Anda di halaman 1dari 17

Kelompok 4

Alviani Surbakti (4182121021)


Grace Dita Maria Naibaho (4183121055)
Luni Karlian Manik (4182121021)

Siklus Carnot , Siklus Otto dan Siklus Diesel

1.1 Siklus Carnot

Secara eksperimen usaha dapat diubah seluruhnya menjadi kalor. Berdasarkan Hukum I
Termodinamika, Q = ΔU + W , pada proses isothermal untuk gas ideal maka Q = W. Jadi
persamaan pada proses ekspansi isothermal, seluruh kalor dapat diubah menjadi usaha luar. Akan
tetapi secara kontekstual, hal ini mustahil karena kita menghendaki perubahan kalor menjadi usaha
luar secara terus menerus selama sistem diberi kalor, atau dengan kata lain volume tabung akan
terus membesar yang ditunjukkan dengan pergerakan tutup tabung sampai tak terhingga. Secara
praktis hal ini tidak mungkin bisa dilakukan karena kita harus menyediakan silinder dengan
volume yang tak terbatas. Perhatikan gambar berikut.

Agar tanpa memerlukan volume yang tak berhingga tetapi konversi dapat berjalan terus-
menerus, maka digunakan rangkaian proses. Rangkaian proses ini adalah siklus, yakni rangkaian
proses sedemikian rupa sehingga keadaan sistem pada akhir proses sama dengan keadaan awalnya
sehingga proses dapat diulang.

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 1
Contoh proses siklus pertama dikemukakan oleh Nicolas Leonard Sadi Carnot. Siklus
Carnot terdiri dari 4 proses yaitu dua proses isothermal yaitu AB dan CD, dan dua proses
adiabatik yaitu BC dan DA.

Gambar 2. untuk siklus Carnot

Secara konkret, mesin Carnot dinyatakan dengan gambar (3) berikut.

I II III IV

Gas
Gas Gas Gas
q2 q1
R2 T2 R1 T1
T1
terisolasi terisolasi

Gambar (3)
I. Sistem dikontakkan dengan reservoir suhu tinggi (R2) yang bertemperatur T2, sehingga
sejumlah kalor (q2) masuk sistem dan menyebabkan sistem berekspansi, temperatur sistem
dipertahankan sebesar T2. Pada gambar (2) ditunjukkan pada proses A→B.
II. Sistem diisolasi dan dibiarkan berekspansi menyebabkan temperatur sistem turun dari T2
menjadi T1, pada gambar (2) ditunjukkan dengan proses B→C.

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 2
III. Sistem dikompresi dan dikontakkan dengan reservoir suhu rendah (R1), sehingga sejumlah
kalor (q1) keluar sistem. Temperatur sistem dipertahankan sebesar T1. Pada gambar (2)
ditunjukkan dengan proses C→D.
IV. Sistem kembali diisolasi dan dikompresi, menyebabkan keadaan sistem kembali seperti
semula. Pada gambar (2) ditunjukkan dengan proses D→A.

Kalau diterapkan Hukum I Termodinamika, yaitu: u  q  w , karena dalam proses siklus


u  0 , sehingga:
wq

w  q2  q1 ....................................................................................................................(1)
Diagram alir mesin kalor ditunjukkan seperti gambar (4).

Gambar (4)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak seluruh kalor dapat diubah
menjadi usaha, karena ada sebagian kalor yang terbuang.
Efisiensi mesin kalor (η) didefinisikan sebagai perbandingan antara kerja yang dihasilkan
(w) dengan jumlah kalor yang diserap (q2). Secara matematis dapat dinyatakan dengan persamaan
:

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 3
w q  q2
  1 …………………………………………………………………….. (2)
q2 q2
Bila sistem yang dikaji adalah gas ideal, bagaimanakah persamaan efisiensi mesin Carnot? Oleh
RT
karena itu, dapat dikaji kembali gambar (2). Persamaan umum gas ideal: p v  R T , maka p 
v
Pada proses A→B, sistem menjalani proses isotermal, sehingga besarnya usaha :
b
wab   p dv
a

Substitusi kan nilai p ke persamaan di atas, maka diperoleh :


 RT 
b
wab     dv
a
v 
RT merupakan konstanta, maka dapat dikeluarkan dari integrasi sehingga didapatkan:
b
dv
wab  R T 
a
v

karena temperatur pada proses AB adalah T2, maka:

wab  R T2 ln va


b

wab  R T2 ln vb  ln v a 
vb
wab  R T2 ln
va …………………………………………………………………(3)
Sedangkan untuk proses dari B→C, sistem menjalani proses adiabatik sehingga dq  0 , dengan
menerapkan hukum I Termodinamika, maka diperoleh.
đw = -du
đw = -cvdT
Sehingga diperoleh usaha pada proses B→C adalah sebagai berikut.
c
wbc    cv dT
b

cv merupakan konstanta, maka dapat dikeluarkan dari integrasi sehingga didapatkan :

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 4
c
wbc  cv  dT
b

wbc  cv T b
c

wbc  cv Tc  Tb 


wbc  cv Tb  Tc 
Berdasarkan gambar (2), temperatur di b adalah T2 sedangkan temperatur di c adalah T1 sehingga
persamaan di atas menjadi :
wbc  cv T2  T1  ......................................................................................... 4
Pada proses C→D, sistem menjalani proses isotermal, sehingga besarnya usaha:
d
wcd   p dv
c

Substitusi kan nilai p ke persamaan di atas, maka diperoleh :


 RT 
d
wcd     dv
c  v 
RT merupakan konstanta, maka dapat dikeluarkan dari integrasi sehingga didapatkan :
d
dv
wcd  R T 
c
v
Berdasarka n gambar (2), temperatu r di D adalah T1 sedangkan temperatur di A
adalah T2 maka,

wda  cv (T1  T2 ) ...................................................................................................(5)


Bila sistem yang dikaji adalah gas ideal, maka pada proses isotermal tidak ada perubahan energi
dalam sistem atau u  0 , sehingga berdasarkan gambar (2) pada proses akan berlaku :
A  B, q 2  wab

C  D, q1  wcd
Berdasarkan persamaan (2) diperoleh :
w

q2
wab  wbc  wcd  wda

q2

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 5
Karena nilai wbc   wda sehingga didapatkan:

wab  wda  wcd  wda



q2
wab  wcd

q2
Substitusikan persamaan (3) dan (5) ke persamaan di atas sehingga diperoleh:
vb v
R T2 ln  R T1 ln d
va vc

v
R T2 ln b
va
vb v
R T2 ln R T1 ln d
va vc
 
v v
R T2 ln b R T2 ln b
va va

vd
T1 ln
vc
  1 ................................................................................................6
v
T2 ln b
va
pada B→C merupakan proses adiabatik sehingga berlaku:
T v  1  c
 1  1
Tb vb  Tc vc

Berdasarkan gambar (2), temperatur di b adalah T2 sedangkan temperatur di c adalah T1 sehingga


persamaan di atas menjadi :
 1  1
T2 vb  T1 vc
 1
T2 vc

T1 vb  1
 1
T2  vc 
  ............................................................................................................ 7 
T1  vb 

Pada D→A merupakan proses adiabatik sehingga berlaku :


T v  1  c
 1  1
Td v d  Ta v a

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 6
Berdasarkan gambar (2), temperatur di D adalah T1 sedangkan temperatur di A adalah T2 sehingga
persamaan di atas menjadi :
 1  1
T2 v a  T1 v d
 1
T2 v d

T1 v a  1
 1
T2  v d 
  ....................................................................................................... 8
T1  v a 

Berdasarkan persamaan (7) dan (8), maka diperoleh :


T2 T2

T1 T1
 1  1
 vc  v 
    d 
 vb   va 
vc v d

vb v a
v c vb

vd va
Berdasarkan persamaan (6), didapatkan sebagai berikut.
vd
T1 ln
vc
 1
v
T2 ln b
va

vd v
Karena nilai ln   ln c , maka diperoleh :
vc vd

vc
T1 ln
vd
 1
v
T2 ln b
va

T1
  1
T2
T2  T1
 .................................................................................................9 
T2

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 7
Efisiensi siklus Carnot hanya tergantung pada temperatur kedua reservoir. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karena adanya pertukaran kalor yang terjadi pada proses
isotermal, maka agar proses pada siklus Carnot berlangsung secara reversibel hanya diperlukan
dua reservoir.

Jika arah siklus mesin dibalik seperti ditunjukkan pada gambar (5), maka tercipta mesin
pendingin (referigrator).

T2
D
C
T1

Gambar (5)

Diagram mesin pendingin ditunjukkan pada gambar (6) berikut.

Gambar (6)

Pada mesin kalor, kerja dihasilkan oleh mesin sedangkan pada mesin pendingin, kerja
harus diberikan pada mesin (sistem dikenakan kerja) supaya mesin itu dapat beroperasi.

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 8
Daya guna refrigrator (E) Carnot didefinisikan sebagai perbandingan antara kalor yang
diserap dengan usaha yang dikerjakan pada sistem, jika dinyatakan dengan persamaan :
q1
E
w
q1
E .............................................................................................. 10
q1  q2
Tanda negatif pada persamaan (10) mempunyai arti karena kerja dilakukan pada mesin,
maka w bertanda negatif. Sehingga persamaan (10) bila dijabarkan menjadi :
q1
E
q1  q 2
Substitusikan nilai q1  wcd dan q 2  wab ke persamaan di atas, maka diperoleh :

wcd
E
wcd  wab

Substitusikan persamaan (3) dan (5) ke persamaan di atas sehingga didapatkan :


vd
T1 ln
vc
E
vd v
T1 ln  T2 ln b
vc va

vd v
Karena nilai ln   ln c , maka diperoleh :
vc vd

 v 
  T1 ln c 
E  vd 
 v  v
  T1 ln c   T2 ln b
 vd  va
vc
T1 ln
vd
E
vb v
T2 ln  T1 ln c
va vd

T1
E ................................................................................................ 11
T2  T1
Daya guna mesin pendingin Carnot mungkin lebih besar dari 100% jika kalor yang diserap
oleh sistem lebih besar dari kerja yang diberikan pada sistem sedangkan efisiensi mesin kalor

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 9
Carnot, selalu lebih kecil dari 100% karena kalor yang diserap tidak seluruhnya dapat diubah
menjadi kerja.

1.2 Siklus Otto dan Diesel

Siklus Carnot merupakan siklus ideal (teoritik) secara praktis siklus ini belum bisa diambil
manfaatnya. Siklus yang sudah bisa diambil manfaatnya diantaranya siklus Otto yang diterapkan
pada mesin kalor dan siklus Diesel yang diterapkan pada mesin Diesel.

q2
d

b
e ad
p0 q1
a
ad

v1 v2 v
Gambar (7)

Siklus Otto seperti ditunjukkan pada gambar (7), terdiri atas enam proses, dengan empat
gerakan piston, sehingga mesin yang menggunakan siklus Otto diberi nama dengan mesin
empat tak. Keenam proses tersebut adalah sebagai berikut.

1. e→a : merupakan intake stoke, pada proses tersebut udara masuk ke


dalam silinder pada tekanan udara luar (po), volume spesifik
sistem berubah dari nol menjadi v2. Persamaan yang berlaku pada

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 10
titik a adalah : po v2  R Ta , dengan Ta merupakan temperatur
udara luar.
2. a→b : Sistem dikompresi secara adiabatik. Volume spesifik sistem
berubah dari v2 menjadi v1. Pada proses ini, temperatur dan
tekanan sistem naik atau bertambah. Persamaan pada proses ini
 1  1
adalah: Ta va  Tb vb .
3. b→c : Proses pemanasan isokorik, karena ada loncatan bunga api dari
busi, maka bahan bakar terbakar sehingga sejumlah kalor masuk
sistem. Tekanan dan temperatur sistem naik atau bertambah.
Persamaan yang berlaku pada proses ini adalah : q 2  cv Tc  Tb 
.
4. c→d : Proses ekspansi adiabatik, yaitu sistem mengembang secara
adiabatik. Pada cabang ini usaha dihasilkan, tekanan dan
temperatur sistem turun atau berkurang. Persamaan yang berlaku
 1  1
pada proses ini adalah : Tc vc  Td vd .
5. d→a : Proses pendinginan isokorik. Pada proses ini, sejumlah kalor
keluar sistem sehingga energi dalam sistem berkurang, sedangkan
temperatur sistem juga berkurang. Persamaan yang berlaku pada
proses ini adalah: q1  cv Ta  Td  .
6. a→e : Proses isobarik, seluruh gas sisa pembakaran dibuang dan diganti
dengan udara baru untuk menjalani siklus berikutnya.

Proses pertama dan keenam saling meniadakan sehingga untuk menentukan efisiensi (η)
hanya diperhatikan empat proses saja yaitu proses 2, 3, 4, dan 5. Berdasarkan definisi efisiensi
diperoleh :

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 11
w

q2
q1  q2

q2
cv Tc  Tb   cv Ta  Td 

cv Tc  Tb 


Tc  Tb   Ta  Td 
Tc  Tb  Tc  Tb 
Ta  Td 
  1
Tc  Tb 
Td  Ta
  1 ........................................................................ 12 
Tc  Tb
Berdasarkan persamaan adiabatik dari proses 2 dan 4 diperoleh :
 1  1
Ta va  Tb vb
 1  1
Tc vc  Td vd
 1  1  1  1
Td vd  Ta va  Tc vc  Tb vb

Berdasarkan gambar (7) diperoleh bahwa va  vd  v2 dan vb  vc  v1 . Substitusikan nilai


tersebut ke persamaan di atas, maka didapatkan :
 1  1  1  1
Td v2  Ta v2  Tc v1  Tb v1
Td  Ta v2 1  Tc  Tb v1 1
 1
Td  Ta v1

Tc  Tb v2 1
 1
Td  Ta  v1 
 
Tc  Tb  v2 

v2
Dengan mensubstitusikan nilai  rv yaitu nilai rasio kompresi, maka didapatkan hubungan
v1
antara efisiensi mesin Otto dengan rasio kompresinya adalah :
Td  Ta
  1
Tc  Tb

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 12
 1
 1  
 v1   1 
  1     1  
 v2   v2 
 v1 
 1
1 
  1    .......................................................................... 13
 rv 
Besarnya nilai rv dalam praktek adalah berkisar antara 5 sampai 10. Kalau dicermati siklus
Otto seperti pada gambar (7), pertukaran kalor disertai perubahan temperatur. Supaya proses
berlangsung secara reversibel, maka haruslah ada sejumlah (n) reservoir, di mana n adalah cukup
besar. Dalam praktek, hal ini tidak mungkin terjadi sehingga pada siklus Otto, proses berlangsung
secara irreversibel. Pada persamaan efisiensi ada komponen γ, di mana nilainya tergantung pada
jenis bahan bakar yang digunakan. Jadi, efisiensi siklus Otto juga tergantung pada jenis bahan
bakar yang digunakan.
Sedangkan Siklus Diesel diterapkan pada mesin yang menggunakan bahan bakar solar
(mesin diesel). Siklus Diesel ditunjukkan seperti gambar (8) berikut.

p
b c

q2

e q1 ad
p0
a
ad

vb vc va v

Gambar (8)
Siklus Carnot, Otto Diesel
SuardikaPage 13
Siklus Diesel terdiri dari 6 (enam) proses, dengan 5 (lima) gerakan piston sehingga mesin
yang menggunakan siklus ini diberi nama mesin lima tak. Keenam proses tersebut adalah
sebagai berikut.
1. e→a : merupakan intake stoke, pada proses tersebut udara masuk ke
dalam piston. Proses berjalan secara isobarik pada tekanan udara
luar (po), volume sistem berubah dari nol menjadi va. Persamaan
yang berlaku pada titik a adalah : po va  nR Ta , dengan Ta
merupakan temperatur udara luar.
2. a→b : Sistem dikompresi secara adiabatik. Pada proses ini, temperatur
dan tekanan sistem naik atau bertambah. Persamaan pada proses
 1  1  
ini adalah : Ta va  Tb vb dan pa va  pb vb .
3. b→c : Ekspansi isobarik, yaitu volume sistem bertambah pada tekanan
kostan. Pada cabang ini karena tekanan dan temperatur sistem
cukup tinggi, maka bahan bakar terbakar dengan sendirinya
sehingga sejumlah kalor masuk sistem. Persamaan yang berlaku
Tc Tb
pada proses ini adalah : q 2  n c p Tc  Tb  dan  .
v c vb
4. c→d : Proses ekspansi adiabatik, yaitu sistem mengembang secara
adiabatik. Pada cabang ini, usaha dihasilkan sedangkan tekanan
dan temperatur sistem turun atau berkurang. Persamaan yang
 1  1
berlaku pada proses ini adalah : Tc vc  Td vd dan
 
p c vc  p d v d .
5. d→a : Exhaust. Proses isokorik. Pada proses ini, sejumlah kalor keluar
sistem. Persamaan yang berlaku pada proses ini adalah :
Ta Td
q1  n cv Ta  Td  dan  .
pa pd

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 14
6. a→e : Proses isobarik, pada proses ini seluruh gas sisa pembakaran
dibuang dan diganti dengan gas baru untuk menjalani siklus
selanjutnya.

Berdasarkan definisi efisiensi diperoleh :


w

q2
q1  q 2

q2
n cv Ta  Td   n c p Tc  Tb 

n c p Tc  Tb 
cv Ta  Td   c p Tc  Tb 

c p Tc  Tb 
c p Tc  Tb  cv Ta  Td 
 
c p Tc  Tb  c p Tc  Tb 
cv Ta  Td 
  1
c p Tc  Tb 

1 Ta  Td 
 1
 Tc  Tb 

1 Ta  Td 
  1
 Tc  Tb 
1  T   Td  Ta  Tb 
  1   a    
  Tb   cT  Tb  Ta 
1  T   Td Ta  1
  1   a    ..................................................... 14
  Tb  Tc Tb  1 

 Pada proses a→b :


 1  1
Ta v a  Tb vb
 1
 Ta   vb  1   vb 
     1    
 
 Tb   va   va 

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 15
va
Dengan :  rv , maka diperoleh :
vb
 1
 Ta   vb 
    
 Tb   va 
 1
 
 Ta   1 
    
 Tb   v a 
 vb 
 Ta  1
    ................................................................. 15
 Tb   rv 
 Pada proses b→c :
Tc Tb Tc vc
  
v c vb Tb vb
vc
 rC ratio cut off  ................................................. 16
vb
 Pada proses d→a :
Ta Td Td p
   d
pa pd Ta pa

 Pada proses a→b :


 
pa va  pb vb

 Pada proses c→d :


 
p c vc  p d v d
Berdasarkan kedua persamaan tersebut didapatkan :
 
pc vc pd vd

 
p b vb pa va

Berdasarkan gambar (8) diperoleh hubungan : v a  v d dan pc  pb sehingga diperoleh :

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 16
 
pc vc pd vd

 
p c vb pa vd

vc pd


vb pa

p d vc

p a vb 

p d  vc  T
   d
p a  vb  Ta

Td  vc 
    rC ............................................................... 17 

Ta  vb 

Substitusikan persamaan (15), (16), dan (17) ke persamaan (14) sehingga didapatkan :
1  T   T T  1
  1   a  d a 
  Tb  Tc Tb  1 
 1
1 1   rC   1
  1      ................................................(18)
  rv   rC  1 

Persamaan (18) juga mengandung besaran γ, ini menunjukkan bahwa efisiensi siklus Diesel
tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan. Pertukaran kalor pada siklus Diesel disertai
dengan adanya perubahan temperatur sistem, sehingga secara real proses siklus Diesel berlangsung
secara irreversibel.

Siklus Carnot, Otto Diesel


SuardikaPage 17

Anda mungkin juga menyukai