Anda di halaman 1dari 33

Major Depressive Disorder (MDD)

REFERAT

Disusun oleh :

Hans Frewin (406182003)

Elvia Roza (406182036)

Pembimbing

dr. Ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K)

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT JIWA
RUMAH SAKIT KHUSUS DHARMA GRAHA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
14 OKTOBER 2019 – 17 NOVEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis telah mendapatkan kesempatan sehingga referat yang
berjudul “Major Depresive Disorder” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. Ira Savitri Tanjung Sp.KJ (K), selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu
kesehatan jiwa di RSK Dharma Graha.
2. DR. dr. Irmansyah Sp.KJ (K), selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu
kesehatan jiwa di RSK Dharma Graha.
3. dr. Yenny Sp.KJ (K), selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu kesehatan jiwa
di RSK Dharma Graha.
4. dr. Rosmalia Suparso Sp.KJ, selaku pembimbing Kepaniteraan Ilmu
kesehatan jiwa di RSK Dharma Graha.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan referat ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam referat ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
memperbaiki kekurangan tersebut. Referat ini juga disusun dengan tujuan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan bagi penulis serta pembaca agar bermanfaat bagi
masyarakat.

Tanggerang, 22 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 2


2.1 Definisi………………………………………………………………………………… 2

2.2 Epidemiologi................................................................................................................. 2

2.3 Gejala............................................................................................................................. 3

2.4 Etiologi.......................................................................................................................... 4

2.5 Klasifikasi...................................................................................................................... 5

2.6 Kriteria Diagnosis.......................................................................................................... 11

2.7 Diagnosis Banding......................................................................................................... 16

2.8 Prognosis....................................................................................................................... 18

2.9 Terapi............................................................................................................................. 19

BAB 3. KESIMPULAN .................................................................................................... 29

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Depresi merupakan gangguan kesehatan jiwa yang menjadi beban kesehatan


terbesar di dunia. Gangguan depresi mayor adalah salah satu gangguan depresi yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada individu di semua usia
dan ras. Global Burden of Disease (GBD) of theWorld Health Organitation (WHO)
telah menunjukkan terjadinya masalah yang sama di seluruh dunia bahwa gangguan
depresi mayor, meningkatkan risiko terjadinya percobaan bunuh diri yang jika tidak
ditangani dengan benar akan menyebabkan tindakan bunuh diri (complete suicide) yang
memakan banyak korban.1
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia.
Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang
berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk
jangka panjang. Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15
tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. 2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Depresi merupakan salah satu gangguan mood (mood disorder). Depresi sendiri
adalah gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu kutub (arah) atau
tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, perubahan dalam motivasi,
perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, dan perubahan kognitif. Terdapat
gangguan penyesuaian diri (gangguan dalam perkembangan emosi jangka pendek atau
masalah-masalah perilaku, dimana dalam kasus ini, perasaan sedih yang mendalam dan
perasaan kehilangan harapan atau merasa sia-sia, sebagai reaksi terhadap stressor)
dengan kondisi mood yang menurun.1 Depresi merupakan gangguan mental yang serius
yang ditandai dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya menghilang
dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat memengaruhi aktivitas
sehari-hari.

Depresi Mayor merupakan gangguan yang lebih berat, membutuhkan lima atau
lebih simptom-simptom selama dua minggu, salah satunya harus ada gangguan mood,
atau ketidaksenangan pada anak-anak. Sedangkan episode depresi berat menurut kriteria
DSM-V-TR, adalah suasana perasaan ekstrem yang berlangsung paling tidak dua
minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif (seperti perasaan tidak berharga dan tidak
pasti) dan fungsi fisik yang terganggu (seperti perubahan pola tidur, perubahan nafsu
makan dan berat badan yang signifikan, atau kehilangan banyak energi) sampai titik
dimana aktivitas atau gerakan yang paling ringan sekalipun membutuhkan usaha yang
luar biasa besar.2

2.2 EPIDEMIOLOGI
Menurut survei World Mental Health (WMH) juga memberikan kumpulan data
terbesar tentang prevalensi gangguan depresi mayor. Tingkat prevalensi seumur hidup
dan 12 bulan diperkirakan di 18 negara, dibagi menurut pendapatan tinggi dan
menengah ke bawah. Prevalensi seumur hidup memperkirakan rata-rata 11,1 (kisaran
8,0 hingga 18,4) di negara-negara berpenghasilan rendah dan 14,6 (kisaran 6,6 hingga
21,0) di negara-negara berpenghasilan tinggi, sedangkan tingkat prevalensi 12 bulan

2
rata-rata 5,5 tinggi (kisaran 2,2 hingga 8,3) dan 5,9 (kisaran 3,8). ke 10.4) di negara-
negara berpenghasilan rendah. Perkiraan prevalensi yang lebih baru dari studi The
National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions (NESARC) adalah
13,2 untuk seumur hidup dan 5,3 untuk depresi mayor 12 bulan. Kumpulan temuan ini
menunjukkan bahwa epidemiologi deskriptif gangguan mood meskipun ada berbagai
perkiraan, tingkat rata-rata baik depresi seumur hidup dan 12 bulan cukup konsisten di
seluruh penelitian yang menggunakan metodologi yang sebanding. Terdapat banyak
faktor resiko yang dapat menyebabkan depresi, misalnya seperti kesendirian, tempat
tinggal, kehilangan pasangan hidup.4

