PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Laring dibagi menjadi supraglotis, glotis, dan subglotis. Laring adalah tempat
tersering kedua untuk kasus karsinoma sel skuamosa pada daerah kepala dan
leher.1-3 Tumor ganas laring hingga saat ini masih menjadi masalah di bidang
Ilmu Telinga Hidung Tenggorok- Bedah Kepala dan Leher. Laring merupakan
biasanya berhubungan dengan tembakau dan alkohol. Lebih dari 95% kasus tumor
ganas laring adalah karsinoma sel skuamosa. Pasien tumor ganas laring datang
Tumor ganas laring merupakan 1-2% dari seluruh kejadian tumor ganas di
seluruh dunia. Pada tahun 2011 diperkirakan 12.740 kasus baru tumor ganas
2001). Sebagai gambaran, diluar negeri tumor ganas laring menempati urutan
menempati urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan
sinus paranasal.
Kejadian tumor ganas laring berhubungan dengan kebiasaan merokok dan
menjadi sinergi dan kemungkinan terjadi kanker lebih tinggi (Shah J, 2012).
dengan perbandingan 5:1. Terbanyak pada usia 56-69 tahun. Etiologi pasti sampai
saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan erat
dengan terjadinya keganasan laring yaitu: rokok, alkohol, sinar radioaktif, polusi
udara radiasi leher dan asbestosis. Untuk menegakkan diagnosa tumor ganas
laring masih belum memuaskan, hal ini disebabkan antara lain karena letaknya
dan sulit untuk dicapai sehingga dijumpai bukan pada stadium awal lagi. Biasanya
pasien datang dalam keadaan yang sudah berat sehingga hasil pengobatan yang
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Laring
Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang dan beberapa kartilago
struktur yang berbentuk U dan dapat dipalpasi di leher depan dan lewat mulut
pada dinding faring lateral. Meluas dari masing – masing sisi bagian tengah atau
os atau korpus hioideum adalah suatu prosesus panjang dan pendek yang
superior.tendon dan otot – otot lidah, mandibula, dan kranium, melekat pada
permukaan superior korpus kedua prosesus. Saat menelan kontraksi otot – otot ini
mengangkat laring. Namun bila laring dalam keadaan stabil, maka otot – otot
tersebut akan membuka mulut dan akan berperan dalam gerakan lidah. Di bawah
atau sayap kartilago tiroidea (perisai). Kedua alae menyatu di garis tengah pada
sudut yang lebih dulu dibentuk pada pria, lalu membentuk “jakun” (Adam’s
apple). Pada tepi masing – masing alae, terdapat kornu superior dan inferior.
Kartilago krikoidea yang juga mudah teraba dibawah kulit, melekat pada
cukup lebar, sehingga kartilago ini tampak seperti signet ring. Intubasi endotrakea
yang lama sering kali merusak lapisan mukosa cincin dan dapat menyebabkan
Otot – otot laring dapat dibagi dalam dua kelompok. Otot ekstrinsik yang
dapat digolongkan menurut fungsinya. Otot depresor atau otot- otot leher
ujung posterior alae kartilago tiroidea adalah otot konstriktor medius dan inferior
yang melingkari faring disebelah posterior dan berfungsi pada saat menelan. Serat
– serat paling bawah dari otot konstriktor inferior berasal dari krikoid, membentuk
Otot – otot laring utama lainnya adalah pasangan otot krikotiroideus, yaitu
otot yang berbentuk kipas berasal dari arkus krikoidea disebelah anterior dan
berinsersi pada permukaan lateral alae tiroid yang luas. Kontraksi otot ini menarik
ini secara pasif juga memutar aritenoid ke medial, sehingga otot krikotiroideus
juga dianggap sebagai otot abduktor. Maka secara ringkas dapat dikatakan
terdapat satu otot abduktor, tiga aduktor dan tiga otot tensor seperti yang diberikan
berikut ini:
proteksi disamping beberapa fungsi lainnya, seperti terlihat pada uraian berikut;
1. Fungsi Fonasi
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi
seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada
dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik
laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk
dan massa ujung- ujung bebas dan tegangan pita suara sejati.
2. Fungsi Proteksi
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-
otot yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan,
pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada
proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke
lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.
3. Fungsi Respirasi
tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan
CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara.
4. Fungsi Sirkulasi
kadang-kadang henti jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler
dari laring. Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di aorta.
Laringeus Superior. Bila serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi, maka
6. Fungsi Menelan
berlangsungnya proses menelan, yaitu: Pada waktu menelan faring bagian bawah
menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah
makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan masuk ke
7. Fungsi Batuk
benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada
mukosa laring.
8. Fungsi Ekspektorasi
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha
9. Fungsi Emosi
C. Histologi Laring
kecuali pada daerah pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tak
bertanduk. Diantara sel-sel bersilia terdapat sel goblet. Membrana basalis bersifat
elastis, makin menebal di daerah pita suara. Pada daerah pita suara sejati, serabut
Mukosa laring berwarna merah muda sedangkan pita suara berwarna keputihan.
D. Karsinoma Laring
merupakan kondisi kejadian keganasan yang terjadi pada sel skuamosa laring.
terjadi pada bagian leher dalam khususnya laring. Karsinoma sel skuamosa
merupakan jenis tumor ganas laring primer yang paling sering ditemukan, yaitu
lebih dari 95% kasus. Sisanya tumor yang berasal dari kelenjar ludah minor,
neuroepithelial, tumor jaringan lunak dan jarang timbul dari tulang kartilaginosa
laring. Karsinoma sel skuamosa laring merupakan hasil dari interaksi banyak
faktor etiologi seperti konsumsi tembakau dan atau alkohol yang lama, bahan
laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa perokok dan
1. Lingkungan
sel kanker. Selain itu, Human papilloma virus (HPV) memiliki predileksi
carcinoma).
3. Genetik
sedang dan berdiferensiasi buruk. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah
1. Karsinoma Verukosa
Adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak, akan tetapi
kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi metastase regional atau jauh.
2. Adenokarsinoma
Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering dari kelenjar
mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glottis. Karsinoma
jenis ini sering bermetastase ke paru-paru dan hepar. Two years survival
3. Kondrosarkoma
Adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%, tiroid
20% dan aritenoid 10%. Sering terjadi pada laki-laki 40 – 60 tahun. Terapi
Klasifikasi Tumor Ganas Laring menurut AJCC dan UICC tahun 1988
Supraglotis
T1 : tumor terdapat pada satu sisi suara / pita suara palsu (gerakan masih baik).
T2 : Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glotis masih
T3 : tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah ke krikod
bagian belakang, dinding medial dari sinus piriformis, dan kearah rongga
preepiglotis.
Glotis
T1 : Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih
baik, atau tumor sudah terdapat pada kommisura anterior atau posterior.
T2 : Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat
T4 : Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar
dari laring.
Subglotis
T2 : Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah
terfiksir.
homolateral.
N2 : Teraba kelenjar limfe tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3-6 cm.
N2a : Satu kelenjar limfe ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari
6 cm.
N2b : Multipel kelenjar limfe ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.
N2c : Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.
ST1: T1 N0 M0
ST II: T2 N0 M0
ST IV: T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
T1/T2T3/T4 N1/N2/N3 M1
1. Serak
Serak merupakan gejala utama Ca laring, dan merupakan gejala dini tumor
pita suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas
nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman
tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara. Pada tumor ganas
laring, pita suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak
teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot-
saraf. Adanya tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran
kedua pita suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi semakin
kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang-
kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit.
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak tumor.
Apabila tumor laring tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini
dan menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, dibagian
bawah plika ventrikularis atau dibatas inferior pita suara, serak akan timbul
gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama
tidak khas dan subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang
Fiksasi dan nyeri dari tumor dapat menyebabkan abnormalitas dari fase
oral. Abnormalitas dalam fase oral juga bisa menghasilkan suara muffled atau
"hot potato" voice (seperti orang berbisara saat mengunyah kentang panas).
Gejala yang disebabkan sumbatan jalan nafas dan dapat timbul pada tiap
tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan nafas oleh massa
tumor, penumpukan kotoran atau secret maupun oleh fiksasi pita suara. Pada
4. Disfagia
sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan
Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi
sudah cukup lama, tidak bersifat hilang - timbul meskipun sudah diobati dan
perokok berat yang juga kadang – kadang adalah seorang yang juga banyak
memakai suara berlebihan dan salah (vocal abuse), peminum alkohol atau seorang
yang sering atau pernah terpapar sinar radioaktif, misalnya pernah diradiasi
didaerah lain. Pada anamnesis kadang – kadang didapatkan hemoptisis, yang bisa
tersamar bersamaan dengan adanya TBC paru, sebab banyak penderita menjelang
yakni supraglotis, glottis dan subglotis, dan gejala serta tanda – tandanya sesuai
dari luar, terutama pada stadium dini / permulaan, tetapi bila tumor sudah menjalar
ke kelenjar limfe leher, terlihat perubahan kontur leher, dan hilangnya krepitasi
darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan
paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis diparu. Foto jaringan lunak
(soft tissue) leher dari lateral kadang – kadang dapat menilai besarnya dan letak
tumor, bila tumornya cukup besar. Apabila memungkinkan, CT scan laring dapat
tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastase kelenjar
1. Rasiologi konvensional
radiografi tidak memiliki peran dalam manajemen kanker laring saat ini.
Gambar 2.3 Foto X-Ray lateral laring
2. CT-scan
korteks dari kartilago tiroid. Tumor yang mengerosi ke bagian luar korteks
klinis saja, karena sebagian besar kriteria tidak dapat diniai dengan palpasi
boleh lebih dari 3 mm dan laring dapat dicitrakan dalam beberapa detik,
(a) (b)
Gambar 2.4 (a) CT Scan normal (b) Squamous cell carcinoma pada sisi kanan glottis
akibat pergerakan.
(a) (b)
Gambar 2.5 (a) MRI laring normal (b) MRI laring abnormal
bahan biopsi laring, dan biopsi jarum-halus pada pembesaran kelenjar limfe
dileher. Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel
skuamosa.
1. Pembedahan
pita suara satu benar dan satu salah. Bagian ini diangkat sepanjang
atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi.
Suara pasien masih utuh atau tetap normal. Karena epiglotis diangkat maka
Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi makanan peroral, dikarenakan
sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini. Hal ini
1990). Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau
2. Radioterapi
90%). Keuntungan dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga
suara masih dapat dipertahankan. Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad
3. Kemoterapi
pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five
kelenjar limfe regional akan menurunkan five year survival rate sebesar 50%. Five
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 48 tahun
Status : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Suku : Madura
Agama : Islam
No. RM : 212541
B. Anamnesis
- Keluhan Utama:
tahun yang lalu, awalnya kecil dan membesar secara perlahan. Benjolan tidak nyeri saat
di pegang. Pasien belum mendapatkan pengobatan untuk keluhan tersebut. Tidak ada
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita keluhan yang sama.
3. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Umum
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,5°C
- Pemeriksaan Khusus
Kepala-Leher:
Thorax
1. Cor :
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
2. Pulmo :
Ventral Dorsal
Inspeksi: Inspeksi:
Simetris Simetris
Retraksi -/- Retraksi -/-
Ketinggalan gerak -/- Ketinggalan gerak -/-
Palpasi: P: Palpasi:
Fremitus raba Fremitus raba
N N N N
N N N N
N N N N
Perkusi : Perkusi :
S S S S
S S S S
S S S S
S S R R S S R R
S R S S
Ventral Dorsal
Auskultasi : Auskultasi :
DS DS
V V V V
V V V V
V V V V
V V V V V V V V
V V V V
Rhonki Rhonki
- - - -
- - - -
- - - -
- - - - - - - -
- - - -
Wheezing Wheezing
- - - -
- - - -
- - - -
- - - - - - - -
- - - -
a. Abdomen
- Inspeksi : flat
- Auskultasi : bising usus (+), 14x/menit
- Palpasi : soepel, hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok
ginjal (-)
- Perkusi : timpani
b. Ekstremitas
- Superior : akral hangat +/+, edema -/-
- Inferior : akral hangat +/+, edema -/-
Resume
Anamnesis : Pasien perempuan, 39 tahun, dengan keluhan ada benjolan
dipingang kanan sejak ±10 tahun yang lalu, tidak nyeri, tidak demam, tidak ada nanah
dan luka
Pemeriksaan fisik : didapatkan massa di regio SIAS dextra dengan ukuran
11x20cm, mobile, batas tegas, tidak nyeri
Pemeriksaan penunjang :
FNAB: 02-3-2017
: Apusan terdiri dari beberapa globul lemak dan beberapa lemak mature : LIPOMA
Lab tanggal 08-5-2017
Hb 10,7 13,5-17,5
Leukosit 10,2 4,5-11,00
Hematrokit 31,7 41-53
Trombosit 270 150-450
Albumin 3,9 3,4-4,8
GDA 132 <200
Natrium 138 135-155
Kalium 2,6 3,5-5,0
Chlorida 105 90-110
Kreatinin Serum 0,9 0,6-1,3
BUN 16 6-20
UREA 34 12-43
Diagnosis
Giant Lipoma regio sias dextra
Planning
Pro eksisi
Prognosis
Dubia ad bonam
LAPORAN OPERASI
Tanggal 8 Mei 2017 Jam : 12.15
• Uraian Pembedahan :
1. Informed Consent,
2. Posisi lateral kiri dengan General Anastesi
3. Desinfeksi Lapangan Operasi dengan povidone iodine 10%
4. Insisi vertikal supratumoral
5. Didapatkan massa berwarna kuning ukuran 20x15 cm, pseudocapsul, batas tegas
6. Dilakukan ekstirpasi tumor, rawat perdarahan, Luka operasi dijahit lapis demi
lapis kemudian dipasang handschoon drain
7. Ekstirpasi lipoma
8. Perdarahan ±5cc
9. Terapi post op :
• Kalitake 2x1 tab
• Paracetamol 3x1tab
DAFTAR PUSTAKA
Adam, GL. Tumor-tumor Ganas Kepala dan Leher. Dalam: Adam GL, Boies LR
Jr, Higler PA editors. Boies Buku ajar penyakit THT. Edisi Bahasa
Cohen JI. Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam: Adam GL, Boies LR Jr, Higler
PA editors. Boies Buku ajar penyakit THT. Edisi Bahasa Indonesia, Alih
Haryuna Sh. 2012. Tumor Ganas Laring. Bagian Patologi Anatomi Fakultas
2008: h. 194-98.
Pidato pada peresmian jabatan guru besar dalam Ilmu Penyakit THT pada
Romdhoni AC. Aspek klinis dan diagnosis keganasan laring. Dalam naskah