Anda di halaman 1dari 12

TRAUMA DADA

1. PENGERTIAN
Trauma adalah luka atau cedera fisik lain atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Sedangkan (Smeltzer,
2001).menyebutkan Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan
orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah
menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang
disengaja atau tidak disengaja
Lain halnya dengan (Hudak, 1999)yang mengatakan Trauma thorax
adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda
paksa tajam atau tumpul. Jadi kesimpulannya trauma dada adalah luka atau cedera
fisik atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat yang terjadi
pada dada atau dinding dada baik sengaja maupun tidak di sengaja.

2. ETIOLOGI
Trauma pada dada merupakan masalah utama yang seringkali terlihat di
bagian emergensi. Trauma pada dada dapat mengenai tulang rangka dada, pleura
dan paru paru, diafragma atau isi medistinal. Trauma pada dada secara umum
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok trauma tumpul dan trauma tembus.
Trauma tumpul atau non penetrating ialah trauma yang merusak struktur struktur
dalam rongga dada tanpa memutuskan integritas dinding dada. Trauma tembus
memutuskan integritas dinding dada dan mengakibatkan perubahan tekanan
intratorak.
Penyebab utama trauma dada tumpul ialah impaksi setir kendaraan
bermotor pada orang yang tidak mengenakan sabuk pengaman. Tumbukan dada
pada benda tumpul atau akibat terjatuh dapat pula menyebabkan trauma tumpul.
Luka tembus biasanya terjadi akibat tembakan pistol atau luka tusuk.( Long, C.
Barbara. 1996.)
3. PATOFISIOLOGI
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka
pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk
memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah.
Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan dalam
dan tusukan terhadap organ. Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan
oleh trauma thorax. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya
pengangkutan oksigen kejaringan oleh karena hipivolemia ( kehilangan darah ),
pulmonary ventilation/perfusión mismatch ( contoh kontusio, hematoma, kolaps
179
alveolus ) dan perubahan dalam tekanan intrat thorax ( contoh : tension
pneumothorax, pneumothoraxter buka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh
tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan
tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan (
syok ).
Fraktur iga Merupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering
mngalami trauma, perlukaan pada iga sering bermakna, Nyeri pada pergerakan
akibat terbidainya iga terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan
gangguan ventilasi. Batuk yang tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat
mengakibatkan insiden atelaktasis dan pneumonia meningkat secara bermakna
dan disertai timbulnya penyakit paru – paru. Pneumotoraks diakibatkan masuknya
udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal. Dislokasi fraktur
vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks. Laserasi
paru merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat trauma
tumpul.Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang
pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan
antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan
menyebabkan kolapsnya jaringan paru.
Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps
tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi. Ketika pneumotoraks
terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi hipesonor.
Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis. Terapi terbaik
pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube lpada sela iga ke 4 atau
ke 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan
observasi atau aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada
dipasang dan dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto
toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru.
Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh diberikan pada
penderita dengan pneumotoraks traumatik atau pada penderita yang mempunyai
resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang tidak terduga sebelumnya,
sampai dipasang chest tubeHemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah
laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria
internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur
dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.
Selain itu trauma dada dapat mengenai pembuuh darah kemudian
menembus jantung dan dapat mengakibatkan tamponade jantung serta
dilanjutkan henti jantung. Tamponade jantung merupakan kompresi akut pada

180
jantung yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat
pengumpulan darah atau cairan dalam pericardium dari rupture jantung, trauma
tembus atau efusi yang progresifFraktur tulang kosta merupakan trauma dada
yang paling sering terjadi. Tulang kosta ke 3 sampe ke 10 sering mengalami
fraktur karena kurang terlindungi oleh otot otot dada. Tulang kosta tidak
mengalami fraktur pada titik tumbukan maksimal melainkan pada titik yang jauh
dari tumbukan. Fraktur tulang kosta disebabkan oleh tumbukan, bertabrakan, atau
peregangan yang disebabkan oleh batuk batuk atau bersin hebat. Bilamana tulang
kosta terkilir atau fraktur bergeser, fragmen tulang yang tajam dapat menembus
pleura atau paru paru menyebabkan hemotoraks atau pneumotoraks.( Long, C.
Barbara. 1996.)

4. GAMBARAN KLINIK
Tanda tanda dan gejala yang umum pada fraktur tulang kosta sebagai berikut :
1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi.
2. Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi.
3. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
4. Sianosis

5. PATHWAY

Lagi tek susun wkwkwk

6. KOMPLIKASI
1. Emphysema : pus dalam rongga pleura merupakan komplikasi
pembedahan torak yang ditakuti. Pus dapat mengalir dari pipa dada atau
bila pipa dada telah di buang dengan torakosentesis(memasukan jarum
yang dihubungkan dengn sebuah semprit yang dilengkapi dengan sebuah
three way stopcock untuk mengambil cairan, darah atau pus dalam rongga
pleura).
2. Fistula bronko pleura : terbukanya jaringan bronkus yang menimbulkan
hubungan dengan ruangan pleura. Ruangan ini biasanya terinfeksi dan
timbul emphysema.

7. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Wawancara

181
a. Kaji respon emosional pasien dan orang terdekat terhadap cedera dan
tindakan
b. Kaji riwayat masalah medis yang menyertai saat pasien telah stabil,
atau dapatkan riwayat medis dari orang terdekat terhadap cedera dan
tindakan.
c. Kaji tanggal terakhir imunisasi tetanus, jika trauma tembus dapat
terjadi.
d. Kaji adanya faktor-faktor penyebab :
1. Tension pneumothorax-trauma dada, obstruksi pada selang dada,
penggunaan TEAP ventilasi mekanik yang berlebihan,
penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa waktu
pelonggaran balutan.
2. Pneumotoraks tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga,
ruptur bleb (vesikel flaksid) yang terjadi sebagai sequele dari
PPOM, tusukan paru dengan dengan prosedur invasif
(torasentesis, insersi katter subklavia), atau penggunaan TEAP
dengan ventilasi mekanis.
3. Kontusio paru (atau kontusio jantung)-cedera tumpul dada akibat
kecelakaan kendaraan atau tertimpa oleh benda berat.
4. Pneumotoraks terbuka-akibat kekerasan (tikaman dan luka
tembak).
5. Fraktur tulang iga, flail chest-kecelakaan kendaraan atau tertimpa
beban berat.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik berdasarkan pada survei umum ( Apendiks F) dan suatu
pengkajian terhadap sistem pernapasan (Apendiks A) dapat menyatakan:
1). Pneumotoraks
a. Nyeri dada tajam pada sisi yang sakit sewaktu bernapas
b. Dispnea dan takipnea
c. Penggunaan otot asesori pernapasan (pelebaran cuping hidung,
retraksi interkostal, pengangkatan bahu)
d. Takikardia
e. Diaforesis
f. Tidak adanya bunyi nafas seiramadengan gerakan dinding dada
yang sama pada daerah yang sakit
g. Gelisah dan agitasi
h. Trakea berpindah/mengarah pada daerah yang tidak sakit

182
i. Kemungkinan sianosis
j. Bunyi hipertimpani pada perkusi diatas daerah yang sakit
k. Syok
l. Luka dan memar pada dada (bila disebabkan oleh cedera traumatik)
2). tension pneumothorax
a. Distensi vena leher
b. Kemungkinan emfisema subkutan(sensasi berpasir terdeteksi
melalui palpasi diatas dinding dada disebabkan oleh
terperangkapnya udara di jaringan subkutan )
c. Manifestasi lain seperti pada pneumothorax tertutup
3). Hemotoraks
a. Pekak dan perkusi diatas sisi yang sakit
b. Manifestasi lain seperti pada pneumothorax tertutup
4). pneumothorax terbuka
a. Observasi luka ada terbuka terhadap bunyi seperti hisapan
b. Manifestasi lain seperti pada pneumothorax tertutup
5). flail chest
a. Sianosis
b. Gerakan dinding dada paradoksial (gerakan ke arah dalam pada
dinding dada yang sakit sewaktu inspirasi dan gerakan kearah luar
sewaktu ekspirasi)
6). fraktur tulang iga
a. Nyeri tekan dan ekimosis diatas sisi yang sakit
b. Krepitasi
c. Nyeri dada pada pernapasan
d. Luka dan memar pada dada
7). kontusio paru (berat)
a. Dispnea dan takipnea
b. Luka dan memar pada dada
c. Banyak mengeluarkan sputum dengan bercak darah
d. Nyeri dada jenis pleuritik(sakit dada pada saat bernapas dalam)
e. Takikardia
8). kontusio jantung
a. Nyeri dada
b. Luka dan memar pada dada
c. Denyut jantung tidak teratur dan takikardi, dengan tekanan darah
rendah

183
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar x dada memastikan kolaps paru, infiltrasi pulmonal, atau fraktur
tulang iga
b. GDA dapat memperlihatkan PaCO dan penurunan PaO
c. Elektrokardiogram (EKG)
C. ANALISA DATA
DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
DS : Pasien mengatakan Trauma dada Gangguan pertukaran gas
sesak nafas dan gelisah
DO : Pasien terlihat batuk tidak efektif,
GDA abnormal, terdengar bunyi
pekak saat diperkusi
DS : Pasien mengatakan merasa tidak Trauma dada Nyeri akut
nyaman pada bagian dada
DO : Pasien terlihat meringis dan
merintih
P : trauma dada (luka tusuk)
Q : terasa senut senut
R : pada bagian dada sebelah kanan
S : skala 6
T : terus manerus
DS : Pasien mengatakan merasa demam Tertahannya sekresi Resiko tinggi infeksi
DO : S : 38,5 o C paru
Sinar X dada menunjukan atelektasis

DS : Pasien mengatakan lapar tapi tidak Anoreksia Kebutuhan nutrisi kurang


ingin makan karena takut terasa dari kebutuhan tubuh
sakit di bagian dada sebelah kanan
jika makan
DO : pasien tidak menghabiskan porsi
makan yang diberikan petugas RS

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan :gangguan pertukaran gas berhubungan dengan trauma
dada
Tujuan : Mendemostrasikan perbaikan oksigenasi

184
Kriteria Evaluasi : warna kulit normal, frekuensi pernapasan 12 – 24
kali/menit, bernapas tidak menggunakan otot otot asesori
pernapasan, tak ada dispnea, sadar an berespon sesuai
dengan perintah GDA dalam batas batas normal, bunyi
paru bersih tak ada batuk dan hemoptisis, posisi trakea di
tengah , tak ada nyeri dada saat bernapas, ekspansi paru
lebih penuh dan simetrik.
Intervensi Rasional
1. Pantau Untuk mengidentifikasi indikasi
 Status pernapasan (apendiks A) indikasi ke arah kemajuan atau
setiap 2 jam selama fase akut, penyimpangan dari hasil yang
setiap 8 jam bila stabil diharapkan
 Masukan dan keluaran setiap 2
jam
 Hasil gas darah arteri
 Pembengkakan leher dan wajah
distensi vena vena setiap 8 jam
(bila tension pneumothorax
terjadi)
 Laporan sinar X dada
 Rekaman EKG
 Pemeriksaan enzim jantung
 Keadaan umun(apendiks F) tiap
8 jam
 Suara bunyi bunyian
 Posisi trakea setiap 4 jam
selama fase akut

2. Pertahankan selalu posisi fowler atau Pengembangan secara penuh dapat


semi fowler dicapai pada posisi tegak sebab
gravitasi menngurangi tekanan
abdomen pada diafragma
3. Dorong penggunaan spirometer insentif Spirometer insentif membantu
tiap 2-4 jam. memberikan kontrol nyeri pengembangan alveoli secara
yang efektif penuh, sekaligus mencegah
atelektasis. Pasien sering bernapas

185
dangkal dalam upaya mengurangi
rasa sakit.
4. Laporkan pembengkakan muka dan Hasil ini menghasilkan emfisema
atau leher bila terasa berpasir, sensasi subkutan, kondisi yang disebabkan
seperti pasir pada palpasi. Pemberian oleh ekstravasasi udara ke dalam
oksigen sesuai pesanan jaringan subkutan. Ini dapat terjadi
pada tension pneumothorax.
Konsentrasi oksigen yang tinggi
mempercepat penyerapan udara yang
terperangkapa dalam jaringan
subkutan.
5. Beritahu dokter segera jika ditemukan Tanda komplikasi ini dan kebutuhan
tanda tanda sebagai berikut intervensi urgen untuk mencegah
 Meningkatnya distress kerusakan yang tak dapat pulih. Triad
pernapasan beck merupakan tanda adanya
 Pembengkakan lehaer dan tamponade jantung, komplikasi yang
wajah yang mempengaruhi berhubungan dengan luka tusuk atau
pernapasan cedera tumul pada jantung. Ventilasi
 Perubaan auskultasi(dari normal mekanis memberikan bantuan
ke abnormal) pada dada dan pernapasan sampai pasien dapat
munyi jantung bernapas sendiri. Selang dada

 Menurunnya nadi distal disertai mengeluarkan udara dan cairan dari

dengan gejala syok rongga pleura sehingga

hipovolemik memungkinkan paru dapat

 Triads beck (hipotensi disertai mengembang kembali. Perubahan

dengan bunyi redup, bunyi trakea dari posisi normal di garis

jantung jauh dan distansi vena tengah ke sisi yang sakit, menandakan

leher) adanya perpindahan medistinal, tand

 Penurunan tingkat kesadaran pada tension pneumothorax. Getah


lambung yang bocor ke rongga toraks
 Perubahan kualitas suara bunyi
karena robekan esofagus memberikan
dari bersih ke serak
pembersihan drainase dada yang
 Pergeseran trakea dari posisi
berwarna empedu. Pembedahan
garis tengah ke sisi yang tak
diperlukan untuk memperbaiki
sakit
struktur yang rusak.
 Cairan pada sistem drainase
berwarna empedu

186
 Peningkatan nyeri yang tak
hilang dengan analgesik
 Siapkan pasien untuk mengikuti
program terapi sesuai dengan
kebijakandan prosedur sebagai
contoh pemasangan selang
endotrakeal, ventilasi mekanik,
perikardiosentensis,
pemasangan selang dada
6. Anjurkan untuk berhenti merokok Merokok menyebabkan vasokonstriksi
yang mempengaruhi pertukaran
oksigen
7. Laporkan disritmia jantung pada dokter. Disritmia jantung dapat menunjukan
Ikuti protokol fasilitas dan prosedur bila tanda adanya kerusakan pada miokard
disritmia terdeteksi atau gangguan keseimbangan
elektrolit. Adanya gangguan irama
jantung yang menetap mengakibatkan
gangguan pada curah jantung.
Manifestasi syok dari ringan sampai
sedang dapat dilihat paa meningkatnya
frekuensi jantung, menurunnya
tekanan darah (TD) dan penurunan
haluaran urin
8. Konsul dokter untuk rujukan ke ahli Ahli terapi pernapasan adalah spesialis
terapi pernapasan bila kongesti pada modalitas terapeutik pernapasan
pulmonal terjadi.evaluasi respon pasien
terhadap tindakan tindakan pulmonal
khusus seperti nebulasi atau fisioterapi
dada
9. Jika sabuk iga elastis digunakan Kepatuhan ditingkatkan bila pasien
jelaskan bahwa ini menstabilkan mengerti program terapeutik
kerangka iga. Ajarkan dan mungkinkan
pasien untuk mempraktikan
penggunaan sabuk iga sendiri
10. Gunakan pompa infus untuk pemberian Pompa infus memungkinkan kontrol
semua cairan intravena. Jika gejala kecepatan infus lebih baik untuk
edema paru terjadi kurangi kecepatan mencegah kelebihan beban cairan tiba
187
aliran IV, batasi masukan cairandan tiba. Edema paru adalah ancaman
konsul dokter dengan segera. Beri utama pada pasien dengan trauma
terapi diuretik sesuai pesanan dan dada
evaluasi keefektifannya.

Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan Trauma dada


Tujuan : Mendemostrasikan hilang dari nyeri
Kriteria Evaluasi : Menyangkal nyeri, ekspresi wajah rileks, ekspansi dada penuh,
tidak ada suara merintih, berkurangnya permintaan analgesik
Intervensi Rasional
1. Lihat nyeri Posisi tegak memungkinkan ekspansi
paru lebih mudah dimana tekanan
2. Pertahankan posisi semi-fowler atau abdominal pada diafragma diturunkan
fowler. Hindarkan memiringkan oleh tarikan gravitasi. Berbaring pada
badan pada sisi yang mengalami sisi yang sakit membuat tegangan pada
trauma sisi yang cedera

3. Pertahankan pembatasan aktivitas Pembatasan aktivitas fisik menghemat


sesuai anjuran. Berikan tindakan energi dan mengurangi rasa tidak
untuk mencegah komplikasi dari nyaman karena ketegangan otot
imobilisasi

Diagnosa keperawatan :Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan Tertahannya sekresi


paru
Tujuan : Bebas dari infeksi
kriteria evaluasi : Suhu 37oC, paru bersih pada auskutasida sinar x, menyangkal
batuk produktif, SDP antara 5.000-10.000 / mm3
Intervensi Rasional
1. Pantau Untuk mengidentifikasi tanda-tanda
a. Suhu tubuh setiap 4 jam kemajuan atau penyimpangan dari hasil
b. Hasil sinar x dada dan laporan yang diharapkan
jumlah darah lengkap
c. Warna dan konsistensi sputum
d. Kemampuan batuk secara efektif

2. Berikan antibiotik sesuai evaluasi Antibiotik diperlukan untuk mengatasi


keefektifannya. Beri tahu dokter jika masalah infeksi . obat ini sering diberikan
188
timbul efek merugikan terjadi. untuk penjagaan terhadap infeksi
Bandingkan seluruh obat-obatan yang
diberikan untuk mencegah interaksi
antar obat yang merugikan
3. Berikan imun globulin tetanus Adanya luka akibat cedera tembus
manusia sesuai pesanan bila riwayat dipertimbangkan sebagai luka
imunisasi tidak adekuat terkontaminasi. Imunisasi tetanus
dianjurkan tiap sepuluh tahun
4. Dapatkan specimen untuk kultur Pneumonia dan infeksi luka merupakan
(sputum atau luka) dan konsul dokter ancaman yang paling besar pada pasien
dengan segera bila hal berikut terjadi dengan cedera dada. Terapi antibiotic
a. Pneumonia – batuk menetap diperlukan untuk mengatasi infeksi. Terapi
disertai menggigil, demam, sakit antibiotik yang tepat teridentifikasi oleh
kepala, dan meningkatnya nyeri kultur spesimen
dada
b. Infeksi luka – kemerahan,
meningkatnya nyeri tekan, demam
5. Cegah tenaga kesehatan yang Untuk mencegah infeksi nosokomial.
menderita infeksi saluran napas atas, Pemberi pelayanan kesehatan merupakan
seperti flu , untuk berhubungan sumber infeksi nosokomial yang paling
dengan pasien trauma dada. Ikuti umum. Pasien dengan trauma dada telah
selalu kewaspadaan umum seperti mengalami imunosupresi karena cedera
mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan dan
selalu mengenakan APD
Diagnosa keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Terjadi pemenuhan nutrisi yang adekuat/sesuai kebutuhan
tubuh.
Kriteria evaluasi : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat,
menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan
atau mempertahankan berat badan yang tepat.

Intervensi Rasional
1. Kaji kebiasaan diet klien Pasien distress pernafasan akut sering
anoreksia karena dispnea peningkatan sekret
atau pengaruh obat

189
2. Auskultasi bunyi usus Penurunan bising usus menunjukkan
penurunan motilitas gaster dan kontipasi
(komplikasi umum).
3. Berikan perawatan oral Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah
pencegah utama dari nafsu makan.
4. Beri porsi makan kecil tapi Memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
sering

5. Kolaborasi dengan ahli Metode makan dan kebutuhan kalori


gizi/pendukung tim untuk didasarkan pada situasi kebutuhan individu.
memberikan makanan yang
mudah dicerna.

DAFTAR PUSTAKA
Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)
cetakan 1. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, (terjemahan), Alih
Bahasa : Suharyati Samba, Vol. 1, EGC, Jakarta
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC
Smeltzer C Suzanne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and Suddarth’s,
Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC.
Asih. N.L.G.Y., Effendy, C., 2004, Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan, Editor Monika Ester, EGC, Jakarta.
Baughman, Diane, C., 2000, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Rab,Tabrani (2007). Agenda Gawat Darurat (Critical Care) Jilid 3 Edisi 1 Cetakan ke 2.
Bandung : P.T. Alumni

190

Anda mungkin juga menyukai