2.3 GEJALA DEPRESI

Beberapa gejala fisik yang dapat menyertai depresi contohnya adalah fatigue,
gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, penurunan atau peningkatan berat badan,
kehilangan gairah seksual, masalah pencernaan seperti konstipasi, dan lain sebagainya. 5
Menurut PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa), tingkatan
depresi ada 3, yaitu depresi ringan, sedang, dan berat. Terdapat 3 gejala khas yang dapat
menyertai episode depresi, yaitu:

1. Menderita suasana perasaan (mood) yang depresif.


2. Kehilangan minat dan kegembiraan.
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja.
Selain gejala khas tersebut, terdapat pula gejala lazim lain yang masuk ke dalam kriteria
diagnosis, yaitu:
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang.
2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.
3. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe
ringan sekalipun).
4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri.
6. Tidur terganggu.

3
7. Nafsu makan berkurang.
Kriterianya yaitu sebagai berikut:
A. Episode depresif ringan
Dapat dikatakan sebagai depresi ringan apabila didapatkan sekurang-kurangnya
dua dari gejala khas ditambah dengan sekurang-kurangnya dua gejala lazim.
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya. Seluruh episode tersebut
berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu. Pada orang dengan depresi
ringan biasanya terdapat perasaan resah terhadap gejalanya dan ada kesulitan
untuk meneruskan pekerjaan biasa serta kegiatan sosial, namun tidak sampai
berhenti berfungsi/beraktivitas sama sekali.
B. Episode depresif sedang
Sekurang-kurangnya harus ada dua gejala khas ditambah dengan sekurang-
kurangnya tiga (dan sebaiknya empat) gejala lazim yang berlangsung minimal
sekitar 2 minggu. Biasanya terdapat kesulitan yang nyata untuk meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga pada orang dengan depresi
sedang.
C. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
Diagnosis depresi berat tanpa psikotik ditegakkan apabila terdapat tiga gejala
khas ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lazim, dan beberapa
dianataranya harus berintensitas berat. Namun, apabila didapatkan gejala penting
seperti agitasi atau retardasi yang menyolok, sehingga pasien mungkin tidak mau
atau tidak mampu melaporkan gejalanya secara terinci, maka dalam hal ini
masih dapat dimasukkan dalam subkategori episode berat.
Gejala tersebut biasanya berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, tetapi
apabila gejala tersebut beronset sangat berat dan cepat, dapat dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.
D. Episode depresif berat dengan gejala psikotik
Diagnosis depresi berat dengan gejala psikotik ditegakkan jika terdapat seluruh
gejala pada episode depresi berat tanpa gejala psikotik, ditambah dengan
waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya menyangkut ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat
merasa bertanggungjawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik

4
dapat berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging
membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

2.4 ETIOLOGI
Depresi adalah gangguan multifaktorial, dengan berbagai faktor risiko

berinteraksi dari berbagai aspek raut wajah pasien. Genetika, pola asuh awal dan

kepribadian dapat meningkatkan kerentanan terhadap depresi, dengan episode yang

timbul tergantung pada tingkat stres akut dan kronis yang dialami. 1

Gambar 2. Model sederhana etiologi gangguan mood. (Marwick K. , 2013)

2.5 KLASIFIKASI

Depresi mayor termasuk di dalam Gangguan Mood yang menurut ICD 10 dalam
bagian F30-F39, yakni:

1. F32 Episode depresif

1. F32.0 Episode depresif ringan


1. Tanpa gejala somatik
2. Dengan gejala somatik
2. F32.1 Episode depresif sedang
1. Tanpa gejala somatik
2. Dengan gejala somatik

5
3. F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
4. F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
5. F32.8 Episode depresif lainnya
6. F32.9 Episode depresif YTT
2. F33 Gangguan depresif berulang
1. F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan
1. F33.00 Tanpa gejala somatik
2. F33.01 Dengan gejala somatik
2. F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang
1. F33.10 Tanpa gejala somatik
2. F33.11 Dengan gejala somatik
3. F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala
psikotik
4. F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala
psikotik
5. F33.4 Ganguan depresif berulang ,sekarang dalam remisi
6. F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya
7. F33.9 Gangguan depresif berulang YTT
3. F34 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap
1. F34.0 Siklotimia
2. F34.1 Distimia
3. F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap lainnya
4. F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) menetap YTT
4. F38 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) lainnya
1. F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) tunggal lainnya
1. F38.00 Episode afektif campuran
2. F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) berulang lainnya
1. F38.10 Gangguan depresif singkat berulang
3. F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) tunggal lainnya YDT
4. F38.9 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) YTT

6
2.6 KRITERIA DIAGNOSIS
DSM-V-TR, menjelaskan kriteria diagnosis seperti berikut :
A. Minimal 5 gejala yang muncul selama 2 minggu dan terjadi hampir setiap hari;
gejala yang harus ada (1) Mood depresif atau (2) Kehilangan minat.
1. Mood depresif (merasa sedih, kosong, tidak ada harapan) hampir
sepanjang hari. (Pada anak dan balita ditandai dengan mood yang
iritabel)
2. Hilangnya minat untuk melakukan semua/hampir semua kegiatan.
3. Perubahan BB > 5% / bln (tidak sedang program diet atau peningkatan
BB) atau peningkatan/penurunan nafsu makan.
4. Insomnia atau hipersomnia.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor.
6. Lemas.
7. Perasaan tidak berguna atau selalu merasa bersalah.
8. Menurunnya kemampuan untuk berfikir atau berkonsentrasi atau
9. Rasa ingin mati atau bunuh diri berulang kali tanpa rencana yang spesifik
atau percobaan bunuh diri atau rencana spesifik untuk bunuh diri.
B. Gejala menimbulkan pasien kesulitan bersosialisasi, bekerja atau dalam kegiatan
keseharian lainnya.
C. Episode yang terjadi tidak diakibatkan oleh efek zat atau kondisi medis lainnya.
Note : poin A-C menunjukkan episode depresif mayor.

D. Kejadian episode depresi mayor tidak dapat dijelaskan dari skizoafektif,


skizofrenia, skizofeniform, gangguan delusi atau lainnya dan spektrum skizofrenia
tidak spesifik dan gangguan psikotik lainnya
E. Tidak pernah ada episode manik atau episode hipomanik

Note : eksklusi ini tidak dapat di terapkan jika episode manik dan hipomanik dipicu
oleh zat-zat atau efek dari psikologik dari kondisi medis lain.

Kriteria depresi menurut PPDGJ III5


F32 Episode depresif

7
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat):
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya:
a. konsentrasi dan perhatian berkurang
b. harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. tidur terganggu
g. nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.2) hanya digunakan untuk episode
depresif tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasi di
bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33-).

F32.0 Episode depresif ringan


Pedoman diagnostik

1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti disebut di


atas
2. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya sampai dengan (g)
3. Tidak boleh ada gejala berat diantaranya
4. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
5. Hanya ada sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya
Karakter kelima: F32.00 = tanpa gejala somatik
F 32.01 = dengan gejala somatik

8
F32.1 Episode depresif sedang
Pedoman diagnostik

1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada depresi
ringan
2. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
3. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
4. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga
Karakter kelima: F32.10 = tanpa gejala somatic

F 32.11 = dengan gejala somatik

F 32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik


Pedoman diagnostik

1. Semua 3 gejala utama depresi harus ada


2. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa di antaranya
harus berintensitas berat
3. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan
banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh
terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan
4. Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,
akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu.
5. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf sangat terbatas.
F 32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

1. Episode depresi berta yang memenuhi kriteria menurut F 32.2 tersebut di atas;
2. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan
ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien
merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik

9
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau
daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menunjukkan stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek (mood-congruent).
F 32.8 Episode depresif lainnya
F 32.9 Episode depresif YTT
F33 Gangguan depresif berulang

Pedoman diagnostik

Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :


1. Episode depresi ringan (F32.0)
2. Episode depresi sedang (F32.1)
3. Episode depresi berat (F32.2 dan F32.3)
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar. Tanpa
riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang
memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).

Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari
peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0)
segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh
tindakan pengobatan depresi).
1. Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil
pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia
lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini tetap harus digunakan).
2. Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress atau trauma mental lain
(adanya stress tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).

F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan

Untuk diagnosis pasti :

10
1. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0); dan
2. Selurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.
Karakter kelima : F33.00 = tanpa gejala somatik

F33.01 = dengan gejala somatik

F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang

Untuk diagnosis pasti :


1. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif sedang (F32.1); dan
2. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.
Karakter kelima : F33.10 = tanpa gejala somatik

F33.11 = dengan gejala somatik

F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik

Untuk diagnosis pasti :


1. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala
psikotik (F32.2); dan
2. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik

Untuk diagnosis pasti :


1. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik (F32.3); dan

11
2. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.
F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi

Untuk diagnosis pasti :

1. Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi di


masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria
untuk episode depresif dengan derajat keparahan apapun atau gangguan lain
apapun dalam F30-F39; dan

2. Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama


minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulanb tanpa gangguan afektif
yang bermakna.

F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya

F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT

F34 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif] Menetap)

F34.0 Siklotimia

Pedoman diagnostik

1. Ciri esensial ialah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana perasaan),


meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan, di antaranya tidak
ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan
afektif bipolar (F31.-) atau gangguan depresif berulang (F33.-)
2. Setiap episode alunan afektif (mood swings) tidak memenuhi kriteria untuk
kategori manapun yang disebut dalam episode manik (F30.-) atau episode
depresif (F32.-)

F34.1 Distimia

Pedoman diagnostik

12
1. Ciri esensial ialah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak
pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan
depresif berulang ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1)
2. Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-
kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidak terbatas.
Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali merupakan
kelanjutan suatu episode depresif tersendiri (F32.) dan berhubungan dengan
masa berkabung atau stress lain yang tampak jelas.
F34.8 Gangguan afektif Menetap Lainnya

1. Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau tidak
berlagsung cukup lama untuk memenuhi kriteria siklotimia (34.0) atau distimia
(34.1), namun secara klinis bermakna.
F34.9 Gangguan Afektif Menetap YTT

F38 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif]) Lainnya

F38.0 Gangguan Afektif Tunggal Lainnya

F38.00 Episode Afektif Campuran

Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu yang


bersifat campuran atau pergantian cepat (biasanya dalam beberapa jam)antara
gejala hipomanik, manik, dan depresif.

F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya

F38.10 Ganguan depresif singkat berulang

Episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira sekali sebulan selama
satu tahun yang lampau. Semua episode depresif masing-masing berlangsung
kurang dari 2 minggu (yang khas ialah 2 – 3 hari, dengan pemulihan sempurna)
tetapi memenuhi kriteria simtomatik untuk episode depresif ringan, sedang, atau
berat (F32.0, F32.1, F32.2).

13
F38.8 Gangguan Afektif Lainnya YDT

Merupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi kriteria
untuk kategori manapun dari F30 – F38.1 tersebut diatas.

F38.9 Gangguan Afektif YTT

Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir, jika tak ada istilah lain yang
dapat digunakan. Termasuk : Psikosis afektif YTT

Episode depresi berdasarkan ICD-10


Kriteria Umum
1. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu
2. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria untuk
episode hypomanic atau manik pada setiap saat dalam kehidupan individu
3. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik
Gejala Utama
1. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir
untuk hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak
responsif terhadap keadaan, dan bertahan selama minimal 2 minggu
2. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya
menyenangkan
3. Penurunan energi atau kelelahan meningkat
Gejala Lainnya
1. Kehilangan percaya diri atau harga diri
2. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan tidak
tepat
3. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri
4. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau berkonsentrasi,
seperti keraguan atau kebimbangan
5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
6. Gangguan tidur

14
7. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan berat
badan yang sesuai

MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita atau saat
kambuh, setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi mayor dengan jarak
penyembuhan paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga memiliki beberapa sub tipe
yang memiliki perbedaan pada beberapa spesifikasi dan derajat keparahan. 1Sub tipe
MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan pola dari episode
depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi depresi dengan maksud agar pemilihan
terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan prognosisnya.
Tabel 3. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD
Sub tipe Spesifikasi DSM-IV-TR Kunci
Depresi melankolis Dengan gambaran melankolis Mood nonreaktif, anhedonia,
kehilangan berat badan, rasa
bersalah, agitasi dan retardasi
psikomotorik, mood yang
memburuk pada pagi hari,
terbangun di pagi buta
Depresi atipikal Dengan gambaran atipikal Mood reaktif, terlalu banyak
tidur, makan berlebihan, paralisis
yang dibuat, sensitive pada
penolakan interpersonal
Depresi psikotik Dengan gambaran psikotik Halusinasi atau waham
(waham)
Depresi katatonik Dengan gambaran katatonik Katalepsi, katatonik, negativism,
mutisme, mannerism, echolalia,
echopraxia (tidak lazim pada
klinis sehari-hari)
Depresi kronik Gambaran kronis 2 tahun atau lebih dengan kriteria
MDD
Gangguan afektif Musiman Onset yang seperti biasa dan
musiman kambuh pada saat musim tertentu
(biasanya musim gugur/dingin)
Depresi postpartum Postpartum Onset depresi selama 4 minggu
postpartum

DSM-IV-TR dan ICD-10, keduanya mengkategorikan tingkat keparahan MDD menjadi


tiga : ringan, sedang, dan berat (Tabel 4). DSM-IV-TR membagi tngkat keparahannya

15
berdasarkan efek yang dihasilkan depresi dalam hal sosial/pekerjaan dan tanggung
jawab individu dan ada atau tidaknya gejala psikotik. ICD-10, sebaliknya, membedakan
tingkat keparahan depresi berdasarkan jumlah dan jenis gejala yang diperlihatkan saat
seseorang menderita depresi. Penggunaan skala depresi sangat dianjurkan untuk
menentukan derajat keparahan.

Tabel 4. Derajat keparahan depresi


Keparahan depresi Kriteria DSM-IV-TR Kriteria ICD-10
Ringan 1. Mood depresi atau kehilangan 1. 2 gejala tipikal
minat + 4 gejala depresi 2. 2 gejala inti lainnya
lainnya
2. Gangguan minor sosial/
pekerjaan
Sedang 1. Mood depresi atau kehilangan 1. 2 gejala tipikal
minat + 4 atau lebih gejala 2. 3 atau lebih gejala inti
depresi lainnya lainnya
2. Gangguan sosial/pekerjaan
yang bervariasi
Berat 1. Mood depresi atau kehilangan 1. 3 gejala tipikal
minat + 4 atau lebih gejala 2. 4 atau lebih gejala inti
depresi lainnya lainnya
2. Gangguan sosial atau Juga dapat dengan atau tanpa
pekerjaan yang berat atau ada gejala psikotik
gambaran psikotik

2.7 DIAGNOSIS BANDING


1. Bereavement (Kehilangan teman atau keluarga karena kematian)
Bereavement atau rasa kesedihan yang berlebihan karena putusnya suatu
hubungan dapat memperlihatkan gejala yang sama dengan episode depresi
mayor. Tingkat keparahan dan durasi dari gejala dan dampaknya pada fungsi
sosial dapat membantu dalam menyingkirkan antara kesedihan yang
mendalam dan MDD.

