Konflik Individu
Konflik pribadi adalah konflik yang terjadi antara individu dengan individu atau dengan
kelompok masyarakat. Jenis konflik ini sangat sering terjadi di dalam keluarga, pertemanan,
dunia kerja, dan lainnya.
2. Konflik Rasial
Konflik rasial adalah konflik yang terjadi antara dua ras atau lebih yang berbeda. Konflik
rasioal akan terjadi ketika setiap ras merasa lebih unggul dan lebih mengutamakan
kepentingan kelompoknya sendiri di atas kepentingan bersama.
3. Konflik Agama
Konflik agama adalah konflik yang terjadi antara kelompok-kelompok yang memiliki agama
dan keyakinan berbeda. Sebagian besar masyarakat menganggap agama sebagai tuntunan dan
pedoman hidupnya yang harus diikuti secara mutlak. Sehingga apapun yang berbeda atau
tidak sesuai dengan agamanya akan dianggap masalah dan kemudian memicu terjadinya
konflik.
5. Konflik Politik
Konflik politik adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan pandangan di dalam
kehidupan politik. Konflik ini terjadi karena masing-masing kelompok ingin berkuasa
terhadap suatu sistem pemerintahan.
6. Konflik Sosial
Konflik sosial adalah konflik yang terjadi di dalam kehidupan sosial masyarakat. Misalnya
masalah pergaulan, masalah ekonomi, komunikasi, dan lain-lain.
7. Konflik Internasional
Konflik internasional adalah konflik yang terjadi antar negara-negara di dunia, baik itu
negara berkembang maupun negara maju. Konflik ini bisa terjadi karena salah satu negara
merasa dirugikan oleh negara lainnya atau karena masing-masing negara ingin
Para demonstran yang tergabung dalam gerakan Stop Islamisation of Norway (SIAN)
berunjuk rasa di Kristiansand, Norwegia, pada Sabtu pekan lalu. Aksi kelompok anti-Islam
itu memicu kemarahan komunitas Muslim setempat karena demo mereka diwarnai dengan
pembakaran Alquran dan melontarkan hinaan terhadap Nabi Muhammad.
Para pemimpin Muslim di Agder, Norwegia, telah mengumumkan rencana untuk mengajukan
laporan polisi atas pembakaran kitab suci tersebut. Pemimpin Serikat Muslim Adger, Akmal
Ali, mengatakan komunitas Muslim melihat tindakan kelompok SIAN tidak hanya sebagai
ilegal, tetapi juga sebagai "kejahatan rasial.
Menurut Ali, demonstrasi oleh SIAN sudah keterlaluan karena membakar dua salinan
Alquran yang dibuang ke tong sampah. Satu lagi salinan Alquran dibakar oleh pemimpin
organisasi tersebut, Lars Thorsen.
Baca Juga:
Demo pada akhir pekan lalu diawasi oleh lebih dari selusin polisi. Menurut kantor berita
Resett yang dikutip Senin (19/11/2019), para anggota SIAN mengecam Islam yang mereka
sebut "fasis" dan agama kekerasan. Mereka juga menghina Nabi Muhammad dengan sebutan
"paedofil".
Pada hari sama, komunitas Muslim juga melakukan demo tandingan. Aksi pembakaran kitab
suci itu memicu kemarahan demonstran Muslim. Beberapa demonstran Muslim berhasil
menyelinap melewati rintangan polisi dan menyerang Thorsen.
Polisi menegaskan SIAN tidak mendapat izin untuk membakar Alquran, sehingga petugas
polisi melakukan intervensi untuk menghentikan tindakan yang keterlaluan tersebut.
“Tindakan semacam itu kontroversial. Ada keterlibatan yang kuat. Dan itulah mengapa kami
tidak mengizinkan pembakaran secara terbuka," kata Kepala Polisi Agder, Morten Sjustol,
kepada ABC Nyheter.
Menurut kantor berita Resett pembakaran Alquran oleh kelompok SIAN itu merupakan yang
pertama kali terjadi di Norwegia.
"Kita harus fokus pada pengkhianatan para politisi terhadap kita dan terhadap kaum Muslim,"
kata Lars Thorsen, kepada Resett.
Menurut pengakuannya sendiri, ada berbagai pendapat di kelompok SIAN tentang layak
tidaknya membakar Alquran. "Itu ternyata menjadi cara yang baik untuk memvisualisasikan
kekuatan negatif yang ada dalam Islam," ujar Thorsen yang mendiskreditkan agama tersebut.
Sekadar diketahui, SIAN muncul pada awal 2000-an. Tujuannya adalah melawan proliferasi
Islam, yang dipandangnya sebagai ideologi politik totaliter yang melanggar Konstitusi
Norwegia serta nilai-nilai demokrasi dan kemanusiaan.
Komunitas Muslim Norwegia telah tumbuh secara eksponensial selama beberapa dekade
terakhir dan sekarang jumlahnya diperkirakan sekitar 5,7 persen dari total populasi negara itu
sebesar 5,2 juta.
2. konflik diwamena
Kericuhan kembali terjadi di Bumi Cenderawasih, kali ini di Kota Wamena, Kota Jayapura
Provinsi Papua. Pembakaran dan suara tembakan beruntun terdengar di sana. Berdasarkan
kronologi yang terhimpun, kekacauan ini dipicu hoaks yang beredar di masyarakat pada
minggu sebelumnya. Hoaks itu menyebut ada seorang guru yang mengeluarkan kata-kata
rasis kepada muridnya, sehingga memicu kemarahan sejumlah warga. Untuk menunjukkan
solidaritas melawan ujaran berbau rasis yang beredar, sekumpulan siswa SMA PGRI dan
masyarakat kurang lebih berjumlah 200 orang berjalan menuju sebuah sekolah di Wamena,
Senin (23/9/2019) pukul 09.00 waktu setempat. Namun dalam perjalanannya, jumlah massa
bertambah hingga akhirnya kericuhan pecah di beberapa titik seperti Kantor Bupati
Jayawijaya dan sepanjang Jalan Sudirman. Baca juga: Kerusuhan Pecah di Wamena,
Bangunan Dibakar dan Rentetan Suara Tembakan Terdengar Aksi lempar batu, pembakaran
bangunan, mulai dari rumah warga hingga kantor-kantor institusi, dan tembakan dari
kepolisian sebagai upaya memukul mundur massa tak bisa dihindarkan. Sebanyak 16 warga
tewas dan 65 lainnya terluka berdasarkan keterangan Komandan Kodim 1702 Jayawijaya
Letkol Inf Candra Diyanto. Atas kekacauan yang terjadi, masyarakat lain pun ketakutan dan
memutuskan mengungsi ke kantor kepolisian juga kodim terdekat. Kondisi saat sebuah
bangunan terbakar menyusul aksi berujung ricuh di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019).
Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, dan
beberapa kios masyarakat pada aksi berujung ricuh yang diduga dipicu kabar hoaks tentang
seorang guru yang mengeluarkan kata-kara rasis di sekolah. Kondisi saat sebuah bangunan
terbakar menyusul aksi berujung ricuh di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019). Demonstran
bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, dan beberapa kios
masyarakat pada aksi berujung ricuh yang diduga dipicu kabar hoaks tentang seorang guru
yang mengeluarkan kata-kara rasis di sekolah.(AFP/VINA RUMBEWAS) Dilaporkan
1.500an warga menjadi pengungsi pada hari ini, rasa takut sekaligus kehilangan menyelimuti
hati dan pikiran mereka. Para pengungsi pun mulai dilanda kelaparan dan kekurangan bahan
makanan, hal itu dikarenakan tidak adanya toko yang buka di tengah situasi mencekam
seperti itu. Kodim pun memasakkan nasi juga mie instan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi para pengungsi itu. Baca juga: Rusuh di Wamena Papua, Ribuan Warga Mengungsi
dan Kekurangan Makanan Tak hanya kelaparan, para pengungsi pun membutuhkan bantuan
pakaian karena mereka tidak membawa pakaian lain selain yang menempel di badan.
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
memberlakukan pembatasan jaringan untuk mencegah hoaks dan provokasi tersebar lebih
luas melalui internet. Dua operator yang melakukan pembatasan itu adalah Telkomsel dan
Indosat. Mengatasi kericuhan ini TNI dan Polri disiagakan untuk mengembalikan kondisi
menjadi kondusif. Namun demikian, Presiden Joko Widodo meminta upaya penanganan
konflik itu dilakukan dengan proporsional dan professional. Baca juga: Rusuh di Wamena,
Jokowi Minta Aparat Proporsional dan Profesional Jangan sampai upaya penyelesaian yang
dilakukan justru memantik emosi masa menjadi semakin besar. Hingga malam tadi, situasi di
Wamena dilaporkan kondusif, meskipun begitu aparat tetap disiagakan selama 24 jam
nonstop untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kronologi Ricuh Wamena, Penyebab,
Dampak, Hingga Tanggapan Presiden",
https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/24/061500065/kronologi-ricuh-wamena-
penyebab-dampak-hingga-tanggapan-presiden?page=all.
Penulis : Luthfia Ayu Azanella
Editor : Resa Eka Ayu Sartika
Fahrizal menerangkan penyebab itu saat membuka rapat koordinasi penanganan sengketa
tahan yang digelar oleh Dinas Perumahan Permukiman dan Pertanahan (Perkimtan).
Kedua, harga tanah di Kalteng yang meningkat dengan cepat juga memicu terjadi sengketa
tanah.
Ketiga, Masih banyaknya masyarakat yang masih belum memahami mengenai hukum-hukum
agraria.
Tekanan dari Dewan Keamanan PBB sangat penting, dan pemerintah Barat bergerak menuju
sanksi yang ditargetkan, yang merupakan sinyal kunci bahwa tindakan semacam itu tidak
dapat dibiarkan tidak dihukum. Sayangnya, sanksi ini tidak mungkin memiliki dampak positif
yang signifikan terhadap kebijakan Myanmar. Fokusnya adalah hak para pengungsi untuk
kembali pulang secara sukarela, aman, dan bermartabat. Kenyataannya, bagaimanapun, dan
terlepas dari kesepakatan pemulangan Bangladesh/Myanmar pada akhir November, para
pengungsi tidak akan kembali kecuali jika Myanmar mengembalikan keamanan bagi semua
masyarakat, memberikan kebebasan bergerak, serta akses terhadap layanan dan hak lainnya.
Ada juga risiko bagi Myanmar. ARSA bisa berkumpul kembali dan meluncurkan serangan
lintas-perbatasan, meningkatkan ketegangan Muslim-Buddha di negara bagian Rakhine, dan
gesekan antara Myanmar dan Bangladesh. Setiap serangan di luar Rakhine akan memancing
ketegangan dan kekerasan yang lebih luas di seluruh negeri. Menyadari krisis tersebut,
menerapkan rekomendasi Komisi Penasihat Kofi Annan untuk Rakhine, dan menolak narasi
yang memecah belah, akan menempatkan pemerintah Myanmar—dan rakyatnya—di jalur
yang lebih baik.
Nama-nama gambar
3. KONFLIK SAMPIT
7. KONFLIK WAMENA
12.