Anda di halaman 1dari 6

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Audit Keperawatan
2.1.1 Definisi
Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap
mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien. Hal ini cukup
penting karena kekurangan dalam pelayanan keperawatan dapat mengancam
jiwa dan kehilangan nyawa klien. Di samping itu, tuntutan akan pelayanan
keperawatan yang baik dan bermutu semakin meningkat dengan
meningkatnya pengetahuan masarakat dan kesadaran tentang kesehatannya.
Agar terhindar dari tuntutan itu, perawat dituntut untuk memberikan
pelayanan kepada klien sesuai dengan standar profesi yang berlaku serta
memuaskan klien.
Pengertian menurut GILLIES (1994) adalah suatu proses analisa data
yang menilai tentang proses keperawatan/hasil asuhan keperawatan pada
pasien untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan tindakan keperawatan
akan bertanggung jawab hal ini akan meningkatkan akuntabilitas dari
perawat.
2.1.2 Klasifikasi
Audit keperawatan ada dua macam, yaitu :
1. Audit kasus (insiden) keperawatan, adalah proses evaluasi secara
professional terhadap mutu profesi tenaga keperawatan dan
pelayanan asuhan keperawatan oleh tenaga keperawatan berdasarkan
peristiwa yang terjadi selama proses pelayanan asuhan keperawatan.
2. Audit klinik keperawatan, adalah proses evaluasi secara professional
terhadap mutu profesi tenaga keperawatan dan pelayanan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga keperawatan secara
periodic dan terencana.

2.1.3 Tujuan Audit Keperawatan


 Mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan
 Menetapkan kelengkapan dan keakuratan pencatatan asuhan
keperawatan.

2.1.4 Manfaat Audit Keperawatan Untuk Tingkat management (1)


1. Administrator
a. Memberikan evaluasi program tertentu
b. Mendukung permintaan untuk akreditasi
c. Melandasi perencanaan program baru oleh perubahan
d. Memungkinkan identifikasi kekuatan dan kelemahan
e. Menentukan pengaruh pola ketenagaan
f. Sebagai data pengkajian efisiensi
2. Supervisor
a. Mengidentifikasi area asuhan keperawatan yang diperlukan
b. Memberikan landasan rencana diklat
c. Mengidentifikasi kebutuhan pengawasan bagi perawat pelaksana.
3. Kepala Ruangan dan Perawat Pelaksana
a. Introspeksi dan evaluasi diri
b. Identifikasi jenis asuhan keperawatan
c. Identifikasi kebutuhan tambahan pengetahuan
2.1.5 Lingkup Audit Keper Awatan
1. Audit Struktur
Berfokus pada tempat dimana pemberian askep dilaksanakan
a. Fasilitas
b. Peralatan
c. Petugas
d. Organisasi, prosedur dan pencatatan pelaporan
2. Audit Proses
Merupakan penilaian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan
apakah dilaksanakan sesuai standar. Proses audit menggunakan
pendekatan retrospektif yaitu dengan mengukur kualitas asuhan
keperawatan setelah pasien pulang atau setelah beberapa pasien
dirawat (Swansbrug, 1990)
3. Audit Hasil
Dapat dilakukan secara Concurrent atau Retrospective yang
berdasarkan konsep HENDERSON sehingga asuhan keperawatan
yang diberikan akan menghasilkan
 Kebutuhan pasien terpenuhi
 Pasien memiliki pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya
 Pasien memiliki keterampilan dan kemampuan
 Pasien memiliki motivasi

