Anda di halaman 1dari 11

Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Negara

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia dijajaholeh bangsa
lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia,misalnya bangsa Belanda,
Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsaBelanda. Penjajahan Belanda
berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat ituIndonesia diduduki oleh bala
tentara Jepang.

Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepangmulai
kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia
membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janjikemerdekaan di kelak
kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso padatanggal 7 September 1944. Oleh
karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April1945 Jepang memberikan janji
kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janjikemerdekaan tanpa syarat yang
dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar TertinggiSipil dari Pemerintah Militer Jepang di
Jawa dan Madura). Dalam maklumat itu sekaligus dimuatdasar pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia(BPUPKI). Keanggotaan badan ini dilantik pada
tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945. Pada
sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan
Bung Karno, yang masing-masingmengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Selesai
sidang pertama, pada tanggal1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah
panitia kecil yang tugasnyaadalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta
melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul
secara tertulis palinglambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Panitia Kecil yang beranggotakan
sembilan orangini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon
Mukadimah Hukum

Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”. Dalam sidang BPUPKI

kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah merumuskan rancangan Hukum
Dasar.Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan
KemerdekaanIndonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu,dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan
dengansebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan
memproklamasikankemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah
proklamasi kemerdekaanPPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan rancangan
Hukum Dasardengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan
Preambul,Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore
hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yangmenemuinya.
Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat

preambul, di belakang kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” dihapus
. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang
baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hattadisampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada
para anggota tokoh-tokoh Islam,antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh.
Hasan. Muh.Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa. Olehkarena
pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat
Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-
tokoh Islam itu merelakan dicoretnya “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan dan digantidengan “Yang Maha Esa”.

BAB II

PEMBAHASAN

A.HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

yang berkedaulatan rakyat, yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adildan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial seluruh rakyat
indonesia”.

Pengertian kata” Dengan Berdasarkan Kepada” Hal ini secara yuridis memiliki makna
sebagai dasar negara. Walaupun dalam kalimat terakhir pembukaan UUD 1945 tidak tercantum
kata „pancasila‟ secara eksplisit namun anak kalimat “ dengan berdasar kepada” ini memiliki
makna dasar negara adalah pancasila.

Hal ini didasarkan atas interpretasi historis sebagaimana ditentukan oleh BPUPKI bahwadasar negara Indonesia
itu disebut dengan istila pancasila. Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan
utama dirumuskannya pancasila adalah sebagai dasar negaraRepublik Indonesia. Oleh karena itu fungsi pokok
pancasila adalah sebagai dasar NegaraRepublik Indonesia[2].

Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD1945, ketetapan No.
XX/MPRS/1966. (Jo ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan ketetapan No.IX/MPR/1978). Dijelaskan bahwa
pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atausumber tertib hukum indonesia yang ada pada
hakikatnya adalah merupakan suatu pandanganhidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral
yang meliputi suasana kebatinan sertadari bangsa indonesia. Selanjutnya dikatakan bahwa cita-cita mengenai
kemerdekaan individu,kemerdekaan bangsa prikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional, cita-cita
politikmengenai sifat, bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatandan
keagamaan sebagai pengejawatan dari budi nurani manusia.

Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melaui sidang istimewa tahun 1998,mengembalikan kedudukan
pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia yang tertuangdalam Tap. No. XVIII/MPR/1998. Oleh karena
itu segala agenda dalam proses reformasi,meliputi berbagai bidang lain mendasarkan pada kenyataan aspirasi
rakyat (Sila 1V) juga harusmendasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
PANCASILA
Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan
tercantum pada alinea ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam
beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati
sebagai hari lahirnya Pancasila.
SEJARAH PERUMUSAN DAN LAHIRNYA PANCASILA
Pada tanggal 1 Maret 1945 dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman
Wedyodiningrat. Dalam pidato pembukaannya, dr. Radjiman antara lain mengajukan pertanyaan
kepada anggota-anggota Sidang, "Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini?"[1]
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan
pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
yaitu:

 Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29


Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri
Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia
menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban,
agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad
Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.[2]
 Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato
spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila".[3]. Soekarno
mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme,
Kemanusiaan atau internasionalisme, Mufakat atau Demokrasi,Kesejahteraan Sosial,
Ketuhanan yang berkebudayaan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam
pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan,
dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan
ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila
artinya asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara
Indonesia, kekal dan abadi.
Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibentuk suatu Panitia Kecil untuk:

 Merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara berdasarkan pidato yang


diucapkan Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
 Menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka.
Dari Panitia Kecil itu dipilih 9 orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan, untuk
menyelenggarakan tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 yang
kemudian diberi nama Piagam Jakarta.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa
dokumen penetapannya ialah:

 Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945


 Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 - tanggal 18 Agustus 1945
 Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27
Desember 1949
 Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15
Agustus 1950
 Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan suatu
rangkaian kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)
Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Juni 2016 telah menandatangani Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila sekaligus menetapkannya
sebagai hari libur nasional yang berlaku mulai tahun 2017.[4].
HARI KESAKTIAN PANCASILA
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30
September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan
akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya. Akan tetapi, otoritas
militer dan kelompok keagamaan terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut
merupakan usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk
membubarkan Partai Komunis Indonesia, dan membenarkan peristiwa Pembantaian di
Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam jenderal dan satu kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh
oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat
G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde
Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30
September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
BUTIR BUTIR PENGAMALAN PANCASILA

Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978[5][sunting | sunting sumber]


1. Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara


di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta tanah air dan bangsa.
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal
Ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.


2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
musyawarah.
6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan


suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Berdasarkan ketetapan MPR no. I/MPR/2003[sunting | sunting sumber]
Sila pertama

Bintang

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan


Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
Sila kedua

Rantai

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Sila ketiga

Pohon Beringin

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa


dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat

Kepala Banteng

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Sila kelima

Padi dan Kapas

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

B.PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA

a.Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah pancasila sebagai cita-cita negara atau cita-citayang menjadi basis
bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsaIndonesia
Berdasarkan Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan ketetapan MPR tentangP4. Ditegaskan bahwa
pancasila adalah dasar NKRI yang harus dilaksanakan secara konsistendalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

b.Pancasila sebagai ideologi negara.


Pengertian ideologi-ideologi berasal dari bahasa yunani yaitu iden yang berarti melihat,atau idea yang berarti
raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan kata logi yang berartiajaran, dengan demikian ideologi
adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atauscience des ideas (Al marsudi, 2001: 57)[3].

uspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat di rumuskan sebagai kompleks pengetahuan dan
nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untukmemahami jagat raya dan bumi
seisinya, serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya
seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benardan tidak benar serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.

Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah suatu istilah yangdigunakan untuk sekelompok
cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik ekonomifilsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu
rencana yang sistematis tentang suatu cita-citayang dijalankan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat.

1.Ciri-ciri ideologi adalah sebagai berikut :


a.Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan
b.Mewujudkan suatu asaz kerohanian, pandangan-pandangan hidup, pegangan hidup yangdipelihara
diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankandengan kesediaan
berkorban.

2.Fungsi ideologi menurut pakar dibidangnya :


a.Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia secara individual(cahyono,1986).
b.Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi tua dengan generasi muda,(setiardja,2001).
c.Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi individu, masyarakat,dan bangsa untuk
menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan. (hidayat,2001).

C.PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN TERTUTUP

Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai suatu sistem pemikiran terbuka.
Ciri-ciri ideologi terbuka dan ideologi tertutup adalah[4] :
a.Ideologi Terbuka
1.Merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat
2.Berupa nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari dalam masyarakat sendiri.
3.Hasil musyawarah dan konsesus masyarakat.
4.Bersifat dinamis dan reformasi.

b.Ideologi Tertutup
1.Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,
2.berupa nilai dan cita-cita
3.Kepercayaan dan kesetian ideologis yang kaku
4.Terdiri atas tuntutan kongkrit dan operational yang diajukan secara mutlak

Menurut kaelan, nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka:
1.Nilai dasar, yaitu hakekat kelima sila pancasila
2.Nilai instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan strategi, sasaran serta lembaga pelaksanaannya
3.Nilai praktis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi pengalamanyang
bersipat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat,berbangsa dan bernegara
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Berdasarkan uaraian tersebut pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat imperatifatau memaksa serta
memiliki Nilai
– nilai luhur yang terkandung dalam pancasila yang bersifatobyektif
– subyektif. Bagi bangsa indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalahsebagai pandangan hidup
bangsa dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian tersebut sudahselayaknya kita pahami akan hakikatnya.
Selain dari pengertian tersebut, pancasila memiliki beberapa sebutan yang berbeda.

Menurut pendapat Harol H.Titus defenisi dari ideologi adalah suatu istilah yangdigunakan untuk sekelompok
cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik ekonomifilsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu
rencana yang sistematis tentang suatu cita-citayang dijalankan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat
Pancasila sebagai ideologi terbukaadalah sebagai suatu sistem pemikiran terbuka yang dimana memiliki ciri-ciri
ideologi danfungsi ideologi sesuai bidangnya. Pancasila sebagai ideologi memiliki dua ciri yaitu ideologiterbuka
dan ideologi tertutup.

B.SARAN

Makalah yang kami susun semoga bisa membantu kita lebih memahami tentang pancasilasebagai ideologi
negara yang lebih mendalam. Mohon permakluman dari semuanya jika dalammakalah kami ini masih terdapat
banyak kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Karenatiadalah sesuatu yang sempurna yang bisa
manusia ciptakan.

DAFTAR PUSTAKA

1. ^ Hatta, Mohammad (2015). Politik, Kebangsaan, Ekonomi (1926-1977). Jakarta: Kompas.


hlm. 309. ISBN 9789797099671.
2. ^ Suwarno, P.J. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. hlm. 12.
3. ^ Schindehuette, Matti Justus (2006). Zivilreligion als Verantwortung der Gesellschaft. Religion als
politischer Faktor innerhalb der Entwicklung der Pancasila Indonesiens. Hamburg: Universitas.
hlm. 151.
4. Jesita. 2009, pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara. Terdapat pada Http://pancasila-
sebagai-dasar-negara-dan.html. Diakses pada tanggal 20 September 2012.
Wahana, Paulus. 1993. Filsafat Pancasila. Kanisius. Yogyakarta. hal 20
[1]jesita. 2009, pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara. Terdapat pada Http://pancasila-sebagai-
dasar-negara-dan.html. Diakses pada tanggal 20 September 2012
2Wahana, Paulus. 1993. Filsafat Pancasila. Kanisius. Yogyakarta. hal 20
[3]Jesita. 2009, pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara. Terdapat pada Http://pancasila-sebagai-
dasar-negara-dan.html. Diakses pada tanggal 20 September 2012
[4]Jesita. 2009, pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara. Terdapat pada Http://pancasila-sebagai-
dasar-negara-dan.html. Diakses pada tanggal 20 September 2012

Anda mungkin juga menyukai