PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang
pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi. Pada akhir
masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap.
Pandangan ini mungkin terlalu optimis bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu
yang berlangsung terjadi menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal.
Namun beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa maslah-masalah kesehatan
jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah maslah yang banyak ditemui
dapat berlangsung dalam waktu lama.
Masa nifas merupakan masa yang rawan karena ada beberapa resiko yang
mungkin terjadi pada masa itu, antara lain : anemia, preeklampsia/eklampsia,
perdarahan post partum, depresi masa nifas, dan infeksi masa nifas. Diantara resiko
tersebut ada dua yang paling sering mengakibatkan kematian ibu nifas, yakni infeksi
dan pendarahan.
Angka kematian ibu tahun 2015 yaitu 305/100.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2015). Adapun penyebab langsung yang berkaitan dengan kematian
ibu adalah komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas tidak ditangani dengan
baik dan tepat waktu. Kematian ibu pada masa nifas biasanya disebabkan oleh infeksi
nifas (10%), ini terjadi karena kurangnya perawatan pada luka, perdarahan (42%)
(akibat robekan jalan lahir, sisa placenta, dan atonia uteri, eklampsi (13%), dan
komplikasi masa nifas (11%) (Siswono, 2005).
Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologi pada masa puerperium
adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan
memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama
pentingnya adalah menyadara potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang
dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya, seperti obstetric, anestesi dan faktor
social.
B. Tujuan Praktik
1
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada masa dan menyusui baik
mandiri, kolaborasi maupun rujukan secara professional dan berkualitas dengan
selalu memperhatikan aspek budaya lokal.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Dasar Masa Nifas
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil).Biasanya berlangsung selama lebih kurang 6-8 minggu.
2
2. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
a. Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
c. Remote puerperium
Masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
3. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas :
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, juga telah memberikan kebijakan
dalam hal ini, sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling
sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas (Anggraini, 2010).
Kujungan nifas dilakukan minimal 4 kali untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah masalah yang
terjadi.
a. 6-8 jam setelah persalinan
b. 6 harisetelah persalinan
c. 2 minggu setelah persalinan
d. 6 minggu setelah persalinan
3
b. Melaksanakan skrining yg komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan KB.
2) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea dibedakan
menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
a) Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum.
b) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari
hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.
4
c) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit,dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
d) Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender
serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selam 2-6
minggu post partum.
b. Perubahan Pada Serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga
seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang
dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-
olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin. Serviks
berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena
robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali
lagi ke keadaan seperti sebelum hamil.
c. Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut
kedua organ ini tetap dalm keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina
kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
d. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih
kendur daripada keadaan sebelum hamil.
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mngalami tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu
5
persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat,
peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dan sekresi
kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan
kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
berlangsung.
Dinding kandung kemih meperlihatkan odeme dan hyperemia, Kadang-
kadang odeme trigonum yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi
retensio urine. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitive dan
kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residual
(normal kurang lebih 15 cc). Dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung
kemih sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi.
6
Hormone plasenta menurun dengan cepat sesetelah persalinan. HCG (Human
Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3
jam hingga hari ke 7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke 3
postpartum.
b. Hormon Pituitari
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat
pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
c. Hipotalamik Pituitari Ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga dipengaruhi oleh faktor
menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya
kadar estrogen dan progesteron.
d. Kadar Estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga
aktivitas prolaktin yang juga sedang meningkat mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI.
7
7. Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma,
serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. Pada hari postpartum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah putih dapat mencapai 15.000 selama proses
persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah
tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanitra tersebut mengalami persalinan yang lama.
Jumlah Hb, Hmt, dan erytrosit sangat bervariasi pada saat awal-awal masa
postpartum sebagai akibat dari volume darah, plasenta, dan tingkat volume darah
yang berubah-ubah. Semua tingakatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan
hidrasi wanita tersebut. Selama kelahiran dan postpartum, terjadi kehilangan darah
sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan Hmt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7
postpartum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.
8
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam grandula pituitaria posterior.
Akibat langsung reflek ini adalah dikeluarkanyya oksitosin dari pituitaria posterior:
hal ini akan menyebabkan sel-sel mioepitel (sel keranjang atau sel laba-laba) disekitar
alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk ke dalam pembuluh lactifer,
dan dengan demikian lebih banyak air susu yang mengalir ke dalam ampullae. Reflek
ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya jahitan perineum.
3. Manfaat Pemberian ASI
a. Manfaat ASI Bagi Bayi
1) ASI sebagai Nutrisi.
2) Makanan terlengkap untuk bayi terdiri dari proporsi yang seimbangdan cukup
mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama
3) Mengandung antibody (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap penyakit
terutama diare dan gangguan pernapasan.
4) Menunjang perkembangan motorik sehinggga bayi yang diberikan ASI Ekslusif
akan lebih cepat bisa berjalan.
5) Meningkatkan jalinan kasih sayang
6) Selalu siap sedia dan dalam suhu yang sesuai
7) Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap
8) Melindungi terhadap alergi
b. Bagi Ibu
1) Mengurangi pendarahan setelah melahirkan
2) Menjarangkan kehamilan
3) Menempelkan segera bayi pada payudara membantu pengeluaran plasenta karena
hisapan bayi merangsang kontraksi rahim dan menurunkan risiko perdarahan
pasca persalinan
4) Memberikan ASI segera (dalam waktu 60 menit) membantu meningkatkan
produksi ASI dan proses Laktasi.
5) Hisapan putting yang segera dan sering membantu mencegah payudara
membengkak
6) Pemberian ASI membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan
dan dimana saja ASI selalu bersih, sehat, dan dalam suhu yang sesuai
7) Pemberian ASI ekonomis atau murah
8) Menurunkan risiko kanker payudara
4. Tanda Bayi Cukup ASI
a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih sampai kuning
9
muda.
b. Bayi buang air besar 1-2 kali dalam sehari dan berwarna kekuningan
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur cukup. Bayi
setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24 jam
d. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.
e. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi menyusu
f. Bayi bertambah berat badan
5. ASI Ekslusif
ASI esklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai usia 6
bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain seperti
susu formula, air jeruk, ait teh, madu, air putih. Pada pemberian ASI esklusif bayi
juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur
nasi, tim dan sebagainya. ASI esklusif diharapkan dapat diberikan sekurang-
kurangnya selama empat bulan dan kalau memungkinkan sampai enam bulan.
Pemberian ASI secara benar akan dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai usia enam
bulan tanpa makanan pendamping. Di atas usia enam bulan bayi memerlukan
makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai ia berumur dua
tahun.
10
b. Protein
Setiap ASI mengandung 1,2 gram, sehingga selama menyusui ibu
membutuhkan tambahan protein sebanyak 20 gram per hari. meningkatnya kebutuhan
protein ini, selain untuk membentuk protein susu juga dibutuhkan untuk sintesis
hormon yang dibutuhkan dalam produksi ASI (prolaktin) dan hormon yang
mengeluarkan ASI (oksitosin). Pemenuhan kebutuhan protein yang meningkat dapat
dipenuhi dengan cara menambah satu potong lagi makanan sumber protein yang bisa
dikonsumsi. Sumber protein yang dapat diperoleh dari ikan, daging, ayam, daging
sapi, telur, susu, dan juga tahu, tempe, serta kacang-kacangan. Jika kebutuhan protein
tidak terpenuhi dari makanan maka protein diambil dari protein ibu yang berada di
otot. Hal ini mengakibatkan ibu menjadi kurus dan setelah menyusui akan meras
lapar.
c. Lemak
Lemak jenuh ganda diperlukan dalam pembentukan ASI karena asam lemak
tak jenuh ganda diperlukan dalam perkembangan otak dan pembentukan retina. Asam
lemak tak jenuh ganda dapat diperoleh dari minyak jagung, minyak biji kapas serta
ikan salmon dan ikan haring.
d. Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral diperlukan dalam jumlah yang sedikit. Kebutuhan
vitamin dan mineral ibu menyusui seperti Vitamin A, Thiamin, Riboflavin, Niasin,
Vitamin C, Zat besi, Kalsium, Asam folat. Vitamin yang perlu mendapatkan
diperhatikan khusus diantaranya Vitamin A, Vitamin D, Vitamin C dan Vitamin B.
2. Ambulasi
Perubahan penting mulai terjadi dalam penatalaksanaan masa nifas. Ibu nifas
dianjurkan untuk turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
pervaginam. Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi sedini mungkin,yaitu dua jam
setelah persalinan normal.
Pada ibu dengan partus normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12 jam
post partum,sedangkan pada ibu dengan partus sectio secarea ambulasi dini dilakukan
11
paling tidak setelah 12 jam post section secarea setelah ibu sebelumnya beristirahat.
Manfaat ambulasi dini:
a. Faal usus dan kandung kencing lebih baik
b. Yang paling penting ambulasi dini juga menurunkan banyak frekuensi trombosis
dan emboli paru pada masa nifas
c. Memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea).
3. Eliminasi
a. Buang air kecil (BAK)
Pengeluaran urin akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai sekitar hari
ke-5 setelah melahirkan.Ini terjadi karena volume darah ekstra yang dibutuhkan
waktu hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan.Oleh karena itu,ibu belajar
berkemih secara spontan setelah melahirkan.Sebaiknya,ibu tidak menahan buang air
kecil ketika ada rasa sakit pada jahitan. Menahan buang air akan menyebabkan
terjadinya bendungan air seni.Keadaan ini dapat menghambat uterus berkontraksi
dengan baik sehingga menimbulkan perdarahan yang berlebihan. Dengan
mengosongkan kandung kemih secara adekuat,tonus kandung kemih biasanya akan
pulih kembali dalam 5-7 hari post partum.
b. Buang air besar (BAB)
Sulit buang air besar (konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa
sakit,takut jahitan terbuka,atau karena haemorrhoid. Kesulitan ini dapat dibantu
dengan mobilisasi dini,mengkonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum
sehingga bisa buang air besar dengan lancar.Sebaiknya pada hari kedua ibu sudah
bisa buang air besar. Jika sudah pada hari ketiga ibu masih belum bisa buang air
besar,ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria .Ini penting untuk
menghindarkan gangguan pada kontraksi uterus yang dapat menghambat
pengeluaran cairan vagina.
4. Kebersihan Diri dan Perineum
Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan maupun
kulit ,maka ibu harus menjaga kebersihan diri secara keseluruhan. Anjurkan
kebersihan seluruh tubuh :
a. Perawatan Perineum
12
1) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar kan vulva
terlebih dahulu,dari depan ke belakang ,baru kemudian membersihkan daerah
sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai
BAK/BAB.
2) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
3) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
b. Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena
produksi keringat menjadi banyak (di samping urin). Produksi keringat yang tinggi
berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat hamil.Sebaiknya pakaian agak
longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga
dengan pakaian dalam,agar tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea.
c. Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan pada rambut
akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis
dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara
Satu wanita dengan wanita lain. Meskipun demikian,kebanyakan akan pulih kembali
setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu sisir
menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
d. Kebersihan kulit
Setelah persalinan,ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah,kaki,betis dan tangan ibu.Oleh karena itu,dalam minggu-
13
minggu pertama setelah melahirkan,ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih
banyak dari biasanya.Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
e. Perawatan Payudara
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga
dilakukan setelah melahirkan.Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan
untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
memperlancar pengeluaran susu. Agar tujuan perawatan ini dapat tercapai,perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Lakukan perawatan payudara secara teratur.
2) Pelihara kebersihan sehari-hari
3) Pemasukan gizi ibu harus lebih baik dan lebih banyak untuk mencukupi produksi
ASI
4) Ibu harus percaya diri akan kemampuan dirinya menyusui bayi
5) Ibu harus merasa nyaman dan santai
6) Hindari rasa cemas dan stress karena kan menghambat refleks oksitosin.
Perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungki,yaitu 1-2 hari setelah
bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari.
5. Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan,serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
1) Mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayinya dan dirinya
sendiri.
6. Seksual
Pada banyak pasangan, perubahan karena kehamilan dapat mengganggu
keseimbangan dalam hubungan mereka, terutama terutama dalam hubungan seksual.
Begitu juga setelah persalinan. Pada masa ini, ibu menghadapi peran baru sebagai
orang tua sehingga sering melupakan perannya sebagai pasangan. Namun segera
14
setelah ibu merasa percaya diri dengan peran barunya,ia akan menemukan waktu dan
melihat sekeliling serta menyadari bahwa ia sudah kehilangan aspek lain dalam
kehidupannya yang juga penting.
Oleh karena itu,suami perlu memahami perubahan dalam diri istri sehingga
tidak merasa diabaikan. Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan
kasih sayang pada bayinya sangat dianjurkan.Hubungan seksual dapat dilanjutkan
setiap saat ibu merasa nyaman untuk memulai,dan aktivitas itu dapat dinikmati.
1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
2) Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana
mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat
membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang
cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan sel telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu metode amenorea laktasi
dapat dipakai sebelum haid pertamanya kembali untuk mencegah terjadinya
kehamilan baru. Resiko cara ini yaitu 2% kehamilan. Meskipun beberapa metode KB
mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu
sudah haid lagi.
Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan
terlebih dahulu kepada ibu: bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
efektivitasnya, kekurangannya, efek samping, bagaimana menggunakan metode itu,
kapan metode itu dapat digunakan untuk wanita pascasalin yang menyusui. Jika
15
seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu
dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan
oleh ibu/pasangan itu dan untuk melihat apakah metode itu sudah bekerja dengan
baik.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ibu Suami
Nama : Ny. WW Tn. MS
Umur : 26 Th 38 Th
Agama : Hindu Hindu
Suku/Bangsa : Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Pendidikan : SD SMA
Pekerjaan : IRT Pedagang
Alamat : Br. Kambang, Br. Kambang,
Bongkasa Bongkasa
16
No. Telp : 081337337xxx -
Penghasilan : - 3.000.000
Jaminan Kesehatan : BPJS BPJS
Keluhan saat ini : Ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan
perineum
17
7. Kebutuhan Biologis
a. Bernafas : tidak ada kesulitan
b. Makan terakhir pukul : 14.00 WITA
Komposisi : nasi, sayur daging, tempe, dan ibu mengatakan jarang mengonsumsi
buah.
Makanan pantangan: tidak ada
c. Minum terakhir pukul : 15.00 WITA
Jenis: air mineral ; Frekuensi : ±200 cc
d. Eliminasi terakhir
BAK : sudah, 1 kali volume ± 150 cc
BAB : belum
Istirahat dan tidur : tidak ada keluhan
e. Aktivitas saat ini : Menyusui
f. Mobilisasi : Ibu sudah dapat miring kanan/kiri; duduk; berdiri; dan berjalan
8. Rasa Nyeri
Nyeri luka jahitan perineum : ada, skala nyeri : 3
Nyeri lain yang dirasakan : Tidak ada
9. Kebutuhan Psikologis
Perasaan klien saat ini : senang/bahagia
Kemandirian : masih memerlukan bantuan
Sibling rivalry : tidak ada
10. Rencana
Menyusui secara ekslusif : Ya
Pengasuhan bayi : dibantu suami dan mertua
Pemakaian alat kontrasepsi: ibu belum mempunyai rencana kontrasepsi
11. Pengetahuan Ibu
a. Ibu belum mengetahui cara merawat luka perineum
b. Ibu belum mengetahui senam kegel
c. Ibu belum mengetahui kontrasepsi jangka panjang
d. Ibu belum mengetahui perawatan bayi sehari-hari
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CM
TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,80C Nadi : 80x/menit RR : 18x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris
Rambut : Bersih
Wajah : Tidak ada oedema, tidak pucat
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Bersih, tidak ada pengelauran, tidak ada polip/sinus
18
Gigi dan mulut : Bibir tampak lembab, gigi bersih tidak ada karies gigi
Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran
Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada pelebaran vena jugularis
Payudara :Bentuk simetris, putting menonjol, pengeluaran colostrum,
kebersihan baik, tidak ada bengka,; tidak ada lecet
Dada : Tidak ada retraksi dada
Paru-paru : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
Perut : Tidak ada bekas luka operasi, kandung kemih tidak penuh,
TFU 2 jari di bawah pusat; kontraksi baik
Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada varises
3. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi Genetalia
Kebersihan : Baik, Pengeluaran : lokhea Rubra
Hematoma : Tidak ada, Jahitan perinium : ada, utuh
Tanda infeksi : tidak ada
b. Inspeksi anus
Kondisi anus : Tidak ada haemoroid
c. Bounding Skor
Melihat : 4, Meraba : 4, Menyapa / suara : 4
C. Data Bayi
1. Keadaan Umum
a. Tangis bayi : Kuat
b. Warna kulit : merah muda
c. Tonus otot tungkai : gerak simetris
2. Tanda vital
HR : 124 x/menit, RR : 40 x/menit, Suhu : 370C
3. Antropometri
BB : 3600 gram, PB : 51cm, LK/LD : 35/34 cm
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Datar, tidak ada kelainan
Muka : Tidak ada oedema, tidak pucat
Mata : Letak simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih
Telinga: Bersih, hubungan telinga dengan garis mata sejajar
Hidung : Bersih , tidak ada pengeluaran, tidak ada kelainan
Mulut : Bibir tampak lembab, tidak ada kelainan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pelebaran vena jugularis
Dada : Putting susu seajar, tidak ada retraksi dada
19
Perut : Tidak ada kelainan, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak ada tanda
infeksi
Kelamin : Labia mayora sudah menutupi labia minora, lubang vagiana ada, lubang
uretra ada
Punggung : Tidak ada cekungan
Kaki dan tangan : Warna merah muda, jumlah jari lengkap
E. Penatalaksaan
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, ibu paham dan menerima
kondisinya.
2. Memberikan ibu KIE tentang cara merawat luka perineum yaitu dengan
melakukan cebok menggunakan air biasa dan tidak menggunakan air hangat agar
jahitan tidak terlepas, selalu mengeringkan dengan tisu atau handuk dan rutin
mengganti pembalut, ibu paham dan bersedia melakukannya.
3. Memberikan KIE tentang senam kegel yang bertujuan untuk memulihkan otot-
otot dasar panggul yang dilakukan dengan cara posisi tubuh dalam keadaan tegak
dilakukan seolah-olah sedang menahan kencing, rapatkan otot liang vagina dan
dubur sekaligus sampai dinding otot perut juga tertarik masuk dan tahan nafas,
20
posisi in ditahan sekitar 10 detik dan dilakukan sekitar 6 kali sehari, ibu paham
dan bersedia melakukanna.
4. Memberikan ibu KIE tentang metode kontrasepsi jangka Panjang meliputi IUD,
implan, dan MOW, ibu paham dan mampu menyebutkan kembali.
5. Memberikan ibu KIE tentang perawatan bayi sehari-hari seperti menjemur bayi di
pagi hari selama 30 menit dari balik jendela, membersihkan tali pusat dengan air
lalu mengeringkan dan dibungkus menggunakan kasa steril serta selalu menjaga
kehangatan bayi, ibu paham dengan penjelasan yang diberikan.
6. Mengingatkan ibu untuk minum obatnya secara teratur meliputi SF tab 60 mg x
(1x1), asam mefenamat tab 500 mg x (1x1), amoxicillin tab 500 mg x (1x1), dan
vitamin A caps 200.000 IU II, ibu telah menerima.
7. Memeberikan ibu KIE agar tidak minum teh, kopi, dan susu saat dan setelah
mengonsumsi obat karena dapat menghambat penyerapan obat, ibu memahami.
21
Data Bayi
S. –
O. KU : tangis kuat, warna kulit merah muda, tonus
otot : gerak aktif. HR : 122 x/menit, R : 40 x/menit,
S : 36,9o C. Menyusu (+), BAB/BAK : (+/+).
A. Ny.WW usia 26 tahun P2002 PsptB dengan
vigorous baby + PP 21 jam
P.
2 November 2019 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu
11.00 Wita
memahami.
2. Memberikan ibu KIE agar menjemur bayinya
dibawah sinar matahari selama 15-30 menit sekitar
pukul 07.30-08.30 wita serta membuka pakaian bayi
sebelum dijemur dan memakaikan kacamata bayi
untuk menghindari radiasi, ibu memahami dan dapat
menyebutkan kembali.
3. Mengevaluasi trias nifas, hasil dicatatan pada
rekam medis.
Data Ibu
S. Ibu mengatakan tidak ada keluhan
O. KU baik, Kes : CM, TD : 120/70 mmHg, N : 80
x/menit, R : 18 x/menit, S : 36,5o C, ASI : (+/+),
Bengkak (-), TFU: 3 jari bawah pusat, kontraksi
uterus (+) baik, kandung kemih: tidak penuh,
perdarahan aktif (-), lokhea rubra, jahitan perineum:
utuh, BAB/BAK : (-/+).
Data Bayi
S. –
O. KU : tangis kuat, warna kulit merah muda, tonus
otot : gerak aktif. HR : 120 x/menit, R : 40 x/menit,
S : 37 o C. Menyusu (+), BAB/BAK : (+/+).
A. Ny.WW usia 26 tahun P2002 PsptB dengan
neonatus aterm + PP hari 1
P.
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu
memahami
22
2. Memberikan ibu KIE tentang skrining hipotiroid
kongenital (SHK) meliputi tujuan dan daerah
pengambilan sampel, ibu memahami
3. Memberikan ibu informed consent lisan, ibu
menyetujui.
4. Menyiapkan alat, bahan dan lingkungan, semua
sudah disiapkan
5. Mengambil sampel darah pada kaki kanan bayi,
sampel sudah diambil.
6. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan akan
diinformasikan jika hasilnya positif saja dan apabila
hasilnya negatif ibu tidak akan dihubungi, ibu
memahami.
7. Memberitahu ibu bahwa ibu dan bayi sudah boleh
pulang, ibu memahami.
8. Memberitahu ibu untuk control ibu dan bayi pada
tanggal 6 November 2019, ibu memahami.
23
BAB IV
PEMBAHASAN
24
Menurut teori ibu hamil minimal melakukan ANC sebanyak 4 kali sehingga pada
kasus ini ibu sudah melakukan ANC sesuai standar.
Dalam data objektif berisi data-data dari hasil pemeriksaan ibu meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pemeriksaan Fisik yang diperiksa keadaan
umum ibu, normalnya baik dan kesadaran normalnya compos mentis. Tanda-tanda
vital, normalnya : tekanan darah : 120/ 80 mmHg, bila lebih dari normal ini akan
menjadi tanda terjadinya preeklamsi-eklamsi. Denyut nadi : 84-88 x/m, pernafasan :
12-20 x/m, suhu :36,5-37,5 ºC , bila lebih dari normal ini akan menjadi tanda adanya
infeksi masa nifas.
Dari hasil pemeriksaan Ny. WW hasilnya keadaan umum : baik
kesadaran : composmentis. tanda vital : tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 80 x/m,
pernafasan : 18 x/m, suhu : 36,8 ºC. Hasil pemeriksaan ibu menunjukan normal
sehingga tidak ada kesenjangan antara lahan dan teori. Pemeriksaan head to toe dalam
batas normal, tidak ada kelainan yang ditemukan.
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif dapat ditegakkan
diagnosa Ny. WW usia 26 tahun P2002 PsptB + 6 jam post partum dengan neonatus
aterm. Dengan masalah ibu belum mengetahui tanda bahaya masa nifas, cara
memeriksa kontraksi uterus, cara massase fundus uteri, cara merawat luka perineum,
senam kegel, kontrasepsi jangka panjang, serta perawatan bayi sehari-hari.
Berdasarkan diagnosa dan masalah tersebut, maka dilakukan penatalaksanaan
yaitu menginformasikan hasil pemeriksaan, ibu memahami. Memberikan ibu KIE
tentang tanda bahaya masa nifas, ibu paham. Memberikan ibu KIE tentang cara
memeriksa kontraksi dan massase fundus uteri, ibu paham. Memberikan ibu KIE
tentang senam kegel, dimana menurut penelitian yang dilakukan oleh makzizatunnisa,
dkk (2013) tentang efektifitas senam kegel dan relaksasi nafas dalam terhadap nyeri
perineum pada ibu post partum di BPM Prima Boyolali mendapatkan hasil bahwa
senam kegel lebih efektif dibandingkan dengan relaksasi nafas dalam terhadap nyeri
perineum pada ibu post partum. Penelitian lain tentng hubungan antara senam kegel
dengan penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu postpartum noemal di RB Afian
Hasanah kota Bandung yang dilakukan oleh Ridiayanti (2011) mendapatkan hasil
25
bahwa terdapat perbedaan penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu post partum
normal yang melakukan senam kegel dengan yang tidak melakukan senam kegel
dimana ibu post partum yang melakukan senam kegel lebih cepat penyembuhan
lukannya. Selain itu menurut Donmez dan Kavlak (2015) massase perineum dan
senam kegel dapat mengurangi nyeri pada trauma perineum serta nyeri setelah
melahirkan.
Selain itu ibu juga diberikan KIE tentang metode kontrasepsi jangka panjang
karena ibu belum mempunyai rencana kontrasepsi. Ibu juga diberikan KIE tentang
perawatan bayi sehari-hari yang bisa ibu lakukan di rumah. Selain memberikan KIE
ibu juga diberikan suplemen SF tab 60 mg sebanyak 10 tablet yang dikonsumsi 1x1,
asam mefenamat tab 500 mg sebanyak 10 tablet diminum 3x1, amoxicilin tab 500 mg
sebanyak 10 tablet diminum 3x1serta vitamin A capsul 200.000 IU sebanyak 2 tablet.
26
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pengajian dan pemeriksaan fisik yang dilakukan tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan, sehingga asuhan kebidanan pada
Ny. WW usia 26 tahun P2002 PsptB 6 jam post partum dengan neonatus aterm bisa
dilakukan secara holistik.
B. Saran
1. Diharapkan mahasiswa dapat mengerti mengenai penatalaksanaan pada ibu nifas
dan mampu menganalisa keadaan pada ibu nifas serta mengerti tindakan segera yang
harus dilakukan.
2. Diharapkan mahasiswa mampu menguasai kemampuan untuk melakukan
pemeriksaan pada ibu nifas KF1, KF 2 dan KF 3 sesuai dengan konsep manajemen
kebidanan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Donmez, S., Kavlak, O. 2015. Effects of Prenatal Perineal Massage and Kegel
Exercises on the Integrity of Postnatal Perine. Jurnal of Health. Vol 7 (495-
505).
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia
Makzizatunnisa, Kusyati, E., Hidayah, N. 2013. Efektifitas Senam Kegel dan
Relaksasi Nafas Dalam terhadap Nyeri Perineum pada Ibu Post Partum di
BPM Prima Boyolali. Skripsi. Stikes Yahoed. Semarang.
Ridiayanti, A. 2011. Hubungan antara senam kegel dengan penyembuhan luka jahitan
perineum pada ibu postpartum normal di RB Afiatun Hasanah Kota Bandung.
Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya.
Sarwono, P. 2008. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Siswono. 2005. Program ASI Ekslusif Hingga Bayi Umur 6 Bulan. Tersedia dalam
http://www.mediaindo.co.id diakses pada tanggal 28 Oktober 2019
Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.
28