Anda di halaman 1dari 13

1/13/2018

ANALISIS KEMASAKAN TEBU


Oleh : Rifa’i Rahman Saputro, S.Si., M.Sc.

0877 3856 3444 0857 2972 4567


rifairs@politeknik-lpp.ac.id rifai.rahman@yahoo.com

PENGERTIAN

o Analisa pendahuluan atau analisa kemasakan tebu dilakukan untuk


menentukan kapan suatu pabrik akan mulai menebang tebunya untuk
digiling sekaligus penentuan ranking tebang (rekomensasi pengeluaran
SPT).

o Dari hasil analisa dan pengamatan mengenai besarnya serangan hama


penyakit serta keterangan-keterangan lainnya, maka dibuatlah grafik
rendemen yang menggambarkan masaknya tebu dengan rendemen di
sumbu Y dan waktu di sumbu X.

1
1/13/2018

ANALISA Analisis tingkat


kemasakan
PENDAHULUAN tebu

Penentuan
Penentuan Penentuan ranking
tebu bisa awal giling jadwal
ditebang pabrik tebang
kebun

A. Pengambilan sampel (sampling) tebu


o Sampel tebu sudah ditetapkan beberapa bulan (sekitar 1,5 – 2 bulan) sebelum awal
musim giling, dan diakhiri 2 minggu sebelum kebun yang disampling ditebang.
Pengambilan sampel dilakukan setiap periode atau 2 minggu sekali.

o Kebun dibagi-bagi dalam petak-petak contoh, terdiri atas 2 – 5 Ha/petak contoh.


Suatu petak contoh harus merupakan suatu kesatuan yang homogen dalam hal
kemasakan tebu. Hal ini dapat dicapai apabila dalam satu petak contoh mempunyai
kesamaan faktor tanam dan petumbuhan ( jenis tebu, jenis bibit, waktu tanam,
perlakuan, keadaan tanah, dll).
o Perbedaan faktor tanam dan pertumbuhan juga dapat digunakan untuk penentuan
Batasan petak contoh

2
1/13/2018

A. Pengambilan sampel (sampling) tebu


o Dari tiap petak contoh ditentukan titik-titik sampling, dimana setiap petak
diambil 10-20 titik tergantung luasnya.
o Di daerah dimana jalannya kemasakan tebu tidak merata, misal karena
disebabkan oleh banyaknya serangan penggerek atau adanya siwilan, sogolan,
dll, maka jumlah titik sampling dapat diperbanyak untuk meningkatkan
akurasi hasil analisis pendahuluan.

o Sampel tebu dapat diambil sampai 10x pengambilan (10 ronde). Agar
konsisten, sampel tebu harus ditandai, misal dengan pengecatan batang dan
pemberian etiket sampel

PENGAMBILAN
CONTOH a. Penetapan petak contoh
- Kesatuan yang serba homogen
> varietas tebu
> macam bibit
> waktu tanam
> tipe tanah
> sistem dan pola bukaan
- Luas petak 2 – 3 Ha

b. Kerapatan contoh
- Menggambarkan jumlah tempat contoh
- Per Ha lahan ditetapkan 10 tempat contoh

d. Penentuan batang contoh


- Setiap contoh : 10 batang tebu
c. Penentuan tempat contoh - Sehat : bebas hama dan penyakit
- Tersebar dan merata - Pucuk tidak mati
- Lurus atau berbiku (zig-zag) - Tidak nyiwil
- Bukan sogolan

3
1/13/2018

Penentuan titik sampling ini harus merata, bisa sejajar atau diagonal atau zig zag.

0 50 100 0 25 75 100

0 50 100 0 25 75 100
Pengambilan sampel dari rumpun secara lurus Pengambilan sampel dari rumpun secara zig-zag

B. Prosedur Analisa di Laboratorium


•Catat no sampel, nama kebun dan petak, jenis tebu, waktu tanam, jml batang & panjang
Verifikasi data batang
sampel tebu • Catat penggerek pucuk, bunga, sogolan , siwilan dan jenis trash lainnya

•Setiap batang tebu dipotong ujungnya sebatas 5 helai daun dihitung dari pucuk daun
• Batang dibersihkan & dihitung jml ruas batang
Preparasi sampel • Potong batang menjadi 3 bagian sama panjang (atas, tengah, bawah). Masing-masing
tebu dibelah menjadi dua untuk dilihat & dicatat bila ada hama, penyakit dan gabus. Pembelahan
batang juga berguna untuk mempermudah penggilingan tebu
• Batang tebu tiap bagian ditimbang

Sampel tebu
• Sebaiknya mulai menggiling tebu bagian atas, tengah kemudian baru bawah
digiling
• Nira dari setiap bagian ditimbang
di gil. contoh

• Analisa brix, pol, HK, Faktor Perah & R untuk nira tiap bagian (atas,tengah, bawah)
Analisa nira tebu • Analisa brix, pol, HK, Faktor Perah & R untuk nira seluruh bagian (nira 3 bagian dicampur)
• Penghitungan FK, KP & KDT sampel tebu

4
1/13/2018

Penentuan kemasakan tebu

Kemasakan Tebu ditentukan berdasarkan hasil analisis :


1. Faktor Kemasakan (FK) atau Rijpings Faktor (RF)
2. Koefisien Peningkatan (KP) atau Stygings Quotient (St Q)
3. Koefisien Daya Tahan (KDT) atau Houdbaarheids Quotient (HQ)

Catatan :
% pol
 HK = x 100 %
% brix

Berat nira
 Faktor Perah = x 100 %
Berat tebu

 Rendemen (R) = Faktor Perah x Nilai Nira


= Faktor Perah x [ pol – 0,4(brix-pol) ]

Faktor perah ditentukan oleh masing-masing pabrik & ada yang


menganjurkan supaya faktor ini sesuai dengan kerja gilingan besar dalam
pabrik. Besarnya faktor perah untuk setiap jenis tebu berbeda-beda. FP
gilingan contoh idealnya 70 %

Rendemen menyatakan banyaknya gula yang dapat diambil setiap 100 bagian
berat tebu

5
1/13/2018

Catatan :

R bawah – R atas
 Faktor Kemasakan (FK) = R bawah X 100 %

 Faktor kemasakan menggambarkan keadaan konvergensinya,


tingkat kemasakan dari kurva-kurva rendemen bagian bawah
dan bagian atas batang tebu sampel.
 Faktor kemasakan yang optimal + 20. Tingkat kemasakan yang
ideal yaitu apabila Rendemen atas = Rendemen bawah,
sehingga FK = 0.
 Bila Rendemen atas = 0 maka FK = 100, dengan demikian
semakin masak tebu, FK tebu akan bergerak dari 100 ke 0

Catatan :

R terakhir
 Koefisien Peningkatan (KP) = X 100 %
R 2 periode sebelumnya

 KP dihitung untuk mengetahui apakah tingkat rendemen daari


analisa yang terakhir masih dapat bertambah atau tidak jika
tebunya ditahan. Jika :
KP = 100 → rendemen akan tetap
KP > 100 → rendemen masih bisa meningkat
KP < 100 → rendemen menurun

6
1/13/2018

Catatan :

HK bwh terakhir
 Koefisien Daya Tahan (KDT) = HK X 100 %
bwh 2 per sblmnya

 KDT menyatakan apakah tebu tadi masih kuat ditahan untuk


mencapai kemasakannya yang sempurna.
 Bila KDT < 100, artinya telah terjadi penurunan HK, sehingga
tanpa mempertimbangkan keadaan kemasakan, tebu
secepatnya harus ditebang/digiling.

Analisis
Pendahuluan/Kemasakan Tebu

Rc KDT
(R. contoh) (K. Daya Tahan)

Rc = FP x Nilai Nira
FK KP KDT =
𝐻𝐾𝑏 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑥 100 %
𝐻𝐾𝑏 2 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑏𝑙𝑚
(F. Kemasakan) (K. Peningkatan)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑛𝑖𝑟𝑎
FP = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑏𝑢
𝑥 100 % KDT < 100 (telah terjadi
penurunan HK)
𝑹𝒃 −𝑹𝒂
NN = pol – 0,4(brix-pol) FK = 𝑹𝒃
𝒙 𝟏𝟎𝟎 % 𝑅 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
KP = 𝑅 2 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑏𝑙𝑚 𝑥 100 %
FK bergerak dari 100 ke 0. KP = 100 (R tetap)
FK optimal + 20 % KP > 100 (R msh bisa naik)
KP < 100 (R menurun)

7
1/13/2018

8
1/13/2018

Penentuan kemasakan tebu

• Bagaimana jika ?

Kebun A --- FK = 28 ; KP = 108 ; KDT = 100

Kebun B --- FK = 30 ; KP = 103 ; KDT = 99

Kebun C ---- FK = 30 ; KP = 98 ; KDT = 95

Dengan mendapatkan nilai FK, KP & KDT dapat diperoleh gambaran


yang lebih meyakinkan mengenai keadaan kemasakan tebu.

Dalam laporan, angka-angka tersebut cukup ditulis hasil


perhitungannya, misalnya : 25, 108, 100
Artinya : tingkat kemasakan cukup baik (25), walaupun demikian
rendemen masih dapat bertambah (108), dan penahanan untuk
mendapatkan kemasakan yang lebih sempurna masih dapat
dilakukan (100)

9
1/13/2018

A. PENENTUAN TEBU DITEBANG

Menggunakan formula KTB

KTB = f (FK.KP.KDT)

Contoh:
KTB = (35.109.103)

Menunjukkan bahwa: tebu sudah lumayan masak (35), namun


masih dapat diharapkan rendemennya akan meningkat (109) dan
tanaman tebunya masih dapat dipertanggungjawabkan untuk
ditunda penebangannya (103) agar tebu masak sempurna.

B. PENENTUAN RANKING KEBUN

1. Rd diurutkan dari angka yg terendah


sampai tertinggi.
Rd 2. Rd terendah diberi nilai 1, Rd
diatasnya diberi nilai n + 1, dst.
3. Masing-masing nilai dikalikan bobot 1.

1. FK diurutkan dari angka yg tertinggi


sampai terendah.
FK 2. FK tertinggi diberi nilai 1, FK diatasnya
diberi nilai n + 1, dst
3. Masing-masing nilai dikalikan bobot
2,5.

10
1/13/2018

1. KP diurutkan dari angka yg tertinggi


sampai terendah.
KP 2. KP tertinggi diberi nilai 1, KP diatasnya
diberi nilai n + 1, dst.
3. Masing-masing nilai dikalikan bobot 2.

1. KDT diurutkan dari angka yg tertinggi


sampai terendah.
KDT 2. KDT tertinggi diberi nilai 1, KDT
diatasnya diberi nilai n + 1, dst
3. Masing-masing nilai dikalikan bobot 2,5.

Jumlahkan seluruh bobot pada masing-masing kebun

SKOR KEBUN

BOBOT RD + BOBOT FK + BOBOT KP + BOBOT KDT

RANKING

11
1/13/2018

No KB RD FK KP KD Skr Rk
Rd nilai Bbt FK nilai Bbt KP nilai Bbt KDT nilai Bbt

X1 X 2,5 X2 X 2,5

1 A 6,19 10 10 45,39 9 22,5 123,6 7 14 108,4 10 25 71,5 1

2 B 5,37 3 3 44,46 10 25 126,1 5 10 109,7 6 15 53,0 3

3 C 6,09 9 9 51,01 2 5 126,8 4 8 109,5 7 17,5 39,5 5

4 D 5,17 2 2 50,74 5 12,5 120,6 10 20 110,4 4 10 44,5 4

5 E 5,01 1 1 52,40 1 2,5 122,7 8 16 110,7 2 5 24,5 10

6 F 5,81 6 6 50,01 7 17,5 127,5 1 2 110,5 3 7,5 33,0 8

7 G 5,69 4 4 50,83 4 10 125,7 6 12 110,3 5 12,5 38,5 6

8 H 6,07 8 8 47,06 8 20 121,4 9 18 108,8 9 22,5 68,5 2

9 I 5,84 7 7 50,39 6 15 126,9 3 6 110,9 1 2,5 30,5 9

10 J 5,70 5 5 50,94 3 7,5 127,2 2 4 109,3 8 20 36,5 7

C. PENENTUAN AWAL GILING

Menggunakan rata-rata angka


FK,KP dan KDT

Minimal diperlukan tiga angka


ronde analisis kemasakan tebu

Rata-rata tiga angka pada tiga


analisis terakhir menunjukkan
kecenderungan menurun,awal
giling bisa ditentukan.

12
1/13/2018

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KURVE


KEMASAKAN TIDAK LARAS

a. Petak contoh tidak dapat mewakili


- tebu roboh, tebu hampir mati,adanya sogolan
serangan penggerek

b. Kesalahan di dalam pengambilan


batang contoh
- etiket rusak, etiket lepas,tidak mengambil
batang yg beretiket

c. Kesalahan pada analisis nira


batang contoh
- kurang cermat, bahan rusak, peralatan tidak
standar

CATATAN TAMBAHAN

o Tidak boleh menyamakan R contoh (sampel) dengan R tebu riil (gilingan besar),
karena :
1. Faktor gilingan kecil dan besar tidak sama
2. Daya perah gilingan kecil (contoh) dan gilingan besar (pabrik) tidak sama.
Gilingan kecil yang daya perahnya kecil hanya memerah tebu yang selnya lunak
sehingga polnya tinggi dan nilai niranya ikut tinggi, sedangkan gilingan besar
semua sel terperah dengan baik
3. Tebu contoh biasanya lebih bersih dan lebih baik karena jumlahnya sedikit
dibandingkan tebu giling

o Analisa kemasakan / pendahuluan hanya memberikan GAMBARAN apakah tebu


sudah layak tebang atau belum

13

Anda mungkin juga menyukai