Anda di halaman 1dari 19

AYU DENY ARIYANTI

Senin, 01 Juli 2013


ASKEP ASD

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASD menunjukkan terdapatnya (lubang) abnormal antara atrium kanan dan atrium kiri
yang tidak ditutup oleh katup. Berdasarkan letak defek dikenal defek sinus venosus, defek
ostium sekundum, dan defek ostium primum. Atrium septal defect merupakan adanya hubungan
( lubang ) abnormal pada sekat yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek
sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan
kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembekuan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus
venosus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup
spontan setelah kelahiran, defek septum sekunder yaitu kegagalan pembentukan septum
sekunder dan efek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya
dekat sekat antara bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus
ditutupi dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini
dari kanan ke kiri sebagai tindakan timbulnya syndrome Eisemenger. Bila sudah terjadi
pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraidikasikan. Tindakan bedah berupa
penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambah defek
dengan sepotong dakron.

B. Rumusan Masalah

1. Penjelasan tentang pengertian atrial septal defect


2. Penjelasan tentang penyebab atrial septal defect
3. Penjelasan tentang patofisiologi atrial septal defect
4. Penjelasan tentang gejala klinis atrial septal defeck
5. Penjelasan tentang komplikasi atrial septal defect
6. Penjelasan asuhan keperawatan klien atrial septal defect

C. Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa / mahasiswi memiliki kemampuan konsep
pemahaman sebagai tenaga perawat professional di bidang system kardiovaskuler sehingga
mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensi dan kewenangan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif yang mencakup bio,
psiko, sosio, dan spiritual.

b. Tujuan khusus
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar mahasiswa atau mahasiswi mampu memberikan asuhan
keperawatan atrial septal defeck.

D. Manfaat Penulisan
Dapat mengetahui tentang Asuhan keperawatan klien atrial septal defect yang meliputi
pengertian, penyebab, patofisiologi, gejala klinis, komplikasi, dan asuhan keperawatan atrial
septal defeck.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Struktur Jantung
Jantung terdiri dari 4 ruangan. Atrium kiri dan kanan dibagian atas. Ventrikel kiri dan
kanan terletak dibagian bawah. Ventrikel kiri merupakan rauang yang terbesar.katup jantung
dapat membuka dan menutup sedemikian rupa sehingga darah hanya dapat mengalir dalam satu
arah. 4 katup tersebut yaitu :Katup tricuspid,katup pulmonal, katupmitral dan katup aorta.

Struktur Jantung
Aliran Darah dalam Jantung

Darah dari tubuh masuk keatrium kanan. Darah dalam tubuh mengandung kadar Oksigen
rendah dan harus menambah oksigen sebelum kembali ke dalam tubuh. Darah dari atrium kanan
masuk ke ventrikel kanan melalui katup tricuspid. Darah kemudian dipompa oleh ventrikel
kanan ke paru-paru melewati katup pulmonal kemudian diteruskan oleh arteri pulmonal ke paru-
paru untuk mengambil oksigen.Darah yang sudah bersih yang kaya oksigen mengalir ke atrium
kiri melalui vena pulmonalis. Dari atrium kirii darah mengalir ke ventrikel kiri melewati katup
mitral. Ventrikel kiri kemudian memompa darah keseluruh tubuh melalui katup aorta dan
diteruskan oleh pembuluh aorta keseluruh tubuh.bersih Dari tubuh kemudian darah yang dari
tubuh dengan kadar oksigen yang rendah karena telah diambil oleh sel-sel tubuh kembali ke
atrium kanan dan begitu seterusnya.

Defek septum atrium ( Atrium septal defect ) adalah suatu keadaan dengan adanya
hubungan ( lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Aliran
darah dari pintas kiri ke kanan pada tipe sekundum dan tipe sinus venosus akan menyebabkan
keluhan kelemahan dan sesak napas, yang timbulnya pada usia dewasa muda. Kegagalan jantung
kanan serta aritmia supraventrikular dapat terjadi pada stadium lanjut .

GAMBAR: ATRIAL SENTRAL DEFECT


Atrial septal defect (ASD) adalah suatu keadaan dimana terdapat adanya lubang atau
“defect” pada dinding pemisah antara atrium kiri dan kanan. Darah kaya oksigen bercampur
dengan darah miskin oksigen. Sehingga jantung memompa sebagian darah miskin oksigen ke
tubuh dan juga darah kaya oksigen dipompa jantung ke paru. Ini berarti kerja jantung tidak
efisien.
Sebagian pasien ASD tanpa keluhan atau dengan keluhan minimal kadangkala lubang
dapat menutup dengan berjalannya waktu. Sebagian lagi memerlukan tindakan operasi.

B. Klasifikasi

Berdasarkan letak lubang, ASD dibagi dalam tiga tipe :


a. Ostium secundum: merupakan tipe ASD yang tersering. Kerusakan yang terjadi terletak pada
bagian tengah septum atrial dan fossa ovalis. Sekitar 8 dari 10 bayi lahir dengan ASD ostium
secundum. Sekitar setengahnya ASD menutup dengan sendirinya. Keadaan ini jarang terjadi
pada kelainan yang besar. Tipe kerusakan ini perlu dibedakan dengan patent foramen ovale.
Foramen ovale normalnya akan menutup segera setelah kelahiran, namun pada beberapa orang
hal ini tidak terjadi hal ini disebut paten foramen ovale. ASD merupakan defisiensi septum atrial
yang sejati.
b. Ostium primum: kerusakan terjadi pada bagian bawah septum atrial. Biasanya disertai dengan
berbagai kelainan seperti katup atrioventrikuler dan septum ventrikel bagian atas. Kerusakan
primum jarang terjadi dan tidak menutup dengan sendirinya.
c. Sinus venosus. Kerusakan terjadi pada bagian atas septum atrial, didekat vena besar (vena cava
superior) membawa darah miskin oksigen ke atrium kanan. Sering disertai dengan kelainan
aliran balik vena pulmonal, dimana vena pulmonal dapat berhubungan dengan vena cava
superior maupun atrium kanan. Defek sekat primum dikenal dengan ASD I, Defek sinus
Venosus dan defek sekat sekundum dikenal dengan ASD II

C. Etiologi

Penyebab utama secara pasti tidak diketahui, akan tetapi ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya penyakit ini yaitu : Pada saat hamil ibu menderita rubella, ibu hamil yang alkoholik,
usia ibu saat hamil lebih dari 40 tahun dan penderita IDDM.

D. Patofisiologi

Pada ASD berhubungan dengan arah dan besarnya pintasan atau shunt darah yang
melewati jalur intraartrial. Faktor utama yang menentukan besarnya pintasan adalah ukuran
defek dan compliance dari ventrikel.Faktor kedua sangat dipengaruhi oleh resistensi vaskular
dari paru.
Pada orang normal bagian kiri jantung memiliki sistem tekanan yang lebih tinggi dari
bagian kanan. Pada kasus ASD, darah akan mengalir dari atrium kiri ke atrium kanan, hal ini
disebut dengan ”Left to Right Shunt” atau pintasan kiri ke kanan. Kelebihan darah ini akan
menyebabkan volume darah yang berlebihan baik pada atrium kanan dan ventrikel kanan.
Volume yang berlebihan pada jantung kanan akan menjadikan seluruh aliran darah menjadi
berlebihan, yang menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal, yang menyebabkan terjadinya
kegagalan pada ventrikel kanan. Ketika tekanan pada atrium kanan meningkat dan menyamai
tekanan di atrium kiri maka perbedaan tekanan di antara kedua ruangan itu akan berangsur-
angsur hilang, sehingga pintasan kiri ke kanan akan berhenti.
Keadaan ini lama-lama akan membalik tekanan yang melintasi ASD, akhirnya pintasan
akan berbalik menjadi pintasan kanan ke kiri atau yang dikenal dengan nama Eisenmenger’s
Syndrom.

EMBRIOLOGI
Pemisahan atrium kanan dan atrium kiri kira-kira terjadi pada minggu ke enam kehamilan.
Akan terbentuk septum primum dan septum sekundum. Bila kegagalan terjadi pada
pertumbuhan septum primum maka akan terjadi defek septum atrium primum (dinamakan
dengan ASD I) dan bila kegagalan terjadi pada pertumbuhan septum sekundum akan terjadi
defek septum atrium sekundum (ASD II). Defek sinus venosus biasanya terletak pada muara
vena kava superior. Defek ini hampir selalu disertai dengan tidak normalnya ven pulmonalis
dekstra.
Defek sinus koronarius terletak pada muara dari sinus koronarius yang akan menyebabkan
terjadinya hubungan antara dinding atrium dimana pada keadaan normal seharusnya terpisah
antara sinus koronarius dengan atrium kiri. Tipe ini biasanya disertai dengan adanya aliran pada
bagian kiri vena kava superior ke bagian atap atrium kiri. Menentukan tipe kelainan ASD ini
sangat penting, karena berkaitan dengan teknik operasi yang akan digunakan untuk memperbaiki
kelainan ini.
PEMBAGIAN ANATOMIS
Berdasarkan lokasinya, defek septum atrium dibagi atas 3 bagian yaitu
1. Defek septum atrium primum (Ostium primum)/ ASD PRIMUM
2. Defek septum atrium sekundum (Ostium sekundum) / ASD SECUNDUM
3. Defek sinus venosus/ SINUS VENOSUS DEFECT

EFEK BESARNYA DEFEK

Pada ASD dengan defek yang lebih kecil, gejala klinis biasanya tidak terlihat karena
pintasan dari kiri ke kanan terbatas, sehingga hemodinamiknya akan ditoleransi dengan baik dan
tidak menimbulkan kelainan pada saat dilakukan pemeriksaan fisik.

Untuk mengetahui bagaimana terjadinya defect pada sekat septum atriorum, maka kita
harus mengetahui sirkulasi darah jantung pada janin.
Berikut Pathway ASD
Dx 3 : gangguanpertumbuhan dan perkembangan
E. Gejala Klinis
ASD di awalnya tidak menimbulkan gejala. Saat tanda dan gejala muncul biasanya murmur
akan muncul. Seiring dengan berjalannya waktu ASD besar yang tidak diperbaiki dapat merusak
jantung dan paru dan menyebabkan gagal jantung. Tanda dan gejala gagal jantung diantaranya:
 Kelelahan
 Mudah lelah dalam beraktivitas
 Napas pendek dan kesulitan bernapas
 Berkumpulnya darah dan cairan pada paru
 Berkumpulnya cairan pada bagian bawah tubuh

F. Komplikasi

Pembedahan dapat memiliki resiko jangka panjang seperti atrium fibrilasi atau atrial
flutter. Resiko infeksi endokarditis sangat tinggi selama 6 bulan pertama setelah pembedahan.
Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah CHF, aritmia, hipertensi pulmonal, sianosis, emboli
paradoksikal, stroke, dan infeksi endokarditis.
Komplikasi lain yang berhubungan dengan alat-alat oklusi transkateter adalah : embolisasi
yang kadang memerlukan pembedahan ulang, aritmia, trombus. Komplikasi yang jarang terjadi
adalah; efusi perikardial, transient ischemic attack, sudden death.

G. Penatalaksanaan Medis

ASD kecil tidak perlu oprasi karena tidak menyebabkan gangguan hemodinamik atau bahaya
endokarditis infektif. ASD besar perlu tindakan bedah yang dianjurkan dilakukan dibawah umur
6 tahun (pra sekolah). Walaupun setelah operasi kemungkinan ventrikel kanan masih
menunjukkan dilatasi. Hal ini karena komplien otot jantung sudah berkurang. Pada penutupan
spontan ASD sangat kecil kemungkinannya sehingga operasi sangat berarti. Defek fosa ovalis
atau defek atrioventrikuler dengan komplikasi ditutup dengan bantuan mesin jantung paru.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk memimnta pertolongan kesehatan
meliputi : dispnea, nyeri dada, jantung berdebar-debar, kelemahan fisik, dan demam.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian RPS mendukung keluhan utama dengan melakukan serangkaian pertanyaan
tentang kronologis keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan adannya gejala-gejala tanda
gagal jantung seperti kelemahan fisik dan pernapasan berupa dispnea, takipnea, retraksi dada.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dengan mengkaji apakah sebelumnnya klien pernah
menderita nyeri dada khas, DM, dan hipertensi, tanyakan mengenai obat-obat yang diminum
oleh klien masa lalu yang masih relevan. Obat-obat ini meliputi obat diuretic, nitrat, penghambat
beta, serta obat-obat anti hipertensi . catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Juga
harus ditanyakan adanya alergi obat dan tanyakan adanya reaksi alergi apa yang timbul.
Seringkali klien mengacaukan suatu alergi dengan efek samping obat.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga yang meninggal,
maka penyebab kematian juga ditanyakan.
e. Riwayat psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan,
kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian
keluarga terhadap stress.

B. Pemeriksaan Fisik
a) Pada pemeriksaan biasanya didapatkan impuls prominent ventrikel kanan dan pulsasi arteri
pulmonal yang terpalpasi. Bunyi jantung 1 normal/split, dengan aksentuasi penutupan katup
trikuspid. Bertambahnya aliran ke katup pulmonal dapat menyebabkan terdengarnya murumur
midsistolik. Splitting bunyi jantung 2 melebar dan tidak menghilang saat ekspirasi. Murmur
middiastolik rumbling, terdengar paling keras di SIC IV dan sepanjang linea sternalis kiri,
menunjukan peningkatan alisan yang melewati katup tricuspid. Pada pasien dengan kelainan
ostium primum, thrill pada apex dan murmur holosistolic menunjukan regurgitasi
mitral/tricuspid atau VSD.

b) Hasil pemeriksaan fisik dapat berubah saat resistensi vaskular pulmonal meningkat menghasilkan
berkurangnya pirau kiri ke kanan. Baik itu aliran balik pulmonal dan murmur tricuspid
intensitasnya akan berkurang, komponen bunyi jantung ke 2 dan ejeksi sistolik akan meningkat,
murmur diastolic akibat regurgitasi pulmonal dapat muncul. Sianosis dan clubbing finger
berhubungan dengan terjadinya pirau kanan ke kiri.
c) Pada orang dewasa dengan ASD dan fibrilasi atrial, hasil pemeriksaan dapat dipusingkan dengan
mitral stenosis dengan hipertensi pulmonal karena murmur diastolik tricuspid dan bunyi jantung
2 yang melebar.

C. Pemeriksaan Penunjang
a) Foto Ronsen Dada Pada defek kecil gambaran foto dada masih dalam batas normal. Bila defek
bermakna mungkin tampak kardiomegali akibat pembesaran jantung kanan. Pembesaran
ventrikel ini lebih nyata terlihat pada foto lateral.

b) Elektrokardiografi Pada ASD I, gambaran EKG sangat karakterstik dan patognomis, yaitu
sumbu jantung frontal selalu kekiri. Sedangkan pada ASD II jarang sekali dengan sumbu Frontal
kekiri.

c) Katerisasi Jantung Katerisasi jantung dilakukan defek intra pad ekodiograf tidak jelas terlihat
atau bila terdapat hipertensi pulmonal pada katerisasi jantung terdapat peningkatan saturasi O2 di
atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan dan kiri bil terjadi penyakit
vaskuler paru tekanan arteri pulmonalis, sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan
pemberian O2 100% untuk menilai resensibilitas vasakuler paru pada Syndrome ersen menger
saturasi O2 di atrium kiri menurun.

d) Eko kardiogram Ekokardiogram memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum


interventrikular yang bergerak paradoks. Ekokardiogrfi dua dimensi dapat memperlihatkan
lokasi dan besarnya defect interatrial pandangan subsifoid yang paling terpercaya prolaps katup
netral dan regurgitasi sering tampak pada defect septum atrium yang besar.

e) Radiologi Tanda – tanda penting pad foto radiologi thoraks ialah:


 Corak pembuluh darah bertambah
 Ventrikel kanan dan atrium kanan membesar
 Batang arteri pulmonalis membesar sehingga pada hilus tampak denyutan ( pada fluoroskopi)
dan disebut sebagai hilam dance.

D. Diagnose Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunnya
preload.
2. Intoleransi aktivitas b.d hipoksia.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi
ke jaringan.
4. Kerusakan pertukaran gas b.d edema paru.

E. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan/criteria hasil Intervensi Rasional
1 Penurunan curah T : klien - Auskultasi nadi - Biasanya terjadi
jantung b.d memperlihatkan apical, kaji frekuensi, tachycardia untuk
perubahan rate, peningkatan curah irama jantung. mengkompensasi
irama, konduksi jantung penurunan
jantung KH : denyut jantung kontraktilitas jantung.
kuat, teratur, dan - Catat bunyi jantung. - S1 dan s2 lemah,
dalam batas normal karena menurunnya
kerja pompa S3
sebagai aliran ke dalam
serambi yaitu distensi.
S4 menunjukkan
inkopetensi atau
stenosis katup.
- Palpasi nadi perifer. - Untuk mengetahui
Untuk mengetahui fungsi pompa jantung
fungsi pompa jantung yang sangat
yang sangat dipengaruhi oleh CO
dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.
dan pengisisan
jantung.
- Pantau tekanan - Dengan menurunnya
darah. CO mempengaruhi
suplai darah ke ginjal
yang juga
mempengaruhi
pengeluaran hormone
aldosteron yang
berfungsi pada proses
pengeluaran urine.
- Pantau keluaran - Menunjukkan tidak
urine, catat adekuatnya perfusi
penurunan keluaran, serebral sekunder
dan kepekatan atau terhadap penurunan
konsentrasi urine. curah jantung.
- Berikan istiraht - Memperbaiki
semi recumbent insufisiensi kontraksi
(semi-fowler) pada jantung dan
tempat tidur. menurunkan kebutuhan
oksigen dan penurunan
venous return.
- Kolaborasi dengan - Membantu dalam
dokter untuk terapi, proses kimia dalam
oksigen, obat tubuh.
jantung, obat diuretic
dan cairan.

2 Intoleransi T : klien menunjukkan - Taksiran tingkat, - Untuk memberikan


aktivitas perbaikan curah kelelahan, informasi tentang energi
b.d hipoksia jantung yang terlihat kemampuan untuk cadangan dan respon
dari aktivitas klien melakukan ADL untuk beraktivitas
- Berikan periode dan - Untuk meningkatkan
istirahat dan tidur istirahat dan menghemat
yang cukup energy
- Hindari suhu - Karena
lingkungan yang hipertemia/hipoterma
ekstrim dapat meningkatkan
kebutuhan oksigen

3 Gangguan T : Memberikan - Kaji tingkat tumbuh - Memantau masa


pertumbuhan dan support untuk tumbuh kembang anak tumbuh kebang anak
perkembangan b.d kembang - Berikan asupan - Agar anak bisa
tidak adekuatnya KH : Anak akan makanan bernutrisi tumbuh dan
suplai oksigen dan tumbuh sesuai dengan - Berikan stimulasi berkembang
zat nutrisi ke kurva pertumbuhan tumbuh kembang, sebagaimana mestinya
jaringan. berat dan tinggi badan ativitas bermain dan
aktivitas lain sesuai
dengan usia anak.
- Libatkan keluarga - Anggota keluarga
agar tetap sangat besar
memberikan stimulasi pengaruhnya terhadap
selama dirawat proses pertumbuhan
dan juga
perkembangan anak-
anak

4 Kerusakan T: dalam waktu 3 x 24 - Berikan - Bronkodilator


pertukaran gas b.d jam setelah diberikan bronkodilator sesuai mendilatasi jalan napas
edema paru intervensi terjadi yang diharuskan dan membantu
perbaikan  Dpt diberikan melawan edema
dalam pertukaran gas peroral, IV, inhalasi mukosa bronkial dan
KH:  Observasi efek spasme muscular
- Melaporkan samping:takikardi,dis
penurunan dispnea ritmia,eksit asi sistem
- Menunjukan saraf
perbaikan dalam laju pusat,mual,muntah
aliran ekspirasi - Evaluasi tindakan
- Menggunakan nebuliser,inhaler
peralatan oksigen dosis terukur - Mengkombinasikan
dengan tepat ketika kaji penurunan sesak medikasi dengan
dibutuhkan napas,penurunan aerosolized
- Menunjukan gas-gas mengi,kelonggaran bronkodilator
darah arteri yang sekresi,penurunan nebulisasi biasanya
normal ansietas digunakan untuk
pastikan bahwa mengendalikan
tindakan dilakukan bronkokonstriksi
sebelum makan untuk
menghindari mual
dan muntah
- Intruksikan dan
berikan dorongan
pada pasien untuk
pernapasan
diafragmatik dan
batuk yang efektif
- Berikan oksigen dg
metoda yang - Teknik ini
diharuskan memperbaiki ventilasi
 jelaskan pentingnya dengan membuka jalan
tindakan ini pada napas dan
pasien membersihkan jalan
 evaluasi napas dari sputum
efektifitas;amati - Oksigen akan
tanda-tanda hipoksia memperbaiki
 analisa gas darah hipoksemia.
arteri bandingkan
dengan nilai-nilai Diperlukan observasi
dasar. yang cermat terhadap
 lakukan oksimetri aliran atau presentase
nadi untuk memantau yang diberikan dan
saturasi oksigen efeknya pada pasien.
 jelaskan bahwa tidak jika pasien mengalami
merokok dianjurkan retensi CO2 kronis,
pada pasien atau maka ada
pengunjung perangsangan
bernapas.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan

Defek septum atrial atau Atrial Septal Defect (ASD) adalah gangguan septum atau sekat
antara rongga atrium kanan dan kiri. Septum tersebut tidak menutup secara sempurna dan
membuat aliran darah atrium kiri dan kanan bercampur.

2. Saran

Hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan, mahasiswa/i dapat menerapkan teori


dan keterampilan yang diperoleh dibangku kuliah sehingga dapat terjadi kesinambungan dan
keterikatan yang erat antara teori dan praktek nyata pada pasien di rumah sakit juga diharapkan
agar mahasiswa/i dapat mengadakan pembaharuan melalui pendidikan tinggi keperawatan.
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai