Anda di halaman 1dari 52

PENGEMBANGAN MATERI DAN DAYA TERIMA PENDIDIKAN

GIZI MELALUI MEDIA VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN


GIZI ANAK USIA SEKOLAH DASAR

DEFIKA ANNISA CITA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Materi


dan Daya Terima Pendidikan Gizi Melalui Media Visual Terhadap Pengetahuan
Gizi Anak Usia Sekolah Dasar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Defika Annisa Cita


NIM I14100145
ABSTRAK
DEFIKA ANNISA CITA. Pengembangan Materi dan Daya Terima
Pendidikan Gizi Melalui Media Visual Terhadap Pengetahuan Gizi Anak Usia
Sekolah Dasar. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA.

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan materi pendidikan gizi


dengan tema sarapan melalui media visual poster dan leaflet, serta mengetahui
daya terimanya terhadap tingkat pengetahuan gizi sekolah dasar negeri di Kota
Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah quacy experimental study pre
test post test non-equivalent control group. Contoh sekolah dasar diambil dengan
metode purposive sampling, dengan total 111 contoh, yang terdiri dari 36 contoh
SDN 01 Pengadilan, 37 contoh SDN 05 Padjajaran, dan 38 contoh SDN 02 Batu
Tulis. Uji Wilcoxon pada skor pengetahuan gizi menunjukan peningkatan
signifikan pada kelompok poster, yaitu dari 77.8 ± 12.5 ke 85.9 ± 13.4 pada pre
test-post test 1 (p = 0.003) dan dari 77.8 ± 12.5 ke 86.5 ± 12.1 pada pre test-post
test 2 (p = 0.002). Uji Kruskal-Wallis menunjukan perbedaan skor yang signifikan
pada post test 1 di antara ketiga kelompok (p = 0.000). Daya terima kesukaan
secara keseluruhan media poster lebih tinggi daripada leaflet, yaitu 83.8%.

Kata kunci: daya terima media, media pendidikan gizi, pengembangan


materi, pengetahuan gizi

ABSTRACT
DEFIKA ANNISA CITA. Developing Nutrition Education Through Visual
Media and Its Level of Acceptance Towards Elementary School Students’
Nutrition Knowledge. Supervised by IKEU TANZIHA.

The aim of this study was to develop nutrition education through visual
media, which are poster and leaflet, and analyze their level of acceptance towards
the elementary school students’ nutrition knowledge in Bogor. This research was
a quacy experimental study pre test post test non-equivalent control group design.
The sample of schools were taken by using purposive sampling, with total number
of sample was 111, which were 36 samples from SDN 01 Padjajaran, 37 samples
from SDN 05 Pengadilan, and 38 samples from SDN 02 Batu Tulis. Non-
parametrical test of Wilcoxon Matched-Pairs Signed-Ranks Test done in the
nutrition knowledge scores showed that there was a significant increased result in
poster experiment group, which were from 77.8 ± 12.5 to 85.9 ± 13.4 in pre test-
post test 1 (p = 0.003) and from 77.8 ± 12.5 to 86.5 ± 12.1 in pre test-post test 2
(p = 0.002). Kruskal-Wallis Test done between groups showed that there was a
significant difference on nutrition knowledge scores among those groups (p =
0.000). The level of acceptance as a whole in poster was higher than leaflet,
which was 83.8%.

Key words: developing nutrition education, nutrition education media,


nutrition education media acceptance level, nutrition knowledge
PENGEMBANGAN MATERI DAN DAYA TERIMA PENDIDIKAN
GIZI MELALUI MEDIA VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN
GIZI ANAK USIA SEKOLAH DASAR

DEFIKA ANNISA CITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pengembangan Materi dan Daya Terima Pendidikan Gizi Melalui
Media Visual Terhadap Pengetahuan Gizi Anak Usia Sekolah
Dasar
Nama : Defika Annisa Cita
NIM : I14100145

Disetujui oleh

Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini adalah media
pendidikan gizi, dengan judul Pengembangan Materi dan Daya Terima
Pendidikan Gizi Melalui Media Visual Terhadap Pengetahuan Gizi Anak Usia
Sekolah Dasar. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah
memberikan kesempatan, motivasi, bimbingan, dan arahan sejak awal
penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, M.Kes selaku dosen pemandu seminar dan penguji
atas saran dan perbaikan dalam penulisan skripsi.
3. Tiurma Sinaga, MFSA selaku dosen pembimbing akademik dan
pembimbing internship dietetics (ID) yang telah memberikan bimbingan
selama masa awal perkuliahan dan ID.
4. Mama (Rifka Netawati), Papa (Deden Rucita Hidayat Ahmad), Adik
(Muhammad Bayu Rucita), dan keluarga atas motivasi, dukungan, doa,
dan kasih sayangnya.
5. Kepala sekolah, guru-guru, dan siswa SDN 01 Padjajaran, SDN 02 Batu
Tulis, serta SDN 05 Pengadilan atas pemberian izin, sarana, dan waktu
untuk terlaksananya penelitian ini.
6. Noor Hidayatuzzakiah, yang merupakan teman sekamar penulis pada saat
tingkat akhir, Febrinita Ulfah, yang merupakan teman sekamar penulis
pada tingkat persiapan bersama yang selalu memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis, Fransisca Gita, serta teman-teman asrama
Sylvasari.
7. Fara, Wilda, Siti Habibah, Pamila, Ridhat, Rizka, Rossy, Kharisma
Tamimi, Addin, Maryam, Annizaf, dan semua teman-teman Gizi
Masyarakat 47 yang selalu mendukung penulis.
8. Fadila, Dodi, teman-teman IAAS LC IPB dan IPB Debating Community
yang selalu memotivasi penulis.
9. Keitaro Goto, Teng Chin Yan, Faradila, dan teman-teman The 4th IASS
yang selalu memberikan dukungan dan inspirasi kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Defika Annisa Cita


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 6
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 6
Teknik Pemilihan dan Penarikan Contoh 6
Proses Pembuatan Media 7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 8
Pengolahan dan Analisis Data 11
Definisi Operasional 12
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Pengembangan Materi dan Media Pendidikan Gizi 13
Daya Terima Contoh Terhadap Media Visual Poster 21
Daya Terima Contoh Terhadap Media Visual Leaflet 26
Pengetahuan Gizi 30
SIMPULAN DAN SARAN 35
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN 37
RIWAYAT HIDUP 40
DAFTAR TABEL
1 Jenis variabel yang diolah 12
2 Baseline data sebaran contoh berdasarkan jawaban benar 13
3 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi
pre test yang dijawab benar 15
4 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi
post test 1 yang dijawab benar 16
5 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi
post test 2 yang dijawab benar 16
6 Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada
media poster 22
7 Sebaran contoh berdasarkan aspek ukuran tulisan pada
media poster 22
8 Sebaran contoh berdasarkan aspek komposisi warna pada
media poster 23
9 Sebaran contoh berdasarkan aspek gambar pada media poster 24
10 Sebaran contoh berdasarkan aspek pesan gizi pada media poster 24
11 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap media
poster secara keseluruhan 25
12 Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada
media leaflet 26
13 Sebaran contoh berdasarkan aspek ukuran tulisan pada
media leaflet 27
14 Sebaran contoh berdasarkan aspek komposisi warna pada
media leaflet 27
15 Sebaran contoh berdasarkan aspek gambar pada media leaflet 28
16 Sebaran contoh berdasarkan aspek pesan gizi pada media leaflet 29
17 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap media
leaflet secara keseluruhan 29
18 Pengetahuan gizi contoh pada ketiga kelompok perlakuan 30

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 5
2 Proses penarikan contoh 7
3 Taraf perlakuan contoh 10
4 Grafik sebaran contoh berdasarkan pertanyaan yang dijawab
benar 17
5 Sebaran contoh yang menjawab benar pada pre test, post test 1, 20

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner pengetahuan gizi mengenai sarapan untuk siswa 37
2 Kuesioner daya terima media pendidikan gizi untuk siswa 38
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sarapan merupakan makanan dan minuman pertama yang dikonsumsi


pada pagi hari untuk menyediakan zat gizi yang dapat digunakan untuk
melakukan aktivitas dengan baik dan bermanfaat sebagai sumber energi utama di
pagi hari sehingga dapat menjaga kestabilan glukosa darah. Sarapan juga
menyediakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh pada pagi hari sehingga
membuat gerak tubuh lebih aktif menjaga konsenstrasi, dapat mencegah
terjadinya hipoglikemia, sakit kepala, dan kegemukan, serta untuk membentuk
kebiasaan makan sehat.
Sarapan yang sehat mengandung zat gizi yang dapat memenuhi 15 – 25%
dari angka kecukupan gizi (AKG) sesuai umur, memenuhi kebutuhan serat
makanan, rendah lemak, serta minumannya terdiri dari air putih, susu, atau teh.
Sarapan sehat terdiri dari makanan dan minuman yang mengikuti Pedoman
Umum Gizi Seimbang (PUGS), yaitu terdiri dari karhohidrat, protein hewani,
protein nabati, sayuran, dan buah (Hardinsyah 2012).
Sejak tahun 1995 Familiarize Breakfast (Biasakan makan pagi)
merupakan poin ke-8 pesan yang terdapat di dalam Pedoman Gizi Seimbang
(Hardinsyah 2012). Meskipun demikian, berdasarkan data Riskesdas (2010) yang
diambil dari 35.000 anak usia sekolah (AUS) menunjukan bahwa 26.1% AUS
hanya sarapan dengan minuman, seperti air putih, susu, atau teh, sedangkan
44.6% AUS mempunyai kualitas sarapan yang rendah (<15% AKG). Hal tersebut
menunjukan bahwa sebagian besar AUS tidak sarapan dengan kualitas yang baik,
bahkan sebagian besar dari mereka melewatkan sarapan. Masalah sarapan pada
AUS tidak hanya terjadi di Indonesia sebagai negara berkembang, sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Utter et al (2007) di Selandia Baru, menunjukan
bahwa sebanyak 100.000 AUS melewatkan sarapan minimal satu kali dalam
seminggu dan 36.000 AUS tidak sarapan sama sekali di rumah pada minggu
sekolah. Penelitian lainnya di Amerika Serikat menunjukan bahwa sebanyak 50%
AUS melewati sarapan hampir setiap hari (The American Dairy Association and
Dairy Council 2009). Banyaknya angka AUS, terutama sekolah dasar (SD),
melewatkan sarapan selain disebabkan oleh faktor ekonomi, juga disebabkan oleh
ketidaktahuan AUS mengenai manfaat sarapan dan dampaknya jika tidak sarapan,
serta AUS kurang dibekali pengetahuan gizi mengenai makanan apa yang
seharusnya dikonsumsi pada saat sarapan agar kebutuhan energinya terpenuhi.
Peningkatan pengetahuan AUS mengenai sarapan dapat dilakukan dengan
pendidikan gizi. Pendidikan gizi perlu diberikan kepada AUS untuk menunjang
status kesehatan anak. AUS merupakan target pendidikan gizi paling penting,
karena kebiasaan makan, terutama kebiasaan sarapan, terbentuk pada masa anak-
anak, sehingga dapat mempengaruhi kebiasaan sarapan pada kehidupan
seterusnya (Devi 2012). Kebiasaan anak dapat dibentuk sedari dini di lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Salah satu lingkungan pembentuk kebiasaan
adalah sekolah. Anak usia sekolah menghabiskan waktunya sebanyak 6 – 7 jam di
sekolah. Rentang waktu yang panjang tersebut menyebabkan sekolah menjadi
salah satu lingkungan pembentuk kebiasaan yang efektif, selain itu keterlibatan
2

tenaga pengajar juga merupakan salah satu faktor efektifnya pembentukan


kebiasaan di sekolah (Devi 2012).
Program yang sudah dilakukan oleh pemerintah selama ini adalah
penyuluhan gizi, yaitu salah satu metode penyampaian materi pengetahuan gizi
secara massal atau dihadapan publik (WHO 1992). Penyuluhan gizi tidak terlepas
dari media yang digunakan, dalam mengunakan media pendidikan gizi perlu
dipertimbangkan karakteristik dan selera sasaran penyuluhan sehingga pesan gizi
yang disampaikan dapat diterima secara efektif (Khomsan 2000). Media
pendidikan gizi yang digunakan untuk penyuluhan yang dilakukan pemerintah
pada saat ini adalah leaflet dan poster, akan tetapi leaflet dan poster yang
digunakan dinilai terlalu rumit dari segi penggunaan bahasa dan kurang menarik
dari segi penampilan sehingga AUS tidak tertarik dan cenderung tidak mengerti
dengan isi materi leaflet dan poster tersebut sehingga pesan gizi yang disampaikan
menjadi tidak efektif, padahal media poster dan leaflet merupakan media yang
paling mudah untuk dicapai dan diberikan kepada semua kalangan AUS di
berbagai daerah (WHO 1992).
Maka dari itu diperlukan pengembangan materi media visual berupa poster
dan leaflet yang sesuai sehingga pesan gizi yang disampaikan menjadi efektif.
Oleh karena pentingnya sarapan dan pemberian pengetahuan kebiasaan sarapan
sejak dini pada AUS, penggunaan media visual leaflet dan poster diharapkan
dapat menjadi media yang efektif dalam menyampaikan pesan gizi sarapan,
sehingga diperlukan suatu penelitian untuk melakukan pengembangan materi
yang sesuai, serta untuk mengetahui pengaruh media visual poster dan leaflet
terhadap pengetahuan gizi (sarapan) AUS di Kota Bogor.

Perumusan Masalah

Masalah kebiasaan untuk tidak sarapan atau sarapan dengan makanan yang
tidak bergizi dan berimbang pada anak usia sekolah (AUS) menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan intik zat gizi dengan aktivitas AUS pada masa
pertumbuhan dan perkembangan. Masalah pada sarapan tersebut disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan AUS terhadap manfaat dari sarapan dan akibat dari
melewatkan sarapan, serta pengetahuan mengenai makanan bergizi dan berimbang
yang seharusnya dikonsumsi pada saat sarapan.
Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, diperlukan adanya
pengembangan media informasi yang komunikatif untuk menyampaikan pesan
gizi, terutama mengenai sarapan, kepada AUS, sehingga AUS dapat menerima
dan memahami pesan gizi tersebut secara optimal. Pertanyaan yang muncul
adalah bagaimana daya terima AUS terhadap media pendidikan gizi visual, yaitu
leaflet dan poster, serta seberapa besar pengaruh kedua media tersebut terhadap
peningkatan tingkat pengetahuan AUS.
3

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi pendidikan gizi
dengan tema sarapan dan analisis daya terima siswa terhadap media, serta
pengaruhnya terhadap pengetahuan gizi siswa sekolah dasar negeri di Kota Bogor.

Tujuan Khusus
1. Melakukan pengembangan materi pendidikan gizi melalui media poster dan
leaflet.
2. Menganalisis daya terima media poster.
3. Menganalisis daya terima media leaflet.
4. Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan contoh sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompol poster dan kelompok leaflet, serta pada kelompok
kontrol.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai media


pendidikan gizi yang efektif diberikan kepada AUS untuk menyampaikan pesan-
pesan gizi mengenai sarapan sehingga dapat meningkatkan tingkat pengetahuan
anak usia sekolah (AUS). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini selanjutnya
dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam melakukan inovasi terhadap media
pendidikan gizi yang efektif sesuai dengan target pendidikan. Bagi pembaca,
diharapkan dapat menambah wawasan dan literatur dalam melakukan penelitian
selanjutnya.

KERANGKA PEMIKIRAN

Pendidikan adalah sebuah proses penyampaian informasi untuk membuat


perubahan terhadap seseorang, baik pengetahuan, sikap, maupun perilaku, dari
yang awalnya tidak tahu menjadi tahu. Terdapat tiga unsur utama dalam proses
pendidikan, yaitu pendidik sebagai sumber informasi, media pendidikan gizi
sebagai alat bantu penyampaian informasi, dan peserta didik sebagai sasaran
pendidikan. Pendidikan gizi merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan
gizi dari pendidik kepada peserta didik dengan tujuan membantu peserta didik
mengetahui hal-hal berkaitan dengan gizi yang sebelumnya tidak diketahui
(Khomsan 2000). Terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi proses
pendidikan gizi, yaitu penggunaan media pendidikan gizi, faktor eksternal, dan
faktor internal (Saloso 2010).
Proses pendidikan gizi dengan menggunakan media (alat peraga) artinya
memperlihatkan situasi yang hampir mirip dengan kenyataan kepada sasaran
pendidikan, dengan cara tersebut diharapkan sasaran akan lebih mudah dan cepat
menangkap pesan yang disampaikan. Hal tersebut didukung oleh banyaknya
penelitian yang menunjukan bahwa penggunaan alat peraga dapat meningkatkan
4

daya serap sasaran (Khomsan 2000). Terdapat berbagai jenis media pendidikan
gizi, yaitu media visual, media audio, dan media interaktif. Media audio
merupakan jenis media berupa suara seperti lagu dan musik, sedangkan media
interaktif merupakan jenis media yang melibatkan anak dalam suatu permainan,
misalnya pendidikan gizi dengan media ular tangga dan software permainan.
Media visual dalam pendidikan gizi merupakan media yang dapat dilihat, di
antaranya gambar, foto, kartu, buku, leaflet dan poster (Khomsan 2000). Jenis
media ini merupakan media yang dapat dibuat dan dipublikasikan dimana saja
sehingga media visual merupakan media yang paling mudah dijangkau.
Pemberian media pendidikan gizi visual melalui leaflet dan poster dapat
mempermudah serta meningkatkan motivasi anak dalam menerima pesan gizi. Hal
tersebut digambarkan dari tingkat penerimaan berdasarkan pada tingkat kesukaan
pada media. Peran pendidikan gizi dengan menggunakan media adalah membantu
proses pengiriman pesan gizi dari pemberi pesan kepada sasaran sehingga pesan
gizi yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh sasaran pendidikan
(Khomsan 2000). Selain faktor penggunaan media pendidikan gizi, faktor lainnya
yang mempengaruhi proses pendidikan gizi adalah faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah situasi dan kondisi belajar
dan sistem sosial ekonomi budaya (sosekbud). Faktor internal yang
mempengaruhi proses pendidikan gizi terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal
dari pendidik dan faktor internal yang terdapat pada sasaran pendidikan. Faktor
internal pendidik meliputi keterampilan komunikasi, keadaan fisiologis dan
psikologis, serta tingkat pengetahuan, sedangkan faktor internal sasaran
pendidikan meliputi sikap (kesiapan dan kesadaran), keadaan psikologis dan
fisiologis, pandangan hidup, kebiasaan, pengalaman, serta karakteristik sasaran
didik (Notoatmodjo 2010). Selain faktor internal, faktor eksternal sasaran didik
yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah pendidikan orang tua dan akses
terhadap informasi yang dimiliki oleh sasaran didik. Keberhasilan suatu proses
pendidikan gizi diketahui melalui indikator peningkatan pengetahuan gizi sasaran.
Peningkatan pengetahuan gizi selanjutnya dapat membentuk sikap dan perilaku
gizi sasaran pendidikan.
5

Gambar 1 Kerangka pemikiran


Keterangan:

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Pengaruh yang diteliti

Pengaruh yang tidak diteliti


6

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bagian dari Peningkatan kesehatan


masyarakat melalui interactive breakfast nutrition learning content management
system berbasis mobile untuk siswa sekolah dasar (Rachmaniah et al 2013).
Desain penelitian yang digunakan adalah quacy experimental study dengan
menggunakan rancangan pre test post test non-equivalent control group design.
Quacy experimental study merupakan jenis rancangan penelitian eksperimental
yang tidak mengambil subjek secara acak dari populasi, akan tetapi menggunakan
seluruh subjek dalam kelompok utuh (intact group) untuk diberikan perlakuan.
Jenis penelitian eksperimental ini dilakukan dalam penelitian di bidang
pendidikan, khususnya dalam pembelajaran, pelaksanaan penelitian tidak selalu
memungkinkan untuk terjadinya seleksi acak subjek, melainkan subjek telah
terbentuk secara alami ke dalam satu kelompok utuh, seperti kelompok siswa
dalam satu kelas. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive dengan
syarat bahwa sekolah dasar tempat penelitian merupakan sekolah dasar di Kota
Bogor dengan nilai akreditasi yang sama, sekolah dasar tersebut mudah diakses,
tidak menyulitkan dalam hal administrasi dan perizinan, serta contoh merupakan
siswa dalam satu kelas utuh. Penelitian dilaksanakan di tiga sekolah dasar di Kota
Bogor, yaitu SDN 01 Padjajaran, SDN 02 Batu Tulis dan SDN 05 Pengadilan
pada siswa kelas enam. Penelitian dilakukan pada bulan September – Oktober
2013 yang meliputi pengembangan materi pendidikan gizi, pembuatan media
poster dan leaflet serta pengambilan data. Pengolahan, analisis data, penafsiran
data, dan penyusunan laporan dilakukan pada bulan Maret – Juni 2014.

Teknik Pemilihan dan Penarikan Contoh

Populasi penelitian adalah siswa kelas enam sekolah dasar di SDN 01


Padjajaran, SDN 05 Pengadilan, dan SDN 02 Batu Tulis. Kriteria sekolah yang
diambil adalah sekolah dengan akreditasi A dan belum pernah mendapatkan
penyuluhan atau pendidikan gizi dari institusi manapun. Kriteria contoh penelitian
adalah siswa laki-laki dan perempuan usia 10 – 12 tahun, bersedia menjadi
responden penelitian dan mengikuti seluruh tahapan penelitian. Penarikan contoh
dilakukan dengan purposive sampling, yaitu diambil satu kelas enam pada
masing-masing sekolah dasar, kemudian dilakukan pengacakan, yaitu simple
random sampling untuk menentukan sekolah dengan kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol, kelompok perlakuan dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan
media berbeda, yaitu kelompok perlakukan media poster (SDN 05 Pengadilan)
dan kelompok perlakuan media leaflet (SDN 02 Batu Tulis), dan satu kelompok
kontrol (SDN 01 Padjajaran). Berdasarkan tiga kelompok penelitian tersebut
didapatkan contoh penelitian sebanyak 120 contoh, dengan masing-masing jumlah
contoh pada kelompok penelitian adalah 40, akan tetapi setelah dilakukan data
cleaning, jumlah contoh yang didapatkan adalah 111 contoh, dengan masing-
masing jumlah contoh, yaitu 37 siswa untuk kelompok perlakuan media poster, 38
7

siswa untuk kelompok perlakuan media leaflet, dan 36 siswa untuk kelompok
kontrol. Pada Gambar 2 disajikan proses penarikan contoh penelitian.

Gambar 2 Proses penarikan contoh


Pada tahap awal penelitian terdapat 40 siswa pada masing-masing sekolah
penelitian sehingga jumlah contoh penelitian adalah 120 siswa, akan tetapi pada
tahap penelitian selanjutnya terdapat beberapa siswa yang tidak dapat mengikuti
tahapan penelitian secara keseluruhan dengan alasan sakit dan izin keperluan
keluarga sehingga pada akhir penelitian total jumlah contoh adalah 111 siswa.

Proses Pembuatan Media

Jenis media pendidikan gizi yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari
dua media komunikasi visual, yaitu poster dan leaflet. Media poster dan leaflet
dipilih karena kedua media tersebut merupakan media yang paling mudah untuk
8

dicapai dan diberikan kepada semua kalangan diberbagai daerah (WHO 1992).
Langkah-langkah pembuatan poster dan leaflet diawali dari pemilihan tema,
perumusan materi atau pesan gizi yang ingin disampaikan, perancangan media
secara grafis, dan pencetakan media. Tema yang dilipih dalam poster dan leaflet
ini adalah sarapan, dengan materi atau pesan gizi yang disampaikan meliputi
pengertian sarapan, waktu sarapan, akibat tidak sarapan, manfaat sarapan, sarapan
mencegah kegemukan, jumlah energi dan protein sarapan, jenis makanan dalam
menu sarapan, contoh menu sarapan bergizi, pemahaman jenis menu sarapan
bergizi, dan jenis jajanan pengganti sarapan.
Ilustrasi pada poster dibuat secara manual dengan menggunakan perangkat
lunak Android S-memo pada Samsung Galaxy Note kemudian dilakukan proses
komputerisasi untuk menggabungkan ilustrasi-ilustrasi yang telah dibuat dengan
menggunakan perangkat lunak Microsoft Publisher. Ilustrasi dibuat berdasarkan
pesan gizi yang ingin disampaikan, misalnya untuk menyampaikan pesan gizi
akibat dari tidak sarapan dan manfaat sarapan, disajikan ilustrasi satu orang anak
yang bersemangat karena telah sarapan dan satu orang anak lainnya yang terlihat
lemas dikarenakan tidak sarapan. Pada pembuatan leaflet, disajikan beberapa
ilustrasi sederhana untuk menunjang pesan gizi yang disampaikan. Ukuran poster
yang dibuat adalah kertas A2.
Ilustrasi pada leaflet dibuat secara manual dengan menggunakan
perangkat lunak Android S-memo pada Samsung Galaxy Note dan dilakukan
proses komputerisasi untuk menggabungkan teks dan ilustrasi dengan
menggunakan perangkat lunak Microsoft Publisher. Leaflet yang dibuat
berukuran kertas A4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan poster
dan leaflet adalah penggunaan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti,
komposisi warna, tata letak ilustrasi dan teks, serta ukuran dan jenis huruf yang
digunakan.
Poster dan leaflet yang akan digunakan kemudian dievaluasi oleh guru-
guru ketiga sekolah penelitian untuk mengkaji rancangan yang sedang
dikembangkan tersebut. Hasil identifikasi dan evaluasi terhadap media kemudian
digunakan untuk memperbaiki poster dan leaflet tersebut. Komponen yang
dievaluasi meliputi kejelasan pesan gizi atau materi yang disampaikan, komposisi
warna yang digunakan, representasi ilustrasi yang digunakan terhadap pesan gizi,
tata letak gambar dan teks, serta kesesuaian materi yang disampaikan dalam
media dengan pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner pengetahuan gizi. Poster
dan leaflet yang telah melalui proses evaluasi dan perancangan ulang kemudian
diberikan kepada contoh sesuai dengan kelompok perlakuan. Poster ditempel di
dinding kelas dan pintu masuk kelas contoh, sedangkan leaflet dibagikan untuk
setiap orang contoh, didiskusikan bersama di dalam kelas, kemudian leaflet dapat
dibawa pulang oleh contoh.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada siswa serta data hasil pre test
dan post test. Kuesioner yang diberikan kepada contoh diberikan untuk
mengetahui daya terima contoh terhadap intervensi media, meliputi pertanyaan
9

mengenai menarik atau tidaknya tampak visual poster dan leaflet serta mudah
dipahami atau tidaknya pesan gizi yang terdapat pada masing-masing media
tersebut. Kuesioner daya terima dan kesukaan terhadap media diberikan sesuai
dengan kelompok perlakuan masing-masing media.
Pre test dan post test merupakan pertanyaan berbentuk pilihan ganda yang
berjumlah 10 soal yang digunakan untuk mengukur pengetahuan gizi contoh
sebelum dan sesudah perlakuan. Materi yang diberikan pada pre test dan post test
meliputi pengetahuan gizi mengenai sarapan. Data sekunder yang didapatkan dari
sekolah adalah profil dan karakteristik masing-masing sekolah.
Pada awal penelitian, contoh diberikan pre test untuk mengetahui
pengetahuan gizi awal yang dimiliki oleh contoh, kemudian contoh diberikan
intervensi sesuai dengan kelompok perlakuannya, yaitu kelompok perlakuan
poster, kelompok perlakuan leaflet, dan kelompok kontrol yang tidak diberi
intervensi pendidikan gizi. Dua hari setelah pemberian intervensi, dilakukan post
test 1 untuk mengetahui tingkat pengetahuan gizi contoh setelah diberikan
intervensi pendidikan gizi. Post test 2 dilakukan setelah tiga hari pemberian post
test 1, dilakukannya post test 2 ditujukan untuk mengetahui ingatan contoh
terhadap materi pendidikan gizi dalam waktu singkat. Pada Gambar 3 disajikan
taraf perlakuan yang diberikan pada penelitian.

.
10

(2 hari kemudian)

(3 hari kemudian)

Gambar 3 Taraf perlakuan contoh


11

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excell 2010


for Windows, kemudian analisis secara statistik deskriptif dan inferensia dilakukan
dengan menggunakan SPSS 16 for Windows. Pengolahan dengan Excell dilakukan
untuk mengolah data pre test, pos test dan daya terima media. Analisis statistik
inferensia dilakukan untuk mengetahui perbedaan skor pengetahuan gizi sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan di antara kelompok perlakuan media poster dan
leaflet serta kelompok kontrol.
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan beberapa tahapan, yaitu
verifikasi atau pengecekan data kembali, entry atau memasukan data ke dalam
Microsoft Excell, conding atau pengkodean dilakukan untuk dapat dilakukan
pengolahan data lebih lanjut pada SPSS, cleaning untuk mengeliminasi data yang
tidak lengkap dan tidak dapat digunakan, dan analisis data.
Pengetahuan gizi contoh didapatkan dari hasil pre test, post test 1, dan
post test 2, yang terdiri dari pertanyaan tertutup dalam bentuk pilihan ganda
berjumlah 10 soal. Skor jawaban benar adalah 1 dan skor jawaban salah adalah 0,
dengan total skor adalah 10. Daya terima contoh terhadap media yang diberikan
diketahui dengan menggunakan kuesioner tingkat penerimaan yang terdiri dari 4
skala, meliputi aspek pemahaman materi pada media, tulisan pada media, gambar
pada media, warna yang digunakan pada media, penyampaian pesan gizi pada
media, dan kesukaan contoh terhadap media secara keseluruhan. Tidak ada
jawaban benar dan salah pada kuesioner tingkat penerimaan contoh pada media.
Contoh diharuskan memilih satu dari empat skala yang diberikan pada tiap-tiap
pertanyaan, skor untuk setiap skala adalah 1.
Pada aspek pemahaman materi, skala yang digunakan adalah sangat
mudah dipahami, mudah dipahami, kurang mudah dipahami, dan sulit dipahami.
Pada aspek tulisan pada media (poster/leaflet), skala yang digunakan adalah
tulisan dapat terbaca dengan baik, tulisan terlalu besar, tulisan terlalu kecil, dan
tulisan tidak dapat terbaca. Skala yang digunakan pada aspek gambar yang
terdapat pada media (poster/leaflet) adalah gambar sangat menarik, gambar cukup
menarik, gambar kurang menarik, dan gambar tidak menarik. Pada aspek
pemilihan warna, skala yang digunakan adalah warna sangat menarik, warna
cukup menarik, warna kurang menarik, dan warna tidak menarik. Skala yang
digunakan pada aspek penyampaian pesan gizi pada media adalah sangat mudah
dipahami, mudah dipahami, kurang mudah dipahami, dan sulit untuk dipahami.
Pada aspek terakhir, yaitu kesukaan secara keseluruhan terhadap media yang
diberikan, skala yang digunakan adalah sangat menyukai, cukup menyukai,
kurang menyukai, dan tidak menyukai. Jenis variabel yang diolah disajikan pada
Tabel 1.
Statistik inferensia yang dilakukan meliputi uji normalitas dan uji beda.
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-smirnov, uji
normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pengetahuan gizi contoh
terdistribusi dengan normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui
bahwa data terdistribusi secara tidak normal (p<0.05), sehingga selanjutnya
digunakan uji non-parametrik. Uji non-parametrik yang dilakukan, yaitu uji
Wilcoxon dan uji Kruskal-Wallis. Uji Wilcoxon dilakukan untuk mengetahui
12

signifikansi perbedaan yang terjadi antara pre test, post test 1, dan post test 2 pada
masing-masing kelompok perlakuan (p<0.05), sedangkan Kruskal-Wallis
digunakan untuk mengetahui perbedaan skor pengetahuan gizi sebelum dan
sesudah pemberian media pada ketiga jenis kelompok perlakuan (p<0.05). Uji
Wilcoxon dan Kruskal-Wallis digunakan karena distribusi data pengetahuan gizi
contoh tidak normal.
Tabel 1 Jenis variabel yang diolah

Jenis Contoh
No Cara perhitungan Skor Kategori
variabel perhitungan
Pengetahuan <60 Kurang
ko ip ol h
1 gizi 60 – 80 Sedang
(sarapan) ko m k im m >80 Baik
Daya terima <40 Tidak suka
media j ml h on oh m milih k l n 40 – 60 Kurang suka
2
pendidikan o l on oh 60 – 80 Cukup suka
gizi >80 Sangat suka

Definisi Operasional

Contoh adalah anak usia sekolah dasar kelas 6 SD di SDN 05 Pengadilan, SDN
01 Pajajaran, dan SDN 02 Batu Tulis, dengan rentang usia 10 – 12 tahun.
Karakteristik contoh adalah ciri-ciri khusus yang terdapat pada contoh, meliputi
usia dan jenis kelamin.
Usia adalah ukuran satuan tahun contoh penelitian.
Jenis kelamin adalah klasifikasi contoh ke dalam kelompok laki-laki atau
perempuan.
Materi pendidikan gizi adalah bahan ajar gizi dengan tema sarapan yang
meliputi konsep dan penerapannya.
Media visual poster adalah alat peraga pendidikan gizi yang sebagian besar
berupa gambar, berukuran A2 yang ditempel pada dinding dan pintu
masuk kelas, serta berisi pesan gizi mengenai sarapan.
Media visual leaflet adalah alat peraga pendidikan gizi yang sebagian besar
berupa tulisan berukuran A4, berisi pesan gizi mengenai sarapan.
Pengetahuan gizi contoh adalah pemahaman contoh terhadap materi sarapan
yang diukur melalui hasil test sebelum dan sesudah pemberian materi
dengan menjawab 10 soal pertanyaan pilihan berganda.
Daya terima contoh adalah tingkat kesukaan contoh terhadap media poster dan
media leaflet yang dinilai berdasarkan komponen media berupa
tulisan/gambar pada media, warna media, dan bahasa pesan gizi pada
media.
13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan Materi dan Media Pendidikan Gizi

Pengembangan materi pendidikan gizi dilakukan dengan menganalisis data


awal (baseline data) terlebih dahulu. Baseline data diambil pada bulan Juli 2013,
bertempat di SDN 01 Padjajaran, SDN 02 Batutulis, dan SDN 05 Pengadilan.
Pengambilan baseline data ditujukan untuk mengetahui materi sarapan seperti apa
yang sesuai diberikan kepada contoh (Rachmaniah et al 2013). Data pengetahuan
gizi diketahui dengan memberikan pertanyaan tertutup dalam bentuk pilihan
ganda kepada contoh. Pertanyaan mengenai sarapan yang diberikan berjumlah 15
soal, yang terdiri dari materi pengertian sarapan, waktu yang dianjurkan untuk
sarapan, pentingnya sarapan, akibat jika tidak sarapan, kontribusi sarapan dalam
pemenuhan kebutuhan energi dalam sehari, contoh menu sarapan, dan jenis
makanan yang seharusnya terdapat dalam sarapan. Skor setiap jawaban benar
adalah 1 dan skor untuk jawaban salah adalah 0. Total nilai untuk jawaban benar
adalah 15, kemudian dibagi dengan 15 dan dikali dengan 100, sehingga total skor
jawaban benar adalah 100.
Baseline data merupakan data hasil pemberian pertanyaan mengenai
pengetahuan gizi, hal tersebut penting dilakukan untuk mengetahui baseline
knowledge atau pengetahuan dasar mengenai gizi yang dimiliki oleh contoh,
sehingga pada saat pembuatan dan pengembangan materi pendidikan, dapat
diberikan materi pendidikan yang sesuai bagi contoh (Mc Neal et al 2009). Pada
baseline data, data yang diambil merupakan sebaran pertanyaan yang dijawab
benar oleh contoh. Jumlah contoh yang terdapat pada saat dilakukannya
pengambilan baseline data adalah 37 contoh untuk kelompok kontrol, 39 contoh
untuk kelompok perlakuan poster, dan 40 contoh untuk kelompok perlakuan
leaflet dengan total jumlah contoh adalah 116. Contoh diberikan lima belas
pertanyaan mengenai sarapan. Berikut disajikan sebaran jawaban benar contoh
pada baseline data (Rachmaniah et al 2013) dalam Tabel 2.
Tabel 2 Baseline data sebaran contoh berdasarkan jawaban benar
Kelompok Kelompok Kelompok
Total
No Pertanyaan Poster Kontrol Leaflet
N % N % N % N %
1 Pengertian sarapan 38 97.4 37 100 40 100 115 99.1
2 Waktu sarapan 30 76.9 22 59.5 33 82.5 85 73.2
3 Alasan mengapa perlu
39 100 37 100 38 95.0 114 98.2
sarapan
4 Akibat jika tidak
38 97.4 36 97.3 39 97.5 113 97.4
sarapan
5 Manfaat sarapan 38 97.4 37 100 40 100 115 99.1
6 Perbedaan anak yang
39 100 36 97.3 39 97.5 114 98.2
sarapan dan tidak
7 Tidak termasuk fungsi
37 94.9 35 94.6 40 100 112 96.5
sarapan
8 Alasan mengapa
sarapan dapat
35 89.7 36 97.3 40 100 111 95.6
mengurangi jajan
berlebihan
14

Tabel 2 Baseline data sebaran contoh berdasarkan jawaban benar


Kelompok Kelompok Kelompok
Total
No Pertanyaan Poster Kontrol Leaflet
N % N % N %
9 Alasan mengapa
sarapan dapat
39 100 35 94.6 39 97.5 113 97.4
mencegah dari
kegemukan
10 Kontribusi sarapan
dalam pemenuhan 10 25.6 27 73.0 16 40.0 53 45.6
kebutuhan gizi
11 Jenis makanan yang ada
36 92.3 34 91.9 39 97.5 109 93.9
dalam menu sarapan
12 Contoh makanan
36 92.3 33 89.2 36 90.0 105 90.5
sarapan yang bergizi
13 Contoh yang bukan
makanan sarapan 35 89.7 37 100 38 95.0 110 94.9
bergizi
14 Pengertian makanan
39 100 36 97.3 40 100 115 99.1
seimbang
15 Berapa banyak makan
dalam sehari untuk
32 82.1 35 94.6 28 70.0 113 82.2
menjaga kesehatan
tubuh

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa pertanyaan dengan persentase contoh


yang menjawab benar terendah adalah pertanyaan nomor 10, yaitu kontribusi
sarapan terhadap pemenuhan kebutuhan zat gizi sehari (45.6%). Kelima belas
pertanyaan tersebut kemudian dikaji ulang berdasarkan materi pendidikan gizi
mengenai sarapan yang ingin diberikan.
Materi pendidikan gizi mengenai sarapan yang diberikan kepada contoh
merupakan poin-poin penting dan utama mengenai sarapan. Menurut Contento
(2007), pesan pangan dan gizi akan lebih mudah diterima oleh masyarakat umum
jika terdapat dampak positif atau manfaat yang akan didapatkan oleh masyarakat
jika menerapkan isi pesan tersebut, atau terdapat dampak negatif jika masyarakat
tidak menerapkan isi pesan tersebut. Dengan demikian, pada media pendidikan
gizi mengenai sarapan yang diberikan, terdapat materi mengenai manfaat sarapan
dan akibat jika tidak sarapan. Selain itu, poin penting lainnya dari sarapan adalah
pengertian sarapan, waktu yang dianjurkan untuk sarapan, jumlah energi dan
protein yang terdapat dalam sarapan, jenis makanan dan contoh menu sarapan,
serta jajanan pengganti sarapan (The American Dairy Association and Dairy
Council 2009). Oleh karena terdapat beberapa pertanyaan pada baseline data yang
terkesan rancu serta beberapa pertanyaan merupakan pengulangan pertanyaan
sebelumnya, pertanyaan yang diberikan kepada contoh kemudian dikaji dan
dibuat ulang yang disesuaikan dengan materi mengenai sarapan yang diberikan.
Berdasarkan hasil pengkajian ulang pada pembuatan pertanyaan, jumlah
pertanyaan yang diberikan kepada contoh adalah 10 pertanyaan, dengan jenis
pertanyaan meliputi, pengertian sarapan, waktu yang dianjurkan untuk sarapan,
akibat tidak sarapan, manfaat sarapan, sarapan dapat mencegah kegemukan,
jumlah energi dan protein dalam sarapan, contoh menu sarapan bergizi,
pemahaman jenis menu sarapan bergizi, dan jenis jajanan pengganti sarapan. Pada
pre test sampai dengan post test 2, total sampel dalam penelitian ini adalah 111
15

contoh. Berikut disajikan sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pada pre test
yang dijawab benar pada Tabel 3.
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi pre test yang
dijawab benar
Kelompok Kelompok
Kelompok Poster Total
No Jenis Pertanyaan Kontrol Leaflet
N % N % N % N %
1 Pengertian sarapan 36 97.3 36 100.0 38 100.0 110 99.1
2 Waktu sarapan 24 64.9 26 72.2 27 71.1 77 69.4
3 Akibat tidak sarapan 35 94.6 35 97.2 38 100.0 108 97.3
4 Manfaat sarapan 37 100.0 35 97.2 38 100.0 110 99.1
5 Sarapan mencegah
37 100.0 36 100.0 38 100.0 111 100.0
kegemukan
6 Jumlah energi dan
14 37.8 21 58.3 23 60.5 58 52.3
protein sarapan
7 Jenis makanan dalam
30 81.1 36 100.0 37 97.4 103 92.8
menu sarapan
8 Contoh menu sarapan
33 89.2 32 88.9 34 89.5 99 89.2
bergizi
9 Pemahaman jenis
26 70.3 20 55.6 29 76.3 75 67.6
menu sarapan bergizi
10 Jenis jajanan
16 43.2 11 30.6 10 26.3 37 33.3
pengganti sarapan

Berdasarkan Tabel 3, pada hasil pre test diketahui bahwa terdapat dua soal
dengan persentase jawaban benar terendah, yaitu pertanyaan nomor 6 mengenai
jumlah energi dan protein dalam sarapan (52.3%) dan pertanyaan nomor 10
mengenai jenis jajanan pengganti sarapan (33.3%). Pertanyaan nomor 6
merupakan jenis pertanyaan yang sama dengan pertanyaan nomor 10 pada
baseline data, yaitu kontribusi sarapan dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi
sehari, akan terapi digunakan bahasa yang lebih sederhana agar anak lebih mudah
memahami pertanyaannya. Jika dibandingkan dengan baseline data, terdapat
peningkatan persentase jawaban benar pada poin pertanyaan tersebut, yaitu dari
45.6% menjadi 52.3%, hal ini dapat terjadi karena bahasa pertanyaan yang
digunakan pada pre test lebih sederhana daripada yang digunakan pada baseline,
sehingga contoh lebih mudah memahami maksud pertanyaannya. Meskipun
demikian, pertanyaan nomor 10 mengenai jenis jajanan pengganti sarapan
merupakan pertanyaan dengan persentase jawaban terendah, hal ini dapat
disebabkan karena contoh kurang mendapatkan paparan informasi mengenai jenis
jajanan yang dapat menggantikan sarapan. Setelah diberikan pre test, kelompok
perlakuan mendapatkan intervensi berupa pendidikan gizi mengenai sarapan
melalui dua media yang berbedam yaitu poster dan leaflet. Dua hari setelah
diberikan intervensi, kelompok perlakuan diberikan post test 1 untuk melihat
apakah terjadi peningkatan atau penurunan pengetahuan gizi. Berikut disajikan
sebaran contoh berdasarkan pertanyaan post test 1 yang dijawab benar pada Tabel
4.
16

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi post test 1 yang
dijawab benar
Kelompok
Kelompok Poster Total
No Jenis Pertanyaan leaflet
N % N % N %
1 Pengertian sarapan 36 97.3 38 100.0 74 98.7
2 Waktu sarapan 30 81.1 33 86.8 63 84.0
3 Akibat tidak sarapan 37 100.0 38 100.0 75 100.0
4 Manfaat sarapan 37 100.0 38 100.0 75 100.0
5 Sarapan mencegah kegemukan 36 97.3 38 100.0 74 98.7
Jumlah energi dan protein
30 81.1 33 86.8 63 84.0
6 sarapan
Jenis makanan dalam menu
33 89.2 36 94.7 69 92.0
7 sarapan
8 Contoh menu sarapan bergizi 31 83.8 33 86.8 64 85.3
Pemahaman jenis menu
24 64.9 27 71.1 51 68.0
9 sarapan bergizi
Jenis jajanan pengganti
24 64.9 14 36.8 38 50.7
10 sarapan

Hasil pada Tabel 4 menunjukan bahwa terdapat peningkatan persentase


contoh dengan jawaban benar, yaitu pada pertanyaan nomor 6 dari 52.3% (pre
test) menjadi 84% (post test 1), serta pada pertanyaan nomor 10, persentase
jawaban benar meningkat dari 33.3% menjadi 50.7%. Peningkatan persentase
jawaban benar pada kedua nomor tersebut dapat disebabkan oleh terpaparnya
contoh dengan informasi mengenai kedua hal tersebut melalui media yang
diberikan sehingga terjadi penambahan pengetahuan pada contoh. Tiga hari
setelah diberikan post test 1, ketiga kelompok perlakuan kemudian diberikan post
test 2, berikut disajikan sebaran contoh berdasarkan pertanyaan post test 2 yang
dijawab benar pada Tabel 5.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan gizi post test 2 yang
dijawab benar
Kelompok Kelompok Kelompok
Total
No Jenis Pertanyaan Poster Kontrol Leaflet
N % N % N % N %
1 Pengertian sarapan 36 97.3 36 100.0 38 100.0 110 99.1
2 Waktu sarapan 26 70.3 26 72.2 32 84.2 84 75.7
3 Akibat tidak sarapan 37 100.0 36 100.0 38 100.0 111 100.0
4 Manfaat sarapan 37 100.0 35 97.2 38 100.0 110 99.1
5 Sarapan mencegah
37 100.0 35 97.2 38 100.0 110 99.1
kegemukan
6 Jumlah energi dan
28 75.7 21 58.3 27 71.1 76 68.5
protein sarapan
7 Jenis makanan sarapan 33 89.2 33 91.7 37 97.4 103 92.8
8 Contoh menu sarapan 34 91.9 33 91.7 33 86.8 100 90.1
9 Menu sarapan bergizi 27 73.0 21 58.3 26 68.4 74 66.7
10 Jajanan pengganti
25 67.6 16 44.4 13 34.2 54 48.6
sarapan
17

Hasil post test 2 pada Tabel 5 menunjukan bahwa terdapat penurunan


persentase jawaban benar pada pertanyaan nomor 6 dan 10, yaitu untuk
pertanyaan 6, dari 84% (post test 1) menjadi 68.5%, sedangkan pada pertanyaan
nomor 10, yaitu dari 50.7% menjadi 48.6%. Penurunan persentase jawaban benar
pada post test 2 dapat disebabkan oleh terdapatnya paparan informasi lain
terhadap contoh sehingga memungkinkan penurunan memori contoh terhadap
materi yang telah diberikan.
Secara keseluruhan, berdasarkan hasil pre test, post test 1, dan post test 2,
didapatkan hasil bahwa pertanyaan yang mempunyai persentase terendah dijawab
benar dari semua perlakuan yang diberikan adalah pertanyaan nomor 10. Pada pre
test, persentase jawaban benar nomor 10 adalah 33.3% kemudian meningkat pada
post test 1 (50.7%) dan kembali menurun pada post test 2 (48.6%). Grafik
sebaran contoh berdasarkan pertanyaan yang dijawab benar disajikan pada
Gambar 4.

Gambar 4 Grafik sebaran contoh berdasarkan pertanyaan yang dijawab benar


Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa terdapat kenaikan pertanyaan
yang dijawab benar oleh contoh antara pre test dengan post test 1. Hasil yang
18

serupa juga terjadi pada penelitian Egal dan Oldewage-Theron (2008) mengenai
evaluasi program pendidikan gizi pada anak usia enam dan tujuh tahun di wilayah
Vaal, sebaran contoh yang menjawab benar meningkat secara signifikan setelah
pemberian pendidikan gizi. Meningkatnya sebaran contoh yang menjawab benar
pada post test 1 dapat disebabkan oleh terpaparnya contoh dengan intervensi
pendidikan gizi (Cort dan Sovyanhadi 2004).
Peningkatan persentase jawaban benar pada post test 1 dan menurun
kembali pada post test 2 sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saloso
(2010) dan Ikada (2007), pada kedua penelitian tersebut, pertanyaan yang
meningkat persentase jawaban benarnya pada post test 1, kembali menurun pada
post test 2. Penurunan sebaran pertanyaan dijawab benar pada post test 2 dapat
disebabkan oleh menurunnya daya ingat siswa akan materi sarapan setelah jangka
waktu tertentu dan terpaparnya contoh dengan informasi lain. Oleh karena
penurunan daya ingat dan seleksi informasi yang terjadi pada contoh, pendidikan
gizi seharusnya diberikan secara berkelanjutan dan komprehensif (Motamedrezaei
et al 2013).
Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2010), terdapat tiga domain
atau ranah dalam perilaku, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif, dan psikomotor.
Pengembangan materi dan media pendidikan gizi ini berfokus pada domain
kognitif dari perilaku. Domain kognitif merupakan ranah penting dalam
pembentukan perilaku seseorang, karena berdasarkan pengalaman dan penelitian
yang dilakukan oleh para ahli, perilaku yang didasarkan dari pengetahuan akan
lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan. Domain kognitif
atau pengetahuan artinya hasil tahu seseorang mengenai sebuah objek melalui
indera yang dimilikinya. Pengetahuan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indera
penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga) (Notoatmodjo 2010).
Terdapat enam tahapan dalam domain kognitif, yaitu tahu (know),
memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan evaluasi (evaluation). Tahu merupakan tahapan paling rendah dari
tingkat pengetahuan. Tahu merupakan hasil mengingat kembali dari suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkat pengetahuan tahu dapat diukur melalui
pertanyaan-pertanyaan tertentu, yaitu menyebutkan menguraikan, mendefinisikan,
dan menyatakan (Notoatmodjo 2007). Pada soal yang diberikan kepada contoh,
soal nomor 1 (pengertian sarapan), nomor 2 (waktu sarapan), dan nomor 6
(jumlah energi dan protein sarapan) merupakan jenis pertanyaan pada tingkatan
tahu.
Tingkat pengetahuan yang kedua adalah memahami. Memahami artinya
suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar mengenai materi atau objek
yang telah diketahuinya dan dapat menginterpretasikannya secara benar
(Notoatmodjo 2007). Tingkat pengetahuan memahami dapat diukur melalui
pertanyaan menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan. Pada soal
yang diberikan kepada contoh, pertanyaan nomor 3 (akibat jika tidak sarapan),
nomor 4 (manfaat sarapan), dan nomor 5 (mengapa sarapan dapat mencegah
kegemukan) merupakan pertanyaan pada tingkat pengetahuan memahami.
Tingkat pengetahuan selanjutnya adalah aplikasi. Aplikasi merupakan
kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang telah dipelajarinya pada
situasi yang berbeda (Notoatmodjo 2007). Pada soal yang diberikan kepada
19

contoh, pertanyaan nomor 7 (jenis makanan dalam menu sarapan) dan pertanyaan
nomor 8 (contoh menu sarapan bergizi) merupakan jenis pertanyaan pada
tingkatan aplikasi.
Tingkat pengetahuan yang keempat adalah analisis. Analisis merupakan
kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian
mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
masalah atau objek yang diketahui. Indikasi seseorang sudah berada dalam tahap
analisis adalah jika orang tersebut sudah dapat membedakan, memisahkan,
mengelompokan, dan membuat bagan atau diagram terhadap objek tersebut
(Notoatmodjo 2010). pada soal yang diberikan kepada contoh, pertanyaan nomor
9 (pemahaman dan analisis menu sarapan bergizi yang dapat memenuhi
kebutuhan) dan nomor 10 (jenis jajanan pengganti sarapan) merupakan jenis
pertanyaan pada tingkatan analisis.
Tingkat pengetahuan yang kelima dan keenam adalah sintesis dan evaluasi.
Sintesis artinya kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam
satu hubungan yang logis dari komponen pengatahuan yang dimiliki atau
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada,
misalnya sudah dapat membuat ringkasan atau kesimpulan dari informasi yang
ada. Sedangkan evaluasi adalah kemampuan untuk justifikasi atau penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya seseorang
dapat menilai manfaat ikut suatu program tertentu (Notoatmodjo 2010).
Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat bahwa trend sebaran contoh yang
menjawab pertanyaan benar meningkat dari pre test ke post test 1, kemudian
menurun pada post test 2, terutama pada beberapa poin pertanyaan yang masih
<80% sebaran contoh yang menjawab benar, yaitu pada pertanyaan nomor 2
(waktu sarapan), nomor 6 (jumlah energi dan protein sarapan), nomor 9
(pemahaman jenis menu sarapan bergizi), dan nomor 10 (jenis jajanan pengganti
sarapan).
Pada pertanyaan tingkatan tahu, sebaran contoh yang menjawab benar
pertanyaan nomor 2 pada pre test adalah 69.4%, kemudian meningkat pada post
test 1 (84%), dan kembali menurun pada post test 2 (75.7%), sedangkan pada
pertanyaan nomor 6, persentase contoh yang menjawab benar pada pre test adalah
52.3%, kemudian meningkat pada post test 1 (84%), dan kembali menurun pada
post test 2 (68.5%), hal tersebut dapat disebabkan karena jenis pertanyaan ini
melibatkan angka-angka di dalamnya. Penelitian menunjukan bahwa pertanyaan
dengan jawaban berupa angka tertentu persentase jawaban benarnya lebih rendah,
karena orang cenderung bingung akan angka yang digunakan dan cenderung
terbolak-balik angkanya (Cort dan Sovyanhadi 2004).
Persentase contoh yang menjawab benar terendah terdapat pada pertanyaan
nomor 9 dan 10, yaitu pertanyaan pada tingkatan analisis. sebaran contoh yang
menjawab benar pertanyaan nomor 9 pada pre test adalah 67.6%, kemudian
meningkat pada post test 1 (68%), dan kembali menurun pada post test 2 (66.7%),
sedangkan pada pertanyaan nomor 6, persentase contoh yang menjawab benar
pada pre test adalah 33.3%, kemudian meningkat pada post test 1 (50.7%), dan
kembali menurun pada post test 2 (48.6%). Sebaran contoh yang menjawab benar
pada pre test, post test 1, dan post test 2 menurut domain kognitif disajikan di
dalam Gambar 5.
20

Gambar 5 Sebaran contoh yang menjawab benar pada pre test, post test 1,
dan post test 2 menurut domain kognitif

Berdasarkan Gambar 5, diketahui bahwa domain kognitif tingkat analisis


merupakan jenis pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar oleh contoh, baik
dari pre test (50.5%), post test 1 (59.4%), dan post test 2 (57.7%). Menurut Piaget
dalam Santrock (1998), perkembangan kognitif anak dapat dijelaskan melalui
empat tahap, yaitu tahap sensorimotor (anak usia 0 – 2 tahun), pre operational (2
– 7 tahun), concrete operational (7 – 11 tahun) , dan formal operation (11 – 15
tahun). Contoh pada penelitian ini berada dalam rentang usia 10 – 12 tahun,
dengan rata-rata usia contoh adalah 12 tahun, sehingga contoh berada dalam
perkembangan kognitif formal operation. Formal operation merupakan tahapan
saat anak dapat berfikir kebih abstrak dan logis, sudah mampu untuk
mengklasifikasikan objek dan menjelaskannya. Seharusnya, pada usia tersebut
anak sudah dapat melakukan analisis sederhana terhadap materi yang
dipelajarinya, akan tetapi rendahnya sebaran contoh yang menjawab benar
pertanyaan tingkatan analisis menunjukan bahwa perlu diadakannya evaluasi lebih
lanjut mengenai bahasa yang digunakan dalam pertanyaan nomor tersebut (apakah
sudah mudah dipahami atau sulit), selain itu evaluasi juga perlu dilakukan pada
materi yang diberikan pada media, karena penurunan sebaran contoh yang
menjawab benar juga terjadi pada kelompok intervensi.
Pengembangan media pendidikan gizi dilakukan melalu tiga tahap, yaitu
analisis input, meliputi identifikasi sumberdaya yang tersedia, kebutuhan
kesehatan sasaran didik, dan praktik pada masyarakat yang dapat meningkatkan
status kesehatannya. Tahap yang kedua adalah analisis output, meliputi
identifikasi mediator atau pendidik dan alat peraga potensial, identifikasi tujuan
pendidikan, dan rancangan strategi pendidikan. Tahap ketiga adalah analisis
outcome atau dampak, yaitu dapat berupa perubahan pengetahuan (kognitif) atau
perubahan perilaku (Contento 2007) serta analisis dan evaluasi dampak tersebut.
Pada tahap analisis input, dilakukan identifikasi kebutuhan sasaran didik, yaitu
dengan menentukan materi yang akan disampaikan. Penetapan materi dilakukan
dengan membuat rancangan awal poster dan leaflet yang kemudian didiskusikan
21

bersama dalam focus group discussion (FGD) yang diadakan bersama dengan
guru sekolah kelompok perlakuan dan kontrol. FGD dilakukan untuk mengetahui
apakah materi dan bahasa yang digunakan di dalam media sudah sesuai, selain itu
pada FGD tersebut disarankan untuk mengganti tokoh kartun terkenal yang
digunakan pada rancangan awal dan membuat tokoh-tokoh baru.
Pada tahap kedua, yaitu analisis output, dilakukan identifikasi jenis alat
peraga potensial yang akan digunakan, yaitu ditentukannya penggunaan poster
dan leaflet sebagai alat peraga potensial. Selain itu ditentukan juga tujuan dari
dilakukannya pendidikan gizi ini. Tujuan diberikannya pendidikan gizi dapat
mencakup dua hal, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan
jangka pendek pendidikan gizi adalah adanya peningkatan pengetahuan gizi,
sedangkan tujuan jangka panjang pendidikan gizi adalah terjadinya perubahan
sikap dan perilaku yang mengarah pada perbaikan status gizi (Muehlhoff dan
Sherman 2007). Pada penelitian ini, tujuan diberikannya pendidikan gizi adalah
terjadinya peningkatan pengetahuan gizi pada contoh.
Tahap ketiga, yaitu tahap analisis outcome, dampak yang diinginkan pada
pemberian pendidikan gizi ini adalah terjadinya perubahan pengetahuan (kognitif),
dilakukan pula analisis dan evaluasi dampak. Analisis dan evaluasi dampak
dilakukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh dengan tujuan pendidikan.
Analisis dan evaluasi merupakan tahap penting dalam proses pendidikan gizi,
pendidik dapat menyimpulkan apakah program pendidikan yang diberikan sudah
sesuai dengan tujuan atau belum (Contento 2007).
Pengembangan materi penting untuk dilakukan dalam pemberian
pendidikan gizi, materi yang diberikan kepada sasaran didik atau contoh harus
sesuai, misalnya penggunaan bahasa pada materi, tahap perkembangan kognitif
contoh, dan sebagainya. Materi yang disampaikan dalam sebuah media sama
pentingnya dengan penggunaan media tersebut. Media pendidikan akan menjadi
tidak berguna jika materi yang disampaikan tidak sesuai (Clark 1983).

Daya Terima Contoh Terhadap Media Visual Poster

Daya terima contoh dapat diartikan sebagai tingkat kesukaan contoh pada
intervensi yang diberikan, atau dalam hal ini adalah media pendidikan gizi yang
diberikan. Terdapat enam aspek yang digunakan dalam melihat daya terima
contoh terhadap media visual poster, yaitu pemahaman materi, ukuran tulisan,
menarik atau tidaknya gambar, komposisi warna, pesan gizi yang disampaikan,
dan kesukaan terhadap poster secara keseluruhan. Digunakan skala likert empat
poin pada pengukuran daya terima contoh, dengan kategori skor yang digunakan
adalah tidak menyukai media untuk skor <40, kurang menyukai media untuk skor
40 – 60, cukup menyukai media untuk skor 60 – 80, dan sangat menyukai media
untuk skor >80 (Saloso 2010).

Pemahaman materi pada media poster


Sebanyak 24 contoh (64.91%) menyatakan bahwa isi materi sarapan pada
media poster sangat mudah dipahami. Sebanyak 13 contoh (35.1%) menyatakan
bahwa isi materi yang terdapat dalam poster mudah dipahami serta tidak ada
contoh yang menyatakan bahwa isi materi kurang mudah dipahami dan sulit
22

dipahami. Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada media poster


disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada media poster
Kelompok Perlakuan Media Poster
Pemahaman Materi Media Poster
N %
Sangat Mudah Dipahami 24 64.9
Mudah Dipahami 13 35.1
Kurang Mudah Dipahami 0 0
Sulit Dipahami 0 0
Total 37 100

Berdasarkan Tabel 6, secara keseluruhan tidak ada contoh yang


menyatakan tidak dapat memahami materi yang disajikan pada poster. Terdapat
dua unsur utama yang harus diperhatikan dalam poster, yaitu gambar dan teks.
Baik gambar maupun teks haruslah mudah dipahami dan tidak menimbulkan
ambiguitas (Sleight 2009). Pada poster yang dirancang dalam penelitian ini,
materi yang akan diberikan kepada contoh telah melalui proses diskusi dengan
guru sekolah dasar kelompok eksperimen, sehingga sesuai dengan materi
pembelajaran siswa pada usia tersebut. Selain itu, pada poster disajikan gambar
atau ilustrasi yang mendukung pemaparan teks, sehingga pesan yang disampaikan
tidak hanya dalam bentuk verbal atau kata-kata saja tanpa adanya gambaran
(Sleight 2009), penggunaan gambar yang mendukung dapat menjadi salah satu
faktor tingginya pemahaman materi contoh pada media poster.

Ukuran tulisan pada media poster


Sebanyak 35 contoh (94.6%) menyatakan bahwa tulisan yang terdapat
pada media poster dapat terbaca dengan baik. Sebanyak 2 contoh (5.4%)
menyatakan bahwa tulisan yang terdapat pada media poster terlalu besar serta
tidak ada contoh yang menyatakan bahwa tulisan yang terdapat pada media
poster ukurannya terlalu kecil dan tidak dapat terbaca. Sebaran contoh
berdasarkan ukuran tulisan pada media poster disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan aspek ukuran tulisan pada media poster
Kelompok Perlakuan Media Poster
Ukuran Tulisan pada Media Poster
N %
Tulisan Dapat Terbaca dengan Baik 35.0 94.6
Tulisan Terlalu Besar 2.0 5.4
Tulisan Terlalu Kecil 0.0 0.0
Tulisan Tidak Dapat Terbaca dengan Baik 0.0 0.0
Total 37.0 100.0

Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa hampir semua contoh menyatakan


bahwa tulisan pada poster dapat terbaca dengan baik (94.6%), hal tersebut
menunjukan bahwa ukuran tulisan yang digunakan dalam media poster sudah
tepat dan dapat dibaca oleh contoh dengan baik. Salah satu unsur penting lainnya
dalam poster adalah kesesuaian ukuran tulisan. Ukuran tulisan yang terlalu kecil
23

menyebabkan pesan menjadi sulit dibaca, sedangkan ukuran tulisan yang terlalu
besar akan memberi kesan terlalu penuh dan menumpuk. Ukuran tulisan pada
poster yang terlalu kecil maupun terlalu besar akan membuat contoh cenderung
menjadi enggan untuk membaca pesan yang disampaikan (Moriarty 1991).

Komposisi warna pada media poster


Sebanyak 25 contoh (67.6%) menyatakan bahwa komposisi warna pada
media poster sangat menarik. Sebanyak 10 contoh (27%) bahwa komposisi warna
pada media poster menarik. Sebanyak 2 contoh (5.4%) menyatakan bahwa
komposisi warna pada media poster cukup menarik, dan tidak ada contoh yang
menyatakan bahwa komposisi warna pada media poster tidak menarik. Sebaran
contoh berdasarkan komposisi warna pada media poster disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan aspek komposisi warna pada media poster
Kelompok Perlakuan Media Poster
Komposisi Warna pada Media Poster
N %
Warna Sangat Menarik 25 67.6
Warna Menarik 10 27.0
Warna Cukup Menarik 2 5.4
Warna Tidak Menarik 0 0
Total 37 100

Berdasarkan Tabel 8, sebagian besar contoh menyatakan bahwa komposisi


warna yang digunakan pada poster sangat menarik (67.6%). Pada aspek komposisi
warna, media poster dinilai memiliki komposisi warna yang menarik karena
terdapat perbedaan kontras antara warna latar media dengan warna gambar atau
ilustrasi yang digunakan. Pada media poster, digunakan warna putih sebagai
warna latar serta ilustrasi yang berwarna-warni. Warna yang kontras antara latar
dengan ilustrasi dapat menarik perhatian orang-orang, terutama contoh, sehingga
dapat menarik minat contoh untuk membaca pesan gizi yang disampaikan. Oleh
karena itu penggunaan warna kontras antara latar dengan ilustrasi perlu
diperhatikan (Moriarty 1991).

Gambar pada media poster


Sebanyak 27 contoh (73%) menyatakan bahwa gambar yang terdapat
pada media poster sangat menarik. Sebanyak 9 contoh (24.3%) menyatakan
bahwa gambar yang terdapat pada media poster menarik. Sebanyak 1 contoh
(2.7%) menyatakan bahwa gambar yang terdapat pada media poster cukup
menarik, dan tidak ada contoh yang menyatakan bahwa gambar yang terdapat
pada media poster tidak menarik. Sebaran contoh berdasarkan gambar yang
terdapat pada media poster disajikan pada Tabel 9.
24

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan aspek gambar pada media poster


Kelompok Perlakuan Media Poster
Gambar pada Media Poster
N %
Gambar Sangat Menarik 27.0 73.0
Gambar Menarik 9.0 24.3
Gambar Cukup Menarik 1.0 2.7
Gambar Tidak Menarik 0.0 0.0
Total 37.0 100.0

Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa sebagian besar contoh menyatakan


bahwa gambar yang digunakan pada poster sangat menarik. Pada poster,
digunakan gambar atau ilustrasi yang merepresentasikan isi pesan gizi yang ingin
disampaikan, gambar yang digunakan merupakan hasil rancangan dari karakter
beberapa bahan pangan, gambar matahari untuk mewakili pesan waktu
dilakukannya sarapan, gambar anak yang aktif untuk mewakili pesan manfaat
sarapan, gambar anak yang lemas dan lesu untuk mewakili pesan akibat tidak
sarapan, dan sebagainya. Gambar berbentuk kartun dua dimensi, dan secara umum
diketahui bahwa anak-anak suka dan tertarik dengan gambar kartun, seperti
dinyatakan dalam Roberto (2010) yang melakukan penelitian terhadap 40 anak
usia 4 – 6 tahun mengenai pengaruh penggunaan kartun sebagai tokoh dalam
makanan kemasan terhadap tingkat kesukaan dan selera anak pada makanan
kemasan tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian besar
contoh merasa bahwa makanan dengan kartun sebagai tokoh dalam kemasannya
lebih enak daripada makanan dengan kemasan polos, hal tersebut menunjukan
bahwa penggunaan kartun dapat menimbulkan rasa ketertarikan pada anak. Oleh
karena itu, penggunaan gambar yang menarik perlu diperhatikan agar media dapat
menarik perhatian anak dan pesan tersampaikan secara efektif.
.
Pesan gizi yang disampaikan pada media poster
Sebanyak 27 contoh (73%) menyatakan bahwa pesan gizi mengenai
sarapan yang disampaikan melalui media poster sangat mudah dipahami.
Sebanyak 9 contoh (24.3%) menyatakan bahwa pesan gizi mengenai sarapan yang
disampaikan melalui media poster mudah dipahami. Sebanyak 1 contoh (2.7%)
menyatakan bahwa pesan gizi mengenai sarapan yang disampaikan melalui media
poster sulit dipahami, dan tidak ada contoh yang menyatakan bahwa pesan gizi
mengenai sarapan yang disampaikan melalui media poster sangat sulit dipahami.
Sebaran contoh berdasarkan pesan gizi yang disampaikan melalui media poster
disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan aspek pesan gizi pada media poster
Kelompok Perlakuan Media Poster
Pesan Gizi pada Media Poster
N %
Sangat Mudah Dipahami 27.0 73.0
Mudah Dipahami 9.0 24.3
Sulit Dipahami 1.0 2.7
Sangat Sulit Dipahami 0.0 0.0
Total 37.0 100.0
25

Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa sebagian besar contoh menyatakan


bahwa pesan gizi yang disampaikan mudah dipahami. Tingginya persentase
contoh yang sangat mudah memahami pesan gizi yang disampaikan dapat
disebabkan oleh penggunaan bahasa yang sederhana. Menurut Oshagh et al
(2011), kunci utama untuk menyampaikan pesan melalui sebuah media adalah
penggunaan bahasa yang sederhana dan penulisan pesan yang disesuaikan dengan
tingkatan contoh, baik tingkat pendidikan dan usia contoh. Selain itu, penempelan
poster di depan kelas dan pintu kelas memberi nilai tambah pada tingginya jumlah
contoh yang dapat dengan mudah memahami pesan gizi yang disampaikan.
Penempelan poster di depan kelas dan di pintu masuk kelas merupakan
posisi strategis sehingga contoh dapat melihat media dan membaca pesan lebih
sering. Menurut Lester (2006), semakin sering kita melihat sebuah ilustrasi,
gambar, atau bahasa simbolik, semakin cepat kita dapat memahami pesan yang
dimaksud. Meskipun demikian, terdapat 1 orang contoh (2.7%) yang menyatakan
sulit memahami pesan gizi yang disampaikan pada media poster. Alasan dari
contoh sulit memahami pesan gizi yang disampaikan dapat digali dengan
menggunakan kuesioner pertanyaan terbuka, yang merupakan salah satu
keterbatasan dari penelitian ini.

Kesukaan secara keseluruhan terhadap media poster


Sebanyak 31 contoh (83.7%) menyatakan sangat menyukai media poster.
Sebanyak 5 contoh (13.5%) menyatakan menyukai media poster. Sebanyak 1
contoh (2.7%) menyatakan kurang menyukai media poster, dan tidak ada contoh
yang menyatakan tidak menyukai media poster. Secara keseluruhan, terdapat 31
contoh (83.7%) berada dalam rentang sangat menyukai media poster. Sebaran
contoh berdasarkan kesukaan terhadap media poster secara keseluruhan disajikan
pada Tabel 11.
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap media poster secara
keseluruhan
Kelompok Perlakuan Media Poster
Kesukaan Terhadap Media Poster
N %
Sangat Suka 31.0 83.7
Suka 5.0 13.5
Kurang Suka 1.0 2.7
Tidak Suka 0.0 0.0
Total 37.0 100.0

Berdasarkan Tabel 11, sebagian besar contoh menyatakan bahwa sangat


suka terhadap media poster (83.7%). Tingginya persentase contoh yang sangat
menyukai media poster dapat disebabkan oleh isi poster yang mengandung lebih
banyak ilustrasi atau gambar daripada kata-kata. Menurut Moriarty (1991), orang
akan cenderung lebih suka dan mengingat media yang memuat lebih banyak
ilustrasi daripada kata-kata. Meskipun demikian, terdapat 1 orang contoh (2.7%)
yang menyatakan kurang menyukai media poster. Alasan dari contoh yang kurang
menyukai media poster dapat digali dengan menggunakan kuesioner pertanyaan
terbuka, akan tetapi belum dilakukan pada penelitian ini.
26

Daya Terima Contoh Terhadap Media Visual Leaflet

Terdapat enam aspek yang digunakan dalam melihat daya terima contoh
terhadap media visual leaflet, yaitu pemahaman materi, ukuran tulisan, menarik
atau tidaknya gambar, komposisi warna, pesan gizi yang disampaikan, dan
kesukaan terhadap leaflet secara keseluruhan. Digunakan skala likert empat poin
pada pengukuran daya terima contoh, dengan kategori skor yang digunakan
adalah tidak menyukai media untuk skor <40, kurang menyukai media untuk skor
40 – 60, cukup menyukai media untuk skor 60 – 80, dan sangat menyukai media
untuk skor >80 (Saloso 2010).

Pemahaman materi pada media leaflet


Sebanyak 21 contoh (55.3%) menyatakan bahwa isi materi sarapan pada
media leaflet sangat mudah dipahami. Sebanyak 16 contoh (42.1%) menyatakan
bahwa isi materi yang terdapat dalam leaflet mudah dipahami. Sebanyak 1 contoh
(2.6%) menyatakan bahwa isi materi kurang mudah dipahami, dan tidak ada
contoh yang menyatakan bahwa isi materi dalam leaflet sulit dipahami. Sebaran
contoh berdasarkan pemahaman materi pada media leaflet disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pemahaman materi pada media leaflet
Kelompok Perlakuan Media Leaflet
Pemahaman Materi Media Leaflet
N %
Sangat Mudah Dipahami 21 55.3
Mudah Dipahami 16 42.1
Kurang Mudah Dipahami 1 2.6
Sulit Dipahami 0 0
Total 38 100

Berdasarkan Tabel 12, sebagian besar contoh menyatakan bahwa materi


pada leaflet cenderung sangat mudah dipahami dan mudah dipahami, hal tersebut
dapat terjadi karena penggunaan kata-kata yang jelas dan gamblang pada leaflet,
sehingga akan lebih mudah bagi contoh untuk memahami materi yang dimaksud.
Meskipun demikian, terdapat 1 contoh (2.6%) yang menyatakan materi kurang
mudah dipahami. Hal tersebut dapat terjadi karena pada leaflet hanya sedikit
mengandung gambar ilustrasi, penggunaan gambar pada leaflet hanya berfungsi
sebagai pendukung teks. Kurangnya penggambaran dari teks yang disampaikan
dapat menjadi faktor kurang dipahaminta materi tersebut, akan tetapi sebaiknya
penggalian alasan dilakukan dengan menggunakan kuesioner pertanyaan terbuka.

Ukuran tulisan pada media leaflet


Sebanyak 38 contoh (100%) menyatakan bahwa tulisan yang terdapat
pada media leaflet dapat terbaca dengan baik. Tidak ada contoh yang menyatakan
bahwa tulisan pada media leaflet terlalu besar , terlalu kecil, dan tidak dapat
terbaca. Sebaran contoh berdasarkan ukuran tulisan pada media leaflet disajikan
pada Tabel 13.
27

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan aspek ukuran tulisan pada media leaflet
Kelompok Perlakuan Media Leaflet
Ukuran Tulisan pada Media Leaflet
N %
Tulisan Dapat Terbaca dengan Baik 38.0 100
Tulisan Terlalu Besar 0.0 0.0
Tulisan Terlalu Kecil 0.0 0.0
Tulisan Tidak Dapat Terbaca dengan Baik 0.0 0.0
Total 38.0 100.0

Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa semua contoh (100%) menyatakan


bahwa tulisan pada leaflet dapat terbaca dengan baik. Hal tersebut menunjukan
bahwa ukuran tulisan yang terdapat pada leaflet sudah tepat. Ukuran tulisan dalam
sebuah leaflet tidak boleh terlalu kecil ataupun terlalu besar. Jika ukuran tulisan
terlalu kecil dan ditambah lagi dengan penataan teks yang rapat, leaflet akan
terlihat sangat penuh dan menumpuk, selain tulisan akan menjadi sulit dibaca,
orang akan enggan membacanya karena tidak menarik. Ukuran tulisan di dalam
leaflet juga tidak boleh terlalu besar, ukuran tulisan yang terlalu besar akan
menyebabkan kemungkinan kurang lengkapnya informasi yang ingin disampaikan
karena ketidakcukupan ruang yang tersedia dalam leaflet. Oleh karena itu, ukuran
tulisan pada leaflet haruslah dapat terbaca dengan baik agar informasi dapat
disampaikan secara utuh dan penataan teksnys (layout) tidak terlalu rapat
sehingga dapat terbaca dalam rentang jarak baca (15 – 30 cm) (Moriarty 1991).

Komposisi warna pada media leaflet


Sebanyak 19 contoh (50%) menyatakan bahwa komposisi warna pada
media leaflet sangat menarik. Sebanyak 19 contoh (50%) menyatakan bahwa
komposisi warna pada media leaflet menarik. Tidak ada contoh yang menyatakan
bahwa komposisi warna pada media leaflet kurang menarik dan tidak menarik.
Sebaran contoh berdasarkan komposisi warna pada media leaflet disajikan pada
Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan aspek komposisi warna pada media leaflet
Kelompok Perlakuan Media Leaflet
Komposisi Warna pada Media Leaflet
N %
Warna Sangat Menarik 19 50.0
Warna Menarik 19 50.0
Warna Cukup Menarik 0 0
Warna Tidak Menarik 0 0
Total 38 100

Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa contoh menyebar secara rata ke


dua skala daya terima komposisi warna, yaitu warna sangat menarik (50%) dan
warna menarik (50%). Pada aspek komposisi warna, media leaflet dinilai
memiliki komposisi warna yang menarik karena terdapat perbedaan kontras antara
warna latar media dengan warna gambar atau ilustrasi yang digunakan. Digunakan
warna putih sebagai warna latar serta ilustrasi yang berwarna-warni. Warna yang
kontras antara latar dengan ilustrasi dapat menarik perhatian orang-orang,
28

terutama contoh, sehingga dapat menarik minat contoh untuk membaca pesan gizi
yang disampaikan (Moriarty 1991). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Oshagh et al (2011) mengenai efek leaflet pada pengetahuan kesehatan gigi orang
tua menunjukan bahwa contoh lebih menyukai leaflet buatan peneliti yang
dirancang ulang dan penuh warna, dibandingkan dengan leaflet dari The British
Dental Health Foundation (BDHF) yang tidak berwarna.

Gambar pada media leaflet


Sebanyak 25 contoh (65.8%) menyatakan bahwa gambar yang terdapat
pada media leaflet sangat menarik. Sebanyak 13 contoh (34.2%) menyatakan
bahwa gambar yang terdapat pada media leaflet menarik. Tidak ada contoh yang
menyatakan bahwa gambar yang terdapat pada media leaflet kurang menarik dan
tidak menarik. Sebaran contoh berdasarkan gambar yang terdapat pada media
leaflet disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan aspek gambar pada media leaflet
Kelompok Perlakuan Media Leaflet
Gambar pada Media Leaflet
N %
Gambar Sangat Menarik 25.0 65.8
Gambar Menarik 13.0 34.2
Gambar Cukup Menarik 0.0 0.0
Gambar Tidak Menarik 0.0 0.0
Total 38.0 100.0

Berdasarkan Tabel 15, diketahui bahwa sebagian besar contoh menyatakan


bahwa gambar di dalam media leaflet menarik. Penggunaan gambar pada leaflet
ini ditujukan sebagai ilustrasi pendukung dari teks yang sudah dipaparkan, bukan
sebagai hasil representatif dari pesan gizi yang ingin disampaikan. Gambar
berbentuk kartun serta secara umum diketahui bahwa anak-anak suka dan tertarik
dengan gambar kartun, sebagaimana dijelaskan dalam penelitian Roberto (2010).
Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar contoh merasa makanan
dengan kartun sebagai tokoh dalam kemasannya lebih enak daripada makanan
dengan kemasan polos, hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan kartun dapat
menimbulkan rasa ketertarikan pada anak dan mempengaruhi pilihannya. Oleh
karena itu, penggunaan gambar yang menarik perlu diperhatikan agar media dapat
menarik perhatian anak dan pesan tersampaikan secara efektif. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sudo (2011) di Perfektur Saitama, Jepang,
diketahui bahwa subjek lebih menyukai leaflet yang disertai ilustrasi atau gambar
atau foto dari materi yang diberikan, dibandingkan hanya teks secara keseluruhan.

Pesan gizi yang disampaikan pada media leaflet


Sebanyak 14 contoh (36.8%) menyatakan bahwa pesan gizi mengenai
sarapan yang disampaikan melalui media leaflet sangat mudah dipahami.
Sebanyak 24 contoh (63.2%) menyatakan bahwa pesan gizi mengenai sarapan
yang disampaikan melalui media leaflet mudah dipahami. Tidak ada contoh yang
menyatakan bahwa pesan gizi mengenai sarapan yang disampaikan melalui media
leaflet sulit dipahami dan sangat sulit dipahami. Sebaran contoh berdasarkan
pesan gizi yang disampaikan melalui media leaflet disajikan pada Tabel 16.
29

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan aspek pesan gizi pada media leaflet
Kelompok Perlakuan Media Leaflet
Pesan Gizi pada Media Leaflet
N %
Sangat Mudah Dipahami 14.0 36.8
Mudah Dipahami 24.0 63.2
Sulit Dipahami 0.0 0.0
Sangat Sulit Dipahami 0.0 0.0
Total 38.0 100.0

Berdasarkan Tabel 16, diketahui bahwa sebagian besar contoh menyatakan


bahwa pesan gizi di dalam leaflet mudah dipahami (63.2%). Tingginya persentase
contoh yang mudah memahami pesan gizi yang disampaikan di dalam leaflet
disebabkan oleh penggunaan bahasa yang sederhana dan disesuaikan dengan
tingkat pendidikan dan usia contoh. Poin utama dalam penyampaian pesan melalui
sebuah media adalah penggunaan bahasa yang sederhana dan penulisan pesan
yang disesuaikan dengan tingkatan contoh, baik tingkat pendidikan dan usia
contoh (Oshagh et al 2011).

Kesukaan secara keseluruhan terhadap media leaflet


Sebanyak 20 contoh (52.6%) menyatakan sangat menyukai media leaflet.
Sebanyak 18 contoh (47.7%) menyatakan menyukai media leaflet. Tidak ada
contoh yang menyatakan menyatakan kurang menyukai dan tidak menyukai
media leaflet. Secara keseluruhan, terdapat 38 contoh yang berada dalam rentang
penerimaan kurang menyukai media leaflet. Sebuah media dikategorikan kurang
daya terima atau tingkat kesukaannya jika persentase penerimannya berada dalam
rentang 40 – 60 (Saloso 2010). Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap
media leaflet secara keseluruhan disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan kesukaan terhadap media leaflet secara
keseluruhan
Kelompok Perlakuan Media Leaflet
Kesukaan Terhadap Media Leaflet
N %
Sangat Suka 20.0 52.6
Suka 18.0 47.4
Kurang Suka 0.0 0.0
Tidak Suka 0.0 0.0
Total 38.0 100.0

Berdasarkan aspek kesukaan secara keseluruhan pada media leaflet,


diketahui bahwa contoh menyebar secara rata ke dua skala, yaitu sangat suka dan
suka, artinya secara umum contoh menyukai dan dapat menerima media leaflet
yang diberikan. Sudo (2011) dalam penelitiannya mengenai efektivitas leaflet
dalam pemberian pendidikan gizi menyatakan bahwa desain cover leaflet
merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi kesukaan dan perhatian
pembaca.
30

Pengetahuan Gizi

Skor pengetahuan gizi contoh diperoleh dari hasil pre test, post test 1, dan
post test 2. Berdasarkan Khomsan (2000), skor pengetahuan gizi dikategorikan
kurang jika skor <60, sedang jika skor 60 – 80, dan baik jika skor >80. Terdapat
tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok perlakuan kontrol, kelompok perlakuan
poster, dan kelompok perlakuan leaflet. Pada kelompok perlakuan poster dan
leaflet, dilakukan tiga kali pemberian pertanyaan mengenai pengetahuan gizi,
yaitu pre test yang merupakan pemberian pertanyaan sebelum diberikan intervensi
media pendidikan gizi, kemudian post test 1 dan post test 2 yang merupakan
pemberian pertanyaan pengetahuan gizi sarapan setelah diberikan intervensi
media pendidikan gizi, sedangkan pada kelompok kontrol hanya dilakukan
pemberian pertanyaan pada pre test dan post test 2. Berikut disajikan hasil pre test,
post test 1, dan post 2 pada ketiga kelompok perlakuan dalam Tabel 18.
Tabel 18 Pengetahuan gizi contoh pada ketiga kelompok perlakuan
Pengetahuan Kelompok Kelompok Kelompok Uji
gizi contoh Poster Kontrol Leaflet Kruskal-
N % N % N % Wallis
Kurang 1.0 2.7 0.0 0.0 0.0 0.0
Sedang 15.0 40.5 15.0 41.7 9.0 23.7
Pre Baik 21.0 56.8 21.0 58.3 29.0 76.3 p = 0.303
test
Total 37.0 100.0 36.0 100.0 38.0 100.0
Rata-rata ±
SD 77.8 ± 12.5 80.0 ± 11.7 82.1 ± 10.2
Kategori Sedang Sedang Baik
Kurang 0.0 0.0 0.0 0.0
Sedang 10.0 27.0 Kontrol tidak 5.0 13.2
Post Baik 27.0 73.0 ada post test 1 33.0 86.8 p = 0.000
test 1
Total 37.0 100.0 38.0 100.0
Rata-
85.9 ± 13.4 86.3 ± 10.5
rata±SD
Kategori Baik Baik
Kurang 0.0 0.0 0.0 0.0 2.0 5.3
Sedang 7.0 18.9 24.0 66.7 15.0 39.5

Post Baik 30.0 81.1 12.0 33.3 21.0 55.3


p = 0.103
test 2 Total 37.0 100.0 36.0 100.0 38.0 100.0
Rata-
86.5±12.1 81.1±10.3 84.2±11.8
rata±SD
Kategori Baik Baik Baik
Uji beda
Gain Pre test-
8.1 (p = 0.003) - 4.2 (p = 0.021)
score post test 1
Pre test-
8.7 (p = 0.002) 1.1 (p = 0.498) 2.1 ( p = 0.362)
post test 2
Post test 1-
0.6 (p = 0.746) - -2.1 (p = 0.219)
post test 2
31

Pengetahuan merupakan hasil dari pengalaman. Pengetahuan dapat


diperoleh dengan adanya penyampaian informasi dari guru, orang tua, teman,
buku, surat kabar, dan berbagai media komunikasi lainnya. Dengan adanya
pengetahuan diharapkan anak dapat berperilaku dan bersikap sesuai dengan
pengetahuan yang telah ia punya (WHO 1992). Pengetahuan dapat diberikan
dengan adanya pendidikan. Melalui pendidikan, diharapkan pesan atau materi
pendidikan dapat dikomunikasikan kepada sasaran didik dengan baik dan benar.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
dalam pemilihan makanan sehingga mempengaruhi keadaan gizi individu tersebut.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang, maka diharapkan semakin
baik keadaan gizinya (Khomsan 2000). Berdasarkan Khomsan (2000), seseorang
yang memiliki pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan individu tersebut
dari konsumsi pangan yang salah.
Pada pendidikan gizi, terdapat beberapa istilah gizi dan kesehatan yang
tidak dimengerti oleh orang awam, sehingga pendidikan gizi diharapkan dapat
menyampaikan pesan gizi dengan modifikasi bahasa yang dapat dimengerti oleh
sasaran pendidikan (WHO 1992).
Pendidikan gizi dapat disampaikan melalui berbagai metode dan media.
Terdapat beberapa jenis media pendidikan gizi, Khomsan (2000) membagi media
pendidikan gizi ke dalam tiga golongan, yaitu (1) Media audio, merupakan alat
peraga yang dapat didengar, misalnya lagu, (2) Media Visual, merupakan jenis
alat peraga yang dapat dilihat, seperti poster, buku, dan leaflet, serta (3) Media
Audio Visual, merupakan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar, seperti film.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Saloso (2010), yaitu pengaruh media
visual (kartu bergambar) dan media audio (lagu anak-anak) terhadap pengetahuan
gizi (PUGS dan PHBS) siswa sekolah dasar negeri di Kota Bogor memberikan
hasil yang positif. Pengetahuan gizi siswa secara signifikan bertambah setelah
dilakukan pendidikan gizi dengan menggunakan kedua media tersebut jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol (tidak mendapatkan pendidikan gizi).
Pada penelitian ini dilakukan pemberian pendidikan gizi kepada dua
sekolah dasar di Kota Bogor, yaitu SDN 05 Pengadilan dan SDN 02 Batu Tulis,
serta SDN 1 Pajajaran sebagai kelompok kontrol. SDN 05 Pengadilan
mendapatkan pendidikan gizi melalui media poster (media visual), dan SDN 02
Batu Tulis juga mendapatkan pendidikan gizi melalui media visual, yaitu leaflet.
Media pendidikan visual poster dan leaflet dipilih karena media tersebut
merupakan media yang paling sederhana dan paling mudah dijangkau oleh siswa
di berbagai daerah (WHO 1992), selain itu pemilihan kedua materi tersebut
dimaksudkan untuk membandingkan efektivitas dari dua media pendidikan visual
dengan karakteristik media yang berbeda. Materi pendidikan gizi yang diberikan
kepada siswa adalah Sarapan, dengan sepuluh poin pertanyaan, meliputi
pengertian sarapan, waktu sarapan, akibat tidak sarapan, manfaat sarapan, sarapan
mencegah kegemukan, jumlah energi dan protein sarapan, jenis makanan dalam
menu sarapan, contoh menu sarapan bergizi, pemahaman jenis menu sarapan
bergizi, dan jenis jajanan pengganti sarapan.
Tingkat pengetahuan gizi dapat diketahui dengan menggunakan instrument
pengukuran pengetahuan gizi, salah satunya adalah instrument yang berbentuk
pertanyan pilihan ganda dengan jenis pertanyaan tertutup, artinya skor jawaban
benar adalah 1 dan jika salah skornya adalah 0, skor jawaban tersebut kemudian
32

dikategorikan sesuai dengan cut off dari skor yang telah dijadikan persen.
Kategori tingkat pengetahuan gizi terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu kategori
tinggi atau baik (>80%), sedang (60% - 80%), dan rendah atau kurang (<60%),
pada beberapa penelitian juga dapat digunakan nilai rata-rata pengetahuan gizi
(Khomsan 2000). Pengukuran tingkat pengetahuan gizi diberikan melalui
pertanyaan pre test, yaitu pertanyaan yang diberikan sebelum materi pendidikan
gizi diberikan dan post test, yaitu pertanyaan yang diberikan setelah materi
pendidikan gizi diberikan.
Pre test diberikan di tahap awal penelitian. Berdasarkan Khomsan (2000),
baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan media visual (poster dan
leaflet),) berada pada kategori tingkat pengetahuan gizi yang berbeda. Pada pre
test 1, kelompok perlakuan 1, yaitu pemberian media poster, memiliki tingkat
pengetahuan sedang (77.8 ± 12.5), kelompok perlakuan 3, yaitu pemberian media
leaflet memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik (82.1 ± 10.2) sedangkan pada
kelompok kontrol memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang (80.0 ± 11.7).
Hasil post test 1 menunjukan bahwa terdapat peningkatan skor
pengetahuan gizi pada kelompok perlakuan media poster dan leaflet, sedangkan
pada kelompok kontrol tidak dilakukan. Kelompok perlakuan media poster
mengalami peningkatan skor pengetahuan gizi (77.8 ± 12.5 menjadi 85.9 ± 13.4, p
= 0.003; p<0.05) sehingga kategori tingkat pengetahuan gizi yang awalnya
kategori sedang meningkat menjadi kategori baik dengan peningkatan
pengetahuan gizi yang signifikan atau berbeda nyata di antara pre test dan post
test 1. Kelompok perlakuan leaflet mengalami peningkatan skor pengetahuan gizi
(82.1 ± 10.2 menjadi 86.3 ± 10.5, p = 0.021; p<0.05) dengan kategori
pengetahuan gizi tetap, yaitu kategori baik dan peningkatan pengetahuan gizi yang
signifikan atau berbeda nyata di antara pre test dan post test 1. Meningkatnya skor
pengetahuan gizi dari pre test ke post test 1 menunjukan bahwa pemberian
pendidikan gizi dengan media yang sesuai dapat memberikan pengetahuan pada
contoh sehingga tingkat dan skor pengetahuan gizinya menjadi meningkat. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Shariff (2008) dan Vijayapushpam (2009),
yaitu meningkatnya pengetahuan gizi contoh setelah diberikan intervensi
pendidikan pada periode waktu tertentu, hal tersebut disebabkan oleh terpaparnya
contoh dengan informasi pengetahuan gizi
Pada hasil post test 2, dilakukan pengukuran skor pengetahuan gizi pada
kedua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pengukuran skor pengetahuan
gizi pada ketiga kelompok tersebut menunjukan hasil yang beragam. Kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan media poster mengalami kenaikan skor
pengetahuan gizi, dengan kategori pengetahuan gizi tetap, sedangkan kelompok
perlakuan leaflet mengalami penurunan skor pengetahuan gizi, akan tetapi tidak
mempengaruhi kategori pengetahuan gizi kelompok tersebut. Kelompok kontrol
meningkat skor pengetahuan gizinya pada pre test dan post test 2 (80.0 ± 11.7
menjadi 81.1 ± 10.4, p = 0.498; p>0.05). Kenaikan skor pengetahuan gizi pada
kelompok kontrol dapat disebabkan oleh kemungkinan terpaparnya kelompok
kontrol dengan pengetahuan gizi dari media lainnya. Menurut Notoatmodjo
(2007), peningkatan pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
tingkat pendidikan yang dimiliki, akses terhadap sumber informasi, pengalaman,
dan kegiatan penyuluhan. Kelompok perlakuan media poster juga mengalami
peningkatan skor pengetahuan gizi pada post test 1 dan post test 2 (85.9 ± 13.4
33

menjadi 86.5 ± 12.1, p = 0.746; p>0.05), akan tetapi peningkatan skor


pengetahuan gizi dari post test 1 ke post test 2 tidak berbeda signifikan. Kelompok
perlakuan media leaflet mengalami penurunan skor pengetahuan gizi (86.3 ± 10.5
menjadi 84.2 ± 11.8, p = 0.219; p>0.05), namun penurunan skor yang terjadi pada
kelompok leaflet tidak menunjukan perbedaan yang signifikan dengan hasil post
test 1.
Uji beda skor pengetahuan gizi dalam masing-masing kelompok juga
dilakukan antara skor pre test dengan post test 2. Pada kelompok perlakuan
poster, skor pengetahuan gizi meningkat (77.8 ± 12.5 menjadi 86.5 ± 12.1, p =
0.002; p<0.05) dan terdapat perbedaan signifikan antara hasil pre test dengan post
test 2, selain skor pengetahuan gizi yang meningkat, diketahui terjadi peningkatan
kategori atau tingkat pengetahuan gizi, yaitu dari kategori sedang (60 – 80)
menjadi kategori baik (>80). Pada kelompok perlakuan leaflet skor pengetahuan
gizi antara pre test dan post test 2 mengalami peningkatan (82.1 ± 10.2 menjadi
84.2 ± 11.8, p = 0.362; p>0.05), dengan perbedaan skor yang tidak signifikan
antara pre test dengan post test 2. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pemberian pendidikan gizi melalui media poster dapat meningkatkan skor
pengetahuan gizi secara signifikan, baik dari pre test ke post test 1 dan dari pre
test ke post test 2 dan merupakan media yang paling efektif dalam meningkatkan
skor pengetahuan gizi.
Berdasarkan uji Kruskal-Wallis yang dilakukan untuk mengetahui
perbedaan hasil peningkatan pengetahuan gizi pada ketiga perlakuan menunjukan
perbedaan yang tidak signifikan (p>0.05) pada pre test (p = 0.303) dan post test 2
(p = 0.103), akan tetapi skor pengetahuan gizi pada post test 1 menunjukan
perbedaan yang signifikan di antara ketiga kelompok perlakuan (p = 0.000).
Peningkatan skor pengetahuan gizi terutama terjadi pada kelompok media
poster, yaitu dari pre test, post test 1, dan post test 2. Hal tersebut menunjukan
bahwa media poster mampu meningkatkan rata-rata skor pengetahuan gizi contoh
kelompok perlakuan media poster. Hal ini dapat terjadi karena dengan
penggunaan media poster, siswa terbiasa untuk membaca dan melihat poster yang
tertempel di ruang kelas setiap hari sehingga memori pengetahuan gizi yang
diberikan pada pendidikan menjadi tersimpan lebih lama, bahkan setelah
dilakukannya post test 2. Menurut Schneider dan Bjorklund (1997), teori
pengulangan tersebut disebut dengan rehearsal, yang merupakan salah satu
strategi meningkatkan memori dengan cara mengulangi berkali-kali informasi
yang didapatkan. Penurunan nilai post test 2 pada media leaflet dapat disebabkan
karena leaflet merupakan media yang hanya dibaca satu kali atau beberapa kali
saja oleh contoh sehingga memungkinkan penurunan memori mengenai materi
tersebut.
Peningkatan skor jawaban benar pada contoh, terutama pada kelompok
perlakuan media poster sesuai dengan penelitian mengenai iklan yang dilakukan
oleh Starch (1966) dalam Moriarty (1991), yaitu orang akan lebih mengingat iklan
yang mengandung ilustrasi dibandingkan hanya kata-kata. Media komunikasi
visual yang baik mengandung karakteristik cerah, penuh warna, dan kontras.
Ekspresi visual digambarkan dengan ilustrasi atau gambar dan komposisi warna
(harus kontras antara latar belakang dengan warna pesan). Kombinasi keduanya
ditujukan untuk menarik perhatian sehingga pesan dapat tersampaikan dengan
efektif. Selain itu digunakan juga jargon untuk menarik perhatian dan
34

menekankan pesan yang ingin disampaikan. Berdasarkan Lester (2006), otak


merespon pada bentuk, gerakan, warna, bentuk, dan struktur. Semakin sering kita
melihat sebuah gambaran atau bentuk simboliknya, maka interpretasi yang akan
didapatkan akan terjadi lebih cepat dan dapat diterima lebih baik. Media
pendidikan gizi poster merupakan jenis media komunikasi visual yang berupa
lembaran kertas besar dengan ukuran rata-rata poster adalah 90 cm untuk panjang
poster dan 60 cm untuk lebar poster. Pada poster digunakan lebih banyak ilustrasi
daripada kata-kata, penggunaan ilustrasi dimaksudkan untuk menarik perhatian
contoh. Selain itu poster merupakan media yang ditempel pada tempat-tempat
strategis, misalnya di dinding kelas, sehingga dapat terlihat dengan baik oleh
contoh kapan saja, sedangkan leaflet merupakan media yang dapat dibawa-bawa,
akan tetapi rentan hilang.
Pemilihan jenis media visual untuk penelitian ini didasarkan pada jenis
tahapan adopsi perilaku yang ingin diidentifikasi oleh peneliti. Terdapat lima
tahapan adopsi perilaku menurut Rogers (Notoatmodjo 2007), yaitu awareness
(kesadaran), interest (rasa tertarik), evaluation (menimbang-nimbang), trial
(mencoba-coba), dan adoption (adopsi perilaku). Kesadaran merupakan saat
ketika seseorang menyadari stimulus yang diberikan. Kesadaran dapat timbul dari
adanya perhatian yang diberikan oleh orang tersebut, kemudian memberikan
stimulus, dan respon terhadap objek tersebut. Interest merupakan rasa tertarik
terhadap objek tersebut, setelah adanya perhatian dan kesadaran akan suatu objek,
maka akan timbul rasa tertarik seseorang. Tahap selanjutnya adalah evaluation,
yaitu ketika seseorang menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus atau
objek tersebut bagi dirinya, kemudian trial merupakan tahapan ketika orang
tersebut mulai mencoba stimulus sesuai kehendaknya, tahapan terakhir adalah
adoption, yaitu orang tersebut sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo 2007). Berdasarkan
kelima tahapan tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi
apakah media visual sudah cukup efektif untuk menarik perhatian contoh,
sehingga tahap yang ingin diidentifikasi adalah tahap awareness (kesadaran).
Berdasarkan hasil skor pengetahuan gizi dan daya terima kelompok
intervensi, diketahui bahwa media poster memiliki peningkatan skor pengetahuan
gizi yang signifikan, baik dalam pre test, post test 1, maupun post test 2,
dibandingkan dengan kelompok leaflet dan kelompok kontrol, serta daya terima
pada media poster secara keseluruhan lebih tinggi daripada leaflet. Peningkatan
skor yang signifikan pada poster dapat disebabkan oleh daya terima poster yang
tinggi. Dari segi awareness, poster diketahui mendapatkan perhatian yang lebih
tinggi daripada poster walaupun kedua media didesain untuk menimbulkan
perhatian, akan tetapi karakteristik poster yang ditempel di dinding dan pintu
masuk kelas memungkinkan contoh untuk memberi perhatian lebih kepada poster
dan membacanya berulang kali, dibandingkan leaflet yang dibagikan. Ketika
leaflet dibagikan, contoh akan membaca, melipatnya, dan menyimpan leaflet
tersebut, sehingga informasi yang diberikan pada leaflet hanya dibaca sesekali.
35

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pengembangan materi pendidikan gizi yang sesuai, terutama pada


penelitian ini adalah media visual poster dan leaflet, penting untuk dilakukan agar
pesan gizi yang dimuat dapat tersampaikan secara efektif. Berdasarkan hasil
penelitian, diketahui bahwa daya terima media poster secara keseluruhan lebih
tinggi daripada media leaflet. Peningkatan skor pengetahuan gizi dari pre test,
post test 1 hingga post test 2 signifikan terjadi pada kelompok media poster.
Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa leaflet merupakan media
yang kurang efektif diberikan untuk anak-anak.

Saran

Pada penelitian selanjutnya mengenai pendidikan gizi dengan intervensi


media, diharapkan peneliti dapat mengetahui dan menganalisis akses contoh
terhadap informasi gizi lainnya, selain yang diberikan oleh peneliti. Selain itu,
untuk kuesioner daya terima, peneliti diharapkan memberikan kuesioner dalam
bentuk semi terbuka, yaitu terdapat skala yang dapat mereka pilih dan terdapat
pertanyaan mengenai alasan mereka memilihi skala tersebut. Pada semua
kelompok, baik kontrol maupun intervensi, sebaiknya diberikan jumlah test yang
sama untuk menghindari adanya kesalahan dalam uji statistika.

DAFTAR PUSTAKA

Clark RE. 1983. Reconsidering research on learning from media. Review of


Educational Research. 53(4):445-459.doi 10.3102/00346543053004445
Contento I. 2007. Nutrition Education: linking research, theory, and practice
[ulasan]. Asia Pac J Clin Nutr. 17(1):176-179
Egal AA, Oldewage-Theron WH. 2009. The Evaluation of a Nutrition Education
Programme on the Nutrition Knowledge of Children Aged Six and Seven years.
Journal of Family Ecology and Consumer Sciences. 37
Hardinsyah. 2012. Breakfast in Indonesia. Materi Symposium Healthy Breakfast.
Ikada DC. 2010. Tingkat penerimaan buku cerita bergambar sebagai media
pendidikan gizi dan pengaruhnya terhadap pengetahuan gizi anak sekolah dasar
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Lester PM. 2006. Syntactic theory of visual communication. Visual
Communication Theory Handout.
McNeal C, Srinivasan V, Spaulding C, Warren C, Coppin JD, Doucet L, Shimek
C, Paulhill K. 2009. Middle School Nutrition Education Project. Departement
36

of Agriculture, Food and Nutrition Services. Institute for Obesity Research and
Program Evaluation. United States.
Motamedrezaei O, Moodi M, Miri MR, Khodadadi M. 2013. The Effect of
Nutrition and Food Hygiene Education on the Knowledge of Female
Elementary School Teachers in City of Ferdows. J Edu Health Promot. 2:10
Moriarty SE. 1991. Creative Advertising: Theory and Practice Second Edition.
Republic of Singapore: Prentice-Hall International Editions.
Muehlhoff E, Sherman J. 2007. Developing a Nutrition and Health Education
Program for Primary Schools in Zambia. J Nutr Educ Behav. 39:335-342.
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
___________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Oshagh M, Danaei SM, Ghahremani Y, Pujuhi N, Boushehri SG. 2011. Impact of
nE ion l L fl on P n ’ knowl g n Aw n of Chil n’ on
Orthodontic Problem in Shiraz. EMHJ. 17(2).
Rachmaniah M, Tanziha I, Firman I, Herdiani Y. 2013. Peningkatan kesehatan
masyarakat melalui nteractive breakfast nutrition learning content management
system berbasis mobile untuk siswa sekolah dasar. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor
Roberto CA. . Infl n of Li n Ch on Chil n’ T te and
Snack Preferences. Pediatrics. 126(1): 88-93.doi:10.1542/peds.2009-3433.
Sadiman AS, Rahardjo R, Haryono A, dan Rahardjito. 2006. Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfataannya. Jakarta: Pustekkom Dikbud
dan PT RajaGrafindo Persada.
Saloso I. 2010. Pengaruh media audio (lagu anak-anak) dan media visual (kartu
bergambar) terhadap pengetahuan gizi (PUGS dan PHBS) serta tingkat
penerimaannya pada anak usia sekolah dasar negeri di Kota Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Shariff et al. 2008. Nutrition Education Intervention Improves Nutrition
Knowledge, Attitude, and Practices of Primary School Children: A Pilot Study.
International Electronic Journal of Health Education. 11: 119-132.
Sleight DA. 2009. Characteristics of an Effective Poster. OMERAD and Michigan
State University Board of Trustees.
Sovyanhadi M, Cort MA. 2004. Effectiveness of Various Nutrition Education
Teaching Methods for High School Students: a Case Study in Alabama, United
States. Mal J Nutr. 10(1): 31-37.
Sudo N. 2011. Characteristics of Educational Leaflets that Attract Pregnant
Women. Health Services Insight. 4:1-10.
The American Dairy Association and Dairy Council, Inc (US). 2009. The
Nutritional and Academic Implication of Breakfast: Supporting methods for
increasing breakfast consumption among children and adolescents [paper]
Utter J, Scragg R, Mhurchu CN, Schaff D. 2007. At-home breakfast consumption
among New Zealand children: Associations with nutrition behavior. Journal of
the American Dietetic Association. 107:570-576.
Vijayapushpam T, Antony GM, Rao GM, Rao D. 2009. Nutrition and Health
Education Intervention for Student Volunteers: Topic-wise Assesment of
Impact Using a Non-parametric Test. Public Health Nutrition. 13 (1): 131-136.
[WHO]. 1992. Pendidikan Kesehatan. Penerjemah: Ida Bagus Tjitarsa. Bandung:
Penerbit ITB dan Universitas Udayana.
37

Lampiran 1 Kuesioner pengetahuan gizi mengenai sarapan untuk siswa


Sheet 2: Data PGTHN
A. Data Pengetahuan Sarapan Siswa
Beri tanda silang (x) pada jawaban yang kamu anggap benar. Pikirkan baik-
baik sebelum kamu menjawab.
Catatan: Hasil tes ini TIDAK akan berpengaruh pada nilaimu di Sekolah.

Pertanyaan Pengetahuan Sarapan


1. Apa itu sarapan?
a. Kegiatan makan dan minum yang dilakukan pada pagi hari.
b. Kegiatan makan dan minum yang dilakukan pada siang hari.
c. Kegiatan makan dan minum yang dilakukan sebelum tidur.
2. Sarapan sebaiknya dilakukan sejak pukul berapa?
a. Dari bangun tidur hingga siang hari.
b. Dari bangun tidur hingga pukul 09.00 pagi.
c. Dari bangun tidur hingga pukul 10.00 pagi.
3. Apa akibatnya jika kamu tidak sarapan?
a. Tidak mempunyai pengaruh apa-apa.
b. Tubuh terasa kaku.
c. Tubuh lemah, mudah mengantuk, dan kurang konsentrasi (daya ingat)
dalam belajar.
4. Sarapan mempunyai manfaat untuk apa?
a. Membuat tubuh menjadi lebih gemuk.
b. Membuat tubuh menjadi tetap sehat, aktif dan kuat, mudah konsentrasi,
cerdas, dan tidak mudah mengantuk.
c. Membuat tulang menjadi lebih besar.
5. Mengapa sarapan dapat mencegah dari kegemukan?
a. Karena dengan sarapan dapat mengurangi nafsu makan untuk jajan
secara berlebihan.
b. Karena dengan sarapan dapat membuat tubuh lemah.
c. Karena dengan sarapan dapat membuat tubuh kurang konsentrasi.
6. Berapa jumlah kalori dan protein yang harus dipenuhi melalui sarapan?
a. 500 kkal dan 12 gram protein.
b. 700 kkal dan 17 gram protein.
c. 500 kkal dan 17 gram protein.
7. Jenis makanan apa saja yang sebaiknya ada dalam menu sarapan?
a. Makanan pokok (nasi), lauk pauk (telur, tempe), sayur/buah, dan
minuman (susu/teh).
b. Makanan pokok (nasi), camilan, dan minuman (susu/teh)
c. Lauk pauk (telur, tempe), sayur/buah, dan minuman (susu/teh).
8. Contoh makanan sarapan yang bergizi adalah..
a. Satu potong roti dan satu gelas teh manis.
b. Satu pisang goreng dan satu gelas teh manis.
c. Satu piring nasi, satu butir telur ceplok, sayur bayam, dan 1 buah
pisang.
38

9. Jika hanya sarapan dengan roti, menurut kamu apakah sudah cukup
memenuhi kebutuhan gizi dari sarapan?
a. Sudah cukup.
b. Tidak cukup, seharusnya ditambah dengan buah.
c. Tidak cukup, seharusnya ditambah dengan buah dan sumber protein.
10. Jika kamu tidak sempat sarapan di rumah, maka sebaiknya makanan
jajanan yang sebaiknya dibeli sebagai pengganti sarapan adalah...
a. Nasi uduk saja.
b. Nasi uduk dengan tempe goreng.
c. Nasi uduk dengan tempe goreng dan pepaya.

Lampiran 2 Kuesioner daya terima media pendidikan gizi untuk siswa

Sheet 3: Data KSK


B. DATA KESUKAAN SISWA PADA MEDIA
Nama / Kelas : _____________________________________________
Catatan: Hasil tes ini TIDAK akan berpengaruh pada nilaimu di Sekolah.

Pilih jawaban dengan menyilang (X) pada hurufnya.


1. Menurutmu, bagaimana dengan isi materi yang dijelaskan dalam
Poster/leaflet tentang sarapan?
a. Sangat mudah dipahami
b. Mudah dipahami
c. Kurang mudah dipahami
d. Sulit untuk dipahami
2. Bagaimana dengan ukuran tulisan dalam Poster/leaflet tentang sarapan?
a. Tulisan dapat terbaca dengan baik
b. Tulisan terlalu besar
c. Tulisan kurang dapat terbaca/terlalu kecil
d. Tulisan tidak dapat dibaca
3. Bagaimana gambar-gambar yang terdapat dalam Poster/leaflet tentang
sarapan?
a. Gambar sangat menarik
b. Gambar cukup menarik
c. Gambar kurang menarik
d. Gambar tidak menarik
4. Bagaimana dengan pemilihan warna yang terdapat dalam Poster/leaflet
tentang sarapan?
a. Warna sangat menarik
b. Warna cukup menarik
c. Warna kurang menarik
d. Warna tidak menarik
5. Menurutmu, bagaimana dengan pesan gizi yang disampaikan dalam
Poster/leaflet tentang sarapan?
a. Sangat mudah dipahami
b. Mudah dipahami
c. Kurang mudah dipahami
39

d. Sulit untuk dipahami


6. Secara keseluruhan apakah kamu menyukai Poster/leaflet tentang sarapan?
a. Sangat menyukai
b. Cukup menyukai
c. Kurang menyukai
d. Tidak menyukai
40

RIWAYAT HIDUP

Defika Annisa Cita merupakan anak pertama dari Deden Rucita Hidayat
Ahmad dan Rifka Netawati, yang dilahirkan di Sidoharjo, Lampung, pada 14 Mei
1992. Pada tahun 2007, penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 1 Kota Serang dan pada tahun 2010, lulus dari Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri 1 Kota Serang. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
pada tahun 2010 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
Selama di IPB, penulis aktif mengikuti berbagai organisasi tingkat kampus
maupun departemen, seperti International Association of Students in Agriculture
and Related Sciences Local Committee IPB (IAAS LC IPB), IPB Debating
Community (IDC), Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (Himagizi), dan Badan
Konsultasi Gizi (BKG). Penulis juga aktif mengikuti beberapa kegiatan non-
akademik, seperti menjadi delegasi World Trade Organization (WTO) dalam
Indonesia Model United Nations (IMUN) 2010, semifinalis nasional Danone
Young Social Entrepreneurship (DYSE) 2013, delegasi IPB dan Indonesia dalam
The 4th International Agricultural Students Symposium, juara 2 internal IVED
selection english debating competition 2010, juara 2 CONCERTO english
debating competition 2011, sekaligus meraih penghargaan best speaker,
Semifinalist Novice Indonesia Varsity English Debating Championship 2013,
Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) didanai DIKTI pada tahun 2011,
yaitu PKM bidang Kewirausahaan dengan judul Pemanfaatan Limbah Tepung
Agar sebagai Bahan Pakan Konsentrat Ternak Sapi yang Ekonomis, Ramah
Lingkungan, dan Sarat Gizi serta pada tahun 2014, yaitu PKM bidang
P ng b i n k p m y k ng n j lK Gizi P i “KARGIPEDIA”
sebagai solusi efektif peningkatan pengetahuan gizi dalam upaya optimalisasi
kesehatan Orang Dengan HIV AIDS (ODHA).
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Pengantar Biokimia
Gizi pada tahun 2012 dan asisten praktikum mata kuliah Metabolisme Zat Gizi
pada tahun 2013. Penulis pernah menjadi volunteer atau relawan dalam Festival
Gerakan Indonesia Mengajar tahun 2013 dan Final Olimpiade Sains Kuark tahun
2014. Penulis menyelesaikan masa kuliah kerja profesi di desa Ciadeg,
Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dan masa internship
dietetic di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai