Anda di halaman 1dari 7

Supervisi keperawatan

Supervisi merupakan upaya membantu pembinaan dan peningkatan


kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas tugas
kegiatan yng telah ditetapkan secara efisien dan efektif ( sudjana, 2004). Arief
(1987) merumuskan supervisi sebagai suatu proses kegiatan dalam upaya
meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga pelaksana program, sehingga
program itu dapat terlaksana sesuai dengan proses dan hasil yang diharapkan.
Supervisi keperwtan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan
secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan
keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan
yang bermutu setiap saat (Dipkes,2000).

Berdasarkan koesioner yang disebarkan kepada perawat di Ruang Teratai


100% perawat berpendapat mengerti tentang supervise,91% perawat berpendapat
supervisi telah dilakukan diruanan Teratai,dan 82% selalu ada feed back dari
supervisor untuk setiap tindakan Saat dilakukan wawancara kepada perawat
menyatakan bahwa supervisi tindakan asuhan keperawatan belum ada, dan
supervisi askep juga belum ada diakibatkan keterbatasan waktu.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan dan perawat di Ruang Teratai
ysng dilakukan pada tanggal 19 november 2019, supervise diruangan dilakukan
rutin setiap hari dimana waktunya adalah pada sore hari untuk Tim dari supervise
ini sendiri ada 5 orang kepala ruangan yang ditugaskan untuk melakukan
supervise dari masing-masing ruangan dari kepala ruangan
(IRJ,UGD,TULIP,DAHLIA,dan TERATAI)

Supervise ini hanya menccari apakah ada masalah dari tiap-tiap ruangan,
maka akan dibahas bersama untuk mencari jalan keluar dari masalah-masalah
tersebut. Hal- hal yang disupervisi adalah salah satunya tentang jumlah px, jumlah
Bad, jumlah Perawat Ruangan dan permasalahan yang ada di ruangan. Untuk
supervise asuhan keperawatan, tindakan keperawatan, status pasien,discharge
planning, timbang terima, kebersihan dan kinerja adtibut masih belum dilakukan
supervise. Untuk supervise sentralisasi obat dilakukan 1minggu sekali oleh kepala
farmasi

Alur Supervisi di RS Dian Husada Mojokerto

Layanan Medis Kabid keperawatan

Supervisi

Menetapkan kegiatan dan Ruangan Rawat


tujuan serta instrmen/ alat Inap
ukur

Menyelesaikan
Permasalahan

Kondisi pemecahan Kualitas pelayanan


masalah meningkat

Keterangan kegiatan supervise delegasi & supervisi

Discharge Planning
Discharge Planning merupakan suatu rencana yang disusun untuk klien,
sebelum keluar dari rumah sakit yang dimulai dari rumah sakit yang dimulai dari
mengumpulankan data sampai dengan masuk area perawatan yang meliputi
pengkajian, rencana perawatan, implementasi, evaluasi ( Fisbach,2004).
Discharge Planning adalah suatu pendekatan interdisipliner meliputi pengkajian
kebutuhan klien tentang perawatan kesehatan di luar rumah sakit, disertai dengan
kerjasama dengan klen dan keluarga klien dalam mengembangkan rencana-
rencana perawatan setelah perawatan di RS ( Brunner & Suddart, 2002)

Berdasarkan koesioner yang disebarkan kepada perawat di Ruang Teratai


100% perawat berpendapat telah melakukan discharge planning,dan sudah
melakukan pendokumentasian dari discharge planning yang sudah dilakukan.

Berdasarkan pengkajian wawancara dengan KARU yang dilakukan pada


tanggal 19 november 2019 Discharge Planning di Ruangan Teratai kelas II
dilakukan secara optimal pada semua pasien yang menjalani rawat inap oleh
perawat dan dokter yang ada pada ruangan,setiap pasien yang akan pulang
dilakukan discharge planning bersama perawat dan juga dokter yang jaga pada
hari tersebut. Beberapa kendala dari kegiatan ini belum tersedianya leaflet untuk
discharge planning, ada leaflet tetapi hanya dari pihak ahli gizi tentang Diet.

Alur perencanaan Discharge Planning Di Ruang Rawat Teratai RS Dian


Husada Mojokerto
Px MRS

Dokter tim KARU/ KATIM PJ dan PA


kesehatan lain

Keadaan Px
- Klinis dan pemeriksaan
penunjang
- Tingkat ketergantungan px

Perencanaan pulang /
Discharge Planning

Adminitrasi Farmasi

Program HE:
- Penjelasan
sekilas
tentang sakit
Px

Dokumen Discharge
planning

Px KRS
Pengelolahan Sentralisasi Obat

Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolahan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam, 2007).

Berdasarkan hasil wawancara dengan KARU dan Farmasi didapatkan


bahwa sentralisasi obat di Ruang Teratai kelas II ada kolektif dan umum,
pengelolahan sentralisasi obat diruang Teratai adalah dilakukan dengan
modifikasi, untuk pasien BPJS ( BPJS PBI dan BPJS non PBI), umum,ansuransi.
Baik obat oral maupun injeksi telah dilakukan sistem sentralisasi dimana
prakteknya menggunakan UDD (unit disentralisasi drugs). Alur sentralisasi obat
Rawat inap adalah obat diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan oleh
perawat, setelah itu resep diberikan ke depo farmasi. Kemudian farmasi
mengantar ke perawat dalam kemasan perdosis pemberian.setelah obat sudah
diterima baru ke keluarga pasien. Dan untuk lembar serah terima obat hanya
dimiliki oleh depo farmasi yang ditanda tangani oleh perawat. Sedangkankan
untuk penjelasan obat ke keluarga hanya dilakukan pada pasien UMUM jika ada
obat yang harganya lebih dari Rp.200.000,- Sedangkan untuk Alur sentralisasi
obat Rawat Jalan adalah obat diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan ke
perawat, setelah itu resep diberikan ke depo Farmasi. Setelah itu obat di berikan
ke keluarga pasien dengan di sertai KIE. Setelah itu berdasarkan resep obat yang
diserahkan ke keluarga dalam kemasan perdosis, dengan tanda bukti lembar serah
terima obat apa saja yang sesudah diberikan kepada keluarga pasien, maka
keluarga pasien atau pasien diminta untuk tanda tangan pada form pemberian
obat. Hal ini dapat dijadikan bukti bahwa obat benar-benar diberikan kepada
pasien.

Berdasarkan observasi dan juga menanyakan pada perawat dan


farmasi,obat setiap pasien sesuai dengan saran dokter, sedangkan dalam
pengelolahan maupun pendistribusian dilakukan oleh perawat. Dalam
pelaksanaannya di Ruang Teratai kelas II obat yang sudah diresepkan oleh dokter
diserahkan pada perawat dan kemudian untuk dibawah ke depo farmasi oleh depo
farmasi setelah dilakukan dokumentasi obat-obat tersebut (untuk masing-masing
pasien) diserahhkan kepada perawat untuk sehari penuh. Setelah itu, obat yang
sudah disiapkan tersebut di koreksi kembali sesuai dengan pasien masing-masing
meliputi dosis dan waktu pemberian juga identitas (nama pasien yang mendapat
obat tersebut). Hal tersebut dilakukan sesuai dengan masing shiff setiap harinya.
Dari pelaksanaan dari sentralisasi tersebut, hal yang belum dilakukan secara
efektif adalah belum adanya informed consend mengenai proses sentralisasi yang
dilakukan dari depo pada perawat setelah keluarga menyerahkan resep pada depo.
Keluarga mendapatkan penjelasan mengenai fungsinya terkait keadaan pasien.
Pelaksanaan sentralisasi obat di Ruang Teratai kelas II dilakukan dengan baik
sesuai dengan teori UDD. Dalam hal ini inform consend sentralisasi obat kepada
pasien juga sudah dilakukan dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara 20 november 2019 didapatkan data sebagai berikut:

BPJS ( BPJS PBI dan


BPJS non PBI ),umum, Resep Dokter
Ansurasi

Keluarga Perawat Farmasi Perawat

Alur Sentralisasi obat di Ruang Rawat Inap Teratai kelas II RS Dian Husada
BPJS ( BPJS PBI dan Resep Dokter
BPJS non PBI ),umum,
Ansurasi

Keluarga Farmasi Perawat

Alur Sentralisari Obat Pasien Rawat Jalan

Anda mungkin juga menyukai