Anda di halaman 1dari 4

TUJUAN

a. Agar terhindar dari infeksi.


b. Agar luka tetap bersih.
c. Mempercepat penyembuhan.
d. Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka
e. Mencegah terjadinya pencemaran oleh cairan dan kuman yang berasal dari luka ke daerah
sekitarnya
f. Mencegah terjadinya infeksi silang
g. Mengistirahatkan bagian yang luka atau sakit
h. Sebagai penahan pada bagian yang luka atau sakit
i. Memberikan rasa aman dan nyaman

PERAWATAN LUKA DI RUMAH


1) Alat-alat yang digunakan
a. Kasa atau kain bersih.
b. Betadine.
c. Plester.
d. Air hangat.

2) Langkah-langkah
a. Mencuci tangan.
b. Membersihkan luka dengan air hangat.
c. Menutup luka dengan kasa atau kain bersih yang sudah diberikan betadine.
d. Kemudian ditutup dengan kain bersih.
e. Plester dengan rapi.
f. Bereskan alat.
g. Mencuci tangan.

Moenadjat, Y., 2005 Petunjuk Praktise Penatalaksanaan Luka Bakar. Asosiasi Luka Bakar Indonesia
Diterbitkan oleh Komite Medik Asosiasi Luka Bakar Indonesia
Manajemen post operasi

Hal-hal yang harus diperhatikan setelah post operasi adalah :

- Kebutuhan oksigen pasien

- Kebutuhan pasien untuk nyeri post operative

- Temperatur tubuh pasien, kemungkinan membutuhkan penghangat

- Kebutuhan cairan pasien

Pemberian Nutrisi

Pemberian nutrisi merupakan pertimbangan yang tidak kalah penting, dimulai setelah penderita
berada di unit luka bakar (ULB). 1,2,5,11,18

a. Luka Bakar Sedang (luas luka bakar 20–40%)

􀂃 Pemberian melalui Oral atau Enteral (A)

􀂃 Bila tidak ditemukan kontra indikasi yaitu retensi lambung dan ileus

􀂃 Pemberian dilakukan sedini mungkin

1. Pemberian melalui Oral

􀂃 Bila memungkinkan, diberi makanan R.S. bentuk lunak atau biasa

􀂃 Bila tidak mungkin maka diberikan formula komersial dan makanan R.S. bentuk cair

􀂃 Kepekatan 1 Kal/mL

􀂃 Pemberian dilakukan secara perlahan-lahan sebanyak 60 mL dalam 1 jam. Bila tidak terdapat keluhan
kembung, mual atau muntah maka setiap 2 jam ditingkatkan sebanyak 60 mL dari perhitungan awal
sampai tercapai kebutuhan energi total

2. Pemberian Nutrisi Enteral

􀂃 Diberikan bila pemberian secara oral tidak memungkinkan.

􀂃 Pasang pipa nasogastrik (nasogastric tube/NGT) 8 – 12 F


􀂃 Pada awal pemberian:

o Kepekatan 1 Kal/mL

o Kecepatan tetesan maksimal 20 tetes/menit

o Evaluasi setelah 2 jam:

􀂃 Pipa nasogastrik diklem selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan aspirasi:

o Bila jumlah cairan aspirasi lebih dari 60 mL, maka pemberian nutrisi dihentikan selama 2 jam.
Setelah itu dilakukan aspirasi ulang. Bila cairan aspirasi kurang atau sama dengan 60 mL,
pemberian nutrisi dilanjutkan kembali dengan tetesan seperti semula

o Bila jumlah cairan aspirasi kurang atau sama dengan 60 mL, maka nutrisi dapat diberikan
kembali dengan kecepatan tetesan seperti semula atau ditingkatkan secara bertahap bila
memungkinkan

􀂃 Lamanya makanan enteral di dalam botol tidak boleh lebih dari 4 jam

􀂃 Formula dan makanan cair RS yang diberikan melalui oral dan enteral, secara bertahap ditingkatkan
menjadi makanan lunak dan selanjutnya makanan biasa, bila toleransi dan fungsi saluran cerna baik.

b. Luka Bakar Berat (luas luka bakar >40%)

Pemberian nutrisi melalui enteral atau parenteral

1. Pemberian Nutrisi Enteral (A)

􀂃 Pasang pipa nasogastrik (NGT) 8 – 12 F

􀂃 Lakukan tes distensi lambung dengan melihat adanya aliran balik NGT

􀂃 Berikan formula komersial

􀂃 Pada awal pemberian:

o Kepekatan 1 Kal/mL

o Kecepatan tetesan 15 tetes/menit dengan pompa infus. Bila ditemukan kesulitan dalam
pemberian tetesan, kepekatan formula dikurangi menjadi 0,7 Kal/mL
o Evaluasi setelah 1 jam

􀂃 Pipa nasogastrik diklem selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan aspirasi:

o Bila jumlah cairan aspirasi lebih dari 20 mL, maka pemberian nutrisi dihentikan selama 2 jam.
Setelah itu dilakukan aspirasi ulang. Bila cairan aspirasi kurang atau sama dengan 20 mL,
pemberian nutrisi dilanjutkan kembali dengan tetesan seperti semula

o Bila jumlah cairan aspirasi kurang atau sama dengan 20 mL, maka nutrisi dapat diberikan
kembali dengan kecepatan tetesan seperti semula atau ditingkatkan secara bertahap bila
memungkinkan

􀂃 Lamanya makanan enteral di dalam botol tidak boleh lebih dari 4 jam

􀂃 Formula dan makanan cair Rumah Sakit yang diberikan melalui oral dan enteral, secara bertahap
ditingkatkan menjadi makanan lunak dan selanjutnya makanan biasa, bila toleransi dan fungsi saluran
cerna baik.

2. Pemberian Nutrisi Parenteral

􀂃 Bila pemberian Nutrisi Enteral sudah tidak memungkinkan, maka dilakukan pemberian secara
parenteral. Nutrisi Parenteral yang diberikan harus lengkap, mengandung karbohidrat, lemak dan
protein.

􀂃 Pada pemberian nutrisi parenteral harus diperhatikan kandungan karbohidrat dan osmolaritas
formula cairan yang diberikan agar tidak terjadi hiperglikemia dan flebitis.

Anda mungkin juga menyukai