Anda di halaman 1dari 4

MODUL PRAKTIKUM PABRIKASI GULA II

PENGARUH GAS SO2 TERHADAP


PENURUNAN ZAT WARNA

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA DIPLOMA III


Politeknik LPP Yogyakarta
2020
I. JUDUL PRAKTIKUM
Pengaruh Gas SO2 Terhadap Penurunan Zat Warna
II. TUJUAN
Mengetahui pengaruh gas SO2 terhadap penurunan zat warna.
III. DASAR TEORI
Sulfur dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan memiliki bau
yang menyengat tergantung kepada tingkat sensitivitas individu. SO2 -
memiliki sifat fisik yang stabil, tidak mudah terbakar dan meledak.
SO2 memiliki densitas dua kali dari densitas udara serta sangat mudah larut
dalam air (85 gram/L pada 25o C). Jika berkontak dengan air, gas ini akan
larut dan membentuk H2SO4 yang dapat menyebabkan efek iritasi pada
mata, kulit, dan selaput lendir.
Gas sulfit diperoleh dari pembakaran belerang di dalam tabung
belerang, dimana awalnya memasukkan belerang yang sengaja dinyalakan,
kemudian selanjutnya secara terus-menerus dialirkan ke udara kering. Pada
beberapa pabrik gula gas sulfit ini diberikan kepada nira.
Tujuan pemberian gas sulfit ini adalah:
1. Menetralkan kelebihan air kapur pada nira yang terkapur, sehingga pH
mencapai 7,2 – 7,4 dan untuk membantu terbentuknya endapan Calsium
sulfit (Ca(SO3)2).
2. Untuk memucatkan warna larutan nira kental yang akan berpengaruh
pada warna Kristal dari gula.
Kieselguhr atau dikenal dengan berbagai istilah seperti tanah
diatomae, diatomit, tripolit atau tepung fosil atau tanah serap (Johnstone S,
1961). Kieselguhr adalah suatu batuan sedimen silika, yang secara geologi
terbentuk dari akumulasi dan pengendapan kulit atau kerangka diatomea
(fosil tumbuhan air atau binatang kersik atau ganggang bersel tunggal) dan
terendapkan di danau atau non marin. Kieselguhr berasosiasi dengan elemen
pengotor dan bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Elemen pengotor
kieselguhr tersebut yaitu abu vulkanik, larutan garam, lempung, senyawa
karbonat, pasir silika, dan unsur organik lainnya.
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari
cahaya tersebut akan di serap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi
dari cahaya yang di serap sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam
kuvet (Sastrohamidjojo, 2007). Spektrofotometer adalah alat untuk
mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang, tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu tergantung pada senyawa atau warna terbentuk (Cairns, 2009).
Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik
maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari
cahaya masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium itu dan
sisanya dit eruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan di
nyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan
konsentrasi sampel. Hukum Beer menyatakan nilai absorbance cahaya
berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan /medium.

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Kertas Tapis
2. Corong Kaca
3. Gelas Beker 250 mL, 100 mL
4. Gelas Ukur 250 mL
5. Spektrofotometer
6. Tabung Gas SO2
7. pH Meter
8. Pengaduk Kaca
B. Bahan
1. Larutan Gula Berwarna
2. Kieselguhr

V. CARA KERJA
1. Larutan phenol dimasukkan kedalam 5 gelas beker masing – masing
sebanyak 150 mL kemudian ditambahkan dengan gas SO2 hingga
masing masing sampel mengandung pH 6, 5, 4, 3, dan 2 yang dilihat
menggunakan pH meter.
2. Untuk membedakan kandungan pH dalam tiap larutan, gelas beker
diberi label agar tidak tertukar.
3. Larutan yang telah diberi SO2 kemudian dipindahkan ke gelas beker
lain sebanyak 50 mL kemudian ditambahkan dengan 1 sendok
kieselguhr.
4. Larutan kemudian disaring atau ditapis menggunakan kertas tapis .
5. Untuk mengetahui panjang gelombang larutan, larutan diuji
menggunakan spektrofotometer dan catat hasil pengamatan yang
diperoleh.

VI. HASIL DATA DAN PERHITUNGAN


No. pH Absorban
1. 2
2. 3
3. 4
4. 5
5. 6

Anda mungkin juga menyukai