Anda di halaman 1dari 3

Perawatan Oral Candidiasis Secara Umum

Oral Candidiasis merupakan sebuah lesi pseudomembran berwarna kuning pada


mukosa rongga mulut, yang 80% disebabkan oleh peningkatan jamur Candida Albicans yang
secara normal dapat ditemukan dalam rongga mulut. Peningkatan jumlah jamur Candida
Albicans sering kali dikaitkan pada penderita dengan immunosupressed seperti HIV,
penggunaan antibiotik secara luas dan jangka panjang, serta pada penderita kanker.
Penatalaksaan oral candidiasis secara umum adalah mengatasi atau menghilangkan manifestasi
jamur yang tumbuh pada rongga mulut menggunakan antijamur dan menghilangkan faktor
predisposisi yang memicu terjadinya peningkatan jumlah jamur Candida Albicans seperti
mengurangi kebiasaan merokok, menjaga kebersihan gigi tiruan, menghentikan pemberian
antibiotik spektrum luas, mengatasi hiposalivasi, meningkatkan oral hygiene dengan
penggunaan obat kumur chlorhexidine, dan meningkatkan sistem imunitas penderita.
Perawatan atau obat antijamur yang diberikan tergantung dari derajat keparahan pertumbuhan
jamur yang terjadi. Obat antijamur yang digunakan dapat berbentuk krim, gel, tablet, maupun
suspensi. Penggunaan obat suspensi, krim dan gel lebih disarankan untuk pasien dengan
keluhan mulut kering (Scully, 2013; Glick et al, 2015).

Obat antijamur untuk Oral Candidiasis (Glick et al, 2015):

 Kategori mild disease: Antijamur topikal


Nama generik Nystatin Miconazole Clotrimazole
Jenis sediaan obat Oral suspensi Tablet (50 mg) Tablet hisap (10
(100,000 mg /ml) mg)
Dosis penggunaan 4-6 ml durasi 1 1 x 1 selama 14 5 x 1 selama 7 –
menit, selama 7 – hari 14 hari
14 hari
Kontraindikasi - Hipersensitivitas -
protein pada susu
Efek samping Nyeri perut Dysgeusia, nyeri, Nyeri perut,
diare, pruritus pada nausea, diare
gingiva
Interaksi obat - Cisapride, Tacrolimus
ranolazine,
cilostazol
 Kategori moderate hingga severe: Antijamur secara sistemik
Nama generik Fluconazole Itraconazole Posaconazole
Jenis sediaan obat Tablet Oral solution (10 Oral suspensi (200
(50,100,150,200 mg/ml) mg/5 ml)
mg)
Oral suspensi (10,
40 mg / ml)
Dosis penggunaan 200 mg pada hari 1 200 mg setiap hari 2 x 2 sehari selama
100 mg hingga 7 – hingga 7 – 14 hari 7 – 14 hari
14 hari
Kontraindikasi - Gagal jantung, Hipersensitif
disfungsi terhadap
ventricular, voriconazole
kehamilan
Efek samping Nausea, nyeri Nausea, demam, Aritmia,
kepala, nyeri perut diare, kemerahan hipertensi,
pada kulit hipotensi, pruritus,
kemerahan pada
kulit,
hiperglikemia
Interaksi obat Metabolisme obat Metabolisme obat Alkaloid,
melalui CYP 3A4, melalui CYP 3A4 Metabolisme obat
CYP 2C9, CYP dan p-glikoprotein melalui CYP 3A4
2C19

 Apabila pemberian antijamur secara sistemik masih tidak dapat menurunkan


manifestasi jamur pada rongga mulut, maka dapat dipilih pemberian amphotericin B
atau golongan obat jenis echinocandin dengan pemberian intravena
Menurut Lukito (2019) beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran ke spesies non
albicans. Pergeseran ke spesies non albicans menyebabkan terjadinya resistensi terhadap obat
anti fungal golongan azole. Berdasarkan hal tersebut, terdapat golongan antifungal baru yang
dapat digunakan untuk pengobatan candidiasis yang mengalami resisten golongan azole, yaitu
golongan echinocandin. Echinocandin (contoh: caspofungin, micafungin, anidulafungin)
merupakan obat antifungal yang bekerja sebagai inhibitor sintesis dinding sel jamur oleh β-
1,3-glucan synthase. Mekanisme kerja dari echinocandin mirip seperti azole dengan
menargetkan ergosterol jamur, namun echinocandin memiliki keuntungan dapat menargetkan
hanya pada jamurnya saja, tidak pada sel tubuh normal manusia, sehingga toksisitasnya lebih
rendah. Kelebihan lainnya adalah interaksi dengan obat lainnya rendah, aktivitas fungisidal
terhadap spesies candida sangat efektif, dan rendahnya resistensi obat. Namun, echinocandin
tidak dapat diberikan secara per oral, harus secara intravena karena berat molekul yang besar
dan tidak stabil dalam suasana asam. Dosis caspofungin adalah 70 mg IV selama 1 jam,
kemudian hari selanjutnya hingga hari ke 14 dengan dosis 50 mg IV/hari. Dosis micafungin
150 mg IV/hari. Dosis anidulafungin 200 mg IV hari pertama, hari selanjutnya hingga hari ke
14 dosis 100 mg IV/hari.
Selain itu obat anti jamur terbaru yang lain adalah golongan azole baru seperti
varikonazol, posakonazol dan ravukonazol. Obat-obat tersebut dapat diberikan secara peroral
dengan dosis 400 mg 2x1 selama 3 hari. Namun, kekurangan dari penggunaan golongan azole
baru ini adalah adanya hambatan pada metabolisme obat yang menyebabkan kadar obat dalam
plasma tinggi sehingga dapat berinteraksi dengan obat-obatan imunosupresi seperti
cyclosporine dan tacrolimus (Apsari & Adiguna, 2013; Quindos et al., 2019).

Apsari, A. & Adiguna, M. 2013. Resistensi Antijamur Dan Strategi Untuk Mengatasi. MDVI;
40(2): p. 89-95.

Glick, M., William, M. 2015. Burket’s Oral Medicine, 12 ed., Chapters 3 dan 5. USA: People’s
Medical Publishing House; p. 39, 40, 97,98,99.

Lukito, J. 2019. Antifungal Echinocandin. CDK; 46(2): p. 131-136.

Scully, Crispian. 2013. Oral and Maxillofacial Medicine The Basis Prognosis and Treatment,
3 ed. China: Elsevier; p. 256, 257.

Quindos, G., Alonso, S., Arias, C., Sevillano, E., Mateo, E., Jauregizar, N., Eraso, E. 2019.
Therapeutic Tools For Oral Candidiasis: Current And New Antifungal Drugs. J. Oral
Medicine and Pathology; 24(2): p. 72-80.

Anda mungkin juga menyukai