Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN MOBILISASI

1.1 Definisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas. Mudah dan
teratur dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan
untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degenaratifdan untuk aktualisasi.

Mobilisasi adalah mekanika tubuh meliputi pengetahuan tentang bagaimana dan


mengapakelompok otot tertentu digunakan untuk menghasilkan dan mempertahankan
secara amanyaitu kemampuan untuk bergerak dengan bebas.

1.2 Etiologi
Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi.
1. Gaya hidup
Mobilisasi seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-
nilai yangdianut, serta lingkungan tempat ia tinggal.
2. Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk aktifitas
hidupsehari-hari. Secara umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua :
a. Ketidakmampuan Primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau trauma
(misalnya : paralisis akibat gangguan atau cidera pada medula spinalis )
b. Ketidakmampuan Sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari
ketidakmampuan primer (misalnya : kelmahan otot dan tirah baring)
c. Tingkat Energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal .Penyakit- penyakit tertentu
dan kondisicedera akan berpengaruh terhadap mobilitas.
d. Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan
mobilisasi

1.3 Klasifikasi
Dalam Mobilisasi terdapat tiga rentang yaitu ;
1. Rentang Gerak Pasif
Rentang gerak pasif berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot. Dan
persendiandengan menggerkan otot orang lain secara pasif.
2. Rentang Gerak Aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot sertan sendi dengan
caramenggunakan otot-ototnya secara aktif.c.
3. Rentang Gerak Fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan.
1.6 Manifestasi Klinis

Tanda – tanda yang dapat dikaji pada intoleransi aktifitas saat mobilisasi dan
setelahmobilisasi antara lain :

1. Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur.


2. Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekan sistol /hipotensi orthtostatic.
3. Terjadi peningkatan frekuensi pernapasn cepat dangkal.
4. Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
5. Kecepatan dan posisi tubuh akan mengalami kecepatan
aktifitas danketidakstabilan posisi tubuh.
6. Status emosi labil
1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan


hubungan tulang.
2. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang
yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament
atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
3. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer
untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau penyempitan jalur jaringan
lunak melalui tulang. Dll.
4. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan
SGOT ↑ pada kerusakan otot.

1.8 Penatalaksanaan

Untuk mengatasi gangguan mobilisasi dapat dilakukan tindakan :


1. Body Mekanik
Penggunaan organ secara efektif dan efisien sesuai fungsinya.
2. Tindakan yang berhubungan dengan mobilisasi, misal :
a. Membantu merubah posisi
b. Melatih ROM
c. Membantu klien duduk di tempat tidur.
3. Mencapai kemandirian penuh dalam aktifitas perawatan diri.
1.9 Komplikasi

1. Defisensi kalori dan proterin


2. Gangguan nutrisi (hipoalbuminemia)
3. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
4. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
5. osteoporosis
6. hipotensi ortostatik
1.10. Proses Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan Data
b. Aspek biologis
1) Usia.
Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas, terkait
dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu dikaji diantaranya
adalah postur tubuh yang sesuai dengan tahap pekembangan individu.
2) Riwayat keperawatan.
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada
sistem muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam
melakukan aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan
klien dan lain-lain.
3) Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan
dampak imobilisasi terhadap sistem tubuh.
c. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana respons
psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya,
mekanisme koping yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan
aktivitas dan lain-lain.
d. Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi
dampak yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami klien terhadap
kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan,
peran diri baik dirumah, kantor maupun sosial dan lain-lain
e. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai
yang dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang,
seperti apakah klien menunjukan keputusasaannya? Bagaimana
pelaksanaan ibadah klien dengan keterbatasan kemampuan fisiknya? Dan
lain-lain (Asmadi, 2008).
f. Kemunduran musculoskeletal
Indikator primer dari keparahan imobilitas pada system musculoskeletal
adalah penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan otot; rentang
gerak sendi; dan kekuatan skeletal. Pengkajian fungsi secara periodik dapat
digunakan untuk memantau perubahan dan keefektifan intervensi.
g. Kemunduran kardiovaskuler
Tanda dan gejala kardivaskuler tidak memberikan bukti langsung atau
meyaknkan tentang perkembangan komplikasi imobilitas. Hanya sedikit
petunjuk diagnostic yang dapat diandalkan pada pembentukan trombosis.
Tanda-tanda tromboflebitis meliputi eritema, edema, nyeri tekan dan tanda
homans positif. Intoleransi ortostatik dapat menunjukkan suatu gerakan
untuk berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut jantung, penurunan
tekanan darah, pucat, tremor tangan, berkeringat, kesulitandalam mengikuti
perintah dan sinkop
h. Kemunduran Respirasi
Indikasi kemunduran respirasi dibuktikan dari tanda dan gejala atelektasis
dan pneumonia. Tanda-tanda awal meliputi peningkatan temperature dan
denyut jantung. Perubahan-perubahan dalam pergerakan dada, perkusi,
bunyi napas, dan gas arteri mengindikasikan adanaya perluasan dan
beratnya kondisi yang terjadi.
i. Perubahan-perubahan integument
Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah reaksi
inflamasi. Perubahan awal terlihat pada permukaan kulit sebagai daerah
eritema yang tidak teratur dan didefinisikan sangat buruk di atas tonjolan
tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit setelah tekanan dihilangkan
j. Perubahan-perubahan fungsi urinaria
Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk tanda-tanda fisik
berupa berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian bawah, dan
batas kandung kemih yang dapat diraba. Gejala-gejala kesulitan miksi
termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk berkemih dan tekanan atau
nyeri pada abdomen bagian bawah
k. Perubahan-perubahan Gastrointestinal
Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen
bagian bawah, rasa penuh, tekanan. Pengosonganh rectum yang tidak
sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi mental, iritabilitas, kelemahan,
dan sakit kepala.
l. Faktor-faktor lingkungan
Lingkungan tempat tinggal klien memberikan bukti untuk intervensi. Di
dalam rumah, kamar mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas, penerangan
yang tidak adekuat, tangga yang tinggi, lantai licin, dan tempat duduk toilet
yang rendah dapat menurunkan mobilitas klien. Hambatan-hambatan
institusional terhadap mobilitas termasuk jalan koridor yang terhalang,
tempat tidudan posisi yang tinggi, dan cairan pada lantai. Identifikasi dan
penghilangan hambatan-hambatan yang potensial dapat meningkatakan
mobilitas
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.


2. Bulechek M Gloria, Butcher,K Howard, Dochterman M. Joanne, Wagner M
Cheryl. (2015). Nursing intervention classification (NIC) Terjemah Indonesia.
Yogyakarta. Mocomedia dalam kontrak Elsevier.
3. Harahap. (2005). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal
Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USU.
4. Koziar, (2010). Fundal mentalOf Nursing Concepts and Process7. Jakarta: EGC.

5. Morhead Sue, Johnson Marion, L. Maas Meridean, Swanson Elizabeth. (2015).


Nursing outcome classification (NOC) Terjemah Indonesia. Yogyakarta.
Mocomedia dalam kontrak Elsevier.
6. Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta
:EGC

7. Muttaqin. (2005). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan.


Salemba Medika: Jakarta.
8. Wartonah & Tarwoto. 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai