REFERAT
Disusun oleh :
Pembimbing
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT JIWA
RUMAH SAKIT KHUSUS DHARMA GRAHA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
14 OKTOBER 2019 – 17 NOVEMBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis telah mendapatkan kesempatan sehingga referat yang
berjudul “Major Depresive Disorder” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Ira Savitri Tanjung Sp.KJ (K), selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu
kesehatan jiwa di RSK Dharma Graha.
2. DR. dr. Irmansyah Sp.KJ (K), selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu
kesehatan jiwa di RSK Dharma Graha.
3. dr. Yenny Sp.KJ (K), selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu kesehatan jiwa
di RSK Dharma Graha.
4. dr. Rosmalia Suparso Sp.KJ, selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu
kesehatan jiwa di RSK Dharma Graha.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan referat ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam referat ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
memperbaiki kekurangan tersebut. Referat ini juga disusun dengan tujuan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan bagi penulis serta pembaca agar bermanfaat bagi
masyarakat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
2.2 Epidemiologi................................................................................................................. 2
2.3 Gejala............................................................................................................................. 3
2.4 Etiologi.......................................................................................................................... 4
2.5 Klasifikasi...................................................................................................................... 5
2.8 Prognosis....................................................................................................................... 18
2.9 Terapi............................................................................................................................. 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Depresi merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi sendiri
adalah gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub (arah) atau
tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, perubahan dalam motivasi,
perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan kognitif. Terdapat
gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan emosi jangka pendek atau
masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini, perasaan sedih yang mendalam dan
perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai reaksi terhadap stressor)
dengan kondisi mood yang menurun.1 Depresi merupakan gangguan mental yang serius
yang ditandai dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya menghilang
dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat memengaruhi aktivitas
sehari-hari.
Depresi Mayor merupakan gangguan yang lebih berat, membutuhkan lima atau
lebih simptom-simptom selama dua minggu, salah satunya harus ada gangguan mood,
atau ketidaksenangan pada anak-anak. Sedangkan episode depresi berat menurut kriteria
DSM-V-TR, adalah suasana perasaan ekstrem yang berlangsung paling tidak dua
minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif (seperti perasaan tidak berharga dan tidak
pasti) dan fungsi fisik yang terganggu (seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu
makan dan berat badan yang signifikan, atau kehilangan banyak energi) sampai titik
dimana aktivitas atau gerakan yang paling ringan sekalipun membutuhkan usaha yang
luar biasa besar.2
2.2 EPIDEMIOLOGI
Menurut survei World Mental Health (WMH) juga memberikan kumpulan data
terbesar tentang prevalensi gangguan depresi mayor. Tingkat prevalensi seumur hidup
dan 12 bulan diperkirakan di 18 negara, dibagi menurut pendapatan tinggi dan
menengah ke bawah. Prevalensi seumur hidup memperkirakan rata-rata 11,1 (kisaran
8,0 hingga 18,4) di negara-negara berpenghasilan rendah dan 14,6 (kisaran 6,6 hingga
21,0) di negara-negara berpenghasilan tinggi, sedangkan tingkat prevalensi 12 bulan
2
rata-rata 5,5 tinggi (kisaran 2,2 hingga 8,3) dan 5,9 (kisaran 3,8). ke 10.4) di negara-
negara berpenghasilan rendah. Perkiraan prevalensi yang lebih baru dari studi The
National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions (NESARC) adalah
13,2 untuk seumur hidup dan 5,3 untuk depresi mayor 12 bulan. Kumpulan temuan ini
menunjukkan bahwa epidemiologi deskriptif gangguan mood meskipun ada berbagai
perkiraan, tingkat rata-rata baik depresi seumur hidup dan 12 bulan cukup konsisten di
seluruh penelitian yang menggunakan metodologi yang sebanding. Terdapat banyak
faktor resiko yang dapat menyebabkan depresi, misalnya seperti kesendirian, tempat
tinggal, kehilangan pasangan hidup.4
Beberapa gejala fisik yang dapat menyertai depresi contohnya adalah fatigue,
gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, penurunan atau peningkatan berat badan,
kehilangan gairah seksual, masalah pencernaan seperti konstipasi, dan lain sebagainya. 5
Menurut PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa), tingkatan
depresi ada 3, yaitu depresi ringan, sedang, dan berat. Terdapat 3 gejala khas yang dapat
menyertai episode depresi, yaitu:
3
7. Nafsu makan berkurang.
Kriterianya yaitu sebagai berikut:
A. Episode depresif ringan
Dapat dikatakan sebagai depresi ringan apabila didapatkan sekurang-kurangnya
dua dari gejala khas ditambah dengan sekurang-kurangnya dua gejala lazim.
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya. Seluruh episode tersebut
berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu. Pada orang dengan depresi
ringan biasanya terdapat perasaan resah terhadap gejalanya dan ada kesulitan
untuk meneruskan pekerjaan biasa serta kegiatan sosial, namun tidak sampai
berhenti berfungsi/beraktivitas sama sekali.
B. Episode depresif sedang
Sekurang-kurangnya harus ada dua gejala khas ditambah dengan sekurang-
kurangnya tiga (dan sebaiknya empat) gejala lazim yang berlangsung minimal
sekitar 2 minggu. Biasanya terdapat kesulitan yang nyata untuk meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga pada orang dengan depresi
sedang.
C. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
Diagnosis depresi berat tanpa psikotik ditegakkan apabila terdapat tiga gejala
khas ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lazim, dan beberapa
dianataranya harus berintensitas berat. Namun, apabila didapatkan gejala penting
seperti agitasi atau retardasi yang menyolok, sehingga pasien mungkin tidak mau
atau tidak mampu melaporkan gejalanya secara terinci, maka dalam hal ini
masih dapat dimasukkan dalam subkategori episode berat.
Gejala tersebut biasanya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, tetapi
apabila gejala tersebut beronset sangat berat dan cepat, dapat dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.
D. Episode depresif berat dengan gejala psikotik
Diagnosis depresi berat dengan gejala psikotik ditegakkan jika terdapat seluruh
gejala pada episode depresi berat tanpa gejala psikotik, ditambah dengan
waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya menyangkut ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat
merasa bertanggungjawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik
4
dapat berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging
membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
2.4 ETIOLOGI
Depresi adalah gangguan multifaktorial, dengan berbagai faktor risiko
berinteraksi dari berbagai aspek raut wajah pasien. Genetika, pola asuh awal dan
timbul tergantung pada tingkat stres akut dan kronis yang dialami. 1
2.5 KLASIFIKASI
Depresi mayor termasuk di dalam Gangguan Mood yang menurut ICD 10 dalam
bagian F30-F39, yakni:
5
3. F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
4. F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
5. F32.8 Episode depresif lainnya
6. F32.9 Episode depresif YTT
2. F33 Gangguan depresif berulang
1. F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan
1. F33.00 Tanpa gejala somatik
2. F33.01 Dengan gejala somatik
2. F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang
1. F33.10 Tanpa gejala somatik
2. F33.11 Dengan gejala somatik
3. F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala
psikotik
4. F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala
psikotik
5. F33.4 Ganguan depresif berulang ,sekarang dalam remisi
6. F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya
7. F33.9 Gangguan depresif berulang YTT
3. F34 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap
1. F34.0 Siklotimia
2. F34.1 Distimia
3. F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap lainnya
4. F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap YTT
4. F38 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) lainnya
1. F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) tunggal lainnya
1. F38.00 Episode afektif campuran
2. F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) berulang lainnya
1. F38.10 Gangguan depresif singkat berulang
3. F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) tunggal lainnya YDT
4. F38.9 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) YTT
6
2.6 KRITERIA DIAGNOSIS
DSM-V-TR, menjelaskan kriteria diagnosis seperti berikut :
A. Minimal 5 gejala yang muncul selama 2 minggu dan terjadi hampir setiap hari;
gejala yang harus ada (1) Mood depresif atau (2) Kehilangan minat.
1. Mood depresif (merasa sedih, kosong, tidak ada harapan) hampir
sepanjang hari. (Pada anak dan balita ditandai dengan mood yang
iritabel)
2. Hilangnya minat untuk melakukan semua/hampir semua kegiatan.
3. Perubahan BB > 5% / bln (tidak sedang program diet atau peningkatan
BB) atau peningkatan/penurunan nafsu makan.
4. Insomnia atau hipersomnia.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor.
6. Lemas.
7. Perasaan tidak berguna atau selalu merasa bersalah.
8. Menurunnya kemampuan untuk berfikir atau berkonsentrasi atau
9. Rasa ingin mati atau bunuh diri berulang kali tanpa rencana yang spesifik
atau percobaan bunuh diri atau rencana spesifik untuk bunuh diri.
B. Gejala menimbulkan pasien kesulitan bersosialisasi, bekerja atau dalam kegiatan
keseharian lainnya.
C. Episode yang terjadi tidak diakibatkan oleh efek zat atau kondisi medis lainnya.
Note : poin A-C menunjukkan episode depresif mayor.
Note : eksklusi ini tidak dapat di terapkan jika episode manik dan hipomanik dipicu
oleh zat-zat atau efek dari psikologik dari kondisi medis lain.
7
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat):
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya:
a. konsentrasi dan perhatian berkurang
b. harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. tidur terganggu
g. nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.2) hanya digunakan untuk episode
depresif tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasi di
bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33-).
8
F32.1 Episode depresif sedang
Pedoman diagnostik
1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada depresi
ringan
2. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
3. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
4. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga
Karakter kelima: F32.10 = tanpa gejala somatic
1. Episode depresi berta yang memenuhi kriteria menurut F 32.2 tersebut di atas;
2. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan
ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien
merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik
9
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau
daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menunjukkan stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek (mood-congruent).
F 32.8 Episode depresif lainnya
F 32.9 Episode depresif YTT
F33 Gangguan depresif berulang
Pedoman diagnostik
Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari
peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0)
segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh
tindakan pengobatan depresi).
1. Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil
pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia
lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini tetap harus digunakan).
2. Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma mental lain
(adanya stress tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).
10
1. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0); dan
2. Selurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.
Karakter kelima : F33.00 = tanpa gejala somatik
F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik
11
2. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.
F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi
F34.0 Siklotimia
Pedoman diagnostik
F34.1 Distimia
Pedoman diagnostik
12
1. Ciri esensial ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak
pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan
depresif berulang ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1)
2. Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-
kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidak terbatas.
Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali merupakan
kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (F32.) dan berhubungan dengan
masa berkabung atau stress lain yang tampak jelas.
F34.8 Gangguan afektif Menetap Lainnya
1. Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau tidak
berlagsung cukup lama untuk memenuhi kriteria siklotimia (34.0) atau distimia
(34.1), namun secara klinis bermakna.
F34.9 Gangguan Afektif Menetap YTT
Episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira sekali sebulan selama
satu tahun yang lampau. Semua episode depresif masing-masing berlangsung
kurang dari 2 minggu (yang khas ialah 2 – 3 hari, dengan pemulihan sempurna)
tetapi memenuhi kriteria simtomatik untuk episode depresif ringan, sedang, atau
berat (F32.0, F32.1, F32.2).
13
F38.8 Gangguan Afektif Lainnya YDT
Merupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi kriteria
untuk kategori manapun dari F30 – F38.1 tersebut diatas.
Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir, jika tak ada istilah lain yang
dapat digunakan. Termasuk : Psikosis afektif YTT
14
7. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan berat
badan yang sesuai
MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita atau saat
kambuh, setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi mayor dengan jarak
penyembuhan paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga memiliki beberapa sub tipe
yang memiliki perbedaan pada beberapa spesifikasi dan derajat keparahan. 1Sub tipe
MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan pola dari episode
depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi depresi dengan maksud agar pemilihan
terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan prognosisnya.
Tabel 3. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD
Sub tipe Spesifikasi DSM-IV-TR Kunci
Depresi melankolis Dengan gambaran melankolis Mood nonreaktif, anhedonia,
kehilangan berat badan, rasa
bersalah, agitasi dan retardasi
psikomotorik, mood yang
memburuk pada pagi hari,
terbangun di pagi buta
Depresi atipikal Dengan gambaran atipikal Mood reaktif, terlalu banyak
tidur, makan berlebihan, paralisis
yang dibuat, sensitive pada
penolakan interpersonal
Depresi psikotik Dengan gambaran psikotik Halusinasi atau waham
(waham)
Depresi katatonik Dengan gambaran katatonik Katalepsi, katatonik, negativism,
mutisme, mannerism, echolalia,
echopraxia (tidak lazim pada
klinis sehari-hari)
Depresi kronik Gambaran kronis 2 tahun atau lebih dengan kriteria
MDD
Gangguan afektif Musiman Onset yang seperti biasa dan
musiman kambuh pada saat musim tertentu
(biasanya musim gugur/dingin)
Depresi postpartum Postpartum Onset depresi selama 4 minggu
postpartum
15
berdasarkan efek yang dihasilkan depresi dalam hal sosial/pekerjaan dan tanggung
jawab individu dan ada atau tidaknya gejala psikotik. ICD-10, sebaliknya, membedakan
tingkat keparahan depresi berdasarkan jumlah dan jenis gejala yang diperlihatkan saat
seseorang menderita depresi. Penggunaan skala depresi sangat dianjurkan untuk
menentukan derajat keparahan.
16
Perasaan tidak berguna/tidak Ada
Tidak ada
pantas
Ide bunuh diri Tidak ada Kebanyakan ada
Rasa bersalah, dll Tidak ada Mungkin ada
Perubahan psikomotor Agitasi ringan Melambat
Gangguan fungsi Ringan Sedang –Berat
17
2. Amfetamin
3. Anxiolitik
4. Kokain
5. Zat-zat halusinogen
6. Hipnotik
7. Inhalant
8. Opioid
9. Phencycline
10. Sedative
2.8 PROGNOSIS
Beberapa pasien, MDD dapat menjadi kronis, penyakit yang berulang. Relaps
terjadi pada enam bulan pertama dari masa penyembuhan terjadi pada 25% pasien, 58%
akan relaps setelah lima tahun, dan 85% akan relaps setelah 15 tahun setelah
penyembuhan yang terdahulu. Individu yang mengalami dua episode depresi terdahulu
18
memiliki 70% kemungkinan untuk menjadi ke tiga kalinya, dan yang sudah mengalami
episode ke tiga memiliki kemungkinan 90% untuk relaps. Berdasarkan progres dari
penyakitnya, interval antara episode depresi menjadi lebih pendek dan lebih berat untuk
setiap episodenya menjadi lebih luas. Lebih dari 20 tahun, kekambuhan terjadi sekitar
lima sampai enam kali.
Proporsi yang signifikan dari individu dengan depresi kronis menunjukkan gejala
yang bervariasi. Sekitar dua per tiga dari pasien dengan episode depresi mayor akan
sembuh dengan sempurna, dimana satu per tiga pasien dengan depresi hanya sembuh
sementara atau menjadi kronis. Pada penelitian, pasien dengan satu tahun terdiagnosis
post MDD, 40% mengalami penyembuhan tanpa ada gejala depresi, 20% mengalami
gejala berulang tetapi tidak memenuhi kriteria MDD, dan 40% tetap menjadi mengalami
episode depresi mayor. Individu dengan gejala depresi residual yang menetap memiliki
resiko tinggi untuk kambuh, bunuh diri, fungsi psikososial yang buruk, dan tingkat
mortalitas yang tinggi dari kondisi medis lainnya. Sebagai tambahan, 5-10% individu
depresi yang memiliki pengalaman dari episode depresi mayor akan sangat
memungkinkan terjadinya manic atau episode campuran yang mengindikasikan kepada
gangguan bipolar.
Beberapa penemuan sudah difokuskan kepada indikator prognosis yang dapat
memprediksikan kemungkinan nilai dalam penyembuhan dan kemungkinan dalam
tingkat kekambuhan pada individu dengan depresi.1,2
2.9 TERAPI
Memilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode depresif
telah terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan pribadi pasien.
Untuk depresi ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama efektifnya dengan
farmakoterapi. Terdapat sedikit bukti bahwa kombinasi antara farmakoterapi dan
psikoterapi untuk pengobatan dini lebih unggul daripada pengobatan lainnya untuk
depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan kombinasi harus
dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas dengan kondisi lain, atau
tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.1
Farmakoterapi
Anti depresi
19
1. Golongan Trisiklik : Amytriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine
2. Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine.
3. Golongan MAOI-Reversible ( REVERSIBLE INHIBITOR OF MONOAMIN
OXYDASE-A-(RIMA) : Moclobemide
4. Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline,
Paroxentine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, Citalopram.
5. Golongan Atipical : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine.4
Metabolit aktif fluoxetine memiliki waktu paruh yang lebih panjang daripada SSRI
lainnya, yang menyebabkan fluoxetine hanya diperbolehkan untuk dimakan satu dosis
per hari dan dengan demikian mengurangi efek dari diskontinuasi pengobatan SSRI.
Namun Fluoxetine perlu digunakan secara berhati-hati pada pasien dengan sindroma
bipolar atau pasien dengan riwayat keluarga sindroma bipolar, karena metabolit aktif
yang terdapat dalam darah selama beberapa minggu dapat memperburuk episode manik
pada saat perubahan episode dari depresi ke episode manik.
20
SSRI juga dapat digunakan pada pasien yang tidak berespons dengan pengobatan
trisiklik antidepresan, serta pada pasien yang memiliki daya toleransi yang rendah pada
kasus diskontinuasi obat SSRI dan efek kardiovaskular. Meskipun obat trisiklik
antidepresan mungkin memiliki tingkat kemanjuran yang lebih tinggi daripada SSRI
pada kasus-kasus depresi mayor yang parah atau pada depresi dengan fitur melankolis,
trisiklik antidepresan kurang efektif pada pengobatan kasus bipolar karena trisiklik
antidepresan dapat memacu episode mania atau episode hipomania.
SSRI tidak begitu efektif bila dibandingkan jenis lainnya dalam kasus depresi yang
berhubungan dengan penyakit-penyakit fisik, ataupun pada kasus dimana terdapat nyeri
yang mencolok. SSRI yang paling menunjukan efektivitas pada anak-anak dan dewasa
muda (18-24 tahun) adalah Fluoxetine.
MAOI generasi lama yang secara ireversibel dan nonselektif memblok isoenzim MAO
A dan B memiliki efektivitas yang mirip dengan trisiklik antidepresan. Namun MAOI
bukanlah obat pilihan pertama dikarenakan pasien yang memilih pengobatan dengan
21
MAOI diharuskan untuk mengikuti diet dengan tyramine rendah untuk mencegah
munculnya krisis hipertensi, serta karena MAOI juga memiliki resiko interaksi obat
yang tinggi dengan pengobatan lainnya. MAOI biasanya dipakai pada pasien yang tidak
berespons pada pengobatan trisiklik antidepresan.
Antidepresan lainnya
22
2. Obat-obatan antipsikotik
Obat-obatan antipsikotik tipikal seperti chlorpromazine, fluphenazine, dan
haloperidol menginhibisi reseptor dopamin D2, dimana agen antipsikotik atipikal
(clozapine, olanzapine, risperidone, quetiapine, ziprasidone, and aripiprazole)
berperan sebagan antagonis dari 5HT2A. Obat-obatan antipsikotik yang
dikombinasikan dengan antidepresan digunakan untuk mengobati depresi dengan
fitur-fitur psikotik. Atipikal antipsikotik memberikan efek samping parkinsonisme,
akathisia dan diskinesia
23
24
25
Psikologi Terapi
1. Cognitive Behavioural therapy
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) berorientasi pada pemecahan masalah dengan
terapi yang dipusatkan pada keadaan “disini dan sekarang”, yang memandang
individu sebagai pengambil keputusan penting tentang tujuan atau masalah yang
akan dipecahkan dalam proses terapi. Dengan cara tersebut, pasien sebagai mitra
kerja terapis dalam mengatasi masalahnya dan dengan pemahaman yang memadai
tentang teknik yang digunakan untuk mengatasi masalahnya
26
3. Intervensi krisis:
Dilakukan terhadap pasien yang sedang mengalami suatu krisis dan memerlukan
tindakan segera (catatan: krisis yaitu suatu respons terhadap keadaan bahaya atau penuh
risiko dan dirasakan/dihayati sebagai keadaan yang menyakitkan, agar tercapai kembali
keadaan seimbang (emotional equilibrium). Dalam terapi ini kita harus secepatnya
membina hubungan interpersonal yang adekuat serta mengerti peran psikodinamik dan
hubungannya terhadap krisis yang terjadi. Teknik yang dilakukan yaitu reassurance,
sugesti, manipulasi lingkungan dan medikasi psikotropik. Kita ajarkan kepada pasien
untuk menghindari situasi yang berbahaya untuk mencegah terjadinya kembali krisis di
masa yang akan datang.
4. Terapi berorientasi psikoanalitik
5. Terapi keluarga
Terapi keluarga umumnya tidak digunakan sebagai terapi primer untuk pengobatan
gangguan depresif berat, tetapi semakin banyaknya bukti menyatakan bahwa membantu
seorang pasien dengan gangguan mood menurunkan stress dan menerima stress dapat
menurunkan kemungkinan relaps. Terapi keluarga diindikasikan jika gangguan
membahayakan perkawinan atau fungsi keluarga pasien atau jika gangguan mood
dikembangkan atau dipertahankan oleh situasi keluarga. Terapi keluarga memeriksa
peranan anggota yang mengalami gangguan mood dalam kesehatan psikologis
keseluruhan keluarga; terapi ini juga memeriksa peranan keseluruhan keluarga dalam
mempertahankan gejala pasien. Pasien dengan gangguan mood memiliki angka
perceraian yang tinggi, dan kira-kira 50% dari semua pasangan melaporkan bahwa
27
mereka seharusnya tidak menikah dengan pasien atau memiliki anak jika mereka tahu
bahwa pasien akan memiliki suatu gangguan mood.
28
BAB III
KESIMPULAN
Apabila hal tersebut terjadi maka itu akan lebih susah untuk ditangani dan akan
berujung pada bunuh diri. Ada beberapa sebab-sebab yang dapat menimbulkan depresi
yaitu dari sisi biologis karena adanya ketidakseimbangan otak yaitu berkurangnya
neurotransmitter, dari sisi spiritual yaitu karena kurangnya dari segi keimanan, dari sisi
psikologis yaitu karena adanya kepribadian-kepribadian yang rentan terhadap timbulnya
depresi, dari sisi sosial karena keadaan lingkungan.
29
DAFTAR PUSTAKA
30