Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment adalah alat-alat atau
perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan pekerja saat
melakukan pekerjaan yang memiliki potensi bahaya atau resiko kecelakaan kerja. Alat-alat
Pelindung Diri (APD) yang digunakan harus sesuai dengan potensi bahaya dan resiko
pekerjaannya sehingga efektif melindungi pekerja sebagai penggunanya.
2. CONTOH-CONTOH APD
Helmet atau Topi Pelindung digunakan untuk melindungi Kepala dari paparan bahaya
seperti kejatuhan benda ataupun paparan bahaya aliran listrik. Pemakaian Topi Pelindung
(Safety Helmet) harus sesuai dengan lingkar kepala sehingga nyaman dan efektif melindungi
pemakainya. Di Produksi Elektronika, Topi pelindung biasanya digunakan oleh Teknisi
Mesin dan Petugas Gudang.
1. Helmet Tipe General (G) yang dapat melindungi kepala dari terbentur dan kejatuhan
benda serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang bertegangan rendah hingga
2.200 Volt
2. Helmet Tipe Electrical (E) yang dapat melindungi kepala dari terbentur dan kejatuhan
benda serta mengurangi paparan bahaya aliran listrik yang bertegangan tinggi hingga
22.000 Volt
3. Helmet Tipe Conductive (C) yang hanya dapat melindungi kepala dari terbentur dan
kejatuhan benda tetapi tidak melindungi kepala dari paparan bahaya aliran listrik.
Kacamata Pelindung adalah alat yang digunakan untuk melindungi mata dari bahaya
loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil, mengurangi sinar yang menyilaukan serta
percikan bahan kimia. Kacamata Pelindung terdiri dari 2 Jenis yaitu :
1. Safety Spectacles, berbentuk Kacamata biasa dan hanya dapat melindungi mata dari
bahaya loncatan benda tajam, debu, partikel-partikel kecil dan mengurangi sinar yang
menyilaukan. Biasanya dipakai pada Proses menyolder dan Proses pemotongan Kaki
Komponen.
2. Safety Goggles, Kacamata yang bentuknya menempel tepat pada muka. Dengan Safety
Goggles, mata dapat terlindung dari bahaya percikan bahan kimia, asap, uap, debu dan
loncatan benda tajam. Biasanya dipakai oleh Teknisi Mesin Produksi.
Penyumbat Telinga atau Ear Plug digunakan untuk melindungi alat pendengaran yaitu
telinga dari Intensitas Suara yang tinggi. Dengan menggunakan Ear Plug, Intensitas Suara
dapat dikurangi hingga 10 ~ 15 dB. Ear Plug biasanya digunakan oleh Pekerja yang bekerja di
daerah produksi yang memiliki suara mesin tinggi seperti SMT (Surface Mount Technology)
ataupun Mesin Produksi lainnya.
Penutup Telinga atau Ear Muff adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat
pendengaran dari Intensitas Suara yang tinggi. Ear Muff dapat mengurangi intensitas suara
hingga 20 ~ 30dB. Ear Muff terdiri dari Head Band dan Ear Cup yang terbuat dari bantalan
busa sehingga dapat melindungi bagian luar telinga (daun telinga). Ear Muff sering digunakan
oleh Teknisi Mesin dan Generator (Genset).
1.5. Masker
Masker adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti Hidung
dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, debu dan bau bahan kimia yang ringan.
Masker biasanya terbuat dari Kain atau Kertas. Masker umumnya dipakai di proses
menyolder.
1.6. Respirator
Respirator adalah alat yang digunakan untuk melindungi alat-alat pernafasan seperti
Hidung dan Mulut dari resiko bahaya seperti asap solder, bau bahan kimia, debu, Uap, Gas
serta Partikel Mist dan Partikel Fume. Respirator sering dipakai oleh Teknisi Mesin Solder,
Operator Pengecatan (Painting) dan Proses bahan Kimia lainnya.
Apron atau sering disebut dengan Celemek adalah alat pelindung tubuh dari percikan
bahan kimia dan suhu panas. Apron atau Celemek sering digunakan dalam proses persiapan
bahan-bahan kimia dalam produksi seperti Grease, Oli, Minyak dan Adhesive (perekat).
Sarung Tangan adalah perlengkapan yang digunkan untuk melindungi tangan dari kontak
bahan kimia, tergores atau lukanya tangan akibat sentuhan dengan benda runcing dan tajam.
Sarung Tangan biasanya dipakai pada proses persiapan bahan kimia, pemasangan komponen
yang agak tajam, proses pemanasan dan lain sebagainya. Jenis-jenis sarung tangan
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sarung Tangan Katun (Cotton Gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari tergores,
tersayat dan luka ringan.
2. Sarung Tangan Kulit (Leather Gloves), digunakna untuk melindungi tangan dari tergores,
tersayat dan luka ringan.
3. Sarung Tangan Karet (Rubber Gloves), digunakan untuk melindungi tangan dari kontak
dengan bahan kimia seperti Oli, Minyak, Perekat dan Grease.
4. Sarung Tangan Electrical, digunakan untuk melindungi tangan dari kontak dengan arus
listrik yang bertegangan rendah sampai tegangan tinggi.
Sepatu Pelindung atau Safety Shoes adalah perlengkapan yang digunakan untuk
melindungi kaki dari kejatuhan benda, benda-benda tajam seperti kaca ataupun potongan
baja, larutan kimia dan aliran listrik. Sepatu Pelindung terdiri dari baja diujungnya dengan
dibalut oleh karet yang tidak dapat menghantarkan listrik. Sepatu Pelindung wajib digunakan
oleh Teknisi Mesin dan Petugas Gudang.
3. PENTINGNYA APD BAGI PEKERJA
APD diperlukan untuk melindungi pekerja jika terdapat bahaya tanggap darurat maupun
paparan bahaya potensial fisika, kimia, dan biologis. Rute paparan termasuk pernapasan,
kulit, mulut (oral), dan selaput lendir (misalnya melalui mata atau luka terbuka). Oleh karena
itu, penggunaan APD disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja.
Tak Pakai Safety Belt & Helm Diduga Sebabkan 2 Kuli Tewas
Memeriksa area kerja secara langsung untuk menemukan bahaya fisik atau mekanik yang
ada di tempat kerja.
Memeriksa material kerja. Buatlah daftar bahan/ material yang bila kontak atau terkena
paparannya bisa membahayakan pekerja dan bagaimana cara mengendalikannya.
Misalnya, pekerja yang setiap harinya kontak atau terpapar bahan kimia berbahaya tentu
wajib menggunakan respirator.
Melakukan pengamatan terhadap pekerja. Luangkan waktu untuk melihat bagaimana
pekerja melakukan tugasnya, memastikan mereka tidak melakukan perilaku tidak aman
yang bisa mengakibatkan cedera. Misalnya, menggunakan teknik yang tidak tepat saat
menggunakan peralatan kerja.
Melakukan diskusi ringan dengan pekerja. Cobalah untuk menjalin komunikasi terbuka
dengan pekerja dan ajukan pertanyaan untuk mengetahui seberapa aman tempat kerja
mereka selama ini. Catat setiap masukan dari pekerja dan lakukan perbaikan
berkelanjutan untuk menentukan pengendalian bahaya yang tepat untuk meminimalkan
kecelakaan kerja.
Berdasarkan hasil survei langsung di lapangan dan berinteraksi dengan pekerja, Anda
dapat mengidentifikasi bahaya apa saja yang ada di area kerja dan dapat menentukan langkah
selanjutnya dalam membuat program APD.
Pemilihan metode pengendalian bahaya yang tepat dapat dilakukan bila bahaya sudah
diidentifikasi. Metode pengendalian tersebut antara lain:
Pre-Contact
Tujuan dari pengendalian pre-contact adalah mencegah pekerja agar tidak kontak atau
terkena paparan bahaya atau menghentikan bahaya agar tidak mencapai pekerja. Metode
pengendalian pre-contact meliputi: memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya,
mengganti bahan atau mengubah proses kerja, memasang pelindung mesin atau melakukan
isolasi, memasang sistem ventilasi hingga memperingatkan pekerja melalui rambu K3.
Sementara ada bahaya yang dapat dikendalikan dan dihindari secara efektif melalui rekayasa
teknik pada pre-contact, namun masih ada bahaya lain yang tidak dapat diketahui sebelum
terjadi kecelakaan. Sebuah upaya menyeluruh untuk identifikasi bahaya sangat penting
sehingga bahaya dapat dikurangi atau dihilangkan pada sumbernya. Bila pengendalian pre-
contact tidak praktis, tidak memadai atau tidak efektif, maka pengendalian point-of-contact
harus digunakan.
Point-of-Contact
Sebagai contoh, setelah diidentifikasi, ternyata di area kerja ditemukan bahaya jatuhan
benda dari atas. Penggunaan helm keselamatan bisa bertindak sebagai upaya
perlindungan terakhir jika Anda tidak bisa mencegah jatuhan benda dari atas dengan cara
pengendalian lain. Bila Anda telah menerapkan tindakan pengendalian yang efektif, maka
helm dapat digunakan sebagai tindakan pengendalian sementara atau cadangan.
Setiap area kerja mengandung potensi bahaya yang berbeda-beda sesuai dengan
jenis, bahan dan proses produksi yang dilakukan. Pemilihan APD harus memperhatikan
aspek-aspek berikut ini:
APD harus sesuai dengan jenis bahaya yang ada di area kerja
APD harus mampu memberikan perlindungan maksimal terhadap bahaya yang spesifik
atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh pekerja
Berat APD hendaknya seringan mungkin dan tidak menimbulkan rasa ketidaknyamanan
yang berlebihan saat digunakan terus-menerus
APD dapat digunakan secara fleksibel
APD tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi penggunaannya
APD harus memenuhi standar yang berlaku
Komponen APD mudah didapat guna memudahkan perawatannya.
4. Fit testing
Inilah sebabnya mengapa Anda harus melakukan fit testing atau uji pengepasan.
Pada saat uji pengepasan alat, pekerja sekaligus ditunjukkan cara memakai dan
memelihara APD dengan benar. Program fit testing APD harus lakukan oleh orang yang
kompeten.
Apa itu APD. Pekerja seharusnya tidak hanya melihat APD sebagai aksesori atau
mungkin pekerja tidak memahami manfaat menggunakannya. Jelaskan fungsi APD
secara spesifik dan tunjukkan bagaimana APD melindungi pekerja dari bahaya yang ada.
Bagaimana dan kapan sebaiknya menggunakan APD. Tunjukkan bagaimana
menggunakan berbagai jenis APD dalam kondisi area kerja dan bahaya yang berbeda.
Kemudian, mintalah pekerja untuk mempraktekkan ulang cara menggunakan APD yang
benar dan kapan harus menggunakannya.
Bagaimana bila APD yang digunakan mengalami masalah. Agar fungsi APD dalam
melindungi pekerja tetap optimal, beri tahu pekerja tentang apa yang sebaiknya mereka
lakukan jika APD mengalami kerusakan, sudah aus atau sudah kedaluwarsa. Misalnya,
helm keselamatan yang retak harus diperbaiki atau diganti.
Bagaimana pemeriksaan dan pemeliharaan APD dilakukan. Pekerja harus diberi
pemahaman mengenai cara melakukan inspeksi, merawat, hingga mengetahui masa
kedaluwarsa APD.
Setiap pekerja baru harus mendapatkan pelatihan yang cukup mengenai APD sebelum
melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan. Pelatihan pun dilakukan untuk
pekerja lama sebagai penyegaran. Pelatihan APD perlu rutin dilakukan apabila ada
perubahan di tempat kerja, paparan bahaya baru, perubahan jenis APD yang dibutuhkan atau
terkait peraturan perundangan yang berlaku.
Manajemen harus mendokumentasikan data pekerja setiap kegiatan pelatihan APD
selesai dilaksanakan. Minimal tercatat nama dan tanda tangan setiap pekerja yang mengikuti
pelatihan, tanggal pelatihan, dan identifikasi topik yang didiskusikan.
6. Audit program