Anda di halaman 1dari 22

STRUKTUR DAN FUNGSI HEMATOLOGI

A. Pengertian Hematologi

Ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk darah. Darah merupakan
bagian penting dari system transport. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri
dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskul.

B. Darah

Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Darah berbentuk
cairan yang berwarna merah dan agak kental. Darah merupakan bagian penting dari system
transport karena darah mengalir keseluruh tubuh kita dan berhubungan langsung dengan sel-sel
tubuh kita.Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya oksigen dan
karbondioksida didalamnya. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas dan zat
ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran atau metabolisme di dalam tubuh.

Karakteristik fisik darah meliputi:


 Viskositas atau kekentalan darah 4,5-5,5
 Temperature 38 C
 PH 7,37- 7,45
 Salinitas 0,9%
 Berat 8 % dari berat badan
 Volume 5-6 liter (pria) 4-5 liter (wanita)

Darah selamanya beredar didalam tubuh oleh karena adanya atau pompa jantung. Selama darah
berada dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia
akan menjadi beku. Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan kedalam darah
tersebut sedikit obat anti pembekuan atau sitras natrikus
a. Fungsi darah

1. Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru.


2. Mengangkut sari makanan yang diserap dari usus halus keseluruh tubuh.
3. Mengangkut sisa metabolisme menuju alat ekskresi.
4. Berhubungan dengan kekebalan tubuh karena didalamnya terkandung lekosit,antibodi, dan
subtansi protektif lainnya.
5. Mengangkut ekskresi hormon dari organ satu ke organ lainnya.
6. Mengatur keseimbangan air dalam tubuh.
7. Mengatur suhu tubuh.
8. Mengatur keseimbangan tekanan osmotik
9. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.
10. Mengatur keseimbangan ion-ion dalam tubuh

b. Tempat Pembentukan Sel Darah

1. Pembentukan sel darah (hemopoiesis) terjadi pada awal masa embrional, sebagian besar pada
hati dan sebagian kecil pada limpa
2. Dari kehidupan fetus hingga bayi dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung dalam 3
tahap, yaitu:
a. Pembentukan di saccus vitellinus
b. Pembentukan di hati, kelenjar limfe, dan limpa
c. Pembentukan di sumsum tulang
3. Pembentukan sel darah mulai terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-20 masa
embrionik
4. Dengan bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada
sumsumtulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang
5. Sesudah lahir, semua sel darah dibuat pada sumsum tulang, kecuali limfosit yang
jugadibentuk di kelenjar limfe, tymus, dan lien
6. Selanjutnya pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar sumsum tulang
(extramedullary hemopoiesis) masih dapat terjadi bila sumsum tulang mengalami kerusakan
atau mengalami fibrosis
7. Sampai dengan usia 5 tahun, pada dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat pembentukan
sel darah. Tetapi sumsum tulang dari tulang panjang, kecuali bagian proksimal humerus dan
tibia, tidak lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20 tahun
8. Setelah usia 20 tahun, sel darah diproduksi terutama pada tulang belakang, sternum, tulang
iga dan ileum
9. 75% sel pada sumsum tulang menghasilkan sel darah putih (leukosit) dan hanya 25%
menghasilkan eritrosit
10. Jumlah eritrosit dalam sirkulasi 500 kali lebih banyak dari leukosit. Hal ini disebabkan oleh
karena usia leukosit dalam sirkulasi lebih pendek (hanya beberapa hari) sedangkan erotrosit
hanya 120 hari

C. Komponen Darah
1. TROMBOSIT

Trombosit adalah sel anuclear nulliploid (tidak mempunyai nukleus pada DNA-nya) dengan
bentuk tak beraturan dengan ukuran diameter 2-3 µm yang merupakan fragmentasi dari
megakariosit.

Keping darah tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel dalam
prosespembekuan darah dengan membentuk darah beku. Rasio plasma keping darah normal
berkisar antara 200.000-300.000 keping/mm³, nilai dibawah rentang tersebut dapat menyebabkan
pendarahan, sedangkan nilai di atas rentang yang sama dapat meningkatkan risiko trombosis.

Trombosit memiliki bentuk yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kecil
darieritrosit dan leukosit, dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar. Keping darah tersirkulasi
dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis tingkat sel yang menimbulkan pembekuan
darah (trombus). Disfungsi atau jumlah keping darah yang sedikit dapat menyebabkan pendarahan,
sedangkan jumlah yang tinggi dapat meningkatkan risiko trombosis. trombosit memiliki bentuk
yang tidak teratur, tidak berwarna, tidak berinti, berukuran lebih kesil dari eritrosit dan leukosit,
dan mudah pecah bila tersentuh benda kasar.
Trombosit berjumlah 250.000 samapai 4000.000 per milimeterkibik. Bagian ini merupakan
fragmen sel tanpa nukleus yang berhasal dari megakariosit dalam sumsum tulang.
· Struktur
Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu
membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses
koagulasian darah.
· Fungsi
Trombosit berfungsi dalam hemostasis ( penghentian perdarahan) dan perbaikan pembuluh darah
yang robek.

Mekanisme hemostasis dan pembekuan darah:


1. Vasokontriksi pembuluh darah
Jika pembuluh darah terpotong, trombosit pada sisi yang rusak melepaskan serotonoi dan
tromboksan A2 (prostagladin), yang menyebabkan otot polos dinding pembuluh darah
berkontraksi. Hal ini pad awalnya akan mengurangi darah yang hilang
2. Sumbatan trombosit
a. Trombosit membengkak, menjadi lengket, dan menempel pada serabut kolagen dinding
pembuluh darah yang rusak, membentuk sumbatan trombosit
b. Trombosit melepaskan ADP untuk mengaktifasi trombosit lain,sehingga mengakibatkan
agregasi trombosit untuk membentuk sumbat
- Jika kerusakan pembuluh darah kecil,maka sumbatan trombosit mampu menghentikan
perdarahan
- Jika kerusakannya besar, maka kerusakan trombosit dapat mengurangi perdarahan,sampai
proses pembekuan terbentuk
3. Pembekuan darah.

Kerusakan pada pembuluh darah akan mengaktifkan protrombin aktivator. Protrombin


aktivator mengkatalis perubahan protombin menjadi trombin dengan bantuan ion kalsium.
Trombin bekerja sebagai enzim untuk merubah fibrinogen menjadi fibrin dengan bantuan ion
kalsium. Fibri berjalan dalam segala arah dan menjerat trombosit,sel darah dan plasma untuk
membentuk bekuan darah. Protrombin aktivator dibentuk melalui mekanisme
a. Mekanisme ekstrisik. Pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh darah itu
sendiri. Sel-sel jaringan yang rusak atau pembuluh darah, akan melepas tromboplastin
(membran lipoprotein),yang akan mengaktivasi protrombin aktivator
b. Mekanisme intrinsik. Untuk mengaktivasi protrombin melibatkan 13 faktor pembekuan,
yang hanya ditemukan dalam darah.
4. Pembentukan jaringan ikat.
Setelah pembekuan terbentuk akan terjadi pertumbuhan jaringan ikat kedalam bekuan darah
untuk menutup luka secara permanen.
5. Penguraian bekuan darah
Segera setelah terbentuk bekuan akan beretraksi (menyusut) akibat kerja protein kontraktil
dalam trombosit. Jaring-jaring fibrin dikontraksi untuk menarik permukaan yang terpotong agar
saling mendekat dan untuk menyediakan kerangka kerja untuk perbaikan jaringan. Bersamaan
dengan retraksi bekuan,suatu cairan yang disebut serum keluar dari bekuan. Serum adalah
plasma darah tanpa fibrinogen dan tanpa faktor lain yang terlibat dalam mekanisme pembekuan.
Sumber faktor-faktor pembekuan:
a. Hati, mensintesis sebagian besar faktor pembekuan,sehingga berperan paling penting dalam
pembekuan darah. Penyakit hati yang menggangu sintesis hati dapat menimbulkan
kesulitan pembekuan.
b. Vitamin K, sangat penting dalam sintesis protrombin dan faktor pembekuan lainya dalam
hati. Absorpsi vitamin ini dari usus bergantung pada garam empedu yang diprodusi hati.
Sumbatan pada saluran empedu maka kemapuan untuk membenuk bekuan akan berkurang.

Pencegahan terjadinya bekuan pada pembuluh yang tidak cedera.


1. Antikoagulan, antitrombin dan heparin yang ada dalam sirkulasi darah menghalangi
pembekuan. Heparin yang disekresi basofil dan sel mast, mengaktivasi antitrombin.
Antitrombin kemudian menghalangi kerja trombin terhadap fibrinogen.
2. Lapiasan endotel halus pada pembekuan darah menolak trombosit dan faktor-faktor koagulasi
3. Protasiklin adalah sejenis prostagladin yang menghambat agresi trombisit
Abnormalitas pembekuan
Bekuan yang abnormal disebut trombus. Trombus yang terlepas dan ikut dalam aliran darah
disebut embolus. Kedua jenis bekuan ini dapat menyubat aliran darah.

a. Pembuluh dengan permuakaan kasar akibat plak-plak kolestrol (arterosklerosis), mungkin akan
menangkap trombosit untuk mulai pembekuan.
b. Aliaran darah yang lambat memungkinkan terjadinya akumulasi tromboplastin. Karena aliaran
darah menurun setara dengan immobilitas,maka pasien tirah baring lama harus sering digerakan
atau bergerak
 Trombositopenia adalah suatu kondisi di mana terdapat sejumlah kecil trombosit abnormal
dalam darah yang bersirkulasi. Ini akan memperlama waktu koagulasi dan memperbesar
resiko terjadinya perdarahan dalam pembuluh darah kecil diseluruh tubuh.
 Hemofilia adalah gangguan yang berkaitan dengan heriditer ( keturunan) akibat tidak
adanya beberapa faktor pembekuan.
 Faktor Pembekuan Darah

 Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan
diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan
masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia
 Protrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah
menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan
faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian
memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan
hypoprothrombinemia.
 Tromboplastin koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda
dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam
pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi
ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
 Ion Kalsium sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan
darah
 Proakselerin (faktor labil) sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil
dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di
intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan
prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal,
mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut parahemophilia,
dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
 (tidak dipakai lagi) fungsinya sama dengan faktor V
 Prokonvertin (akselerator konversi serum protrombin) sebuah faktor koagulasi
penyimpanan yang relatif stabil dan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi
ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan
mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin
herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan
vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum
prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.
 Faktor Antihemophilic sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan
faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah
resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin
dan faktor antihemophilic
 Plasma thromboplastin (faktor Christmas) sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah
aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor
Natal dan faktor antihemophilic B.
 Faktor Stuart-Prower. sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan
mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan,
membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut
prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk
trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik.
Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga
thrombokinase.
 Antecedent Tromboplastin Plasma yang di atas, faktor koagulasi yang stabil yang
terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan
faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C
 Faktor Hageman faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan
kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi
dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan
kecenderungan trombosis.
 Faktor penstabilan fibrin sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer
untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin
yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini
memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan
protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.

2. PLASMA DARAH

Terdiri dari air dan protein darah Albumin, Globulin dan Fibrinogen. Cairan yang tidak
mengandung unsur fibrinogen disebut Serum Darah. Protein dalam serum inilah yang bertindak
sebagai Antibodi terhadap adanya benda asing (Antigen).
Zat antibodi adalah senyawa Gama Þ Globulin. Tiap antibodi bersifat spesifik terhadap antigen
dan reaksinya bermacam-macam.
1. Antibodi yang dapat menggumpalkan antigen = Presipitin.
2. Antibodi yang dapat menguraikan antigen = Lisin.
3. Antibodi yang dapat menawarkan racun = Antitoksin.
Contohnya adalah sifat golongan darah (Blood Groups). Yang umum adalah penentuan cara
ABO (ABO System) Þ oleh Landsteiner. Aglutinogen = antigen ; aglutinin = antibodi. Jika
aglutinogen dan aglutinin yang “sesuai” bercampur = Reaksi Aglutinasi.
 Donor Universal: golongan darah yang dapat memberikan darahnya pada semua jenis
golongan darah yang lain= Golongan Darah O.
 Resipien Universal: golongan darah yang dapat memberikan darah dari semua jcnis
golongan darah yang lain= Golongan Darah AB.
 Sistem golongan darah yang lain adalah Sistem Rhesus yang dikemukakan oleh
Landsteiner. Nama Rhesus diambil dari sejenis kera Macacca rhesus (di India).
Prinsipnya adalah terdapatnya antibodi terhadap antigen D (anti-D).
 Sistem rhesus mengenal dua jenis golongan darah yaitu:
1. Rhesus POSITIF
2. Rhesus NEGATIF (diturunkan secara genetis, Rh+ dominan terhadap Rh-)
 Eritroblastosis Foetalis adalah kelainan pada bayi di mana telah terjadi ketidaksesuaian
faktor rhesus (bayi Rh + dan ibu Rh -). Gejala penyakit ini adalah Ikterik ditemukan oleh
Levine.
 Pertolongan pada bayi tersebut adalah dengan cara Transfusi Eksanguinasi(Exchange
Transfussion).

3. ERITROSIT

Sel darah merah, eritrosit (bahasa Inggris: red blood cell (RBC), erythrocyte) adalah jenis sel
darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat
darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah
biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru
dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler.

Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya
adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu
membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah
merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Sel darah merah atau yang
juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos
yang berarti selubung/sel).

Jumlah Normal :

· Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)

· Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)

· Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)


· Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)

· Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)

· Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)

· Struktur Eritrosit

Eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 uM dan tidak
berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam
sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin.
· Pembentukan Eritrosit
Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya di tulang dada, tulang selangka,
dan di dalam ruas-ruas tulang belakang. Pembentukannya terjadi selama tujuh hari. Pada
awalnya eritrosit mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan hemoglobin terbentuk. Setelah
hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat pembentukannya dan masuk ke dalam
sirkulasi darah.
Eritrosit dalam tubuh dapat berkurang karena luka sehingga mengeluarkan banyak darah atau
karena penyakit, seperti malaria dan demam berdarah. Keadaan seperti ini dapat mengganggu
pembentukan eritrosit.
· Masa Hidup Eritrosit
Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di dalam hati dan
limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin, yaitu pigmen biru yang
memberi warna empedu. Zat besi hasil penguraian hemoglobin dikirim ke hati dan limpa,
selanjutnya digunakan untuk membentuk eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000
eritrosit yang dibentuk dan dirombak. Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara
keseluruhan.
· Eritrosit pada manusia
Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 μm dan ketebalan 2 μm, lebih kecil
daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume
sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270
juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.
Orang dewasa memiliki 2–3 × 1013 eritrosit setiap waktu (wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per
mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi
yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah
yang lebih banyak). Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan
dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar
4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000 di setiap
mikroliter dalam darah manusia.
Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan lebih
dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah.
Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar 65%
kandungan besi di dalam tubuh manusia.
· Pembentukan sel darah merah (Eritropoesis)
Pembentukan darah dimulai dari adanya sel induk hemopoetik (hematopoitietic cell). Sel
induk yang paling primitif adalah sel induk plurifoten. Sel induk plurifoten berdiferensia
lmenjadi sel induk myeloid dan sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui proses yang
kompleks dan rumit akan terbentuk sel-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi eritrosit,
granulositik, dan monositik akan menjadi granulosit dan monosit serta megakariositik
menjaditrombosit.Dalam pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin B12,
asam folat, zatbesi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin C dan
B kompleks.
Kekurangan salah satu unsure atau bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan
penurunan produksi atau anemia. Eritroblast berasal dari sel induk primitive myeloid dalam
sumsum tulang. Proses diferensiasidari sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh
sel eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal. Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah
atau hipoksia maka produksi hormonini meningkat dan produksi sel darah merah juga
meningkat. Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari
akan mengalami prosese penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum waktunya
atau kurang dari 120 hari disebut hemolisis yang biasanya terjadi pada thalasemia
· Haemoglobin
Haemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah,suatu
protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Sintesis haemoglobin dimulai dalam
proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika
retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit
tetap membentuk sedikit mungkin haemoglobin selama beberapa hari berikutnya. Tahap dasar
kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang dibentuk dalam siklus
krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian, empatpirol
bergabung untuk membentuk protoporfirin IX yang kemudian bergabung dengan besi untuk
membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai
polipeptidapanjang yang disebut globin, yang disintetis oleh ribosom, membentuk suatu sub
unithemoglobulin yang disebut rantai hemoglobin.Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai
sub unit hemoglobin yang berbeda,bergantung pada susunan asam amino di bagian
polipeptida.
· Katabolisme hemoglobin
Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit
oleh sel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer), limpa dan
sumsum tulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan
melepaskan besi yang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan
diangkut oleh transferinmenuju sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru, atau
menuju hati dari jaringanlain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari
molekul hemoglobin diubah olehsel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati ke
dalam empedu.
· Hematokrit
Hematokrit adalah presentase volume darah total yang mengandung eritrosit. Presentase ini
ditentukan dengan melakukan sentrifugasi kerapatan sel pada bagian dasar tabung.
a. Hematokrit pada laki-laki berkisar antara 42-54% dan pada perempuan 38-48%.
b. Hematokrit dapat bertambah dan berkurang, bergantung pada jumlah eritrosit atau faktor-
faktor yang mempengaruhi volume darah, seperti asupan cairan yang hilang.

PENGKAJIAN
Pengkajian fisik adalah keterampilan paling esensial yang memerlukan banyak latihan dalam
melakukannya. Tujuan melakukan pengkajian fisik adalah untuk mengembangkan pemahaman
tentang masalah medis pasien dan membuat diagnosis banding. Pengkajian pada klien dengan
gangguan hematologi perlu dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami dengan baik
fisiologis dari setiap organ system hematologi. Hal ini perlu dilakukan agar kemungkinan adanya
kesulitan dikarenakan gambaran klinis atau tanda serta gejala yang hampir sama antara gangguan
hematologi primer dan sekunder dapat diminimalkan.
Informasi dilakukan baik dari klien maupun keluarga tentang riwayat penyakit dan kesehatan
dapat dilakukan dengan anamnesis ataupun pemeriksaan fisik. Agar data dapat terkumpul dengan
baik dan terarah, sebaiknya dilakukan penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan identitas
klien, keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi,
hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus lainnya. Metode yang digunakan dalam pengumpulan
datake perawatan pada tahap pengkajian adalah
wawancara (interview), pengamatan (observasi), dan pemeriksaan fisik(pshysical
assessment). dan studi dokumentasi.

1. Wawancara
Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan
dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam
berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya
yang diistilahkan teknik komunikasi terapeutik.

Macam wawancara
a. Auto anamnesa yaitu wawancara dengan klien langsung
b. Allo anamnesa yaitu wawancara dengan keluarga / orang terdekat.

Teknik Pengumpulan Data Yang Kurang Efektif :


a. Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat / keluhan / respon.
misalnya : “Apakah Anda makan tiga kali sehari ?“
b. Pertanyaan terarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan. Misalnya :
“……………. Anda setuju bukan?”
c. Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
d. Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa klien benar atau
salah. Misalnya : “Anda tidak bermaksud seperti itu kan?”
2. Observasi
Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan, dan pada praktiknya kita lebih
sering menyebutnya dengan observasi. Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien
untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Tujuan dari observasi
adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca
indra. Contoh kegiatan observasi misalnya : terlihat adanya kelainan fisik, adanya perdarahan, ada
bagian tubuh yang terbakar, bau alkohol, urin, feses, tekanan darah, heart rate, batuk, menangis,
ekspresi nyeri, dan lain-lain.

3. Pemeriksaan Fisik
Tahap ketiga dalam pengumpulan data adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dalam
keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan wawancara. Fokus pengkajian fisik
keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Misalnya , klien mengalami gangguan
sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan
klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana
tindakan keperawatan.

Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :


a. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan
warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi
: ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan
abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus),
terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
b. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah
instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur,
turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
2) Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
3) Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
4) Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir. Misalnya : adanya tumor, oedema,
krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
c. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.
Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
1) Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
2) Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada
pneumonia.
3) Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi
daerah hepar.
4) Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya
daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.dan timpani pada usus

d. Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal
yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
1) Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada
klien pneumonia, TBC.
2) Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat
ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema
paru.
3) Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi
maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
4) Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas
pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

C. Pengkajian Fisik

1. Pasien anak-anak/pediatrik
Pemeriksaan fisik seorang anak dilakukan secara terstruktur dan sistematik, tetapi pendekatan
cephalocaudal yang biasanya lebih disukai untuk orang dewasa mungkin tidak selalu dapat
dilakukan dengan sempurna pada anak-anak. Untuk anak-anak yang lebih dewasa dan remaja,
urutan pemeriksaan seperti pada pasien dewasa mungkin dapat dilakukan, tetapi makin muda
pasiennya maka makin besar kemungkinannya untuk menggunakan pendekatan “oportunisik”
untuk dapat memperoleh data pengkajian vital.
2. Pasien usia lanjut/geriatrik
Pengkajian pasien geriatric cukup kompleks dan memakan waktu, tergantung pada tingkat
keragaman, tingkat kronis dan kompleksitas masalah fisik yang mendasari. Pemeriksaan fisik
umum sama seperti pada pasien dewasa; namun, perubahan posisi diusahakan sesedikit mungkin.
Ruangan harus dijaga sedikit lebih hangat, atau diperlukan selimut tambahan. Kadang-kadang,
ketidakmampuan pasien untuk mencapai atau mempertahankan posisi optimal membuat
pemeriksa harus menyesuaikan posisinya gar dapat melakukan pengkajian secara adekuat.
D. Pendekatan Pengkajian Fisik
Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :
1. Head to toe (kepala ke kaki)
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki. Mulai dari
: keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan
tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, punggung, genetalia, rectum,
ektremitas.
2. ROS (Review of System / sistem tubuh)
Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan umum, tanda
vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan, sistem perkemihan,
sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen, sistem reproduksi. Informasi
yang didapat membantu perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat
perhatian khusus.
3. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982
Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola fungsi kesehatan
dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus meliputi : persepsi kesehatan-
penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat,
kognitif-pola perseptual, peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola
reproduksi, koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.
4. Doengoes (1993)
Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan dan cairan,
hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan, pernafasan, keamanan, seksualitas,
interaksi sosial, penyuluhan / pembelajaran.

E. Pengkajian Sistem Kekebalan Tubuh

1. Identitas Pasien meliputi nama, umur, seks, suku/bangsa, pendidikan, status perkawinan,
alamat
2. Riwayat kesehatan meliputi:
a. Keluhan utama
1) Kelelahan
2) Demam
3) Diaforesis, keringat malam
4) Kemerahan
5) Kelemahan muscular
6) Nyeri / pembengkakan sendi
7) Penurunan berat badan
8) Proses pemulihan buruk
b. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah pasien masih merasakan kelelahan, demam, diaforesis, kemerahan,
kelemahan muscular, nyeri / pembenngkakan sendi, penurunan berat badan,. Apakah
masih terdapat massa yang tidak biasa, limfadenopati, proses pemulihan buruk,
hepatomegali, perubahan tanda-tanda vital.
c. Riwayat penyakit sekarang/menyertai
1) Infeksi berulang : sering, khususnya virus
2) Infeksi opurtunistik : jamur protozoa, atau virus.
d. Riwayat penyakit dahulu
1) Alergi
2) Autoimun
3) Proses infeksi
4) Penyakit transmisi seksual
5) Hepatitis
6) Pemajanan terhadap agen kimia
7) Iradiasi
e. Riwayat keluarga
1) Kanker
2) Gangguan imun
3) Alergi
f. Riwayat sosial
1) Merokok
2) Penggunaan alkohol
3) Peningkatan stres
4) Pilihan seksual
5) Pasangan seks multipel
6) Penggunaan obat iv, pemakaian jarum bersama-sama
g. Riwayat pengobatan
1) Imunisasi
2) Menerima darah atau produk darah sebelum 1985
3) Hidralazin
4) Prokainmid
5) Isoniazid
6) Penggunaan obat-obatan iv secara gelap

3. Riwayat kesehatan
a. Keadaan umum meliputi tanda-tanda vital ( nadi, respirasi, tekanan darah,suhu),
tinggi badan dan berat badan.
b. Sistem integumen
1) Sensitivitas matahari
2) Berkilau, kulit tegang diatas sendi yang rusak
3) Modul subkutaneus diatas tonjolan tulang
4) Kemerahan
5) Eritema : “kupu-kupu” pada pipi dan hidung : nodusum
6) bercak putih, abu-abu/putih pada mukusa
7) Lesi merah sampai ungu / coklat
8) vesikel herpetic
9) Olserasi oral, nasal
10) Kista tulang ; tangan ; kaki
11) Perlambatan pemulihan luka
12) Alopesia parsial
c. Sistem syaraf pusat
1) Umum meliputi sakit kepala, parestesia, paralisis, neuritis, perubahan
kesadaran.
2) Kognitif meliputi kerusakan memori, kerusakan konsentrasi, penurunan
proses berpikir, dan kacau mental.
3) Motorik meliputi gaya berjalan, kelemahan tungkai bawah, penurunan
koordinasi tangan, tremor dan kejang.
4) Perilaku meliputi kurang menjiwai, menarik diri, emosional labil, perubahan
kepribadian, ansietas, mengin
d. Sistem penglihatan meliputi fotokobia, berkurangnya lapang pandang penglihatan,
diplopia, kebutaan, pandangan kabur, katarak, badan cytoid retinal, kinjungtivitas &
ureitis, proptosis, papiledema
e. Sistem pernafasan meliputi sesak nafas, dipsnea, ispa sering, batuk, takipnea,
sianosis, pendarahan, hipertensi pulmoner, fibrosis
f. Kardiovaskuler meliputi palpitasi, lakikardia, nyeri dada dari sendang sampai berat,
hipertensi, murmur, kardiomegali, dan fenimena reynoud’s
g. Sistem gastrointestinal meliputi anorexia, mual, disfagia, nyeri abdomen, kram,
kembung, gatal pada rectum, nyeri, penurunan berat badan, tidak disengaja, muntah,
diare, fisura tektum, pendarahan, hepatosplenomegali
h. Sistem gonotourinarius meliputi hemakuria, serpihan selular, azotemia, nyeri
panggul, nyeri pada waktu berkemih, reynoud’s
i. Sistem muskuloskeletal meliputi nyeri dan kekacauan sendi, kelemahan muscular,
parestesia pada tangan dan kaki, artralgia, peradangan/pembengkakan sendi,
kerusakan fungsi sendi, nodul-nodul subkutan pada tonjolan hati dan edema jaringan
lunak
j. Sistem hematologi meliputi petekie, purpura, mudah memar, epistaksis dan
pendarahan gusi
k. Sistem limfatik meliputi limpadenopati dan splenomegali

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Elisa
Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva
Engvall. Enzim-Linked immune sorbent assay (ELISA) atau dalam Bahasa Indonesianya
disebut sebagai uji penentuan kadar immunosorben taut-enzim, merupakan teknik pengujian
serologi yang didasarkan pada prinsip interaksi antara antibody dan antigen. Pada awalnya,
teknik ELISA hanya digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi keberadaan
antigen maupun antibody dalam suatu sampel seperti dalam pendeteksian antibody IgM,
IgG, dan IgA pada saat terjadi infeksi (pada tubuh manusia khususnya, misalya pada saat
terkena virus HIV). Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,teknik ELISA
juga diaplikasikan dalam bidang patologi tumbuhan, kedokteran, dll.

2. Test alergi
Alergi merupakan suatu kelainan sebagai reaksi imun tubuh yang tidak di harapkan. Istilah
alergi dikemukan pertama kali oleh Von Pirquet pada tahun 1906 yang pada dasarnya
mencakup baik respon imun berlebihan yang menguntungkan seperti yang terjadi pada
vaksinasi, maupun mekanisme yang merugikan dan menimbulkan penyakit. Tes alergi
adalah suatu cara untuk menentukan penyebab alergi. Beberapa jenis tes alergi seperti tes
tusuk kulit (Skin Prick Test), tes tempel (Patch Test), tes RAST (Radio Allergo Sorbent
Test), tes kulit intrakutan, tes provokasi dan eliminasi makanan dan tes provokasi obat

3. Test bone marraw


Sumsum tulang adalah jaringan lunak dan berlemak yang terdapat dalam rongga hampir
semua tulang. Jaringan ini memainkan peran utama dalam pembentukan sel darah. Dalam
biopsi sumsum tulang, jaringan lunak dari bagian dalam tulang diekstrak untuk tujuan
diagnostik. Biopsi sumsum tulang lazim digunakan untuk mengidentifikasi kelainan
darah seperti anemia, infeksi darah, leukemia, dan kanker sumsum tulang.

4. Limfanglografi

Limfanglografi adalah pemeriksaan X-ray dengan menggunakan kontras untuk melihat


kelenjar limfe dan pembuluh limfe yang merupakan bagian dari sistem limfatik dengan
tujuan untuk menegakkan diagnostik, mengevaluasi penyebaran kanker dan efektifitas
terapi kanker. Indikasi dilakukan Limfanglografi yaitu untuk mengetahui keefektifan dari
terapi kanker, mengevaluasi penyebab pembegkakan pada lengan atau kaki, mencari
penyakit yang disebabkan oleh parasit dan membedakan antara limfoma Hodgkin atau non
Hodgkin.

Anda mungkin juga menyukai