


September 2011)

Anda mungkin juga menyukai