ABSTRACT
DEFIKA ANNISA CITA. Developing Nutrition Education Through Visual
Media and Its Level of Acceptance Towards Elementary School Students’
Nutrition Knowledge. Supervised by IKEU TANZIHA.
The aim of this study was to develop nutrition education through visual
media, which are poster and leaflet, and analyze their level of acceptance towards
the elementary school students’ nutrition knowledge in Bogor. This research was
a quacy experimental study pre test post test non-equivalent control group design.
The sample of schools were taken by using purposive sampling, with total number
of sample was 111, which were 36 samples from SDN 01 Padjajaran, 37 samples
from SDN 05 Pengadilan, and 38 samples from SDN 02 Batu Tulis. Non-
parametrical test of Wilcoxon Matched-Pairs Signed-Ranks Test done in the
nutrition knowledge scores showed that there was a significant increased result in
poster experiment group, which were from 77.8 ± 12.5 to 85.9 ± 13.4 in pre test-
post test 1 (p = 0.003) and from 77.8 ± 12.5 to 86.5 ± 12.1 in pre test-post test 2
(p = 0.002). Kruskal-Wallis Test done between groups showed that there was a
significant difference on nutrition knowledge scores among those groups (p =
0.000). The level of acceptance as a whole in poster was higher than leaflet,
which was 83.8%.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Dr. Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini adalah media
pendidikan gizi, dengan judul Pengembangan Materi dan Daya Terima
Pendidikan Gizi Melalui Media Visual Terhadap Pengetahuan Gizi Anak Usia
Sekolah Dasar. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan kesempatan, motivasi, bimbingan, dan arahan sejak awal
penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes selaku dosen pemandu seminar dan penguji
atas saran dan perbaikan dalam penulisan skripsi.
3. Tiurma Sinaga, MFSA selaku dosen pembimbing akademik dan
pembimbing internship dietetics (ID) yang telah memberikan bimbingan
selama masa awal perkuliahan dan ID.
4. Mama (Rifka Netawati), Papa (Deden Rucita Hidayat Ahmad), Adik
(Muhammad Bayu Rucita), dan keluarga atas motivasi, dukungan, doa,
dan kasih sayangnya.
5. Kepala sekolah, guru-guru, dan siswa SDN 01 Padjajaran, SDN 02 Batu
Tulis, serta SDN 05 Pengadilan atas pemberian izin, sarana, dan waktu
untuk terlaksananya penelitian ini.
6. Noor Hidayatuzzakiah, yang merupakan teman sekamar penulis pada saat
tingkat akhir, Febrinita Ulfah, yang merupakan teman sekamar penulis
pada tingkat persiapan bersama yang selalu memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis, Fransisca Gita, serta teman-teman asrama
Sylvasari.
7. Fara, Wilda, Siti Habibah, Pamila, Ridhat, Rizka, Rossy, Kharisma
Tamimi, Addin, Maryam, Annizaf, dan semua teman-teman Gizi
Masyarakat 47 yang selalu mendukung penulis.
8. Fadila, Dodi, teman-teman IAAS LC IPB dan IPB Debating Community
yang selalu memotivasi penulis.
9. Keitaro Goto, Teng Chin Yan, Faradila, dan teman-teman The 4th IASS
yang selalu memberikan dukungan dan inspirasi kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 6
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 6
Teknik Pemilihan dan Penarikan Contoh 6
Proses Pembuatan Media 7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 8
Pengolahan dan Analisis Data 11
Definisi Operasional 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Pengembangan Materi dan Media Pendidikan Gizi 13
Daya Terima Contoh Terhadap Media Visual Poster 21
Daya Terima Contoh Terhadap Media Visual Leaflet 26
Pengetahuan Gizi 30
SIMPULAN DAN SARAN 35
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 40
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel yang diolah 12
2 Baseline data sebaran contoh berdasarkan jawaban benar 13
3 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi
pre test yang dijawab benar 15
4 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi
post test 1 yang dijawab benar 16
5 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi
post test 2 yang dijawab benar 16
6 Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada
media poster 22
7 Sebaran contoh berdasarkan aspek ukuran tulisan pada
media poster 22
8 Sebaran contoh berdasarkan aspek komposisi warna pada
media poster 23
9 Sebaran contoh berdasarkan aspek gambar pada media poster 24
10 Sebaran contoh berdasarkan aspek pesan gizi pada media poster 24
11 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap media
poster secara keseluruhan 25
12 Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada
media leaflet 26
13 Sebaran contoh berdasarkan aspek ukuran tulisan pada
media leaflet 27
14 Sebaran contoh berdasarkan aspek komposisi warna pada
media leaflet 27
15 Sebaran contoh berdasarkan aspek gambar pada media leaflet 28
16 Sebaran contoh berdasarkan aspek pesan gizi pada media leaflet 29
17 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap media
leaflet secara keseluruhan 29
18 Pengetahuan gizi contoh pada ketiga kelompok perlakuan 30
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 5
2 Proses penarikan contoh 7
3 Taraf perlakuan contoh 10
4 Grafik sebaran contoh berdasarkan pertanyaan yang dijawab
benar 17
5 Sebaran contoh yang menjawab benar pada pre test, post test 1, 20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner pengetahuan gizi mengenai sarapan untuk siswa 37
2 Kuesioner daya terima media pendidikan gizi untuk siswa 38
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Masalah kebiasaan untuk tidak sarapan atau sarapan dengan makanan yang
tidak bergizi dan berimbang pada anak usia sekolah (AUS) menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan intik zat gizi dengan aktivitas AUS pada masa
pertumbuhan dan perkembangan. Masalah pada sarapan tersebut disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan AUS terhadap manfaat dari sarapan dan akibat dari
melewatkan sarapan, serta pengetahuan mengenai makanan bergizi dan berimbang
yang seharusnya dikonsumsi pada saat sarapan.
Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, diperlukan adanya
pengembangan media informasi yang komunikatif untuk menyampaikan pesan
gizi, terutama mengenai sarapan, kepada AUS, sehingga AUS dapat menerima
dan memahami pesan gizi tersebut secara optimal. Pertanyaan yang muncul
adalah bagaimana daya terima AUS terhadap media pendidikan gizi visual, yaitu
leaflet dan poster, serta seberapa besar pengaruh kedua media tersebut terhadap
peningkatan tingkat pengetahuan AUS.
3
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi pendidikan gizi
dengan tema sarapan dan analisis daya terima siswa terhadap media, serta
pengaruhnya terhadap pengetahuan gizi siswa sekolah dasar negeri di Kota Bogor.
Tujuan Khusus
1. Melakukan pengembangan materi pendidikan gizi melalui media poster dan
leaflet.
2. Menganalisis daya terima media poster.
3. Menganalisis daya terima media leaflet.
4. Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan contoh sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompol poster dan kelompok leaflet, serta pada kelompok
kontrol.
Manfaat Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
daya serap sasaran (Khomsan 2000). Terdapat berbagai jenis media pendidikan
gizi, yaitu media visual, media audio, dan media interaktif. Media audio
merupakan jenis media berupa suara seperti lagu dan musik, sedangkan media
interaktif merupakan jenis media yang melibatkan anak dalam suatu permainan,
misalnya pendidikan gizi dengan media ular tangga dan software permainan.
Media visual dalam pendidikan gizi merupakan media yang dapat dilihat, di
antaranya gambar, foto, kartu, buku, leaflet dan poster (Khomsan 2000). Jenis
media ini merupakan media yang dapat dibuat dan dipublikasikan dimana saja
sehingga media visual merupakan media yang paling mudah dijangkau.
Pemberian media pendidikan gizi visual melalui leaflet dan poster dapat
mempermudah serta meningkatkan motivasi anak dalam menerima pesan gizi. Hal
tersebut digambarkan dari tingkat penerimaan berdasarkan pada tingkat kesukaan
pada media. Peran pendidikan gizi dengan menggunakan media adalah membantu
proses pengiriman pesan gizi dari pemberi pesan kepada sasaran sehingga pesan
gizi yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh sasaran pendidikan
(Khomsan 2000). Selain faktor penggunaan media pendidikan gizi, faktor lainnya
yang mempengaruhi proses pendidikan gizi adalah faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah situasi dan kondisi belajar
dan sistem sosial ekonomi budaya (sosekbud). Faktor internal yang
mempengaruhi proses pendidikan gizi terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal
dari pendidik dan faktor internal yang terdapat pada sasaran pendidikan. Faktor
internal pendidik meliputi keterampilan komunikasi, keadaan fisiologis dan
psikologis, serta tingkat pengetahuan, sedangkan faktor internal sasaran
pendidikan meliputi sikap (kesiapan dan kesadaran), keadaan psikologis dan
fisiologis, pandangan hidup, kebiasaan, pengalaman, serta karakteristik sasaran
didik (Notoatmodjo 2010). Selain faktor internal, faktor eksternal sasaran didik
yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah pendidikan orang tua dan akses
terhadap informasi yang dimiliki oleh sasaran didik. Keberhasilan suatu proses
pendidikan gizi diketahui melalui indikator peningkatan pengetahuan gizi sasaran.
Peningkatan pengetahuan gizi selanjutnya dapat membentuk sikap dan perilaku
gizi sasaran pendidikan.
5
METODE
siswa untuk kelompok perlakuan media leaflet, dan 36 siswa untuk kelompok
kontrol. Pada Gambar 2 disajikan proses penarikan contoh penelitian.
Jenis media pendidikan gizi yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari
dua media komunikasi visual, yaitu poster dan leaflet. Media poster dan leaflet
dipilih karena kedua media tersebut merupakan media yang paling mudah untuk
8
dicapai dan diberikan kepada semua kalangan diberbagai daerah (WHO 1992).
Langkah-langkah pembuatan poster dan leaflet diawali dari pemilihan tema,
perumusan materi atau pesan gizi yang ingin disampaikan, perancangan media
secara grafis, dan pencetakan media. Tema yang dilipih dalam poster dan leaflet
ini adalah sarapan, dengan materi atau pesan gizi yang disampaikan meliputi
pengertian sarapan, waktu sarapan, akibat tidak sarapan, manfaat sarapan, sarapan
mencegah kegemukan, jumlah energi dan protein sarapan, jenis makanan dalam
menu sarapan, contoh menu sarapan bergizi, pemahaman jenis menu sarapan
bergizi, dan jenis jajanan pengganti sarapan.
Ilustrasi pada poster dibuat secara manual dengan menggunakan perangkat
lunak Android S-memo pada Samsung Galaxy Note kemudian dilakukan proses
komputerisasi untuk menggabungkan ilustrasi-ilustrasi yang telah dibuat dengan
menggunakan perangkat lunak Microsoft Publisher. Ilustrasi dibuat berdasarkan
pesan gizi yang ingin disampaikan, misalnya untuk menyampaikan pesan gizi
akibat dari tidak sarapan dan manfaat sarapan, disajikan ilustrasi satu orang anak
yang bersemangat karena telah sarapan dan satu orang anak lainnya yang terlihat
lemas dikarenakan tidak sarapan. Pada pembuatan leaflet, disajikan beberapa
ilustrasi sederhana untuk menunjang pesan gizi yang disampaikan. Ukuran poster
yang dibuat adalah kertas A2.
Ilustrasi pada leaflet dibuat secara manual dengan menggunakan
perangkat lunak Android S-memo pada Samsung Galaxy Note dan dilakukan
proses komputerisasi untuk menggabungkan teks dan ilustrasi dengan
menggunakan perangkat lunak Microsoft Publisher. Leaflet yang dibuat
berukuran kertas A4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan poster
dan leaflet adalah penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti,
komposisi warna, tata letak ilustrasi dan teks, serta ukuran dan jenis huruf yang
digunakan.
Poster dan leaflet yang akan digunakan kemudian dievaluasi oleh guru-
guru ketiga sekolah penelitian untuk mengkaji rancangan yang sedang
dikembangkan tersebut. Hasil identifikasi dan evaluasi terhadap media kemudian
digunakan untuk memperbaiki poster dan leaflet tersebut. Komponen yang
dievaluasi meliputi kejelasan pesan gizi atau materi yang disampaikan, komposisi
warna yang digunakan, representasi ilustrasi yang digunakan terhadap pesan gizi,
tata letak gambar dan teks, serta kesesuaian materi yang disampaikan dalam
media dengan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner pengetahuan gizi. Poster
dan leaflet yang telah melalui proses evaluasi dan perancangan ulang kemudian
diberikan kepada contoh sesuai dengan kelompok perlakuan. Poster ditempel di
dinding kelas dan pintu masuk kelas contoh, sedangkan leaflet dibagikan untuk
setiap orang contoh, didiskusikan bersama di dalam kelas, kemudian leaflet dapat
dibawa pulang oleh contoh.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada siswa serta data hasil pre test
dan post test. Kuesioner yang diberikan kepada contoh diberikan untuk
mengetahui daya terima contoh terhadap intervensi media, meliputi pertanyaan
9
mengenai menarik atau tidaknya tampak visual poster dan leaflet serta mudah
dipahami atau tidaknya pesan gizi yang terdapat pada masing-masing media
tersebut. Kuesioner daya terima dan kesukaan terhadap media diberikan sesuai
dengan kelompok perlakuan masing-masing media.
Pre test dan post test merupakan pertanyaan berbentuk pilihan ganda yang
berjumlah 10 soal yang digunakan untuk mengukur pengetahuan gizi contoh
sebelum dan sesudah perlakuan. Materi yang diberikan pada pre test dan post test
meliputi pengetahuan gizi mengenai sarapan. Data sekunder yang didapatkan dari
sekolah adalah profil dan karakteristik masing-masing sekolah.
Pada awal penelitian, contoh diberikan pre test untuk mengetahui
pengetahuan gizi awal yang dimiliki oleh contoh, kemudian contoh diberikan
intervensi sesuai dengan kelompok perlakuannya, yaitu kelompok perlakuan
poster, kelompok perlakuan leaflet, dan kelompok kontrol yang tidak diberi
intervensi pendidikan gizi. Dua hari setelah pemberian intervensi, dilakukan post
test 1 untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi contoh setelah diberikan
intervensi pendidikan gizi. Post test 2 dilakukan setelah tiga hari pemberian post
test 1, dilakukannya post test 2 ditujukan untuk mengetahui ingatan contoh
terhadap materi pendidikan gizi dalam waktu singkat. Pada Gambar 3 disajikan
taraf perlakuan yang diberikan pada penelitian.
.
10
(2 hari kemudian)
(3 hari kemudian)
signifikansi perbedaan yang terjadi antara pre test, post test 1, dan post test 2 pada
masing-masing kelompok perlakuan (p<0.05), sedangkan Kruskal-Wallis
digunakan untuk mengetahui perbedaan skor pengetahuan gizi sebelum dan
sesudah pemberian media pada ketiga jenis kelompok perlakuan (p<0.05). Uji
Wilcoxon dan Kruskal-Wallis digunakan karena distribusi data pengetahuan gizi
contoh tidak normal.
Tabel 1 Jenis variabel yang diolah
Jenis Contoh
No Cara perhitungan Skor Kategori
variabel perhitungan
Pengetahuan <60 Kurang
ko ip ol h
1 gizi 60 – 80 Sedang
(sarapan) ko m k im m >80 Baik
Daya terima <40 Tidak suka
media j ml h on oh m milih k l n 40 – 60 Kurang suka
2
pendidikan o l on oh 60 – 80 Cukup suka
gizi >80 Sangat suka
Definisi Operasional
Contoh adalah anak usia sekolah dasar kelas 6 SD di SDN 05 Pengadilan, SDN
01 Pajajaran, dan SDN 02 Batu Tulis, dengan rentang usia 10 – 12 tahun.
Karakteristik contoh adalah ciri-ciri khusus yang terdapat pada contoh, meliputi
usia dan jenis kelamin.
Usia adalah ukuran satuan tahun contoh penelitian.
Jenis kelamin adalah klasifikasi contoh ke dalam kelompok laki-laki atau
perempuan.
Materi pendidikan gizi adalah bahan ajar gizi dengan tema sarapan yang
meliputi konsep dan penerapannya.
Media visual poster adalah alat peraga pendidikan gizi yang sebagian besar
berupa gambar, berukuran A2 yang ditempel pada dinding dan pintu
masuk kelas, serta berisi pesan gizi mengenai sarapan.
Media visual leaflet adalah alat peraga pendidikan gizi yang sebagian besar
berupa tulisan berukuran A4, berisi pesan gizi mengenai sarapan.
Pengetahuan gizi contoh adalah pemahaman contoh terhadap materi sarapan
yang diukur melalui hasil test sebelum dan sesudah pemberian materi
dengan menjawab 10 soal pertanyaan pilihan berganda.
Daya terima contoh adalah tingkat kesukaan contoh terhadap media poster dan
media leaflet yang dinilai berdasarkan komponen media berupa
tulisan/gambar pada media, warna media, dan bahasa pesan gizi pada
media.
13
contoh. Berikut disajikan sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pada pre test
yang dijawab benar pada Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi pre test yang
dijawab benar
Kelompok Kelompok
Kelompok Poster Total
No Jenis Pertanyaan Kontrol Leaflet
N % N % N % N %
1 Pengertian sarapan 36 97.3 36 100.0 38 100.0 110 99.1
2 Waktu sarapan 24 64.9 26 72.2 27 71.1 77 69.4
3 Akibat tidak sarapan 35 94.6 35 97.2 38 100.0 108 97.3
4 Manfaat sarapan 37 100.0 35 97.2 38 100.0 110 99.1
5 Sarapan mencegah
37 100.0 36 100.0 38 100.0 111 100.0
kegemukan
6 Jumlah energi dan
14 37.8 21 58.3 23 60.5 58 52.3
protein sarapan
7 Jenis makanan dalam
30 81.1 36 100.0 37 97.4 103 92.8
menu sarapan
8 Contoh menu sarapan
33 89.2 32 88.9 34 89.5 99 89.2
bergizi
9 Pemahaman jenis
26 70.3 20 55.6 29 76.3 75 67.6
menu sarapan bergizi
10 Jenis jajanan
16 43.2 11 30.6 10 26.3 37 33.3
pengganti sarapan
Berdasarkan Tabel 3, pada hasil pre test diketahui bahwa terdapat dua soal
dengan persentase jawaban benar terendah, yaitu pertanyaan nomor 6 mengenai
jumlah energi dan protein dalam sarapan (52.3%) dan pertanyaan nomor 10
mengenai jenis jajanan pengganti sarapan (33.3%). Pertanyaan nomor 6
merupakan jenis pertanyaan yang sama dengan pertanyaan nomor 10 pada
baseline data, yaitu kontribusi sarapan dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi
sehari, akan terapi digunakan bahasa yang lebih sederhana agar anak lebih mudah
memahami pertanyaannya. Jika dibandingkan dengan baseline data, terdapat
peningkatan persentase jawaban benar pada poin pertanyaan tersebut, yaitu dari
45.6% menjadi 52.3%, hal ini dapat terjadi karena bahasa pertanyaan yang
digunakan pada pre test lebih sederhana daripada yang digunakan pada baseline,
sehingga contoh lebih mudah memahami maksud pertanyaannya. Meskipun
demikian, pertanyaan nomor 10 mengenai jenis jajanan pengganti sarapan
merupakan pertanyaan dengan persentase jawaban terendah, hal ini dapat
disebabkan karena contoh kurang mendapatkan paparan informasi mengenai jenis
jajanan yang dapat menggantikan sarapan. Setelah diberikan pre test, kelompok
perlakuan mendapatkan intervensi berupa pendidikan gizi mengenai sarapan
melalui dua media yang berbedam yaitu poster dan leaflet. Dua hari setelah
diberikan intervensi, kelompok perlakuan diberikan post test 1 untuk melihat
apakah terjadi peningkatan atau penurunan pengetahuan gizi. Berikut disajikan
sebaran contoh berdasarkan pertanyaan post test 1 yang dijawab benar pada Tabel
4.
16
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi post test 1 yang
dijawab benar
Kelompok
Kelompok Poster Total
No Jenis Pertanyaan leaflet
N % N % N %
1 Pengertian sarapan 36 97.3 38 100.0 74 98.7
2 Waktu sarapan 30 81.1 33 86.8 63 84.0
3 Akibat tidak sarapan 37 100.0 38 100.0 75 100.0
4 Manfaat sarapan 37 100.0 38 100.0 75 100.0
5 Sarapan mencegah kegemukan 36 97.3 38 100.0 74 98.7
Jumlah energi dan protein
30 81.1 33 86.8 63 84.0
6 sarapan
Jenis makanan dalam menu
33 89.2 36 94.7 69 92.0
7 sarapan
8 Contoh menu sarapan bergizi 31 83.8 33 86.8 64 85.3
Pemahaman jenis menu
24 64.9 27 71.1 51 68.0
9 sarapan bergizi
Jenis jajanan pengganti
24 64.9 14 36.8 38 50.7
10 sarapan
serupa juga terjadi pada penelitian Egal dan Oldewage-Theron (2008) mengenai
evaluasi program pendidikan gizi pada anak usia enam dan tujuh tahun di wilayah
Vaal, sebaran contoh yang menjawab benar meningkat secara signifikan setelah
pemberian pendidikan gizi. Meningkatnya sebaran contoh yang menjawab benar
pada post test 1 dapat disebabkan oleh terpaparnya contoh dengan intervensi
pendidikan gizi (Cort dan Sovyanhadi 2004).
Peningkatan persentase jawaban benar pada post test 1 dan menurun
kembali pada post test 2 sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saloso
(2010) dan Ikada (2007), pada kedua penelitian tersebut, pertanyaan yang
meningkat persentase jawaban benarnya pada post test 1, kembali menurun pada
post test 2. Penurunan sebaran pertanyaan dijawab benar pada post test 2 dapat
disebabkan oleh menurunnya daya ingat siswa akan materi sarapan setelah jangka
waktu tertentu dan terpaparnya contoh dengan informasi lain. Oleh karena
penurunan daya ingat dan seleksi informasi yang terjadi pada contoh, pendidikan
gizi seharusnya diberikan secara berkelanjutan dan komprehensif (Motamedrezaei
et al 2013).
Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010), terdapat tiga domain
atau ranah dalam perilaku, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif, dan psikomotor.
Pengembangan materi dan media pendidikan gizi ini berfokus pada domain
kognitif dari perilaku. Domain kognitif merupakan ranah penting dalam
pembentukan perilaku seseorang, karena berdasarkan pengalaman dan penelitian
yang dilakukan oleh para ahli, perilaku yang didasarkan dari pengetahuan akan
lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Domain kognitif
atau pengetahuan artinya hasil tahu seseorang mengenai sebuah objek melalui
indera yang dimilikinya. Pengetahuan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indera
penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga) (Notoatmodjo 2010).
Terdapat enam tahapan dalam domain kognitif, yaitu tahu (know),
memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan evaluasi (evaluation). Tahu merupakan tahapan paling rendah dari
tingkat pengetahuan. Tahu merupakan hasil mengingat kembali dari suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat pengetahuan tahu dapat diukur melalui
pertanyaan-pertanyaan tertentu, yaitu menyebutkan menguraikan, mendefinisikan,
dan menyatakan (Notoatmodjo 2007). Pada soal yang diberikan kepada contoh,
soal nomor 1 (pengertian sarapan), nomor 2 (waktu sarapan), dan nomor 6
(jumlah energi dan protein sarapan) merupakan jenis pertanyaan pada tingkatan
tahu.
Tingkat pengetahuan yang kedua adalah memahami. Memahami artinya
suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar mengenai materi atau objek
yang telah diketahuinya dan dapat menginterpretasikannya secara benar
(Notoatmodjo 2007). Tingkat pengetahuan memahami dapat diukur melalui
pertanyaan menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan. Pada soal
yang diberikan kepada contoh, pertanyaan nomor 3 (akibat jika tidak sarapan),
nomor 4 (manfaat sarapan), dan nomor 5 (mengapa sarapan dapat mencegah
kegemukan) merupakan pertanyaan pada tingkat pengetahuan memahami.
Tingkat pengetahuan selanjutnya adalah aplikasi. Aplikasi merupakan
kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang telah dipelajarinya pada
situasi yang berbeda (Notoatmodjo 2007). Pada soal yang diberikan kepada
19
contoh, pertanyaan nomor 7 (jenis makanan dalam menu sarapan) dan pertanyaan
nomor 8 (contoh menu sarapan bergizi) merupakan jenis pertanyaan pada
tingkatan aplikasi.
Tingkat pengetahuan yang keempat adalah analisis. Analisis merupakan
kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian
mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
masalah atau objek yang diketahui. Indikasi seseorang sudah berada dalam tahap
analisis adalah jika orang tersebut sudah dapat membedakan, memisahkan,
mengelompokan, dan membuat bagan atau diagram terhadap objek tersebut
(Notoatmodjo 2010). pada soal yang diberikan kepada contoh, pertanyaan nomor
9 (pemahaman dan analisis menu sarapan bergizi yang dapat memenuhi
kebutuhan) dan nomor 10 (jenis jajanan pengganti sarapan) merupakan jenis
pertanyaan pada tingkatan analisis.
Tingkat pengetahuan yang kelima dan keenam adalah sintesis dan evaluasi.
Sintesis artinya kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam
satu hubungan yang logis dari komponen pengatahuan yang dimiliki atau
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada,
misalnya sudah dapat membuat ringkasan atau kesimpulan dari informasi yang
ada. Sedangkan evaluasi adalah kemampuan untuk justifikasi atau penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya seseorang
dapat menilai manfaat ikut suatu program tertentu (Notoatmodjo 2010).
Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa trend sebaran contoh yang
menjawab pertanyaan benar meningkat dari pre test ke post test 1, kemudian
menurun pada post test 2, terutama pada beberapa poin pertanyaan yang masih
<80% sebaran contoh yang menjawab benar, yaitu pada pertanyaan nomor 2
(waktu sarapan), nomor 6 (jumlah energi dan protein sarapan), nomor 9
(pemahaman jenis menu sarapan bergizi), dan nomor 10 (jenis jajanan pengganti
sarapan).
Pada pertanyaan tingkatan tahu, sebaran contoh yang menjawab benar
pertanyaan nomor 2 pada pre test adalah 69.4%, kemudian meningkat pada post
test 1 (84%), dan kembali menurun pada post test 2 (75.7%), sedangkan pada
pertanyaan nomor 6, persentase contoh yang menjawab benar pada pre test adalah
52.3%, kemudian meningkat pada post test 1 (84%), dan kembali menurun pada
post test 2 (68.5%), hal tersebut dapat disebabkan karena jenis pertanyaan ini
melibatkan angka-angka di dalamnya. Penelitian menunjukan bahwa pertanyaan
dengan jawaban berupa angka tertentu persentase jawaban benarnya lebih rendah,
karena orang cenderung bingung akan angka yang digunakan dan cenderung
terbolak-balik angkanya (Cort dan Sovyanhadi 2004).
Persentase contoh yang menjawab benar terendah terdapat pada pertanyaan
nomor 9 dan 10, yaitu pertanyaan pada tingkatan analisis. sebaran contoh yang
menjawab benar pertanyaan nomor 9 pada pre test adalah 67.6%, kemudian
meningkat pada post test 1 (68%), dan kembali menurun pada post test 2 (66.7%),
sedangkan pada pertanyaan nomor 6, persentase contoh yang menjawab benar
pada pre test adalah 33.3%, kemudian meningkat pada post test 1 (50.7%), dan
kembali menurun pada post test 2 (48.6%). Sebaran contoh yang menjawab benar
pada pre test, post test 1, dan post test 2 menurut domain kognitif disajikan di
dalam Gambar 5.
20
Gambar 5 Sebaran contoh yang menjawab benar pada pre test, post test 1,
dan post test 2 menurut domain kognitif
bersama dalam focus group discussion (FGD) yang diadakan bersama dengan
guru sekolah kelompok perlakuan dan kontrol. FGD dilakukan untuk mengetahui
apakah materi dan bahasa yang digunakan di dalam media sudah sesuai, selain itu
pada FGD tersebut disarankan untuk mengganti tokoh kartun terkenal yang
digunakan pada rancangan awal dan membuat tokoh-tokoh baru.
Pada tahap kedua, yaitu analisis output, dilakukan identifikasi jenis alat
peraga potensial yang akan digunakan, yaitu ditentukannya penggunaan poster
dan leaflet sebagai alat peraga potensial. Selain itu ditentukan juga tujuan dari
dilakukannya pendidikan gizi ini. Tujuan diberikannya pendidikan gizi dapat
mencakup dua hal, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan
jangka pendek pendidikan gizi adalah adanya peningkatan pengetahuan gizi,
sedangkan tujuan jangka panjang pendidikan gizi adalah terjadinya perubahan
sikap dan perilaku yang mengarah pada perbaikan status gizi (Muehlhoff dan
Sherman 2007). Pada penelitian ini, tujuan diberikannya pendidikan gizi adalah
terjadinya peningkatan pengetahuan gizi pada contoh.
Tahap ketiga, yaitu tahap analisis outcome, dampak yang diinginkan pada
pemberian pendidikan gizi ini adalah terjadinya perubahan pengetahuan (kognitif),
dilakukan pula analisis dan evaluasi dampak. Analisis dan evaluasi dampak
dilakukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan tujuan pendidikan.
Analisis dan evaluasi merupakan tahap penting dalam proses pendidikan gizi,
pendidik dapat menyimpulkan apakah program pendidikan yang diberikan sudah
sesuai dengan tujuan atau belum (Contento 2007).
Pengembangan materi penting untuk dilakukan dalam pemberian
pendidikan gizi, materi yang diberikan kepada sasaran didik atau contoh harus
sesuai, misalnya penggunaan bahasa pada materi, tahap perkembangan kognitif
contoh, dan sebagainya. Materi yang disampaikan dalam sebuah media sama
pentingnya dengan penggunaan media tersebut. Media pendidikan akan menjadi
tidak berguna jika materi yang disampaikan tidak sesuai (Clark 1983).
Daya terima contoh dapat diartikan sebagai tingkat kesukaan contoh pada
intervensi yang diberikan, atau dalam hal ini adalah media pendidikan gizi yang
diberikan. Terdapat enam aspek yang digunakan dalam melihat daya terima
contoh terhadap media visual poster, yaitu pemahaman materi, ukuran tulisan,
menarik atau tidaknya gambar, komposisi warna, pesan gizi yang disampaikan,
dan kesukaan terhadap poster secara keseluruhan. Digunakan skala likert empat
poin pada pengukuran daya terima contoh, dengan kategori skor yang digunakan
adalah tidak menyukai media untuk skor <40, kurang menyukai media untuk skor
40 – 60, cukup menyukai media untuk skor 60 – 80, dan sangat menyukai media
untuk skor >80 (Saloso 2010).
menyebabkan pesan menjadi sulit dibaca, sedangkan ukuran tulisan yang terlalu
besar akan memberi kesan terlalu penuh dan menumpuk. Ukuran tulisan pada
poster yang terlalu kecil maupun terlalu besar akan membuat contoh cenderung
menjadi enggan untuk membaca pesan yang disampaikan (Moriarty 1991).
Terdapat enam aspek yang digunakan dalam melihat daya terima contoh
terhadap media visual leaflet, yaitu pemahaman materi, ukuran tulisan, menarik
atau tidaknya gambar, komposisi warna, pesan gizi yang disampaikan, dan
kesukaan terhadap leaflet secara keseluruhan. Digunakan skala likert empat poin
pada pengukuran daya terima contoh, dengan kategori skor yang digunakan
adalah tidak menyukai media untuk skor <40, kurang menyukai media untuk skor
40 – 60, cukup menyukai media untuk skor 60 – 80, dan sangat menyukai media
untuk skor >80 (Saloso 2010).
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan aspek ukuran tulisan pada media leaflet
Kelompok Perlakuan Media Leaflet
Ukuran Tulisan pada Media Leaflet
N %
Tulisan Dapat Terbaca dengan Baik 38.0 100
Tulisan Terlalu Besar 0.0 0.0
Tulisan Terlalu Kecil 0.0 0.0
Tulisan Tidak Dapat Terbaca dengan Baik 0.0 0.0
Total 38.0 100.0
terutama contoh, sehingga dapat menarik minat contoh untuk membaca pesan gizi
yang disampaikan (Moriarty 1991). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Oshagh et al (2011) mengenai efek leaflet pada pengetahuan kesehatan gigi orang
tua menunjukan bahwa contoh lebih menyukai leaflet buatan peneliti yang
dirancang ulang dan penuh warna, dibandingkan dengan leaflet dari The British
Dental Health Foundation (BDHF) yang tidak berwarna.
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan aspek pesan gizi pada media leaflet
Kelompok Perlakuan Media Leaflet
Pesan Gizi pada Media Leaflet
N %
Sangat Mudah Dipahami 14.0 36.8
Mudah Dipahami 24.0 63.2
Sulit Dipahami 0.0 0.0
Sangat Sulit Dipahami 0.0 0.0
Total 38.0 100.0
Pengetahuan Gizi
Skor pengetahuan gizi contoh diperoleh dari hasil pre test, post test 1, dan
post test 2. Berdasarkan Khomsan (2000), skor pengetahuan gizi dikategorikan
kurang jika skor <60, sedang jika skor 60 – 80, dan baik jika skor >80. Terdapat
tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok perlakuan kontrol, kelompok perlakuan
poster, dan kelompok perlakuan leaflet. Pada kelompok perlakuan poster dan
leaflet, dilakukan tiga kali pemberian pertanyaan mengenai pengetahuan gizi,
yaitu pre test yang merupakan pemberian pertanyaan sebelum diberikan intervensi
media pendidikan gizi, kemudian post test 1 dan post test 2 yang merupakan
pemberian pertanyaan pengetahuan gizi sarapan setelah diberikan intervensi
media pendidikan gizi, sedangkan pada kelompok kontrol hanya dilakukan
pemberian pertanyaan pada pre test dan post test 2. Berikut disajikan hasil pre test,
post test 1, dan post 2 pada ketiga kelompok perlakuan dalam Tabel 18.
Tabel 18 Pengetahuan gizi contoh pada ketiga kelompok perlakuan
Pengetahuan Kelompok Kelompok Kelompok Uji
gizi contoh Poster Kontrol Leaflet Kruskal-
N % N % N % Wallis
Kurang 1.0 2.7 0.0 0.0 0.0 0.0
Sedang 15.0 40.5 15.0 41.7 9.0 23.7
Pre Baik 21.0 56.8 21.0 58.3 29.0 76.3 p = 0.303
test
Total 37.0 100.0 36.0 100.0 38.0 100.0
Rata-rata ±
SD 77.8 ± 12.5 80.0 ± 11.7 82.1 ± 10.2
Kategori Sedang Sedang Baik
Kurang 0.0 0.0 0.0 0.0
Sedang 10.0 27.0 Kontrol tidak 5.0 13.2
Post Baik 27.0 73.0 ada post test 1 33.0 86.8 p = 0.000
test 1
Total 37.0 100.0 38.0 100.0
Rata-
85.9 ± 13.4 86.3 ± 10.5
rata±SD
Kategori Baik Baik
Kurang 0.0 0.0 0.0 0.0 2.0 5.3
Sedang 7.0 18.9 24.0 66.7 15.0 39.5
dikategorikan sesuai dengan cut off dari skor yang telah dijadikan persen.
Kategori tingkat pengetahuan gizi terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu kategori
tinggi atau baik (>80%), sedang (60% - 80%), dan rendah atau kurang (<60%),
pada beberapa penelitian juga dapat digunakan nilai rata-rata pengetahuan gizi
(Khomsan 2000). Pengukuran tingkat pengetahuan gizi diberikan melalui
pertanyaan pre test, yaitu pertanyaan yang diberikan sebelum materi pendidikan
gizi diberikan dan post test, yaitu pertanyaan yang diberikan setelah materi
pendidikan gizi diberikan.
Pre test diberikan di tahap awal penelitian. Berdasarkan Khomsan (2000),
baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan media visual (poster dan
leaflet),) berada pada kategori tingkat pengetahuan gizi yang berbeda. Pada pre
test 1, kelompok perlakuan 1, yaitu pemberian media poster, memiliki tingkat
pengetahuan sedang (77.8 ± 12.5), kelompok perlakuan 3, yaitu pemberian media
leaflet memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik (82.1 ± 10.2) sedangkan pada
kelompok kontrol memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang (80.0 ± 11.7).
Hasil post test 1 menunjukan bahwa terdapat peningkatan skor
pengetahuan gizi pada kelompok perlakuan media poster dan leaflet, sedangkan
pada kelompok kontrol tidak dilakukan. Kelompok perlakuan media poster
mengalami peningkatan skor pengetahuan gizi (77.8 ± 12.5 menjadi 85.9 ± 13.4, p
= 0.003; p<0.05) sehingga kategori tingkat pengetahuan gizi yang awalnya
kategori sedang meningkat menjadi kategori baik dengan peningkatan
pengetahuan gizi yang signifikan atau berbeda nyata di antara pre test dan post
test 1. Kelompok perlakuan leaflet mengalami peningkatan skor pengetahuan gizi
(82.1 ± 10.2 menjadi 86.3 ± 10.5, p = 0.021; p<0.05) dengan kategori
pengetahuan gizi tetap, yaitu kategori baik dan peningkatan pengetahuan gizi yang
signifikan atau berbeda nyata di antara pre test dan post test 1. Meningkatnya skor
pengetahuan gizi dari pre test ke post test 1 menunjukan bahwa pemberian
pendidikan gizi dengan media yang sesuai dapat memberikan pengetahuan pada
contoh sehingga tingkat dan skor pengetahuan gizinya menjadi meningkat. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Shariff (2008) dan Vijayapushpam (2009),
yaitu meningkatnya pengetahuan gizi contoh setelah diberikan intervensi
pendidikan pada periode waktu tertentu, hal tersebut disebabkan oleh terpaparnya
contoh dengan informasi pengetahuan gizi
Pada hasil post test 2, dilakukan pengukuran skor pengetahuan gizi pada
kedua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pengukuran skor pengetahuan
gizi pada ketiga kelompok tersebut menunjukan hasil yang beragam. Kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan media poster mengalami kenaikan skor
pengetahuan gizi, dengan kategori pengetahuan gizi tetap, sedangkan kelompok
perlakuan leaflet mengalami penurunan skor pengetahuan gizi, akan tetapi tidak
mempengaruhi kategori pengetahuan gizi kelompok tersebut. Kelompok kontrol
meningkat skor pengetahuan gizinya pada pre test dan post test 2 (80.0 ± 11.7
menjadi 81.1 ± 10.4, p = 0.498; p>0.05). Kenaikan skor pengetahuan gizi pada
kelompok kontrol dapat disebabkan oleh kemungkinan terpaparnya kelompok
kontrol dengan pengetahuan gizi dari media lainnya. Menurut Notoatmodjo
(2007), peningkatan pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
tingkat pendidikan yang dimiliki, akses terhadap sumber informasi, pengalaman,
dan kegiatan penyuluhan. Kelompok perlakuan media poster juga mengalami
peningkatan skor pengetahuan gizi pada post test 1 dan post test 2 (85.9 ± 13.4
33
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
of Agriculture, Food and Nutrition Services. Institute for Obesity Research and
Program Evaluation. United States.
Motamedrezaei O, Moodi M, Miri MR, Khodadadi M. 2013. The Effect of
Nutrition and Food Hygiene Education on the Knowledge of Female
Elementary School Teachers in City of Ferdows. J Edu Health Promot. 2:10
Moriarty SE. 1991. Creative Advertising: Theory and Practice Second Edition.
Republic of Singapore: Prentice-Hall International Editions.
Muehlhoff E, Sherman J. 2007. Developing a Nutrition and Health Education
Program for Primary Schools in Zambia. J Nutr Educ Behav. 39:335-342.
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
___________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Oshagh M, Danaei SM, Ghahremani Y, Pujuhi N, Boushehri SG. 2011. Impact of
nE ion l L fl on P n ’ knowl g n Aw n of Chil n’ on
Orthodontic Problem in Shiraz. EMHJ. 17(2).
Rachmaniah M, Tanziha I, Firman I, Herdiani Y. 2013. Peningkatan kesehatan
masyarakat melalui nteractive breakfast nutrition learning content management
system berbasis mobile untuk siswa sekolah dasar. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
Roberto CA. . Infl n of Li n Ch on Chil n’ T te and
Snack Preferences. Pediatrics. 126(1): 88-93.doi:10.1542/peds.2009-3433.
Sadiman AS, Rahardjo R, Haryono A, dan Rahardjito. 2006. Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfataannya. Jakarta: Pustekkom Dikbud
dan PT RajaGrafindo Persada.
Saloso I. 2010. Pengaruh media audio (lagu anak-anak) dan media visual (kartu
bergambar) terhadap pengetahuan gizi (PUGS dan PHBS) serta tingkat
penerimaannya pada anak usia sekolah dasar negeri di Kota Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Shariff et al. 2008. Nutrition Education Intervention Improves Nutrition
Knowledge, Attitude, and Practices of Primary School Children: A Pilot Study.
International Electronic Journal of Health Education. 11: 119-132.
Sleight DA. 2009. Characteristics of an Effective Poster. OMERAD and Michigan
State University Board of Trustees.
Sovyanhadi M, Cort MA. 2004. Effectiveness of Various Nutrition Education
Teaching Methods for High School Students: a Case Study in Alabama, United
States. Mal J Nutr. 10(1): 31-37.
Sudo N. 2011. Characteristics of Educational Leaflets that Attract Pregnant
Women. Health Services Insight. 4:1-10.
The American Dairy Association and Dairy Council, Inc (US). 2009. The
Nutritional and Academic Implication of Breakfast: Supporting methods for
increasing breakfast consumption among children and adolescents [paper]
Utter J, Scragg R, Mhurchu CN, Schaff D. 2007. At-home breakfast consumption
among New Zealand children: Associations with nutrition behavior. Journal of
the American Dietetic Association. 107:570-576.
Vijayapushpam T, Antony GM, Rao GM, Rao D. 2009. Nutrition and Health
Education Intervention for Student Volunteers: Topic-wise Assesment of
Impact Using a Non-parametric Test. Public Health Nutrition. 13 (1): 131-136.
[WHO]. 1992. Pendidikan Kesehatan. Penerjemah: Ida Bagus Tjitarsa. Bandung:
Penerbit ITB dan Universitas Udayana.
37
9. Jika hanya sarapan dengan roti, menurut kamu apakah sudah cukup
memenuhi kebutuhan gizi dari sarapan?
a. Sudah cukup.
b. Tidak cukup, seharusnya ditambah dengan buah.
c. Tidak cukup, seharusnya ditambah dengan buah dan sumber protein.
10. Jika kamu tidak sempat sarapan di rumah, maka sebaiknya makanan
jajanan yang sebaiknya dibeli sebagai pengganti sarapan adalah...
a. Nasi uduk saja.
b. Nasi uduk dengan tempe goreng.
c. Nasi uduk dengan tempe goreng dan pepaya.
RIWAYAT HIDUP
Defika Annisa Cita merupakan anak pertama dari Deden Rucita Hidayat
Ahmad dan Rifka Netawati, yang dilahirkan di Sidoharjo, Lampung, pada 14 Mei
1992. Pada tahun 2007, penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 1 Kota Serang dan pada tahun 2010, lulus dari Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 1 Kota Serang. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
Selama di IPB, penulis aktif mengikuti berbagai organisasi tingkat kampus
maupun departemen, seperti International Association of Students in Agriculture
and Related Sciences Local Committee IPB (IAAS LC IPB), IPB Debating
Community (IDC), Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (Himagizi), dan Badan
Konsultasi Gizi (BKG). Penulis juga aktif mengikuti beberapa kegiatan non-
akademik, seperti menjadi delegasi World Trade Organization (WTO) dalam
Indonesia Model United Nations (IMUN) 2010, semifinalis nasional Danone
Young Social Entrepreneurship (DYSE) 2013, delegasi IPB dan Indonesia dalam
The 4th International Agricultural Students Symposium, juara 2 internal IVED
selection english debating competition 2010, juara 2 CONCERTO english
debating competition 2011, sekaligus meraih penghargaan best speaker,
Semifinalist Novice Indonesia Varsity English Debating Championship 2013,
Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) didanai DIKTI pada tahun 2011,
yaitu PKM bidang Kewirausahaan dengan judul Pemanfaatan Limbah Tepung
Agar sebagai Bahan Pakan Konsentrat Ternak Sapi yang Ekonomis, Ramah
Lingkungan, dan Sarat Gizi serta pada tahun 2014, yaitu PKM bidang
P ng b i n k p m y k ng n j lK Gizi P i “KARGIPEDIA”
sebagai solusi efektif peningkatan pengetahuan gizi dalam upaya optimalisasi
kesehatan Orang Dengan HIV AIDS (ODHA).
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pengantar Biokimia
Gizi pada tahun 2012 dan asisten praktikum mata kuliah Metabolisme Zat Gizi
pada tahun 2013. Penulis pernah menjadi volunteer atau relawan dalam Festival
Gerakan Indonesia Mengajar tahun 2013 dan Final Olimpiade Sains Kuark tahun
2014. Penulis menyelesaikan masa kuliah kerja profesi di desa Ciadeg,
Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan masa internship
dietetic di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.