Anda di halaman 1dari 8

1.

DEFENISI ALAT PELINDUNG DIRI

Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment adalah alat-alat atau
perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan pekerja saat
melakukan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya atau resiko kecelakaan kerja. Alat-alat
Pelindung Diri (APD) yang digunakan harus sesuai dengan potensi bahaya dan resiko
pekerjaannya sehingga efektif melindungi pekerja sebagai penggunanya.

Di dalam Perusahaan Manufakturing terutama yang bergerak dalam Produksi Perakitan


Elektronika, beberapa resiko pekerjaan yang berpotensi membahayakan keselamatan dan
kesehatan serta berpotensi menimbulkan kecelakan kerja antara lain proses menyolder, proses
pemotongan kaki Komponen Elektronika, proses penggunaan bahan-bahan kimia, suara-suara
yang timbul akibat mesin produksi, pembuangan limbah dan kegiatan pemindahan bahan-bahan
produksi. Oleh karena itu, pekerja-pekerja yang mengerjakan proses tersebut memerlukan
perlengkapan atau alat untuk melindungi dirinya sehingga mengurangi resiko bahaya dan
kecelakaan kerja. Alat Pelindung Diri atau APD ini merupakan salah satu syarat penting dalam
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau SMK3.

2. CONTOH-CONTOH APD

1. Alat Pelindung Kepala

1.1. Topi Pelindung (Safety Helmet)

Helmet atau Topi Pelindung digunakan untuk melindungi Kepala dari paparan bahaya
seperti kejatuhan benda ataupun paparan bahaya aliran listrik. Pemakaian Topi Pelindung
(Safety Helmet) harus sesuai dengan lingkar kepala sehingga nyaman dan efektif melindungi
pemakainya. Di Produksi Elektronika, Topi pelindung biasanya digunakan oleh Teknisi
Mesin dan Petugas Gudang.

Terdapat 3 Jenis Helmet berdasarkan perlindungannya terhadap listrik, yaitu:

1. Helmet Tipe General (G) yang dapat melindungi kepala dari terbentur dan kejatuhan
benda serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang bertegangan rendah hingga
2.200 Volt
2. Helmet Tipe Electrical (E) yang dapat melindungi kepala dari terbentur dan kejatuhan
benda serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang bertegangan tinggi hingga
22.000 Volt
3. Helmet Tipe Conductive (C) yang hanya dapat melindungi kepala dari terbentur dan
kejatuhan benda tetapi tidak melindungi kepala dari paparan bahaya aliran listrik.

1.2. Kacamata Pelindung (Safety Glass)

Kacamata Pelindung adalah alat yang digunakan untuk melindungi mata dari bahaya
loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil, mengurangi sinar yang menyilaukan serta
percikan bahan kimia. Kacamata Pelindung terdiri dari 2 Jenis yaitu :

1. Safety Spectacles, berbentuk Kacamata biasa dan hanya dapat melindungi mata dari
bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil dan mengurangi sinar yang
menyilaukan. Biasanya dipakai pada Proses menyolder dan Proses pemotongan Kaki
Komponen.
2. Safety Goggles, Kacamata yang bentuknya menempel tepat pada muka. Dengan Safety
Goggles, mata dapat terlindung dari bahaya percikan bahan kimia, asap, uap, debu dan
loncatan benda tajam. Biasanya dipakai oleh Teknisi Mesin Produksi.

1.3. Penyumbat Telinga (Ear Plug)

Penyumbat Telinga atau Ear Plug digunakan untuk melindungi alat pendengaran yaitu
telinga dari Intensitas Suara yang tinggi. Dengan menggunakan Ear Plug, Intensitas Suara
dapat dikurangi hingga 10 ~ 15 dB. Ear Plug biasanya digunakan oleh Pekerja yang bekerja di
daerah produksi yang memiliki suara mesin tinggi seperti SMT (Surface Mount Technology)
ataupun Mesin Produksi lainnya.

1.4. Penutup Telinga (Ear Muff)

Penutup Telinga atau Ear Muff adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat
pendengaran dari Intensitas Suara yang tinggi. Ear Muff dapat mengurangi intensitas suara
hingga 20 ~ 30dB. Ear Muff terdiri dari Head Band dan Ear Cup yang terbuat dari bantalan
busa sehingga dapat melindungi bagian luar telinga (daun telinga). Ear Muff sering digunakan
oleh Teknisi Mesin dan Generator (Genset).

1.5. Masker

Masker adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti Hidung
dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, debu dan bau bahan kimia yang ringan.
Masker biasanya terbuat dari Kain atau Kertas. Masker umumnya dipakai di proses
menyolder.
1.6. Respirator

Respirator adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti
Hidung dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, bau bahan kimia, debu, Uap, Gas
serta Partikel Mist dan Partikel Fume. Respirator sering dipakai oleh Teknisi Mesin Solder,
Operator Pengecatan (Painting) dan Proses bahan Kimia lainnya.

2. Alat Pelindung Badan

2.1. Apron (Celemek)

Apron atau sering disebut dengan Celemek adalah alat pelindung tubuh dari percikan
bahan kimia dan suhu panas. Apron atau Celemek sering digunakan dalam proses persiapan
bahan-bahan kimia dalam produksi seperti Grease, Oli, Minyak dan Adhesive (perekat).

3. Alat Pelindung Anggota Badan

3.1. Sarung Tangan (Hand Glove)

Sarung Tangan adalah perlengkapan yang digunkan untuk melindungi tangan dari kontak
bahan kimia, tergores atau lukanya tangan akibat sentuhan dengan benda runcing dan tajam.
Sarung Tangan biasanya dipakai pada proses persiapan bahan kimia, pemasangan komponen
yang agak tajam, proses pemanasan dan lain sebagainya. Jenis-jenis sarung tangan
diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Sarung Tangan Katun (Cotton Gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari tergores,
tersayat dan luka ringan.
2. Sarung Tangan Kulit (Leather Gloves), digunakna untuk melindungi tangan dari tergores,
tersayat dan luka ringan.
3. Sarung Tangan Karet (Rubber Gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari kontak
dengan bahan kimia seperti Oli, Minyak, Perekat dan Grease.
4. Sarung Tangan Electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari kontak dengan arus
listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan tinggi.

3.2. Sepatu Pelindung (Safety Shoes)

Sepatu Pelindung atau Safety Shoes adalah perlengkapan yang digunakan untuk
melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-benda tajam seperti kaca ataupun potongan
baja, larutan kimia dan aliran listrik. Sepatu Pelindung terdiri dari baja diujungnya dengan
dibalut oleh karet yang tidak dapat menghantarkan listrik. Sepatu Pelindung wajib digunakan
oleh Teknisi Mesin dan Petugas Gudang.
3. PENTINGNYA APD BAGI PEKERJA

APD diperlukan untuk melindungi pekerja jika terdapat bahaya tanggap darurat maupun
paparan bahaya potensial fisika, kimia, dan biologis. Rute paparan termasuk pernapasan,
kulit, mulut (oral), dan selaput lendir (misalnya melalui mata atau luka terbuka). Oleh karena
itu, penggunaan APD disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja.

4. KASUS-KASUS KECELAKAAN KERJA KARENA TIDAK MENGGUNAKAN


APD SAAT BEKERJA

Kamis 09 Agustus 2007, 16:56 WIB

Tak Pakai Safety Belt & Helm Diduga Sebabkan 2 Kuli Tewas

Jakarta - Kecelakaan kerja yang menewaskan 2 kuli bangunan di Apartemen


Kelapa Gading Square, diduga akibat lalai menerapkan standar keamanan
kerja. Antara lain penggunaan helm, sepatu, dan safety belt.Hal itu
diungkapkan seorang saksi, Aan (28), yang merupakan salah seorang kuli
bangunan di Apartemen Kelapa Gading Square, Jl Boulevard Kelapa Gading
Barat, Jakarta Utara, Kamis (9/8/2007).\"Banyak yang nggak pakai helm di
sini, Mas. Terus suka pada malas-malasan pakai sepatu, cuma pakai sandal
jepit. Kalau yang tadi pagi jatuh, saya memang nggak tahu pasti. Cuma
memang kemarin-kemarin nggak pakai safety belt,\" kata Aan.Dugaan pria ini
sangat beralasan. Pantauan detikcom, banyak kuli bangunan yang bekerja,
bahkan hingga lantai 20, hanya menggunakan topi kain dan sandal
jepit.Sedangkan untuk pekerjaan mengangkat besi dan baja atau mengecor
semen, mereka hanya menggunakan tangan kosong.\"Dulu Mas, awal-awal
baru seminggu kerja, tangan saya jadi melepuh. Sekarang sudah biasa, sudah
kebal meski kapalan,\" ujarnya.Sementara itu pimpinan kontraktor Nindya
Karya Pulau Intan (NKPI), tidak berhasil ditemui untuk dikonfirmasi.\"Wah
pimpinannya keluar, tadi mengantar korban ke rumah sakit,\" kata Sunardi,
seorang satpam yang berjaga di kantor proyek di lantai 4 tower C Kompleks
Kelapa Gading Square.Di pintu masuk kantor itu, ditempel selembar kertas
berukuran A4 yang berisi pengumuman bagi pekerja.Bunyinya: \"Tidak pakai
helm denda Rp 50.000, tidak pakai sepatu denda Rp 25.000, tidak pakai ID
card denda Rp 25.000, tidak pakai safety belt denda Rp 100.000.\"Menurut
satpam itu, denda ini cukup efektif. Pantauan detikcom pukul 16.30 WIB,
aktivitas pembangunan apartemen itu tampak normal. Ratusan pekerja sibuk
dengan pekerjaannya masing-masing.Di sisi dalam kantor itu terdapat
banyak helm proyek, menggantung tak terpakai. Tidak diketahui apakah helm
itu milik para kuli yang ogah-ogahan mengenakannya atau milik pekerja shift
malam.

PEMECAHAN KASUS DAN PROGRAM YANG DIGALAKKAN TERHADAP


KECELAKAAN KERJA KARENA TIDAK MENGGUNAKAN APD

1. Survei (penilaian) K3 di tempat kerja

Melakukan survei/ penilaian K3 bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya yang


ada di tempat kerja, membantu Anda menentukan pengendalian bahaya dan memilih
APD yang sesuai dengan bahaya yang telah diidentifikasi.

Manajer dan supervisor harus:

 Memeriksa area kerja secara langsung untuk menemukan bahaya fisik atau mekanik yang
ada di tempat kerja.
 Memeriksa material kerja. Buatlah daftar bahan/ material yang bila kontak atau terkena
paparannya bisa membahayakan pekerja dan bagaimana cara mengendalikannya.
Misalnya, pekerja yang setiap harinya kontak atau terpapar bahan kimia berbahaya tentu
wajib menggunakan respirator.
 Melakukan pengamatan terhadap pekerja. Luangkan waktu untuk melihat bagaimana
pekerja melakukan tugasnya, memastikan mereka tidak melakukan perilaku tidak aman
yang bisa mengakibatkan cedera. Misalnya, menggunakan teknik yang tidak tepat saat
menggunakan peralatan kerja.
 Melakukan diskusi ringan dengan pekerja. Cobalah untuk menjalin komunikasi terbuka
dengan pekerja dan ajukan pertanyaan untuk mengetahui seberapa aman tempat kerja
mereka selama ini. Catat setiap masukan dari pekerja dan lakukan perbaikan
berkelanjutan untuk menentukan pengendalian bahaya yang tepat untuk meminimalkan
kecelakaan kerja.

Berdasarkan hasil survei langsung di lapangan dan berinteraksi dengan pekerja, Anda
dapat mengidentifikasi bahaya apa saja yang ada di area kerja dan dapat menentukan langkah
selanjutnya dalam membuat program APD.

2. Pemilihan metode pengendalian bahaya yang tepat

Pemilihan metode pengendalian bahaya yang tepat dapat dilakukan bila bahaya sudah
diidentifikasi. Metode pengendalian tersebut antara lain:
Pre-Contact

Tujuan dari pengendalian pre-contact adalah mencegah pekerja agar tidak kontak atau
terkena paparan bahaya atau menghentikan bahaya agar tidak mencapai pekerja. Metode
pengendalian pre-contact meliputi: memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya,
mengganti bahan atau mengubah proses kerja, memasang pelindung mesin atau melakukan
isolasi, memasang sistem ventilasi hingga memperingatkan pekerja melalui rambu K3.

Sementara ada bahaya yang dapat dikendalikan dan dihindari secara efektif melalui rekayasa
teknik pada pre-contact, namun masih ada bahaya lain yang tidak dapat diketahui sebelum
terjadi kecelakaan. Sebuah upaya menyeluruh untuk identifikasi bahaya sangat penting
sehingga bahaya dapat dikurangi atau dihilangkan pada sumbernya. Bila pengendalian pre-
contact tidak praktis, tidak memadai atau tidak efektif, maka pengendalian point-of-contact
harus digunakan.

 Point-of-Contact

Tujuan pengendalian point-of-contact adalah untuk mencegah atau mengurangi dampak


akibat bahaya ketika pekerja kontak atau terpapar bahaya tersebut. Bentuk pengendalian
terutama dilakukan melalui penggunaan APD. APD digunakan saat pengendalian pre-
contact tidak sepenuhnya efektif.

Sebagai contoh, setelah diidentifikasi, ternyata di area kerja ditemukan bahaya jatuhan
benda dari atas. Penggunaan helm keselamatan bisa bertindak sebagai upaya
perlindungan terakhir jika Anda tidak bisa mencegah jatuhan benda dari atas dengan cara
pengendalian lain. Bila Anda telah menerapkan tindakan pengendalian yang efektif, maka
helm dapat digunakan sebagai tindakan pengendalian sementara atau cadangan.

3. Pemilihan APD yang tepat

Setiap area kerja mengandung potensi bahaya yang berbeda-beda sesuai dengan
jenis, bahan dan proses produksi yang dilakukan. Pemilihan APD harus memperhatikan
aspek-aspek berikut ini:

 APD harus sesuai dengan jenis bahaya yang ada di area kerja
 APD harus mampu memberikan perlindungan maksimal terhadap bahaya yang spesifik
atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh pekerja
 Berat APD hendaknya seringan mungkin dan tidak menimbulkan rasa ketidaknyamanan
yang berlebihan saat digunakan terus-menerus
 APD dapat digunakan secara fleksibel
 APD tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi penggunaannya
 APD harus memenuhi standar yang berlaku
 Komponen APD mudah didapat guna memudahkan perawatannya.
4. Fit testing

Perlu diingat, keefektifan penggunaan APD rata-rata bergantung pada bagaimana


alat tersebut pas atau sesuai saat digunakan pekerja. Misalnya, jika ukuran sepatu
keselamatan terlalu besar, maka dapat menghambat mobilitas penggunanya. Sebaliknya,
jika sepatu keselamatan terlalu kecil, pekerja tidak nyaman menggunakannya.

Inilah sebabnya mengapa Anda harus melakukan fit testing atau uji pengepasan.
Pada saat uji pengepasan alat, pekerja sekaligus ditunjukkan cara memakai dan
memelihara APD dengan benar. Program fit testing APD harus lakukan oleh orang yang
kompeten.

5. Pelatihan APD untuk pekerja

Pelatihan merupakan bagian penting dalam membangun program APD. Setelah


empat elemen sebelumnya dilakukan, pengusaha wajib memberikan pelatihan kepada
setiap pekerja mengenai penggunaan APD yang benar.

Pelatihan terkait APD harus mencakup:

 Apa itu APD. Pekerja seharusnya tidak hanya melihat APD sebagai aksesori atau
mungkin pekerja tidak memahami manfaat menggunakannya. Jelaskan fungsi APD
secara spesifik dan tunjukkan bagaimana APD melindungi pekerja dari bahaya yang ada.
 Bagaimana dan kapan sebaiknya menggunakan APD. Tunjukkan bagaimana
menggunakan berbagai jenis APD dalam kondisi area kerja dan bahaya yang berbeda.
Kemudian, mintalah pekerja untuk mempraktekkan ulang cara menggunakan APD yang
benar dan kapan harus menggunakannya.
 Bagaimana bila APD yang digunakan mengalami masalah. Agar fungsi APD dalam
melindungi pekerja tetap optimal, beri tahu pekerja tentang apa yang sebaiknya mereka
lakukan jika APD mengalami kerusakan, sudah aus atau sudah kedaluwarsa. Misalnya,
helm keselamatan yang retak harus diperbaiki atau diganti.
 Bagaimana pemeriksaan dan pemeliharaan APD dilakukan. Pekerja harus diberi
pemahaman mengenai cara melakukan inspeksi, merawat, hingga mengetahui masa
kedaluwarsa APD.

Setiap pekerja baru harus mendapatkan pelatihan yang cukup mengenai APD sebelum
melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan. Pelatihan pun dilakukan untuk
pekerja lama sebagai penyegaran. Pelatihan APD perlu rutin dilakukan apabila ada
perubahan di tempat kerja, paparan bahaya baru, perubahan jenis APD yang dibutuhkan atau
terkait peraturan perundangan yang berlaku.
Manajemen harus mendokumentasikan data pekerja setiap kegiatan pelatihan APD
selesai dilaksanakan. Minimal tercatat nama dan tanda tangan setiap pekerja yang mengikuti
pelatihan, tanggal pelatihan, dan identifikasi topik yang didiskusikan.

6. Audit program

Setiap program APD yang terlaksana harus dilakukan pemantauan dan


pengukuran untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari program yang dibuat
manajemen. Hal ini dapat dilakukan dengan cara audit program.

Audit biasanya melibatkan pemeriksaan APD dan memantau pekerja untuk


memastikan mereka mengikuti prosedur. Manajemen juga harus melakukan peninjauan
ulang agar dapat melakukan perbaikan pada aspek-aspek yang dirasa kurang maksimal
atau menciptakan aspek baru untuk meminimalkan cedera dan kecelakaan kerja.

Untuk menganalisis keefektifan program Anda, lakukan pengukuran yang


berkaitan dengan keselamatan. Anda bisa melakukan ini dengan melihat tingkat near
miss, cedera dan tingkat keparahan cedera. Lihat apakah angka-angka ini menurun setiap
tahunnya. Jika tidak, Anda mungkin perlu melakukan perbaikan program APD. Audit
tahunan sangat disarankan untuk dilakukan dan untuk area kerja kategori sangat
berbahaya sebaiknya ditinjau lebih sering.

Kebanyakan manajemen yang gagal menerapkan program APD karena


ketidakmampuannya dalam mengatasi keluhan dari pekerja dalam hal penggunaan APD.
Inilah mengapa keterlibatan semua pihak dalam seluruh tahapan program sangat penting.
Semakin besar keterlibatan manajemen dan pekerja dalam penerapan program, semakin
besar pula peluang keberhasilan program APD yang dapat dicapai. Program APD juga
harus dilakukan secara berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai