Secara eksperimen usaha dapat diubah seluruhnya menjadi kalor. Berdasarkan Hukum I
Termodinamika, Q = ΔU + W , pada proses isothermal untuk gas ideal maka Q = W. Jadi
persamaan pada proses ekspansi isothermal, seluruh kalor dapat diubah menjadi usaha luar. Akan
tetapi secara kontekstual, hal ini mustahil karena kita menghendaki perubahan kalor menjadi usaha
luar secara terus menerus selama sistem diberi kalor, atau dengan kata lain volume tabung akan
terus membesar yang ditunjukkan dengan pergerakan tutup tabung sampai tak terhingga. Secara
praktis hal ini tidak mungkin bisa dilakukan karena kita harus menyediakan silinder dengan
volume yang tak terbatas. Perhatikan gambar berikut.
Agar tanpa memerlukan volume yang tak berhingga tetapi konversi dapat berjalan terus-
menerus, maka digunakan rangkaian proses. Rangkaian proses ini adalah siklus, yakni rangkaian
proses sedemikian rupa sehingga keadaan sistem pada akhir proses sama dengan keadaan awalnya
sehingga proses dapat diulang.
I II III IV
Gas
Gas Gas Gas
q2 q1
R2 T2 R1 T1
T1
terisolasi terisolasi
Gambar (3)
I. Sistem dikontakkan dengan reservoir suhu tinggi (R2) yang bertemperatur T2, sehingga
sejumlah kalor (q2) masuk sistem dan menyebabkan sistem berekspansi, temperatur sistem
dipertahankan sebesar T2. Pada gambar (2) ditunjukkan pada proses A→B.
II. Sistem diisolasi dan dibiarkan berekspansi menyebabkan temperatur sistem turun dari T2
menjadi T1, pada gambar (2) ditunjukkan dengan proses B→C.
w q2 q1 ....................................................................................................................(1)
Diagram alir mesin kalor ditunjukkan seperti gambar (4).
Gambar (4)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak seluruh kalor dapat diubah
menjadi usaha, karena ada sebagian kalor yang terbuang.
Efisiensi mesin kalor (η) didefinisikan sebagai perbandingan antara kerja yang dihasilkan
(w) dengan jumlah kalor yang diserap (q2). Secara matematis dapat dinyatakan dengan persamaan
:
wab R T2 ln vb ln v a
vb
wab R T2 ln
va …………………………………………………………………(3)
Sedangkan untuk proses dari B→C, sistem menjalani proses adiabatik sehingga dq 0 , dengan
menerapkan hukum I Termodinamika, maka diperoleh.
đw = -du
đw = -cvdT
Sehingga diperoleh usaha pada proses B→C adalah sebagai berikut.
c
wbc cv dT
b
wbc cv T b
c
C D, q1 wcd
Berdasarkan persamaan (2) diperoleh :
w
q2
wab wbc wcd wda
q2
vd
T1 ln
vc
1 ................................................................................................6
v
T2 ln b
va
pada B→C merupakan proses adiabatik sehingga berlaku:
T v 1 c
1 1
Tb vb Tc vc
vd v
Karena nilai ln ln c , maka diperoleh :
vc vd
vc
T1 ln
vd
1
v
T2 ln b
va
T1
1
T2
T2 T1
.................................................................................................9
T2
Jika arah siklus mesin dibalik seperti ditunjukkan pada gambar (5), maka tercipta mesin
pendingin (referigrator).
T2
D
C
T1
Gambar (5)
Gambar (6)
Pada mesin kalor, kerja dihasilkan oleh mesin sedangkan pada mesin pendingin, kerja
harus diberikan pada mesin (sistem dikenakan kerja) supaya mesin itu dapat beroperasi.
wcd
E
wcd wab
vd v
Karena nilai ln ln c , maka diperoleh :
vc vd
v
T1 ln c
E vd
v v
T1 ln c T2 ln b
vd va
vc
T1 ln
vd
E
vb v
T2 ln T1 ln c
va vd
T1
E ................................................................................................ 11
T2 T1
Daya guna mesin pendingin Carnot mungkin lebih besar dari 100% jika kalor yang diserap
oleh sistem lebih besar dari kerja yang diberikan pada sistem sedangkan efisiensi mesin kalor
Siklus Carnot merupakan siklus ideal (teoritik) secara praktis siklus ini belum bisa diambil
manfaatnya. Siklus yang sudah bisa diambil manfaatnya diantaranya siklus Otto yang diterapkan
pada mesin kalor dan siklus Diesel yang diterapkan pada mesin Diesel.
q2
d
b
e ad
p0 q1
a
ad
v1 v2 v
Gambar (7)
Siklus Otto seperti ditunjukkan pada gambar (7), terdiri atas enam proses, dengan empat
gerakan piston, sehingga mesin yang menggunakan siklus Otto diberi nama dengan mesin
empat tak. Keenam proses tersebut adalah sebagai berikut.
Proses pertama dan keenam saling meniadakan sehingga untuk menentukan efisiensi (η)
hanya diperhatikan empat proses saja yaitu proses 2, 3, 4, dan 5. Berdasarkan definisi efisiensi
diperoleh :
Tc Tb Ta Td
Tc Tb Tc Tb
Ta Td
1
Tc Tb
Td Ta
1 ........................................................................ 12
Tc Tb
Berdasarkan persamaan adiabatik dari proses 2 dan 4 diperoleh :
1 1
Ta va Tb vb
1 1
Tc vc Td vd
1 1 1 1
Td vd Ta va Tc vc Tb vb
v2
Dengan mensubstitusikan nilai rv yaitu nilai rasio kompresi, maka didapatkan hubungan
v1
antara efisiensi mesin Otto dengan rasio kompresinya adalah :
Td Ta
1
Tc Tb
p
b c
q2
e q1 ad
p0
a
ad
vb vc va v
Gambar (8)
Siklus Carnot, Otto Diesel
SuardikaPage 13
Siklus Diesel terdiri dari 6 (enam) proses, dengan 5 (lima) gerakan piston sehingga mesin
yang menggunakan siklus ini diberi nama mesin lima tak. Keenam proses tersebut adalah
sebagai berikut.
1. e→a : merupakan intake stoke, pada proses tersebut udara masuk ke
dalam piston. Proses berjalan secara isobarik pada tekanan udara
luar (po), volume sistem berubah dari nol menjadi va. Persamaan
yang berlaku pada titik a adalah : po va nR Ta , dengan Ta
merupakan temperatur udara luar.
2. a→b : Sistem dikompresi secara adiabatik. Pada proses ini, temperatur
dan tekanan sistem naik atau bertambah. Persamaan pada proses
1 1
ini adalah : Ta va Tb vb dan pa va pb vb .
3. b→c : Ekspansi isobarik, yaitu volume sistem bertambah pada tekanan
kostan. Pada cabang ini karena tekanan dan temperatur sistem
cukup tinggi, maka bahan bakar terbakar dengan sendirinya
sehingga sejumlah kalor masuk sistem. Persamaan yang berlaku
Tc Tb
pada proses ini adalah : q 2 n c p Tc Tb dan .
v c vb
4. c→d : Proses ekspansi adiabatik, yaitu sistem mengembang secara
adiabatik. Pada cabang ini, usaha dihasilkan sedangkan tekanan
dan temperatur sistem turun atau berkurang. Persamaan yang
1 1
berlaku pada proses ini adalah : Tc vc Td vd dan
p c vc p d v d .
5. d→a : Exhaust. Proses isokorik. Pada proses ini, sejumlah kalor keluar
sistem. Persamaan yang berlaku pada proses ini adalah :
Ta Td
q1 n cv Ta Td dan .
pa pd
1 Ta Td
1
Tc Tb
1 Ta Td
1
Tc Tb
1 T Td Ta Tb
1 a
Tb cT Tb Ta
1 T Td Ta 1
1 a ..................................................... 14
Tb Tc Tb 1
Ta vb
Substitusikan persamaan (15), (16), dan (17) ke persamaan (14) sehingga didapatkan :
1 T T T 1
1 a d a
Tb Tc Tb 1
1
1 1 rC 1
1 ................................................(18)
rv rC 1
Persamaan (18) juga mengandung besaran γ, ini menunjukkan bahwa efisiensi siklus Diesel
tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan. Pertukaran kalor pada siklus Diesel disertai
dengan adanya perubahan temperatur sistem, sehingga secara real proses siklus Diesel berlangsung
secara irreversibel.