Tabel 5. Pembeda antara bereavement dan episode depresi mayor


Gejala Bereavement Episode depresi mayor
Waktu Kurang dari 2 bulan Lebih dari 2 bulan

16
Perasaan tidak berguna/tidak Ada
Tidak ada
pantas
Ide bunuh diri Tidak ada Kebanyakan ada
Rasa bersalah, dll Tidak ada Mungkin ada
Perubahan psikomotor Agitasi ringan Melambat
Gangguan fungsi Ringan Sedang –Berat

2. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Kondisi Medis Umum


Gejala depresi dapat diperlihatkan dari efek fisiologis suatu kondisi medis
khusus yang terjadi sebelumnya. Sebaliknya, gejala fisik suatu penyakit
medis utama sulit untuk dapat didiagnosis yang berkormorbid dengan MDD.
The Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) sangat berguna untuk
alat deteksi pasien dengan penyakit medis dimana digunakan pertanyaan yang
memfokuskan pada gejala kognitif dibandingkan dengan gejala somatiknya.
MDD sama banyaknya dengan penyakit kronis (Tabel 5), tetapi lebih umum
diabetes, penyakit tiroid, dan gangguan neurologis (penyakit Parkinson,
multiple sklerosis).3
3. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Zat
Efek samping obat (baik yang diresepkan atau tidak) dapat memperlihatkan
gejala depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi gangguan mood harus
dapat dipertimbangkan dalam mendiagnosis banding MDD (Kotak 6). Bukti
dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratories digunakan untuk
dapat menentukan adanya suatu pengalahgunaan, ketergantungan,
intoksikasi/keracunan, atau kondisi putus obat yang secara fisoilogis akan
menyebabkan suatu episode depresi. Selama gejala depresi karena pengaruh
obat dapat disembuhkan dengan menghentikan penggunaan obat tersebut,
gejala putus obat dapat berlangsung selama beberapa bulan.3

Kotak 6. Obat yang umum disalahgunakan dan menyebabkan


gangguan mood yang dipengaruhi zat3
1. Alcohol

17
2. Amfetamin
3. Anxiolitik
4. Kokain
5. Zat-zat halusinogen
6. Hipnotik
7. Inhalant
8. Opioid
9. Phencycline
10. Sedative

11. Gangguan Bipolar


Sejarah adanya mania atau hipomania mengidentifikasikan adanya gangguan
bipolar, tetapi semenjak (1) gangguan bipolar sering berawal dengan episode
depresi, dan (2) pasien bipolar mengalami episode depresi lebih lama
dibandingkan dengan hipomania/mania, hal ini penting untuk untuk
mengeluarkan diagnosis bipolar ketika sedang mendiagnosis MDD. Pada
kenyataannya, 5-10% individu yang mengalami episode depresi mayor akan
memiliki episode hipomanik atau manik didalam kehidupannya. Gejala
depresi yang memperlihatkan suatu gangguan bipolar termasuk didalamnya
pemikiran yang kacau, gejala psikotik, gambaran atipikal (pipersomnia,
makan berlebihan), onset usia dini, dan episode kekambuhan. Gangguan
Bipolar II (dengan hipomania) sulit untuk dikenali karena pasien tidak
mengenali hipomania sebagai suatu kondisi yang abnormal – mereka
menerima itu sebagai perasaan yang baik. Informasi yang mendukung dari
pasangan hidup, teman terdekat, dan keluarga sering menjadi hal yang
penting untuk dapat mendiagnosis.

2.8 PROGNOSIS
Beberapa pasien, MDD dapat menjadi kronis, penyakit yang berulang. Relaps
terjadi pada enam bulan pertama dari masa penyembuhan terjadi pada 25% pasien, 58%
akan relaps setelah lima tahun, dan 85% akan relaps setelah 15 tahun setelah
penyembuhan yang terdahulu. Individu yang mengalami dua episode depresi terdahulu

18
memiliki 70% kemungkinan untuk menjadi ke tiga kalinya, dan yang sudah mengalami
episode ke tiga memiliki kemungkinan 90% untuk relaps. Berdasarkan progres dari
penyakitnya, interval antara episode depresi menjadi lebih pendek dan lebih berat untuk
setiap episodenya menjadi lebih luas. Lebih dari 20 tahun, kekambuhan terjadi sekitar
lima sampai enam kali.
Proporsi yang signifikan dari individu dengan depresi kronis menunjukkan gejala
yang bervariasi. Sekitar dua per tiga dari pasien dengan episode depresi mayor akan
sembuh dengan sempurna, dimana satu per tiga pasien dengan depresi hanya sembuh
sementara atau menjadi kronis. Pada penelitian, pasien dengan satu tahun terdiagnosis
post MDD, 40% mengalami penyembuhan tanpa ada gejala depresi, 20% mengalami
gejala berulang tetapi tidak memenuhi kriteria MDD, dan 40% tetap menjadi mengalami
episode depresi mayor. Individu dengan gejala depresi residual yang menetap memiliki
resiko tinggi untuk kambuh, bunuh diri, fungsi psikososial yang buruk, dan tingkat
mortalitas yang tinggi dari kondisi medis lainnya. Sebagai tambahan, 5-10% individu
depresi yang memiliki pengalaman dari episode depresi mayor akan sangat
memungkinkan terjadinya manic atau episode campuran yang mengindikasikan kepada
gangguan bipolar.
Beberapa penemuan sudah difokuskan kepada indikator prognosis yang dapat
memprediksikan kemungkinan nilai dalam penyembuhan dan kemungkinan dalam
tingkat kekambuhan pada individu dengan depresi.1,2

2.9 TERAPI
Memilih pengobatan harus mencakup evaluasi seberapa parah episode depresif
telah terjadi, ketersediaan sumber daya pengobatan, dan keinginan pribadi pasien.
Untuk depresi ringan sampai berat, psikoterapi berbasis bukti sama efektifnya dengan
farmakoterapi. Terdapat sedikit bukti bahwa kombinasi antara farmakoterapi dan
psikoterapi untuk pengobatan dini lebih unggul daripada pengobatan lainnya untuk
depresi tanpa komplikasi. Oleh karena itu, pengobatan kombinasi harus
dipertimbangkan ketika terjadi depresi berat, komorbiditas dengan kondisi lain, atau
tidak adanya respon yang memadai pada monoterapi.1
Farmakoterapi
Anti depresi

19
1. Golongan Trisiklik : Amytriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine
2. Golongan Tetrasiklik : Maprotiline, Mianserin, Amoxapine.
3. Golongan MAOI-Reversible ( REVERSIBLE INHIBITOR OF MONOAMIN
OXYDASE-A-(RIMA) : Moclobemide
4. Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) : Sertraline,
Paroxentine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, Citalopram.
5. Golongan Atipical : Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine.4

Jenis-jenis dari obat antidepresan dibedakan dengan mekanisme kerja masing-masing


(tabel 1). Kebanyakan dari obat antidepresan yang efektif bekerja dengan meningkatkan
sinyal dari serotonin dan norepinefrin adalah dengan cara menghambat proses reuptake
pada celah-celah sinaps. Beberapa jenis obat tersebut adalah SSRIs, NRI dan obat-
obatan dengan cara kerja ganda yang menghambat pengambilan serotonin dan
norepinefrin. Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs) bekerja dengan menghambat
degradasi monoamine oleh Monoamine oxidase A atau B. Sementara obat-obat
antidepresan yang lain mengantagonis kerja autoreseptor α2-adrenergik yang
mengakibatkan meningkatnya pelepasan norepinefrin, mengantagonis reseptor 5-
hydroxytryptamine2A, atau keduanya.

SSRI (Selective Serotonine Reuptake inhibitor)

Pada percobaan klinis, didapatkan bahwa keberhasilan pengobatan dengan beberapa


macam SSRIs bila dibandingkan dengan dengan beberapa jenis antidepressan lain
adalah kurang bermakna, namun beberapa perbedaan yang spesifik perlu diperhatikan.

Metabolit aktif fluoxetine memiliki waktu paruh yang lebih panjang daripada SSRI
lainnya, yang menyebabkan fluoxetine hanya diperbolehkan untuk dimakan satu dosis
per hari dan dengan demikian mengurangi efek dari diskontinuasi pengobatan SSRI.
Namun Fluoxetine perlu digunakan secara berhati-hati pada pasien dengan sindroma
bipolar atau pasien dengan riwayat keluarga sindroma bipolar, karena metabolit aktif
yang terdapat dalam darah selama beberapa minggu dapat memperburuk episode manik
pada saat perubahan episode dari depresi ke episode manik.

20
SSRI juga dapat digunakan pada pasien yang tidak berespons dengan pengobatan
trisiklik antidepresan, serta pada pasien yang memiliki daya toleransi yang rendah pada
kasus diskontinuasi obat SSRI dan efek kardiovaskular. Meskipun obat trisiklik
antidepresan mungkin memiliki tingkat kemanjuran yang lebih tinggi daripada SSRI
pada kasus-kasus depresi mayor yang parah atau pada depresi dengan fitur melankolis,
trisiklik antidepresan kurang efektif pada pengobatan kasus bipolar karena trisiklik
antidepresan dapat memacu episode mania atau episode hipomania.

SSRI tidak begitu efektif bila dibandingkan jenis lainnya dalam kasus depresi yang
berhubungan dengan penyakit-penyakit fisik, ataupun pada kasus dimana terdapat nyeri
yang mencolok. SSRI yang paling menunjukan efektivitas pada anak-anak dan dewasa
muda (18-24 tahun) adalah Fluoxetine.

NRI (Norepinephrine Reuptake Inhibitor)

Nortriptyline, maprotiline, dan desipramine adalah NRI trisiklik dengan efek


antikolinergik, sementara reboxetine adalah NRI selektif fengan efektivitas yang mirip
dengan trisiklik antidepresan dan SSRI.

Antidepresan kerja ganda

Serotonin–norepinephrine reuptake inhibitors seperti venlafaxine, duloxetine, dan


milnacipran memblok transporter monoamine lebih efektif daripada trisiklik
antidepresan, dengan efek samping jantung minimal. Kerja ganda dari antidepresan
seperti venlafaxine menunjukan efektivitas yang lebih tinggi dan nilai remisi yang lebih
tinggi pada depresi yang parah bila dibandingan dengan fluoxetine atau trisiklik
antidepresan

Efektivitas duloxetine mirip dengan paroxetine golongan SSRI, sementara venlafaxine


dan duloxetine juga efektif untuk meredakan sakit yang kronis dan diabetik neuropati.

MAOI (Monoamine Oxidase Inhibitor)

MAOI generasi lama yang secara ireversibel dan nonselektif memblok isoenzim MAO
A dan B memiliki efektivitas yang mirip dengan trisiklik antidepresan. Namun MAOI
bukanlah obat pilihan pertama dikarenakan pasien yang memilih pengobatan dengan

21
MAOI diharuskan untuk mengikuti diet dengan tyramine rendah untuk mencegah
munculnya krisis hipertensi, serta karena MAOI juga memiliki resiko interaksi obat
yang tinggi dengan pengobatan lainnya. MAOI biasanya dipakai pada pasien yang tidak
berespons pada pengobatan trisiklik antidepresan.

Antidepresan lainnya

Mirtazapine dapat meningkatkan pelepasan norepinefrin dengan menghambat


autoreseptor a2-adrenergic dan reseptor serotonin 5-HT2A, reseptor serotonin 5-HT3,
serta reseptor hitsamin H-1. Nefazodone, menghambat reseptor serotonin 5-HT2A dan
reuptake serotonin – dengan begitu memiliki efektivitas yang mirip dengan SSRI namun
dengan efek samping minimal. Nefazodone juga sering dipakai pada depresi pasca
melahirkan, depresi kronis dan depresi major dengan gangguan cemas yang resisten
terhadap pengobatan lainnya.

Interaksi dengan obat-obatan lain

Beberapa obat-obatan dapat ditambahkan dengan antidepresan untuk memperbesar efek


dari antidepresan tersebut (tabel.2). Beberapa dari obat-obatan tersebut juga dapat
mencegah beberapa efek samping, seperti mencegah perubahan episode depresi menjadi
episode mania.
1. Mood stabilizer
Lithium merupakan obat antimanik dan berfungsi sebagai mood stabilizer yang
fungsinya untuk mencegah rekurensi dari episode depresi maupun episode manik.
Lithium baik dipakai untuk pasien dengan bipolar, namun tidak dianjurkan untuk
pasien dengan depresi mayor.
Antikonvulsan lamotrigine dapat dipakai pada pasien depresi mayor, dan untuk
pencegahan relaps bipolar. Namun lamotrigine memiliki efek samping menginduksi
Steven Johnson syndrome dan Toxic epidermal nercrolisis meskipun penurunan
dosis secara gradual dapat mengurangi resiko tersebut.
Mood stabilizer lainnya yang termasuk dalam golongan antikonvulsan seperti asam
valproat, divalproex dan carbamazepine biasa dipakai untuk mengobati episode
mania dalam kasus bipolar.

22
2. Obat-obatan antipsikotik
Obat-obatan antipsikotik tipikal seperti chlorpromazine, fluphenazine, dan
haloperidol menginhibisi reseptor dopamin D2, dimana agen antipsikotik atipikal
(clozapine, olanzapine, risperidone, quetiapine, ziprasidone, and aripiprazole)
berperan sebagan antagonis dari 5HT2A. Obat-obatan antipsikotik yang
dikombinasikan dengan antidepresan digunakan untuk mengobati depresi dengan
fitur-fitur psikotik. Atipikal antipsikotik memberikan efek samping parkinsonisme,
akathisia dan diskinesia

23
24
25
Psikologi Terapi
1. Cognitive Behavioural therapy
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) berorientasi pada pemecahan masalah dengan
terapi yang dipusatkan pada keadaan “disini dan sekarang”, yang memandang
individu sebagai pengambil keputusan penting tentang tujuan atau masalah yang
akan dipecahkan dalam proses terapi. Dengan cara tersebut, pasien sebagai mitra
kerja terapis dalam mengatasi masalahnya dan dengan pemahaman yang memadai
tentang teknik yang digunakan untuk mengatasi masalahnya

Tujuan utama dalam teknik Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah :


1. Membangkitkan pikiran pikiran negative/ berbahaya, dialog internal atau
bicara sendiri (self-talk), dan interpretasi terhadap kejadian kejadian
yang dialami. Pikiran pikiran negative tersebut muncul secara otomatis,
sering diluar kesadaran pasien, apabila menghadapi situasi stress atau
mengingat kejadian penting masa lalu. Distorsi kognitif tersebut perilaku
maladaptive yang menambah berat masalahnya.
2. Terapis bersama klien mengumpulkan bukti yang mendukung atau
menyanggah interpretasi yang telah diambil. Oleh karena pikiran
otomatis sering didasarkan atas kesalahan logika, maka
program Cognitive Behavioral Therapy (CBT) diarahkan untuk
membantu pasien mengenali dan mengubah distorsi kognitif. Pasien
dilatih mengenali pikiranya, dan mendorong untuk menggunakan
ketrampilan, menginterpretasikan secara lebih rasional terhadap struktur
kognitif yang maladaptive.
3. Menyusun desain eksperimen (pekerjaan Rumah) untuk menguji
validitas interpretasi dan menjaring data tambahan unjtuk diskusi di
dalam proses terapi.
2. Interpersonal Therapy
Dilakukan terhadap pasien yang mengalami konflik saat ini dengan pihak-pihak
lain yang bermakna sehingga ia mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan dalam karier atau peran sosial atau perubahan hidup lainnya.
Banyak dilakukan terhadap depresi sedang dan berat.

