Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPEWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Dosen Pengampuh : Hotnida Erlin Situmorang, S.Kep.,Ns.,M.Ng

KELOMPOK 1

5. DIANA HUBUSA
1. ELVI OKTAVIA
6. RIMBA KRISTIAN
2.TAMAR L. SUWENI
7. ELA IMELDA KASTERA
3. ANDI TIYO WIJAYA
8. CRISTOFOL PAGARA
4.SITI NUR AINI

i
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat, dan hidayah-Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan walau
sangat sederhana keadaannya, namun di harapkan akan dapat memberi manfaat kepada
kita semua serta hasil yang di harapkan.

Di sadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu pada
kesempatan ini mohon kiranya bagi para pembaca yang memberikan kritikan dan saran
yang sifatnya membangun, sehingga makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
Infeksi Saluran Kemih (ISK)”, sehingga mendekati sempurna di masa yang akan
datang. Dengan terselesainya makalah ini tidak lepas dari dorongan dan dukungan dari
berbagai pihak yang telah memberi masukan.

Dengan adanya makalah ini diharapkan para pembaca, dapat mengerti dan
memahaminya dengan baik, oleh karena itu saran dan pendapat serta petunjuk sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

ii
Jayapura, 09 Maret 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Depan ............................................................................................................................ i

Kata Pengantar .............................................................................................................................. ii

Daftar Isi ...................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................
1.3 Tujuan ..............................................................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi & Fisiologi Sistem Perkemihan ..............................................................................

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK) ..............................................................................


3.2 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih (ISK) ..........................................................................
3.3 Etiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK) ..............................................................................
3.4 Manifestasi Klinik .............................................................................................................
3.5 Pathway ............................................................................................................................
3.6 Patofisiologi ......................................................................................................................
3.7 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................................
3.8 Penatalaksanaan ................................................................................................................

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

iv
4.1 Pengkajian ........................................................................................................................

4.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................................................

4.3 Intervensi ..........................................................................................................................

4.4 Implementasi ....................................................................................................................

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................


5.2 Saran ................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak
menyerang manusia. Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan
laki-laki yang menderita Infeksi Saluran Kemih. (Milagros, 2012)
Infeksi ini umumnya memang terjadi pada wanita. Namun bukan berarti pria tidak pernah
terjadi gejala ini. Hal ini dikarenakan, berdasarkan fakta infeksi saluran kemih terjadi pada pria.
Gejala awal infeksi ini adalah urin yang dikeluarkan tampak lebih keruh dan berbau, ingin selalu
buang air kecil namun hanya sedikit urin yang keluar dan menyebabkan rasa terbakar atau sakit
pada saluran urin saat buang air kecil. (Valentina L, 2008)).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dariInfeksi Saluran Kemih (ISK) ?
2. Apa saja kalsifikasi dariInfeksi Saluran Kemih (ISK) ?
3. Apa etiologi dari Infeksi Saluran Kemih (ISK) ?
4. Apa saja manifestasi klinikInfeksi Saluran Kemih (ISK) ?
5. Bagaimana patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK) ?
6. Bagaimana pathway dari Infeksi Saluran Kemih (ISK) ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang Infeksi Saluran Kemih (ISK) ?
8. Bagaimana penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih (ISK) ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK) ?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum :

Untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Sistem Perkemihan dengan Dosen Pengampu : Hotnida
Erlin Situmorang, S.Kep.,Ns.,M.Ng

1
TujuanKhusus :

1. Untuk mengetahui definisi dari Infeksi Saluran Kemih (ISK)


2. Untuk mengetahuiklasifikasi dari Infeksi Saluran Kemih (ISK)
3. Untuk mengetahui etiologi dariInfeksi Saluran Kemih (ISK)
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik Infeksi Saluran Kemih (ISK)
5. Untuk mengetahui patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)
6. Untuk mengetahui pathway Infeksi Saluran Kemih (ISK)E
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Infeksi Saluran Kemih (ISK)
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
9. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan KeperawatanInfeksi Saluran Kemih (ISK)

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengenal tentang konsep dasar Infeksi Saluran Kemih (ISK)
2. Mahasiswa dapat mengenal tentang asuhan keperawatan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi

Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan (Urinaria)

A. Pengertian Sistem Urinaria

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :

1. GINJAL

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang


peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding
abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri
dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.

Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki
lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di

3
sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen
vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler
yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus –
tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan
lengkung Henle yang terdapat pada medula.

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis
viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak
juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara
teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.

Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari
korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok –
belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut
ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke
korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

a. Bagian – Bagian Ginjal

Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal
(pelvis renalis).

1) . Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah
yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler –
kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus
dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai
bownman disebut badan malphigi

Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan
simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai

4
bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan
lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

2) . Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid
renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila
renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di
dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis
karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara
pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini
berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di
dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah
dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

3) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong
lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga
disebut kaliks mayor, yang masing-masing

5
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Marlene, 2016). Infeksi Salurab Kemih
pada bagian tertentu di saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama
Echerichia coli, resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral,
obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrument uretral baru,
septicemia (Mary, 2014).

Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat menyebarnya infeksi yang
berasal dari uretra seperti juga wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak
antara uretra dari rectum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatic
melindungi pria dari infeksi traktus urinarius (Rudi, 2012).

2.2 Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih (ISK)


1) Infeksi Saluran Kemih Bawah (Valentina L, 2008)
A. Uretritis
Infeksi uretradapat terjadi pada pria maupun wanita. Penyebabnya adalah Infeksi virus,
Infeksi bakteri, organism yang menyebabkan penyakit/ infeksi menular seksual
(Gonorea, Klamidia, dan lain-lain), Keluarga besar Basilus garam negative
(Enterobacteriaceace, terutama E.coli) serta organisme gram positif yang terlibat
dalam yang terlibat dalam infeksi daluran kemih, “hama pintar” telah
mengembangkan cara untuk mengatasi pertahanan intrinsic saluran kemih dengan
cirri khasnya seperti pili/ fimbriae adesin dan hemosilin untuk mendapatkan akses
mengolonisasi, selainitu kondisi tertentu meningkatkan perkembangan Infeksi

6
Saluran Kemih bawah. Tanda gejalanya beragam berdasarkan sifat kondisi apakah
akut atau kronik.
B. Sistisis
Penyebabnya adalah bacteria koliform (umumnya E.coli dan enterococus).
Anak-anak dapat mengalami sistisi virus yang disebabkan oleh adenovirus, tetapi ini
jarang terjadi pada orang dewasa. Pada pria sistisi biasanya disebabkan oleh invasi
bakteri ke uretra yang menyebar ke atas dan ke prostat.
Manifestasi klinis dari sistisis/ uretritis yaitu nyeri panggul dan nyeri tekan dengan
lokalisasi suprapubis, disuria (sering berkemih, urgensi berkemih & rasa terbakar
ketika berkemih), nuktoria yang tidak biasa (terbangun di malam hari untuk
berkemih), inkontinensia ringan, urine keruh dan bau tajam serta hematuria
(terdapat darah dalam urine).
C. Prostatitis
Kelompok kondisi inflamasi dan non inflamasi yang menyerang prostat. Tanda
gejalanya yaitu :
 Nyeri panggul dan peritoneum
 Nyeri pada testis, area selakangan, penis dan skrotum yang menyebar ke
punggung bawah
 Keenganan berkemih dengan aliran urine lemah saat berkemih
 Disfungsi seksual dengan ejakulasi yang terasa nyeri & nyeri pasca ejakulasi
di rectum dan anus
 Gejala sistemik (menggigil, demam, hipotensi).

Saat prostatitis kronis maka terdapat tanda & gejala perkemihan dan non
perkemihan seperti : urine menetes, nyeri inguinal dan perineal, rasa seperti
terbakar uretranya dan tanda-tanda umum lainnya (diaphoresis, keletihan dan
kaki dingin).

2) Infeksi Saluran Kemih Atas (Valentina L, 2008)


A. Glumerulonefritis
Inflamasi pada glomerulus, yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk

7
menyaring urin dan dapat terjadi dimana saja seperti glomerulus, tubulus dan
jaringan intertisial sekitarnya. Penyebab paling sering adalah infeksi sterptococus
yang biasanya di mulai dengan nyeri tenggorokan, berkembang menjadi
nefritisndalam 7 hingga 12 hari. Glumerulonefritis disebabkan oleh infeksi
streptokokus yang basanya dapat disembuhkan dengan terapi.

B. Pielonefrotis

Penyakit ini dicirikan dengan bercak infeksi intertisial dengan inflamasi di


tubulus dan intertisium dengan pembentukan abses. Inflamasi merusak tubulus oleh
sebab itu ginjal menjadi tidak mampu memekatkan urin, mengatur keseimbangan
elektrolit dan mengeluarkan produk sampah. Penyebab yang paling lazim adalah
refluks vesikoreteral yang menyebabkan bacteria naik ke pelvis ginjal. Organism
penyebabnya adalah E.coli dan strapilococus aureus.

C. Sindrom Nefrotik
Kerusakan glomerulus memicu kehilangan protein yang parah memicu
hipoalbumia. Penyebabnya adalah diabetes. Diabetes adalah penyebab yang sering
muncul menimbulkan sindrom nefrotik. Penyakit autoimun seperti lupus eritomatus
menyebabkan tubuh menyerang diri sendiri. Medikasi seperti aminoglikosida,
antibiotic anfereteritis b, kemoterapi litium, perawatan kontras IV. Beberapa
penyakit yang merusak membrane membrane glomerulus.

D. Gagal Ginjal

Sebagian besar nefron di ginjal sudah tidak berfungsi. Penyebabnya adalah


cidera renal akut dapat memicu gagal ginjal akut.

E. Nefrolitasi

Pemadatan garam mineral di sekitar materi organic yang dapat terjadi pada

8
duktus pengumpulan system perkemihan untuk disimpan di suatu bagian ginjal :
pelvis ginjal atau batu ginjal. Sebagian batu ginjal terbentuk dari kalsium.

2.3 Etiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi Saluran Kemih (ISK) terjadi ketika suatu organisme penginfeksi, biasanya
suatu bakteri gram negative seperti E.coli, masuk ke saluran kencing. Radang area lokal
terjadi, diikuti dengan infeksi ketika organisme bereproduksi. Bakteri kadang muncul di
kulit area genital dan memasuki saluran perkemihan melalui pembukaan uretra.

Organisme dapat juga masuk selama kontak seksual.Dalam hal ini infeksi terjadi
sebagai infeksi yang diperoleh dari komunitas yang kompleks. Pasien dengan kateter
perkemihan bisa juga mengalami infeksi karena adanya kateter yang memberikan suatu jalan
kecil bagi bakteri untuk masuk ke kandung kemih. Sebagian dari peralatan tidak disterilkan
sepenuhnya antara pasien satu dengan yang lainnya seperti peralatan diberi desinfektan dosis
tinggi karena serat optic dan lensa di dalam tidak akan tahan dengan temperature tinggi yang
diperlukan untuk mensterilkan. Infeksi ini akan dipandang sebagai nosocomial. (Mary, 2014)

2.4 Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Manifestasi klinis ISK (Mary,2014) yaitu :
1) Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
2) Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih
3) Susah buang air kecil karena iritasi lapisan mucosal
4) Rasa sesak0 penuh di dalam area suprapublik
5) Punggung bawah sakit

9
2.5 Pathway Infeksi Saluran Kemih (ISK)

2.6 Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen , limfogen. Ada 2 jalur utama terjadi ISK yaitu asending & hamatogen.

1) Secara Asending
a. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain :
 Faktor Anatomi, dimana wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki-
laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi
 Faktor tekanan urin saat miksi
 Kontaminasi fekal
 Pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sitoskopik, pemakaian
kateter)
 Adanya dekubitus yang terinfeksi

10
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

2) Secara Hematogen
Sering terjadi pada pasien yang sistem imunya rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya
bendungan total urin yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal
akibat jaringan parut, dan lain-lain.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Infeksi Saluran Kemih (ISK)


Pemeriksaan penunjang ISK yaitu (Mary,2014) :
1) Cystoscopy
Tes ini menguji dinding kandung kemih untuk melihat kemungkinan
pertumbuhan dan tumor. Tes ini juga digunakan sebagai alat untuk memindahkan tumor
kecil, batu dan benda asing dan untuk mendilatasi saluran kemih (uretra) dan saluran
ginjal (ureter). Suatu cytoscopy dimasukkan ke dalam uretra ke kandung kemih yang
membuat struktur benar-benar divisualisasikan, misalnya uretra, kandung kemih, ureter
dan prostat.

2) Tes Kultur & Sensitivitas


Tes kultur melihat kemungkinan adanya bakteri di dalam urin. Tes sensitivitas
menentukan antibiotic apa yang dapat digunakan untuk mebunuh bakteri. Laboratorium
membagi spesimen urin menjadi 2 yaitu satu bagian di kultur untuk menentukan bakteri
mana yang berkembang. Laporan persiapan harus tersedia dalam 24 jam. Bagian kedua
digunakan untuk menentukan pada antibiotik mana organisme tersebut peka.

3) Prostate Specific Antigen (PSA) Test


Tes ini mengukur tingkat PSA di dalam darah. Tingkat PSA akan naik pada
pasien dengan BPH (Benign Prostatic Hypertrophy) atau kanker prostat. Kenaikan
tinggi PSA tidak member dokter cukup informasi untuk membedakan antara kanker dan
kondisi-kondisi prostat jinak. Namun, dokter akan mempertimbangkan hasil tes ketika

11
memutuskan apakah akan mengorder penyaringan tambahan untuk kanker prostat. Tes
ini digunakan untuk memonitor perawatan dan untuk menguji kekambuhan kanker
prostat.

4) Studi Sinar X Kidney, Ureter, Bladder (KUB)

Sinar KUB adalah sinar x abdominal yang digunakan untuk mendeteksi batu
ginjal, bisul abdominal, paralytic ileus atau obstruksi.

5) Pengumpulan Urin 24 jam

Ini adalah tes diagnostic yang melibatkan pengumpulan urin pasien selama 24
jam. Tes ini biasanya digunakan untuk mengukur volume dan berbagai faktor fungsi
ginjal dan juga untuk menentukan pengeluaran sehari-hari seperti protein, elektrolit dan
lain-lain.

6) Urinalysis
Urinalysis (analisa urin) adalah pengujian urin secara fisik, kimia dan
mikroskopis. Pengujian ini meliputi sejumlah tes untuk mengevaluasi specimen urin
mengenai penampilan, warna, kejelasan, pH, berat jenis, dan kehadiran bakteri, darah
kepingan-kepingan, glukosa, keton leukosit, protein, RBC, dan WBC. Tes ini digunakan
untuk mengkonfirmasikan gejala ISP, untuk memeriksa diabetes karena kelebihan kadar
glukosa dan untuk memonitor fungsi ginjal pada pasien gagal ginjal.

7) Urine Flow Studies


Urine flow studies juga dikenal sebagai uroflowmetry, mengatur kekuatan dan
volume per detik aliran urin dari kandung kemih ketikan pasien buang air kecil ke mesin
tes. Tes ini membantu mengidentifikasi sumabatan atau kelainan saluran kemih dan
membantu mengevaluasi seberapa baik atau seberapa buruk pasien buang air kecil.

12
8) Voiding Cystogram

Tes ini melibatkan pengambilan sinar X kandung kemih dan uretra selama
perkemihan. Suatu material kontras radiopaque ditanamkan ke dalam kandung kemih via
kateter Foley ke dalam saluran tubuh. Setelah sinar X diambil, kateter dipundahkan.
Pasien buang air kecil sementara sinar X diperoleh. Tes ini dilakukan untuk mencari
kelainan system perkemihan, tumor kandung kemih, ureter dan uretra atau untuk
mengeluarkan (refluks) urin dari kandung kemih ke ureter.

2.8 Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Penatalaksanaan ISK (Marlene, 2016) yaitu :

1) Pencegahan
a. Hindari dehidrasi
Anjurkan asupan harian cairan pada dewasa aktif sekitar 30 ml/kg/hari
b. Hindari konstipasi
Perbanyak asupan cairan, serat diet, dan olahraga
c. Tangani retensi urin, Inkontinensia urin atau obstruksi pada saluran keluar kandung
kemih.
d. Pertimbangan perbaikan sistokel pada wanita pasca menopause penderita
pengosongan kandung kemih tanpa sempurna dan ISK kambuhan.
e. Ajari wanita mengenai higienis yang baik setelah ke toilrt dan berkemih setelah
senggama.
f. Tangani infeksi sejak dini, tetutama pada pasien dengan penurunan fungsi imun atau
pasien dengan retensi urin atau disfungsi urin.
g. Lepas kateter yang terpasang dan tangani pasien yang mengalami disfungsi berkemih
dengan program penatalaksanaan alternatif seperti pelatihan kandung kemih,
farmakoterapi untuk inkontinensia urin, kateterisasi intermiten atau berkemih
terjadwal.

13
2) Infeksi Saluran Kemih Akut
a. Penatalaksanaan empiris cukup memadai utnuk infeksi yang pertama pada wanita
muda yang tidak sehat, mulai penatalaksanaan empiris sebelum diperoleh hasil kultur
dan sensitivitas untuk infeksi saluran kemih febris atau komplikata.
b. Antipiretik dan rawat inap dengan cairan intravena diperlukan bila pielonefritis
disertai dengan mual dan muntah yang bermakna atau urosepsis.
c. Pilih antibiotika sesuai laporan kultur dan sensitivitas (bila ada indikasi), frekuensi
pemberian, resiko vaginitis, biaya yang ditanggung pasien dan resiko peningkatan
resistensi bakteri
d. Tekankan kepatuhan pada pemberian antibiotik, tangani infeksi non komplikata
selama 3 hari, infeksi komplikais selama 7 hari dan ISK febris selama 14 hari.
e. Penanganan suplemen antibiotika dengan analgesic system perkemihan (pyridium
tersedia sebagai obat yang dijual bebas)atau obat kombinasi seperti urised.
f. Mulai penanganan profilaksis menggunakan krem antijamur pada wanita dengan
riwayat vaginitis saat mendapatkan terapi antibiotika, kecuali bila diberikan
nitrofurantoin.
g. Dorong asupan cairan yang memadai, hindari iritan kandung kemih.

14
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian pada klien isk dapat menggunakan pendekatan


bersifat menyeluruh yaitu :

a. Data biologis meliputi


 Identitas klien
b. Identitas penanggung
c. Riwayat kesehatan
 Riwayat infeksi saluran kemih

15
 Riwayat penah menderita batu ginjal
 Riwayat penyakit DM dan jantung

Data dasar pengkajian pasien

1. Aktivitas /istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise

Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus

2. Sirkulasi

Tanda : hipotensi/hipertensi, nadi lemah/halus,hipotensi orttostatik, pucat, nadi kuat

3. Eliminasi

Tanda : perubahan warna urin contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan, oliguria

( biasanya 12-21hari ) poliuria ( 2-60 /hari )

Gejala : perubahan pola berkemih biasanya : peningkatan frekuensi, poliuria ( kegagalan dini )
penurunan frekuensi/ oliguria ( fase akhir ), disuria, ragu-ragu, dorongan, dan retensi, abdomen
kembung, konstipasi atau diare.

4. Makanan / cairan

Tanda : perubahan turgor kulit / kelembaban, edema (umum bagian bawah )

Gejala : peningkatan berat bada (edema ), penurunan berat badan (dehidrasi )mual, muntah,
anoreksia, nyeri ulu hati, penggunaan diuretik.

5. Neuro sensori

Tanda : gangguan status mental, contoh : penurunan lapang perhatian, penurunan tingkat kesadaran

Gejala : sakit kepala, pandangan kabur, kram otot

16
6. Nyeri / kenyamanan

Tanda : perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah

Gejala : nyeri tubuh / sakit kepala

7. Pernafasan

Tanda : takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi, kedalaman ( pernafasan kusmaul ), batuk


produktif dengan sputum kental

Gejala : nafas pendek

H. Pemeriksaan diagnostik

1. Urinalisis

a. Leukosuria atau piuria

Merupakan salah satu petunjuk penting adanya isk. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/ lapang pandang besar (LPB), sedimen air kemih

b. Hematuria

hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/ LPB sedimen air kemih. Hematuria disebabkan
oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis

2. Bakteriologis

a. Mikroskopis

b. Biakan bakteri

3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik

4. Hitung koloni

17
Hitung koloni sekitar 100.000 koloni per mililiter urin dari urin tampung, aliran tengah atau
dari specimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria utama badanya infeksi

5. Metode test

a. Test dipstick multistrip untuk wbc ( test estroseleukosit )dan nitrit (test griess untuk
pengurangan nitrat ). Tes esterase positif, maka pasien mengalami piuna.tes
pengurangan nitrat, griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitraturin
normal menjadi nitrit

b. Test penyakit menular seksual (pms)

Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (MIS: klamidia trakomatis,
neisseria gonorrhoeae, herpes simplex)

c. Test-test tambahan :

Urogram intravena(iv), pielografi(IVP), sistografi dan ulrtasonografi juga dapat


digunakan atau dilakukan untuk menentukan apakan infeksi akibat dari abnormalitas
traktus urinarius, adanya batu, masa renal atau abses, hodronerasis atau hiperplasia
prostate, urogram IV atau evaluasi ultasonik, sistoskopi dan prosedururodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebeb kambuhnya resisten infeksi.

I. Diagnosa keperawatan

1). Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif di tandai dengan
mual, muntah

2). Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dan proses penyakit

3) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur
traktus urinarius

4) Retensi urin berhubungan denganpeningkatan tekanan ureter sumbatan pada kandung kemih

5) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih

18
5. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan Tujuan/NOC NIC


n
o

Kekurangan
1 volume cairan NOC NIC
1
Definisi : Penurunan cairan - Fluid balance Fluid management
intravaskular,interstisial,dan/intraseluler - Hydration
- Timbang popok
ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan - Nutritional status:
atau pembalt
cairan saja tanpa perubahan natrium food and fluid
jika diperlukan
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil - Pertahankan
catatan intake
- Peubahan status mental - Mempertahankan
atau output yang
- Penurunan turgor kulit urine output sesuai
akurat
- Penurunan tekanan darah dengan usia dan
- Monitor status
- Penurunan tekanan nadi BB, BJ urine
hidrasi
- Penurunan volume nadi normal, HT normal
(kelembaban
- Penurunan turgor lidah - Tekanan
membran
- Penurunan haluaran urine darah,nadi,suhu
mukosa nadi
- Penurunan pengisian vena dalam batas normal
adekuat, tekanan
- Membran mukisa kering - Tidak ada tanda-
darh ortostatik)
- Kulit kering tanda dehidrasi
jika dperlukan
- Peningkatan suhu tubuh - Elastisitas turgor
- Monitor vital
kulit baik,membran
Faktor yang berhubungan sign
mukosa lembab,

- Kehilangan cairan aktif tidak ada rasa haus

- Kegagalan mekanisme regulasi yang berlebihan

19
2
Hipertermia NOC : NIC

Definisi : Suhu inti tubuh di atas kisaran - Thermogulation - Fever


normal Treatment
Kriteria hasil
- Monitor suhu
Batasan karakteristik
- Suhu tubuh dalam sesering

- Postur abnormal rentang normal mungkin

- Apnea - Nadi dan RR - Temperature


- Koma dalam rentang regulation
- Kulit kemerahan normal - Monitor suhu
- Hipotensi - Tidak ada minimal dua

- Letargi perubahan warna jam

- Kejang gelisah kulit dan tidak ada - Vital sign


- Takipnea pusing monitor
- Takikardi - Monitor Td,

- Vasodilatasi Nadi, suhu dan


RR
Faktor yang berhubungan

- Dehidrasi
- Penurunan respirasi
- Aktivitas berlebihan

3 Nyeri Akut NOC NIC

Definisi : Pengalaman sensori dan - Pain level - Pain


emosional tidak menyenangkan berkaita - Pain control Management
dengan kerusakan jaringan aktual atau - Comfort level - Lakukan
potensial, atau yang di gambarkan pengkajian nyeri
Kriteria hasil
sebagai kerusakan secara
komperhensif

20
termasuk lokasi,
Batasan Karakteristik - Mampu
karakteristik,dur
mengontrol nyeri
- Perubahan selera makan asi, kualitas dan
- Melaporkan bahwa
perubahan pada parameter faktor
nyeri berkurang
fisiologis presipitasi
- Mampu mengenali
- Diaforesis - Analgesic
nyeri
- Perilaku distraksi administrtion
- Menyatakan rasa
- Bukti nyeri dengan - Temukan lokasi,
nyaman setelah
menggunakan standar dafftar karakteristik,
nyeri berkurang
periksa nyeri untuk pasien yang kualitas dan

tidak dapat mengungkapkannya derajat nyeri

perilaku ekspresif sebelum

- Ekspresi wajah nyeri pemberian obat

4 Resistensi Urine NOC NIC

Definisi : Pengosongan kandung kemih - Urinary - Urinary


tidak tuntas elimination Retention Care
- Urinary continence - Monitor intake
Kriteria Hasil
dan output
Kriteria Hasil
- Tidak ada haluaran urine - Monitor derajat

- Berkemih sedikit - Kandung kemih distensi bladder

- Distensi jandung kemihsering kosong secara - Stimuasi reflek

berkemih penuh bladder dengan

- Tidak ada residu kompres dingin


Faktor yang berhubungan pada abdomen
urine >100- >200

21
cc - Katerisasi jika
- Bebas dari isk perlu
- Tidak ada spasme
bladder
- Balance cairan
seimbang

5 Gangguan eliminasi urien NOC NIC

Definisi : Disfungsi pada eliminasi urine - Urinary - Urinary


elimination Retention Care
Batasan Karakteristik
- Urinary - Memantau

- Disuria continuence asupan dan

- Sering berkemih keluaran


Kriteria hasil
- Anyang-anyangan - Memntau

- Intenkontinensia - Kandung kemih tiggkatan

- Retensi kosong secara distensi

penuh kandung kemih


Faktor yang berhubngnan dengan palpasi
- Tidak ada residu
urine >100- >200 dan perkusi
- Obstrusi anatomi
cc - Menerapkan
- Penyakit multiple
- Bebas dari isk kateterisasi
- Gangguan sensori motorik
- Tidak ada spasme intermiten
ineksi saluran kemih
bladder sesuai

- Balance cairan
seimbang

22
6. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat digunakan sebagai alat
pengukur keberhasilan suatu rencana keperawatan yang telah dibuat. Meskipun evaluasi
dianggap sebagai tahap akhir dari proses keperawatan proses ini tidak berhenti, yang telah
terpecahkan dan masalah yang perlu dikaji ulang, direncanakan kembali, dilaksanakan dan
dievaluasikan kembali.

23
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih (Marlene, 2016). Infeksi Salurab Kemih
pada bagian tertentu di saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama
Echerichia coli, resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral,
obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrument uretral baru,
septicemia. Infeksi Saluran Kemih Bawah meliputi : uretritis, sistisis, prostatitis. Sedangkan,
Infeksi Saluran Kemih Atas meliputi : glumerulonefritis, pielenofrotis, sindrom nefrotik,
gagal ginjal, nefralitas.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) terjadi ketika suatu organisme penginfeksi, biasanya
suatu bakteri gram negative seperti E.coli, masuk ke saluran kencing.

5.3 Saran
Diharapkan agar masyarakat lebih mewaspadai penyakit tersebut, terutama pada pasien
yang mendapat tindakan kateter oleh tenaga medis sehingga perlu dijaga kesterilnya kateter
tersebut serta kebersihan disekitarnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

 Herdman, T. Heather.(2018-2020).Nanda-1 Diagnosis Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran


EGC: Jakarta.
 Bulechek, Gloria dkk.Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6.Elsevier Inc.
 Bulechek, Gloria dkk.Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi 6.Elsevier Inc.
 Hariyono, Rudi. (2012). Keperawatan Medikal Sistem Perkemihan. Yogyakarta: KDT

25
xxvi

Anda mungkin juga menyukai