2.2 Pengelolaan Audit Keperawatan


2.2.1 Proses Audit Keperawatan
 Tentukan aspek yang akan dievaluasi dan pendekatan yang akan
digunakan
 Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
 Tentukan standar dan kriteria
 Susun instrumen evaluasi
 Tentukan jumlah sampel dan lamanya waktu penilaian
 Kumpulkan data dan susun data serta penilaiannya
 Analisa data
 Buat kesimpulan tingkat mutu aspek yang dinilai
 Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
2.2.2 Metode Audit Keperawatan
Ada dua metode:
a. Pandangan retrospektif
ini mengacu pada penilaian yang mendalam kualitas setelah pasien telah
habis, memiliki pasien grafik untuk sumber data.
Audit retrospektif adalah metode untuk mengevaluasi kualitas asuhan
keperawatan dengan memeriksa asuhan keperawatan seperti yang
tercermin dalam catatan perawatan pasien untuk pasien habis. Dalam hal
ini jenis audit perilaku khusus yang dijelaskan maka mereka diubah
menjadi pertanyaan dan pemeriksa mencari jawaban dalam catatan.
Misalnya pemeriksa terlihat melalui catatan pasien dan bertanya:
1) Adalah proses pemecahan masalah yang digunakan dalam
perencanaan asuhan keperawatan?
2) Apakah data pasien dikumpulkan secara sistematis?
3) Apakah deskripsi pra-rumah sakit pasien rutinitas disertakan?
4) Hasil tes laboratorium yang digunakan dalam perencanaan
perawatan?
5) Apakah perawat melakukan penilaian fisik? Bagaimana informasi
yang digunakan?
6) Apakah diagnosis keperawatan menyatakan?
Apakah perintah menulis perawat keperawatan? Dan seterusnya.
b. Tinjauan bersamaan
ini mengacu pada evaluasi yang dilakukan atas nama pasien yang masih
menjalani perawatan. Ini meliputi penilaian pasien di samping tempat
tidur dalam kaitannya dengan pra-ditentukan kriteria, mewawancarai
staf yang bertanggung jawab untuk perawatan ini dan meninjau catatan
pasien dan rencana perawatan.
Metode untuk Mengembangkan Kriteria:
1) Tentukan populasi pasien.
2) Mengidentifikasi kerangka waktu untuk mengukur hasil perawatan,
3) Mengidentifikasi masalah keperawatan yang biasa berulang
disajikan oleh populasi pasien yang ditetapkan,
4) Kriteria hasil pasien Negara,
5) Negara dapat diterima tingkat pencapaian tujuan,
6) Tentukan sumber informasi.
7) Desain dan jenis alat
 Jaminan kualitas harus menjadi prioritas,
 Mereka yang bertanggung jawab harus menerapkan program
tidak hanya alat,
 Sebuah koordinator harus mengembangkan dan mengevaluasi
kegiatan jaminan kualitas,
 Peran dan tanggung jawab harus disampaikan,
 Perawat harus diinformasikan tentang proses dan hasil
program,
 Data harus dapat diandalkan,
 Orientasi memadai pengumpulan data adalah penting,
 Kualitas data harus disetahunkan dan digunakan oleh personil
keperawatan di semua tingkat..

Untuk mengetahui kesesuaian standar profesi tersebut perlu


dilakukan penilaian secara objektif (audit keperawatan) secara berkala,
dimana hasilnya dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk
penyempurnaan seluruh sistem pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Agar dapat melakukan audit keperawatan maka tenaga keperawatan
perlu untuk ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilan melalui
Pelatihan Audit Keperawatan.

2.3 Langkah-langkah dalam melaksanakan audit keperawatan


1. Menentukan masalah tertentu untuk dipelajari dan diulas.
2. Menentukan kriteria atau standar profesi yang jelas, obyektif dan rinci
3. Mempelajari catatan keperawatan dan catatan medik
4. Para perawat mempelajari kasus yang tidak memenuhi kriteria,
dianalisis, didiskusikan kemungkinan penyebabnya.
5. Membuat rekomendasi penanganan kasus yang tidak memenuhi kriteria.
6. Membuka lagi topik yang sama di lain waktu, misalnya setelah 6 bulan
kemudian, untuk menilai dan meyakinkan bahwa kelemahan/
kekurangan yang diidentifikasi telah diperbaiki dan tidak diulang
kembali.
7. Perlu dipastikan bahwa audit keperawatan ini bukan acara pengadilan
dari kekurangan pelayanan yang ada tetapi bertujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

2.4 Pelaksanaan Proses Audit Hasil

1. Identifikasi kesenjangan
2. Analisa penyebab
3. Tindakan perbaikan:
a) Menyusun rencana
b) Implementasi
 Kaji tindakan keberhasilan, tindakan kebaikan
Proses Audit Keperawatan
 Tentukan aspek yang akan dievaluasi dan pendekatan yang
akan digunakan
 Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
 Tentukan standar dan kriteria
 Susun instrumen evaluasi
 Tentukan jumlah sampel dan lamanya waktu penilaian
 Kumpulkan data dan susun data serta penilaiannya
 Analisa data
 Buat kesimpulan tingkat mutu aspek yang dinilai
 Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan

Anda mungkin juga menyukai