Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gizi adalah zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh yang berhubungan dengan
proses sehat, sakit dan proses metabolisme itu sendiri. Makanan yang kita makan
merupakan dapat dimanfaatkan oleh tubuh dalam bentuk energi untuk fungsi-
fungsi fisiologis, organ tubuh, pergerakan, fungsi kelenjar, fungsi hormon
pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak.
Penanganan gizi sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan SDM yang sehat, cerdas dan produktif. Upaya dalam peningkatan
SDM yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan anak – anak
kita sebagai bagian dari keluarga , dengan asupan gizi dan perawatan yang baik.
Dengan lingkungan yang sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun penyakit
masyarakat lain nya dapat dihindari. Ditingkatkan masyarakat factor-faktor seperti
lingkungan yang higienis, kesehatan keluarga, pola asuh terhadap anak dan
pelayanan kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang
tahan gizi buruk.
Keberhasilan suatu pemerintahan biasanya dapat dilihat salah satunya
dengan melihat status gizi masyarakatnya. Status gizi yang tidak baik menandakan
kurang baiknya kecukupan pangan suatu bangsa dan ketahanan pangannya.
Setelah ketersediaan pangan terjawab yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana status pangan atau makanan tersebut, baik nilai ada gizinya atau tidak.
Ketahanan pangan dan kecukupan nilai gizi harus didukung dengan program-
program pemerintah yang akan terwujudnya masyarakat tahan pangan dan cukup
gizi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja teknologi atau program yang dibuat untuk mengatasi masalah
gizi masyarakat ?
2. Bagaimana sejarah terciptanya program tersebut?
3. Siapa sasaran dari program tersebut?
4. Bagaimana proses berjalannya program tersebut?

C. TUJUAN

1
1. Mengetahui teknologi atau program yang dibuat untuk mengatasi
masalah gizi masyarakat.
2. Mengetahui bagaimana sejarah terciptanya program tersebut.
3. Mengetahui siapa sasaran dari program tersebut.
4. Mengetahui bagaimana proses berjalannya program tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

2
A. POLA MENU 4 SEHAT 5 SEMPURNA

1. Sejarah

Pola menu ini diperkenalkan pada tahun 1950 oleh bapak ilmu gizi prof. DR.
Poorwo soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat Depkes dalam rangka
melancarkan gerakan “sadar gizi”.
Pola menu 4 sehat 5 sempurna digali dari pola menu yang pada umumnya sejak
dahulu telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pada umumnya menu di
Indonesia terdiri atas makanan sebagai berikut :
1. Makanan pokok untuk memperoleh rasa kenyang : nasi, jagung, ubi jalar,
singkong, talas, sagu, serta hasil olahan seperti mie, bihun, macaroni dan
sebagainya.
2. Lauk untuk memeperoleh rasa lebih nikmat, karena selain menyumbang
kandungan protein adanya lauk juga memberikan rasa nikmat, karena pada
dasarnya bahan makanan pokok memiliki rasa yang netral, lauk barasal
dari dua golongan yaitu yang berasal dari hewani (daging, ayam, ikan,
kerang, telur dan sebagainya) dan yang berasal dari golongan nabati (jenis
kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti kacang kedelai, kacang
hijau, kacang merah, tempe, tahu dan oncom).
3. Sayur-sayuran, fungsinya adalah untuk memenuhi akan kebutuhan vitamin
dan mineral, banyak sekali zat penting yang terkandung didalamnya yang
diperlukan oleh tubuh. Selain itu sayuran juga member rasa segar pada
makanan yang kita makan.
4. Buah-buahan, pada saat pola makan ini popular dikalangan masyarakan
dimasanya, buah-buahan dimakan setelah makan makanan utama
(makanan pokok, lauk dan sayur).
5. Minum susu. Karena menu yang tersebut diatas merupakan makanan yang
sehat dan bernilai gizi untuk lebih memantapkan nilai gizinya ditambah
lah dengan yang ke lima.
2. Sasaran
Seluruh masyarakat Indonesia dalam rangka melancarkan gerakan “sadar
gizi”.

B. PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS)


1. Pengertian

3
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) merupakan pedoman utama
kegiatan penyuluhan gizi agar kegiatan komunikasi informasi edukasi (KIE) gizi
lebih terarah dan lebih efektif untuk mencapai sasaran masyarakat atau keluarga
sadar gizi. PUGS dicanangkan pada tahun 1995 dan pengembangan dari pedoman
4 sehat 5 sempurna yang sudah dikenalkan sejak tahun 1960-an (Soekirman,
2006)
2. Sejarah
Sebagai alat memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat
luas dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada tahun 1995 Direktorat
Gizi Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Pedoman ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu rekomendasi Konferensi
Gizi Internasional di Roma pada tahun 1992 untuk mencapai dan memelihara
kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being) semua penduduk yang
merupakan prasyarat untun membangun sumberdaya manusia. PUGS merupakan
penjabaran lebih lanjut dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang menurut pesan-
pesan yang berkaitan dengan pencegahan baik masa;ah gizi kurang, maupun
masalah gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir telah mulai menampakan diri di
Indonesia.
3. Konsep
Dalam PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah
menjaminkeseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan menkonsumsi
beraneka ragam makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam
zat-zat gizi yang dikandungnya. Pengelompokan bahan makanan disederhanakan,
yaitu didasarkan pada tiga fungi utama zat-zat gizi, yaitu : (1) sumber
energi0tenaga; (2) sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur. Untuk
mencapai gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari-hari terdiri dari
campuran ketiga kelompok bahan makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih
salah satu atau lebih jenis bahan makanan sesuai dengan ketersediaan bahan
makanan –tersebut dipasar, keadaan social ekonomi, nilai gizi dan kebiasaan
makanan.
Ketiga golongan makanan tersebut digambarkan dalam bentuk kericut
dengan urut-urutan menurut banyaknya digunakan dalam hidangan sehari-hari.
Dasar kerucut menggambarkan sumber energy atau tenaga, yaitu golongan bahan

4
makanan yang paling banyak dimakan seperti sember bahan makanan pokok,
beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar dan lainnya yang banyak mengandung
karbohidrat. Bagian tengan menggambarkan sumber zat pengatur, yaitu golongan
makanan yang banyak mengandung vitamin dan minerat seperti buah-buahan dan
sayur mayor. Dan bagian atas atau bagian puncak menggambarkan zumber zat
pembangun yang secara relative paling sedidkit dimakan setiap harinya, yaitu
bahan makanan yang banyak mengandung protein seperti ikan, telur, ayam,
daging, susu, keju, kacang-kacangan, tempe. Tahu dan oncom
4. Sasaran dan Pesan
PUGS memuat tiga belas pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan
masyarakan luas sebagai pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-
hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi
dan kesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Makanlah aneka ragam makanan.
2. Makanlan makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan
energy.
4. Batasi komsumsi lemak dan minyak sampai seperempat kebutuhan
energy.
5. Gunakan garan meriodium.
6. Makanlah makanan sumber zat besi.
7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.
8. Biasakan makan pagi atau sarapan.
9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya.
10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur.
11. Hindari minum-minuman beralkohol.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
13. Bacalah laber pada makanan yang dikemas.

C. PEDOMAN GIZI SEIMBANG


1. Pengertian
Pedoman gizi seimbang adalah upaya perbaikan pada kekurangan yang
terdapat pada program pedoman umum gizi seimbang, pedoman gizi seimbang
melakukan work shop pada tahun 2014, yang mana pada acara tersebut pihak
mentri kesehatan meminta pendapat dari berbagai pihak. Pedoman Gizi Seimbang
baru ini sebagai penyempurnaan pedoman-pedoman yang lama, bila diibaratkan

5
rumah maka ada 4 (empat) pilar prinsip yang harus dipenuhi agar rumah tersebut
dapat berdiri, yaitu 1). Mengonsumsi makanan beragam, tidak ada satupun jenis
makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk
menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu
(ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan; 2). Membiasakan perilaku
hidup bersih, perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang;
3) Melakukan aktivitas fisik, untuk menyeimbangkan antara pengeluaran energi
dan pemasukan zat gizi kedalam tubuh; 4) Mempertahankan dan memantau Berat
Badan (BB) dalam batas normal. Memantauan BB normal merupakan hal yang
harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat
mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan
maka dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.
2. Tujuan dan sasaran
Tujuan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) bertujuan untuk menyediakan
pedoman makan dan berperilaku sehat bagi seluruh lapisan masyarakat
berdasarkan prinsip konsumsi anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas
fisik dan mempertahankan berat badan normal.
Sasaran Sasaran PGS adalah penentu kebijakan, pengelola program, dan
semua pemangku kepentingan antara lain Lembaga Swadaya Masyarakat,
organisasi profesi, organisasi keagamaan, perguruan tinggi, media massa, dunia
usaha, dan mitra pembangunan internasional
3. Pesan-pesan PGS

Pesan-pesan PGS (pedoman gizi seimbang) :


1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan;
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan;
3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi;
4. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok;
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak;
6. Biasakan Sarapan;
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman;
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan;
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir;
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan
normal

D. DAFTAR BAHAN MAKANAN PENUKAR

6
1. Sejarah
Dalam penyusunan menu makanan sehari-hari sering dari kita bingung
berapa banyak porsi yang dibutuhkan, oleh sebab itu untuk memudahkan
penyusunan menu yang bervariasi dan bergizi disusun Daftar Bahan Makanan
Penukar yang fungsinya mengelompokkan bahan makanan berdasarkan
peranannya dalam pola menu simbang dan zat gizi utama yang dikandungnya.
Daftar Bahan Makanan Penukar pertama di Indonesia disusun pada tahun 1972
oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Bagian Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo yang terutama ditujukan untuk menyusun diet pada penyakit
diabetes mellitus. Pada tahun 1996 Direktoran gizi mengeluarkan Daftar Padanan
Bahan Makanan yang prinsipnya sama sengan Daftar Penukar Bahan Makanan.

2. Pengertian
DBMP adalah daftar yang berisi 7 golongan bahan makanan. Bahan
makanan pada tiap golongan, dalam jumlah (dapat berbeda setiap makanan) yang
dinyatakan bernilai energi dan zat gizi yang sama. Oleh karenanya satu sama
lainnya dapat saling menukar dan disebut 1 satuan penukar.
3. Tujuan dan Golongan

Daftar Bahan Makanan Penukar didalam buku ini dapat digunakan secara
umum dalam sehat dan sakit. Bahan makanan dibagi dalam selapan golongan
sebagai berikut :
I. Bahan makanan sumber karbohidrat.
II. Bahan makanan sumber protein hewani.
III. Bahan makanan sumber protein nabati.
IV. Sayuran.
V. Buah-buahan.
VI. Susu.
VII. Minyak.
VIII. Gula
Untuk tiap golongan bahan makanan disusun daftar bahan makanan dalam
jumlah yang zat gizinya setara atau ekivalen salam energy, karbohidrat, lemak,
dan protein (diperoleh dari kandungan rata-rata kandungan energy, karbohidrat,
lemak, dan protein bahan makanan dalam tiap golongan). Bahan makanan dalam

7
jumlah tersebut dapat saling menukarkan. Pada table dibawah ini memuat bahan
makan tiap golongan yang digunakan sebagai acuan, ukuran standar (dalam
ukuran rumah tangga dan gram) dan nilai energy, karbohidrat, lemak, dan protein.

E. KELUARGA SADAR GIZI


1. Pengertian Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Keluarga sadar gizi (Kadarzi) adalalah suatu keluarga yang mampu
mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu
keluarga disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dicirikan
minimal dengan menimbang berat badan secara teratur, memberikan air susu ibu
(ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif), makan
beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi (kapsul
vitamin A dosis tinggi) (Depkes RI, 2007).
Tujuan Pembinaan Keluarga Sadar gizi (KADARZI) adalah
a) Menimbang balita ke posyandu secara berkala.
b) Mampu mengenali tanda-tanda sederhana keadaan kelainan gizi
(gizi kurang dan gizi lebih).
c) Mampu menerapkan susunan hidangan yang baik dan benar,
sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
d) Mampu mencegah dan mengatasi kejadian atau mencari rujukan,
manakala terjadi kelainan gizi di dalam keluarga.
e) Menghasilkan makanan melalui pekarangan.

2. Sejarah Keluarga Sadar Gizi


Dalam Upaya menanggulangi masalah gizi sebagai dampak krisis ekonomi
yang terjadi sejak tahun 1997, pemerintah mencanangkan Gerakan
Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi melaluiInpres nomor 8 tahun 1999.
Gerakan tersebut dilaksanakan melalui 4 strategi utama yaitu pemberdayaan
keluarga, pemberdayaan masyarakat, pemantapan kerjasama lintas sector, serta
peningkatan mutu dan cakupan pelayanan kesehatan.
Sejalan dengan gerakan tersebut, dalam undang – undang Nomor 25 tahun
2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan dalam visi
Indonesia Sehat 2010 ditetapkan bahwa salah satu tujuannya adalah 80% keluarga
menjadi KADARZI, dengan prinsip bahwa keluarga memiliki nilai yang sangat
strategis dan menjadi inti dalam pembangunan seluruh masyarakat serta menjadi
tumpuan pembangunan manusia seutuhnya.
3. Sasaran Pembinaan Keluarga Sadar Gizi

8
Sasaran pembinaan Kadarzi adalah semua keluarga di wilayah kerja
puskesmas. Namun perhatian utama pembinaan ditujukan kepada keluarga yang
memiliki kelainan gizi, keluarga pra-sejahtera dan keluarga sejahtera tahap I.
Dengan adanya pembinaan kadarzi maka diharapkan agar :
a) Dalam setiap keluarga, setidak-tidaknya terdapat seorang anggota
keluarga yang menjadi kader kadarzi.
b) Semua keluarga menjadi Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
c) Tidak ada lagi masalah gizi utama dikalangan keluarga (Depkes
RI, 1998).

4. Kegiatan Dalam Pelaksanaan Program Kadarzi


a) Pemetaan Kadarzi
Pemetaan kadarzi dilakukan untuk menganalisis situasi kadarzi di suatu
wilayah kerja puskesmas yang dilakukan pertama kali oleh Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) kemudian untuk berikutnya dilakukan oleh ketua kelompok posyandu.
Pemetaan dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu setiap bulan Februari dan Agustus.
b) Konseling Kadarzi
Konseling kadarzi adalah dialog atau konsultasi antara kader dasawisma,
tenaga penggerak masyarakat (TPM) untuk membantu memecahkan masalah
prilaku gizi yang belum dapat dilakukan oleh keluarga. Tujuan konseling kadarzi
adalah untuk memantapkan kemauan dan kemampuan keluarga dalam
melaksanakan perilaku gizi yang baik dan benar dengan memanfaatkan yang
dimiliki keluarga atau yang ada di lingkungannya. Pelaksanaan konseling kadarzi,
untuk pertama kali konseling dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi (TPG)
puskesmas bersama tenaga penggerak masyarakat dan kader dasawisma. Untuk
selanjutnya konseling kadarzi dilakukan oleh kader dasawisma dan TPM. Sasaran
konseling kadarzi dilakukan pada keluarga yang belum menerapkan indikator
sadar gizi. Konseling ditujukan kepada anggota keluarga yang sudah dewasa
(Depkes RI, 2000).
5. Strategi untuk mencapai sasaran keluarga sadar gizi (Kadarzi).
Strategi untuk mencapai sasaran kadarzi adalah :
1) Meningkatkan fungsi dan peranan posyandu sebagai wahana
masyarakat dalam memantau dan mencegah secara dini gangguan
pertumbuhan balita.
2) Menyelenggarakan pendidikan/promosi gizi secara sistematis melalui
advokasi, sosialisasi, dan pendampingan keluarga.

9
3) Menggalang kerja sama dengan lintas sektor dan kemitraan dengan
swasta dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta pihak lainnya
dalam mobilisasi sumber daya untuk penyediaan pangan.
4) Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan suplemen gizi terutama zat
gizi mikro dan MP-ASI bagi balita dalam keluarga di bawah garis
miskin.
5) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas puskesmas dan
jaringannya dalam pengelolaan dan tatalaksana pelayanan gizi.
6) Mengupayakan dukungan sarana dan prasarana pelayanan untuk
meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi di puskesmas dan
jaringannya (Depkes RI, 2007).

F. STRATEGI DAN PENANGGULANGAN AKIBAT KEKURANGAN


IODIUM
1. Pengertian
Merupakan strategi dari pemerintah dalam menangani permasalahan
kekurangan iodium. GAKY atau gangguan akibat kekurangan iodium adalah
gejala akibat kekurangan gizi yaitu iodum, iodium adalah salah satu zat gizi
esensial yang diperlukan dalam jumlah kecil yang juga disebut sebagai
mikromineral jenis mineal, biasanya masyarakat yang menunjukan gejala GAKY
adalah masyarakat yang tinggal di daerah pegununyak karena jauh dari laut,
iodium banyak terdapat pada daerah yang dekat dengan pantai sehingga
masyarakat yang bermukim disekitar pantai dapat dipastikan kecukupan akan
iodium terpenuhi
2. Sasaran Program
Sasaran program ini adalah semua keluarga di wilayah kerja puskesmas.
Namun perhatian utama pembinaan ditujukan kepada pasien yang menderita
GAKY.
3. Kegiatan dalam melaksanakan program
Strategi jangka panjang, antara lain dengan melakukan tiga kegiatan
berikut:
a) KomunikasiInformasi dan Edukasi (KIE), merupakan sebuah strategi
pemberdayakan masyarakat dan komponen terkait agar mempunyai
visi dan misi yang sama untuk menanggulangi GAKY melalui kegiatan
pemasyarakatan informasi, advokasi, pendidikan/penyuluhan tentang
ancaman GAKY bagi kualitas sumberdaya manusia. Juga terkait

10
pentingnya mengkonsumsi garam beryodium, law enforcement dan
social enforcement, hak memperoleh kapsul beryodium bagi daerah
endemic dan penganekaragaman konsumsi pangan.

b) Surveillans, merupakan kegiatan pemantauan yang dilakukan secara


berkesinambungan terhadap beberapa indicator untuk dapat
melakukan deteksi dini adanya masalah yang mungkin timbul agar
dapat dilakukan tindakan/intervensi sehingga keadaan lebih buruk
dapat dicegah. Kegunaan survey lansya itu mengetahui luas dan
beratnya masalah pada situasi terakhir, mengetahui daerah yang harus
mendapat prioritas, memperkirakan kebutuhan sumberdaya yang
diperlukan untuk intervensi, mengetahui sasaran yang paling tepat dan
mengevaluasi keberhasilan program.
c) Iodisasi garam, merupakan kegiatan fortifikasi garam dengan Kalium
Iodat (KOI3). Tujuan kegiatan ini agar semua garam yodium yang
dikonsumsi masyarakat mengandung yodium minimal 30 ppm. Target
program ini 90% masyarakat mengkonsumsi garam beryodium yang
cukup (30 ppm).

Sedangkan strategi jangka pendek sebagai upayap enanggulangan GAKY


yaitu dengan melakukan kegiatan distribusi kapsul minyak beryodium. Program
yang sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1992 ini dilakukan untuk
mempercepat perbaikan status yodium masyarakat bagi daerah endemik sedang
dan berat pada kelompok rawan. Kapsul minyak beryodium 200mg diberikan
pada Wanita Usia Subur (WUS) sebanya 2 kapsul/tahun, sedangkan untuk ibu
hamil, ibu menyusui dan anak SD kelas 1-6 sebanyak 1 kapsul/tahun.

4. Strategi untuk mencapai sasaran


a) Ada tim GAKY yang efektif untuk tingkat nasional/ propinsi/
kabupaten
b) Bukti komitmen POLITIS dalam program penanggulangan GAKY

11
c) Ditunjuk eksekutif yang bertanggungjawab terhadap program
penaggulangan GAKY
d) PERDA tentang garam beryodium
e) Pelaksanaan surveilance GAKY dengan data laboratorium tentang
garam dan UIE
f) Program penyuluhan masal, dan mobilisasi social tentang bahaya
GAKY dan perlunya mengkonsumsi garam beryodium
g) Data berkala tentang garam dari tingkat prosusen, perdagangan, dan
rumah tangga
h) Data berkala ttg UIE kelompok rawan dengan sampling representative
untuk daerah berisiko tinggi Kerjasama dg produsen garam beryodium
untuk menjaga kualitas
i) Ada data base dari pemantauan berkala ttg garam beryodium, UIE, jika
da TSH neonatal yang selalu diumumkan kpd masyarakat.

G. POSYANDU
1. Pengertian
Pengertian posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam
pelayanan kesehatan masyarakat dari keluarga berencana dari masyarakat, oleh
mesyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan
teknis dari petigas kesehatan dan keluarga. Berencana yang mempunyai nilai
strategis intuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
2. Sejarah
Departemen Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Adapun yang dimaksud
dengan PKMD ialah strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip
gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan tujuan agar mayarakat dapat
menolong dirinya sendiri, melalui pengenalan dan penyelesaian masalah
kesehatan secara lintas program dan lintas sektor terkait.
Pencanangan Posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dilakukan secara
massal untuk pertama kali oleh Kepala Negara Republik Indonesia pada tahun
1986 di Yogyakarta, bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Sejak
saai itu Posyandu tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1990, terjadi perkembangan
yang sangat luar biasa, yakni dengan keluarnya Instruksi Menteri Dalam Negeri

12
(Inmandagri) Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan Mutu
Posyandu. Melalui instruksi ini, seluruh kepala daerah ditugaskan untuk
meningkatkan pengelolaan mutu Posyandu. Pengelolaan Posyandu dilalulan oleh
satu Kelompok Kerja Operasional (pokjanal) Posyandu yang merupakan tanggung
jawab bersama antara masyrakat denagn Pemerintah Daerha (Pemda).
3. Sasaran Program
a) Bayi/Balita
b) Ibu hamil/ibu menyusui.
c) WUS dan PUS.
4. Kegiatan dalam melaksanakan program
a) KIA
b) KB

c) lmunisasi.

d) Gizi.

e) Penggulangan diare.

5. Strategi untuk mencapai sasaran

Isi dari Inmendagri No. 9 tahun 1990 berisi berbagai petunjuk yaitu (1)
Dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai potensi
pembangunan bangsa agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri,
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, maka
posyandu cukup strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia
sejak dini perlu ditingkatkan pembunaannya. (2) untuk meningkatkan pembinaan
posyandu sebagai pelayanan KB-kesehatan yang dikelola untuk dan oleh
masyarakat dan dukungan pelayanan teknis dari petugas perlu ditumbuh
kembangkan perlu serta aktif mesyarakat dalam wadah LKMD. (3) meningkatkan
mutu pengelolaan posyandu, perlu dimantapkan koordinasi dan keterpaduan
pembinaan disemua tingkatan pemerintahan. Petunjuk tersebiu dapat kita artikan
betapa pentingnya keberadaan posyandu ditengah-tengah masyarakat yang
merupakan pusak kesehatan masyarakat, dimana masyarakat sebagai pelaksana
sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan serta keluarga berencana. Dasar
pelaksanaan posyandu adalah bedasarkan surat keputusan bersama :
Mendagri/menkes/BKKBN. Masing-masing No.23 tahun 1985.

13
21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 112/HK-011/ A/1985 tentang penyelenggaraan
posyandu yaitu :
a) Mengerjakan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan
posyandu dalam lingkup LMDK dan PKK
b) Mengembangkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan fungsi
posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-
program pembangunan masyarakat desa.
c) Meningkatkan fungsi dan peran LMDK PKK dan mengutamakan
peranan kader pembangunan.
d) Melaksanakan pembentukan posyandu di wilayah atau di daerah
masing-masing dari melaksanakan pelayanan paripurna sesuai
petunjuk Depkes dan BKKBN \.
e) Undang-undang no.23 tahun 1992 pasal 66, dana sehat sebagai cara
penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara
peripurna.

H. MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGS)

Pengertian
Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi “Tujuan Pembangunan Milenium”, adalah sebuah
paradigma pembangunan global yang dideklarasikan Konferensi Tingkat Tinggi
Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New
York pada bulan September 2000. Semua negara yang hadir dalam pertemuan
tersebut berkomitmen untuk mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari
program pembangunan nasional dalam upaya menangani penyelesaian terkait
dengan isu-isu yang sangat mendasar tentang pemenuhan hak asasi dan
kebebasan manusia, perdamaian, keamanan, dan pembangunan.
Sejarah
Deklarasi millennium yang merupakan kesepakatan para Kepala Negara dan
perwakilan dari 189 negara dalam siding Persatuan Bangsa-Bangsa di New York
pada bulan September 2000 menegaskan kepedulian utama masyarakat dunia
untuk bersinergi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Melenium (Millennium
Development Goals-MGDs) pada tahun 2015. Tujuan MDGs menempatkan

14
manusia sebagai focus utama pembangunan yang mencakup semua komponen
kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat.
Sasaran Program
Yang menjadi sasaran program ini tentunya, seluruh masyarakat pada negara
tersebut. Yang mana pemerintah bertanggung jawab penuh terhadap MDGs ini.
Kegiatan dalam melaksanakan program
Deklarasi ini merupakan kesepakatan anggota PBB mengenai sebuah paket
arah pembangunan global yang dirumuskan dalam beberapa tujuan yaitu:
a) Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan,
b) Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua,
c) Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan,
d) Menurunkan Angka Kematian Anak,
e) Meningkatkan Kesehatan Ibu,
f) Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya,
g) Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan
h) Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.

Setiap tujuan menetapkan satu atau lebih target serta masing-masing


sejumlah indikator yang akan diukur tingkat pencapaiannya atau kemajuannya
pada tenggat waktu hingga tahun 2015. Secara global ditetapkan 18 target dan 48
indikator. Meskipun secara glonal ditetapkan 48 indikator namun
implementasinya tergantung pada setiap negara disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan dan ketersediaan data yang digunakan untuk mengatur tingkat
kemajuannya. Indikator global tersebut bersifat fleksibel bagi setiap negara.
Deklarasi MDGs merupakan hasil perjuangan dan kesepakatan bersama
antara negara-negara berkembang dan maju. Negera-negara berkembang
berkewajiban untuk melaksanakannya, termasuk salah satunya Indonesia dimana
kegiatan MDGs di Indonesia mencakup pelaksanaan kegiatan monitoring MDGs.
Sedangkan negara-negara maju berkewajiban mendukung dan memberikan
bantuan terhadap upaya keberhasilan setiap tujuan dan target MDGs.
Strategi untuk mencapai sasaran

15
Langkah-langkah untuk memepercepat upaya pencapaian MDGs selama lima
tahun (2010-2015) sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Inpres Nomor 3
tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan, meliputi :
a) Pemerintah menyusun Peta Jalan Percepatan Pencapaian MDGs yang
akan digunakan sebagai acuan seluruh pemangku kepentingan
melaksanakan percepatan pencapaian MDGs diseluruh Indonesia.
b) Pemerintah provinsi menyiapkan “Rencana Aksi Daerah Percepatan
Pencapaian MDGs” yang digunakan sebagai dasar bagi perencanaan,
peningkatan koordinasi upaya-upaya untuk mengurangi kemiskinan dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
c) Alokasi dana pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten akan terus
ditingkatkan untuk mendukung intensifikasi dan perluasan program-
program pencapaian MDGs. Akan dirumuskan mekanisme pendanaan
untuk memberikan intensif pada pemerintah daerah yang berkinerja baik
dalam pencapaian MDGs.
d) Dukungan untuk perluasan pelayanan social di daerah tertinggal dan
daerah terpencil akan ditingkatkan.
e) Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS atau publick private
partnership/PPP) di sector social, khususnya pendidikan dan kesehatan
akan dikembangkan untuk meningkatkan sumber pembiayaan dalam
mendukung upaya pencapaian MDGs.
f) Mekanisme untuk perluasan inisiatif CSR (Corporate Social
Responsibility) akan diperkuat dalam rangka mendukung pencapaian
MDGs.
g) Meningkatkan kerjasama pembangunan terkait konversi utang (debt
swap) untuk pencapaian MDGs dengan Negara-negara kreditor.

I. JAMPERSAL
a. Pengertian Jaminan Persalinan
Jaminan Persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang
meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas
termasuk pelayanan KB paska persalinan dan pelayanan bayi baru lahir.
b. Ruang Lingkup Jaminan Persalinan
Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang
berdasarkan rujukan. Ruang lingkup pelayanan jaminan persalinan terdiri dari:

16
1. Pelayanan persalinan tingkat pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB
pasca persalinan, pelayanan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan
pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir)
tingkat pertama.
Pelayanan tingkat pertama diberikan di Puskesmas dan Puskesmas
PONED serta jaringannya termasuk Polindes dan Poskesdes, fasilitas kesehatan
swasta yang memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Tim Pengelola
Kabupaten/Kota.

Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:


1. Pemeriksaan kehamilan
2. Pertolongan persalinan normal
3. Pelayanan nifas, termasuk KB pasca persalinan
4. Pelayanan bayi baru lahir
5. Penanganan komplikasi pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru
lahir

2. Pelayanan Persalinan Tingkat Lanjutan


Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan spesialistik, terdiri dari pelayanan kebidanan dan neonatus
kepada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi dengan risiko tinggi dan komplikasi, di
rumah sakit pemerintah dan swasta yang tidak dapat ditangani pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama dan dilaksanakan berdasarkan rujukan, kecuali pada
kondisi kedaruratan.
Jenis pelayanan Persalinan di tingkat lanjutan meliputi:
1. Pemeriksaan kehamilan dengan risiko tinggi (RISTI) dan penyulit
2. Pertolongan persalinan dengan RISTI dan penyulit yang tidak mampu
dilakukan di pelayanan tingkat pertama.

17
3. Penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir di Rumah Sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan yang setara.

c. Sumber dan Alokasi Dana


a) Sumber dana
Dana Jaminan Persalinan bersumber dari APBN Kementerian Kesehatan
yang dialokasikan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan.
b) Alokasi Dana
Alokasi dana Jaminan Persalinan di Kabupaten/Kota diperhitungkan
berdasarkan perkiraan jumlah sasaran yang belum memiliki jaminan
persalinan di daerah tersebut dikalikan besaran biaya paket pelayanan
persalinan tingkat pertama.
d. Tujuan
a) Tujuan Umum
Meningkatnya akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh
dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB melalui jaminan
pembiayaan untuk pelayanan persalinan.
b) Tujuan Khusus
1. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan.
2. Meningkatnya cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan.
3. Meningkatnya cakupan pelayanan KB pasca persalinan oleh tenaga
kesehatan.
4. Meningkatnya cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas,
dan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan.
5. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan,
dan akuntabel.
e. Sasaran
Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah:
a) Ibu hamil
b) Ibu bersalin
c) Ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan)
d) Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)

J. JAMKESMAS
a. Pengertian

18
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)/ Program Jaminan
Kesehatan Sosial merupakan program nasional yang memberikan kemudahan
biaya perawatan kesehatan bagi masyarakat miskin dan yang hampir miskin di
Indonesia.
Program ini diperkenalkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2007
untuk menanggapi mandat Konstitusi dalam menyediakan sistem jaminan sosial
bagi seluruh penduduk Indonesia sebagaimana tercantum pada UUD RI 1945
pasal 34 ayat 2. Jamkesmas menggantikan Program Askeskin yang dikelola oleh
PT ASKES.

f. Tujuan
Tujuan keseluruhan dari Jamkesmas adalah untuk meningkatkan akses
dan kualitas pelayanan kesehatan seluruh penerima Jamkesmas untuk menjamin
bahwa kesehatan yang optimal secara efektif dan efisien dapat dicapai.
Tujuan khusus :
1) Untuk menyediakan kemudahan akses terhadap jaringan penyedia layanan
kesehatan Jamkesmas,
2) Untuk mempromosikan perawatan kesehatan standar pada semua anggota
untuk mencegah layanan yang berlebihan yang dapat membuat tambahan
beban biaya
3) Untuk melaksanakan manajemen keuangan Jamkesmas yang transparan
dan akuntabel.

b. Sasaran
Sasaran para penerima program Jamkesmas adalah populasi masyarakat
miskin dan yang hampir miskin di Indonesia, yaitu penduduk yang tidak
tertanggung dalam program jaminan kesehatan lainnya, seperti Askes dan Jaminan
kesehatan swasta.

K. JAMKESDA
a. Pengertian

19
Program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) sebagai upaya pemerintah
daerah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan jaminan kesehatan, terutama
bagi masyarakat miskin.
Terdapat dua alasan yang memotivasi pemerintah daerah untuk
memperkenalkan kebijakan jaminan kesehatan lokal.
a) Faktor Regulasi
UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah memberikan
kesempatan bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan program
jaminan sosial termasuk jaminan kesehatan. Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 007/PUU-III/2005 yang mengijinkan pemerintah daerah
membentuk lembaga yang mengkhususkan diri dalam mengelola program
jaminan kesehatan di wilayah masing-masing juga menjadi salah satu
pendorong. Selain itu, pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas yang
diterbitkan setiap tahun menyarankan bahwa orang miskin yang tidak
termasuk dalam daftar keanggotaan Jamkesmas yang ditetapkan oleh
Bupati/Walikota menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.
b) Kepentingan politik kepala daerah
Sistem pemilihan langsung kepala daerah memiliki implikasi terhadap
bagaimana pemerintah daerah merumuskan kebijakan pembangunannya.
Sistem pemilihan langsung telah mengalihkan fokus akuntabilitas
pemimpin yang terpilih. Kepala daerah telah menjadi subjek penilaian para
konstituen yang berbeda dibandingkan sistem perwakilan pemilu
sebelumnya. Oleh karena itu, pemimpin yang baru tersebut akan mencari
kebijakan populer yang dapat mempertahankan dukungan rakyatnya,
termasuk menjanjikan adanya jaminan kesehatan untuk masyarakat.

b. Sasaran
Penentuan sasaran kepesertaan/targeting merupakan isu kebijakan penting
terkait program jaminan kesehatan untuk memastikan bahwa sumber daya publik
yang terbatas dapat didistribusikan secara efektif kepada mereka yang berhak.
Menurut Walle (1998), ‘Penargetan’ dalam kebijakan sosial/kesehatan
melibatkan rangkaian upaya sistematis dan terarah untuk berkonsentrasi sumber
daya masyarakat yang terbatas sehingga dapat secara efektif menjangkau mereka

20
yang miskin, tertinggal, atau yang rentan terhadap risiko. Definisi ini
menunjukkan bahwa hasil dari kebijakan dan program untuk mengurangi
kemiskinan dapat dicapai secara efektif jika sumber daya yang terbatas tersebut
dapat difokuskan pada kelompok sasaran spesifik, khususnya yang sangat
membutuhkan. Asumsi yang mendasari adanya penargetan ini adalah bahwa
sangat mungkin untuk membedakan yang miskin dan yang tidak. Dari kasus yang
diteliti, setidaknya ada tiga metode penargetan yang digunakan dalam program
Jamkesda.

Kategori Program Jaminan Kesehatan Daerah


Ada tiga kategori program, mulai dari sistem subsidi paling sederhana
hingga program jaminan kesehatan semesta yang bersifat lebih kompleks dan
komprehensif.
a) Kategori pertama
adalah Subsidi Biaya Layanan Kesehatan (Health Care Cost Subsidy).
Dalam kategori ini, pemerintah daerah mengalokasikan dana yang hanya dapat
digunakan untuk membayar biaya layanan kesehatan masyarakat miskin. Dana ini
sering dianggarkan dalam pos Bantuan Sosial atau dikelola oleh Dinas kesehatan
kabupaten. Pemerintah kabupaten akan membayar penyedia layanan kesehatan
(puskesmas dan rumah sakit umum) untuk layanan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat miskin tersebut.
Program ini tidak memerlukan daftar penerima bantuan. Pemerintah
membuat peraturan daerah untuk menetapkan kriteria kelayakan dan mekanisme
pengajuan klaim pendanaan tersebut. Seluruh program Jaminan kesehatan yang
masuk dalam kategori ini menggunakan Surat Keterangan Tidak Mampu/SKTM.
Untuk mengakses manfaat jaminan, pengguna layanan kesehatan harus memenuhi
syarat yang ditentukan untuk mengajukan permohonan Surat Keterangan Tidak
Mampu. Untuk memperoleh surat keterangan tersebut, pemohon harus
mendapatkan rekomendasi dari semua tingkat otoritas dimana ia berada, mulai
dari RT, hingga kelurahan/desa. Setelah semua persyaratan selesai, kepala desa

21
akan mengeluarkan Surat tersebut. Surat Keterangan ini juga harus dikaji
keabsahannya oleh petugas yang ditunjuk di Dinas Kesehatan Kabupaten. Setelah
menerima persetujuan, pemohon baru dapat menggunakan sertifikat tersebut
untuk menerima pembebasan biaya layanan kesehatan.

b) Kategori kedua
Skema kedua adalah skema jaminan kesehatan berdasarkan tingkat
kesejahteraan/ status kemiskinan (Poverty Targeted Insurance Scheme). Program
ini dirancang untuk memberikan Jaminan perawatan kesehatan untuk masyarakat
miskin yang tidak tertanggung dalam Jamkesmas. Dalam program ini, pemerintah
daerah mengeluarkan kartu keanggotaan sebagai bukti bahwa pemegang kartu
adalah salah satu penerima manfaat yang memenuhi syarat untuk mendapatkan
bantuan. Implikasi dari model ini, pemerintah daerah harus membuat dan
mengelola database penerima bantuan. Sebuah tim harus dibentuk untuk
memverifikasi dan memvalidasi apakah penerima bantuan yang lama dan calon
penerima bantuan memenuhi kriteria persyaratan seperti yang diperlukan.
Database keanggotaan ini harus diperbarui secara teratur.

c) Kategori ketiga
Skema ketiga adalah skema Jaminan Kesehatan Semesta (Universal
Health Security Scheme ). Program ini digunakan oleh Kota Makassar, Kota
Palembang dan Kota Balikpapan. Jenis program ini menyediakan jaminan
kesehatan untuk seluruh penduduk di kota tersebut. Setiap orang yang ingin
mengakses manfaat hanya diminta untuk menunjukkan kartu identitas yang
menunjukkan bahwa ia adalah penduduk sah dari wilayah masing-masing. Kota
Makassar dan Kota Palembang memiliki bentuk kebijakan yang sama dalam
memberikan jaminan kesehatan kepada warganya. Hal ini karena pada
kenyataannya, kebijakan tersebut merupakan perpanjangan dari kebijakan
provinsi terkait penyelenggaraan pelayanan kesehatan gratis, di mana kota dan
pemerintah provinsi setuju untuk berbagi biaya penyelenggaraan jaminan
kesehatan.

22
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Keberhasilan suatu pemerintahan biasanya dapat dilihat salah satunya
dengan melihat status gizi masyarakatnya. Status gizi yang tidak baik menandakan
kurang baiknya kecukupan pangan suatu bangsa dan ketahanan pangannya.
Setelah ketersediaan pangan terjawab yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah
bagaimana status pangan atau makanan tersebut, baik nilai ada gizinya atau tidak.
Ketahanan pangan dan kecukupan nilai gizi harus didukung dengan program-
program pemerintah yang akan terwujudnya masyarakat tahan pangan dan cukup
gizi. Berikut ini adalah berbagai program pemerintah dalam menanggulangi
masalah gizi : a) Pola Menu 4 Sehat 5 Sempurna. b) Pedoman Umum Gizi
Seimbang. c) Pedoman Gizi Seimbang d) Daftar bahan Penukar e) Keluarga
Sadar Gizi f) Strategi dan Upaya Penanggulangan Akibat Kekurangan Iodium g)
Posyandu sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Peningkatan
Kesehatan Masyarakat h) Millenium Development Goals (MDGs) i) Jampersal j)
Jamkesmas k) Jamkesda

SARAN
Pemerintah telah melakukan pembaruan akan pentingnya masalah gizi di
indonesia, dengan berbagai program yang dirancang dan diterapkan di indonesia.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

23
24

Anda mungkin juga menyukai