26
3. Intervensi krisis:
Dilakukan terhadap pasien yang sedang mengalami suatu krisis dan memerlukan
tindakan segera (catatan: krisis yaitu suatu respons terhadap keadaan bahaya atau penuh
risiko dan dirasakan/dihayati sebagai keadaan yang menyakitkan, agar tercapai kembali
keadaan seimbang (emotional equilibrium). Dalam terapi ini kita harus secepatnya
membina hubungan interpersonal yang adekuat serta mengerti peran psikodinamik dan
hubungannya terhadap krisis yang terjadi. Teknik yang dilakukan yaitu reassurance,
sugesti, manipulasi lingkungan dan medikasi psikotropik. Kita ajarkan kepada pasien
untuk menghindari situasi yang berbahaya untuk mencegah terjadinya kembali krisis di
masa yang akan datang.
4. Terapi berorientasi psikoanalitik

Pendekatan psikoanalitik pada gangguan mood adalah didasarkan pada teori


psikoanalitik tentang depresi dan mania. Pada umumnya, tujuan psikoterapi
psikoanalitik ini adalah untuk mendapatkan perubahan pada struktur atau karakter
kepribadian pasien, bukan semata-mata menghilangkan gejala. Perbaikan dalam
kepercayaan diri, keintiman, mekanisme mengatasi masalah, kapasitas untuk berduka
cita, dan kemampuan untuk mengalami berbagai macam emosi adalah beberapa tujuan
terapi psikoanalitik. Pengobatan seringkali mengharuskan pasien mengalami kecemasan
dan penderitaan yang lebih banyak selama perjalanan terapi yang dapat berlangsung
beberapa hari.

5. Terapi keluarga

Terapi keluarga umumnya tidak digunakan sebagai terapi primer untuk pengobatan
gangguan depresif berat, tetapi semakin banyaknya bukti menyatakan bahwa membantu
seorang pasien dengan gangguan mood menurunkan stress dan menerima stress dapat
menurunkan kemungkinan relaps. Terapi keluarga diindikasikan jika gangguan
membahayakan perkawinan atau fungsi keluarga pasien atau jika gangguan mood
dikembangkan atau dipertahankan oleh situasi keluarga. Terapi keluarga memeriksa
peranan anggota yang mengalami gangguan mood dalam kesehatan psikologis
keseluruhan keluarga; terapi ini juga memeriksa peranan keseluruhan keluarga dalam
mempertahankan gejala pasien. Pasien dengan gangguan mood memiliki angka
perceraian yang tinggi, dan kira-kira 50% dari semua pasangan melaporkan bahwa

27
mereka seharusnya tidak menikah dengan pasien atau memiliki anak jika mereka tahu
bahwa pasien akan memiliki suatu gangguan mood.

28
BAB III
KESIMPULAN

Depresi adalah gangguan mood berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses


mental seseorang dan kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain seolah ada
penghalang yang tampak atau timbul tanpa alasan yang jelas. Pada orang depresi dapat
terjadi perubahan dalam kondisi emosional, fungsi motorik, kogintif serta motivasinya
dan jika tidak segera diberi penanganan maka akan memicu timbulnya gangguan
depresi mayor satu episode dan depresi mayor berulang.

Apabila hal tersebut terjadi maka itu akan lebih susah untuk ditangani dan akan
berujung pada bunuh diri. Ada beberapa sebab-sebab yang dapat menimbulkan depresi
yaitu dari sisi biologis karena adanya ketidakseimbangan otak yaitu berkurangnya
neurotransmitter, dari sisi spiritual yaitu karena kurangnya dari segi keimanan, dari sisi
psikologis yaitu karena adanya kepribadian-kepribadian yang rentan terhadap timbulnya
depresi, dari sisi sosial karena keadaan lingkungan.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman


penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Cetakan pertama.
Jakarta: Departemen Kesehatan. 1993. p. 150-156.
2. Marwick,K; Birrel,M., 2013. The Mood (Affective) Disorders in Crash Course
Psychiatry, 4th Edition. Edinburgh : Elsevier Ltd. Pp:133-137
3. RISKESDAS. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat [Internet].
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Available from:
http://www.depkes.go.id/article/print/16100700005/peran-keluargadukung-
kesehatan-jiwa-masyarakat.html
4. Sadock, Benjamin J.; Sadock, Virginia A.; et al, 2017. Mood Disorders in
Comprehensive Textbook of Psychiatry, Volume I/II, 10th edition. Philadelphia
: Wolters Kluwer. pp: 4099-4403
5. National Institute of Mental Health. Depression: what you need to know. (c ited
2019 Okt 21). Available from: http://www.nimh.nih.gov/health
/publications/depression/index.shtml?rf=32471
6. Anonim. Major Depressive Disorder. [online]. Update On 2012. Cited on [
Oktober 2019]: Available from : http://www.All About Depression.com
7. Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams &
Wilkins. 2007. p. 1-89.
8. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman
penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Cetakan pertama.
Jakarta: Departemen Kesehatan. 1993. p. 150-156.

30

Anda mungkin juga menyukai