Anda di halaman 1dari 8

ETIKA

DI SEKITAR PERAWATAN LANSIA

Oleh Rudy Hartanto

Abstract:

This article talks about ethical problem in medicine, mainly about the old people with alzhimer. Being old is not
anyone choise, because it is a natural proccess of every living beings. Many people get alzhimer by the time they
get older. The ethical question according to that matter, is it ethical for the doctor to revealed his diognose to the
alzhimer patient. Since revealed the analized would make patiens become restless. All the problem discuss in this
article.

Kata Kunci:
Persoalan orang lanjut usia, Tua kronologis dan biologis, Alzhimer

1. Pendahuluan panti jompo yang mungkin untuk waktu


Menjadi tua (berumur panjang) yang cukup lama, bahkan sepanjang sisa
adalah dambaan semua orang, namun hidupnya.
sekali gus juga ditakuti karena sudah Bagi lansia sendiri, ada tiga
menjadi pendapat umum bahwa menjadi kemungkinan yang menjadi alasan
tua tidak datang sendiri, menjadi tua mengapa berada di panti jompo. Pertama,
selalu ditemani oleh berbagai penyakit dan atas pilihannya sendiri, karena merasa
ketidakmampuan. Banyak pandangan lebih bebas bergerak dan berekspresi,
masyarakat menyatakan bahwa buat apa merasa senang berkumpul dengan teman-
berumur panjang, kalau tidak bisa apa-apa teman sebaya, dibandingkan kalau ia
dan sakit-sakitan. berada di rumah. Kedua, lansia yang tidak
Ketidakmampuan dan penyakit ada jalan lain untuk bisa bertahan hidup
yang menyertai lanjut usia (lansia), kecuali berada di panti jompo. Bagi
menjadi masalah perawatan bagi kelompok lansia ini, alasan finansial
keluarga. Anak-anak lansia umumnya menjadi dasar yang utama. Ketiga, lansia
sudah pada dewasa, sudah berkeluarga, yang oleh karena kondisi fisik dan
mempunyai urusan sendiri, sehingga kesehatannya, dianjurkan oleh dokter atau
hampir tidak ada waktu untuk merawat diminta oleh keluarganya untuk tinggal di
orangtuanya yang sudah menjadi lansia. panti jompo. Bagi kelompok lansia ini,
Di samping itu, keluarga lansia pada keberadaannya di panti jompo biasanya
umumnya tidak memiliki kemampuan dan terkandung unsur koersif
keterampilan merawat. Alasan dan lamanya berada di
Jalan yang ditempuh keluarga rumah perawatan panti jompo,
untuk mengatasi masalah lansia adalah menimbulkan masalah etika di sekitar
dengan menitipkan di rumah perawatan perawatan lansia. Bagi lansia yang disertai

Volume 13, Nomor 01 Juli 2008 36


dengan gangguan daya ingat akibat tahun 2005 – 2010 jumlah penduduk
penyakit Alzheimer, masalah lanjut usia akan meningkat mencapai 19
pengungkapan diagnosis, masalah medico juta atau 8,5% dari jumlah penduduk.
legal, masalah menghormati otonomi Sedangkan usia harapan hidup pada tahun
pasien, sering muncul dan perlu mendapat 2005 menjadi 64,9 tahun untuk wanita,
perhatian serius. Bagi lansia yang rapuh dan 68,8 tahun untuk pria.
dan cenderung mengalami cidera, Laporan dari Bureau of the Sensus
membatasi gerak untuk tujuan proteksi, USA (1993) menyatakan bahwa Indonesia
sering konflik dengan menghormati pada tahun 1990-2025 akan mengalami
otonomi pasien. kenaikan jumlah jumlah penduduk lanjut
usia sebesar 414%, suatu angka paling
2. The Greying World tinggi di seluruh dunia. Bukan saja dunia
Semakin meningkatnya yang beruban, Indonesia pun sudah
kesejahteraan masyarakat, semakin beruban.
baiknya upaya layanan kesehatan, maka
usia harapan hidup manusia menjadi lebih 3. Proses Menjadi Tua
panjang. Manusia yang berusia lebih dari Menjadi tua bukanlah sesuatu yang
65 tahun, yang pada tahun 1990 patologis. Menjadi patologis apabila
mencapai 12,5 % dari populasi , maka menjadi tua diikuti oleh penyakit dan
pada tahum 2030 diperkirakan mencapai ketidakmampuan. Penyebab kematian
20% dari populasi, dan sebagian besar pada lansia, bukan karena
tinggal di negara sedang berkembang.. ia menjadi lansia, melainkan karena
Jumlah populasi yang berusia di atas 60 penyakit yang menyertai. Oleh karena itu,
tahun pada tahun 2025 akan meningkat sebutan “penyakit tua” harus ditolak,
dari 37 juta orang menjadi 113,5 juta karena menjadi tua bukanlah penyakit.
orang, sebuah peningkatan sebesar 50%.1 Menurut Deepak Chopra ada tiga
Saat ini diperkirakan di seluruh jenis tua.2 Pertama, tua kronologis. Kedua,
dunia terdapat 540 juta orang berusia di tua biologis. Ketiga, tua
atas 60 tahun. Diperkirakan jumlah lansia psikologis.Terhadap tua kronologis, kita
akan meningkat dari sejumlah 200 juta tidak bisa berbuat apa-apa. Yang bisa kita
orang pada tahun 1950 menjadi 1,2 miliar lakukan hanyalah mengikuti saja. Tua
pada tahun 2025, sebuah lonjakan 75%. kronologis selalu mengikuti waktu obyektif
Dari jumlah itu, 71% berada di negara yang berjalan dari masa lalu ke masa kini.
yang sedang berkembang. Tua biologis dan tua psikologis akan
Di Jepang saat ini 13% mengikuti waktu subyektif yang bisa
penduduknya (16,22 juta) berusia di atas berjalan dari masa kini ke masa lalu,
65 tahun. Di Indonesia, menurut sensus ataupun dari masa kini ke masa depan.
tahun 1990, penduduk lanjut usia Oleh karena itu, orang tua yang secara
berjumlah 11.551.693 orang dan
subyektif merasa masih belum tua dan
umumnya didominasi oleh wanita. Usia
masih mampu melakukan berbagai
harapan hidup untuk Indonesia pada
aktivitas, secara biologis akan diikuti oleh
tahun 2000, untuk pria 63,3 tahun, dan
perilaku sel-sel tubuhnya sehingga ia tidak
untuk wanita 67,2 tahun. Diperkirakan

Volume 13, Nomor 01 Juli 2008 37


tampak tua. Sebaliknya orang belum tua, berumur 50 tahun. Tuan A, yang baru saja
tetapi merasa dirinya sudah tua dan tidak bercerai dari istrinya, menderita depresi
mampu melakukan berbagai aktivitas, akut, punya riwayat penyakit jantung dan
maka ia akan tampak jauh lebih tua dari kelebihan berat badan. Tuan B, dengan
usia kronologisnya. rumah tangga yang bahagia, merasa
Dr. Deepak Chopra sehat, optimistik dan puas dengan
mengungkapkan pengalamannya ketika pekerjaannya. Di bawah ini adalah gambar
mewawancarai seorang nenek Anna bagan dari ketiga jenis tua dari Tuan A
Lundgreen yang berumur 101 tahun. dan B.
Nenek Anna Lundgreen berkata:
“Mengingat kembali ketika tinggal di
Norway saat itu aku masih seorang gadis TUA KRONOLOGIS : A/B
kecil, saat orang mencapai umur 55
sampai 65 tahun, mereka tampak TUA BIOLOGIS : B ---
bersedih. Saya tidak pernah merasa tua.  A ------
Saya tidak merasa tua pada hari ini.
Seberapa tua yang kau rasakan, tidak ada TUA PSIKOLOGIS : ----B
A----
batasannya, dan bisa berubah dalam
hitungan detik saja. Seorang nenek tua
UMUR : 30 35 40
yang sedang mengenang kembali saat
45 50 55 60
cinta pertamanya, tiba-tiba bisa
merasakan menjadi lebih muda dan segar
seolah-olah seperti kembali berumur 18
Faktor-faktor negatif yang
tahun lagi. Sebaliknya, seorang pria yang
mempercepat proses penuaan
berumur 50 tahunan, yang mendengar
1. Depresi *
istri tercintanya meninggal dunia, merasa
2. Tidak mampu memngekspresikan
begitu k ehi lan gan d an k esep ia n,
emosi
dal am wak t u
3. Merasa tidak ada harapan
beberapa minggu saja bisa berubah dan
mengubah dirinya atau orang lain
tampak menjadi jauh lebih tua dari
4. Hidup sendiri
usianya.
5. kesepian, tidak teman dekat
Terlepas dari bilangan angka yang
6. kegiatan rutin sehari-hari
pasti dari umur seseorang, ketika ditanya:
berkurang *
”Seberapa tuakah kamu?”, sebenarnya
7. pekerjaan reguler berkurang *
kita akan sampai pada situasi sliding scale
8. tidak puas dengan pekerjaaan *
yang menunjukkan seberapa cepatnya
9. harus bekerja lebih dari 40 jam per
ketiga jenis tua (kronologis, biologis, dan
minggu
psikologis) meluncur dalam hubungannya
10. beban finansial, terjebak hutang
satu dengan yang lainnya.
11. kekuatiran yang berulang atau
Dr. Deepak Chopra
yang cukup parah
mengemukakan contoh yang menarik dari
12. menyesali pengorbanan yang telah
dua orang pria yang masing-masing
dilakukan masa lalu

Volume 13, Nomor 01 Juli 2008 38


13. irritable, mudah marah, atau tidak gangguan daya ingat (kepikunan) yang
bisa mengekspresikan kemarahan semakin berat dengan berjalannya waktu.
14. mengkritik dirinya atau orang lain. Penyakit ini hingga kini belum bisa
_____________________________ disembuhkan.
*) faktor utama Tingkat kepikunan akibat penyakit
Alzheimer bervariasi dari yang ringan pada
Faktor-faktor positif yang awal penyakit, hingga yang berat bila
menghambat penuaan: penyakitnya sudah cukup parah. Untuk
1. Pernikahan yang bahagia (atau mengetahui derajat kepikunan biasanya
kepuasan dalam hubungan jangka secara klinis digunakan beberapa metode
panjang) * pemeriksaan. Yang sering digunakan
2. Kepuasan dalam pekerjaan * adalah dengan MMSE (Mini Mental State
3. merasa bahagia * Examination).
4. dapat dengan mudah untuk Problem etis yang menyertai
tertawa penyakit Alzheimer adalah masalah
5. kepuasan dalam kehidupan seksual pengungkapan diagnosis pada pasien,
6. kemampuan mempertahankan masalah menghormati otonomi pasien,
hubungan dekat dengan teman masalah kualitas hidup, masalah
7. memiliki kehidupan rutin sehari- pengobatan dan membatasi pengobatan,
hari * masalah perawatan yang cukup lama, dan
8. memiliki pekerjaan rutin yang pengendalian perilaku. Sering pula muncul
reguler * masalah medicolegal yang biasanya
9. berlibur paling sedikit seminggu berkaitan dengan masalah surat wasiat
setiap tahun tentang hak waris (pembagian harta
10. merasa dapat mengatur kehidupan peninggalan).
personalnya Masalah pengungkapan diagnosis
11. menikmati waktu senggang, puas penyakit Alzheimer sering menimbulkan
dengan hobinya pro dan kontra. Apakah pasien dengan
12. mampu mengekspresikan penyakit Alzheimer perlu diberitahukan
perasaannya dengan mudah diagnosisnya? Apakah sebagai dokter yang
13. optimis terhadap masa depan menangani pasien harus berkata
14. secara finansial merasa aman, dan sejujurnya? Apakah surat wasiat yang
hidup yang bermakna dibuat oleh pasien sah secara hukum?
Seperti masalah pengungkapan
*) faktor utama diagnosis pada pasien-pasien dengan
penyakit yang dapat mematikan (kanker
misalnya) demikian pula pengungkapan
4. Masalah Etika Pada Penyakit diagnosis penyakit Alzheimer akan dapat
Alzheimer menimbulkan gejolak emosional. Namun
Penyakit Alzheimer yang umumnya sebenarnya kedua penyakit itu (kanker
menyerang lansia, adalah suatu penyakit dan Alzheimer) punya karakteristik yang
degeneratif progresif dan dampak dari berbeda. Penyakit kanker walaupun begitu
penyakit ini sudah pasti akan memberikan ditakuti keganasannya, namun masih ada

Volume 13, Nomor 01 Juli 2008 39


harapan untuk disembuhkan, apa lagi tahuan 60-an, kebanyakan dokter di
kalau masih tahap awal. Kecuali Amerika setuju untuk tidak
pembedahan, kemoterapi dan radioterapi mengungkapkan diagnosis pada pasiennya
merupakan pengobatan yang cukup (ketakutan pasien akan cemas dan
ampuh, bahkan saat ini banyak penelitian depresi). Namun sesudah tahun 60-an,
yang mampu menghasilkan obat-obat banyak dokter yang berpendapat perlu
antikanker yang ampuh dengan efek mengungkapkan diagnosis pada
samping yang minim. Sementara penyakit pasiennya. Hal ini kemungkinan besar
Alzheimer akan berjalan secara progresif dipengaruhi oleh perubahan pandangan
ke arah yang lebih buruk tanpa bisa masyarakat yang menjadi lebih
diobati. Oleh karena itu, walaupun harus demokratis.
menunggu saat yang tepat, Lansia yang menderita Alzheimer
pengungkapan diagnosis kanker sedini pada stadium awal dengan demensia
mungkin merupakan suatu keharusan, (kepikunan) yang ringan, otonomi pasien
paling tidak pada keluarganya, agar bisa masih bisa diperhitungkan. Apabila
dibuat rencana penanganan lebih lanjut. Alzheimernya bertambah berat dengan
Pada lansia yang diduga menderita demensia sedang, maka otonomi pasien
Alzheimer, apabila diagnosisnya belum perlu dibatasi, sedangkan apabila
bisa dipastikan, disarankan untuk tidak demensianya menjadi berat, maka pasien
diungkapkan dulu. Apabila diagnosis diperlakukan sebagai tidak otonom (tidak
Alzheimer sudah bisa dipastikan, dokter kompeten untuk membuat pilihan).
wajib segera mengungkapkan kepada Tentang advance directives
pasien dan keluarganya. Pengungkapan sebagai perpanjangan otonomi lansia,
diagnosis ini penting terutama sebelum juga masih menimbulkan pro dan kontra.
pasien menjadi pikun dan tidak kompeten Bagi yang pro pandangannya didasarkan
untuk menentukan pilihan. Dengan pada saat membuat advance directives,
demikian, maka otonomi pasien benar- lansia masih kompeten untuk menentukan
benar kita hormati. pilihannya (masih otonom), dengan
Pengungkapan diagnosis pada demikian, apa yang tertulis dalam advance
pasien, tidak selalu menimbulkan gejolak directives harus diterima sebagai
emosi, seperti cemas dan depresi. Pada keputusan dan pilihan pasien, walaupun
pasien kanker yang akhirnya mengetahui saat ini pasien tidak otonom. Drickamer
penyakitnya dari orang lain (bukan dari dan Lachs menolak pandangan tersebut.
dokter dan keluarganya), justru Dikemukakan bahwa pada saat ini pasien
menimbulkan gejolak emosi, marah pada adalah “the newself” yang dibentuk oleh
dokter dan keluarganya. Pada lansia yang demensianya yang berat, dan ini berbeda
menderita Alzheimer, setelah mengetahui dengan “the oldself” sebelum pasien
penyakitnya, dengan senang ia mengalami demensia berat.
mengatakan pada tetangga-tetangganya, Lansia dengan demensia yang
minta dimaafkan atas kelupaan yang progresif dan menderita penyakit berat
dibuatnya, karena ia menderita Alzheimer. bahkan kemungkinan fatal, penggunaan
Dari pihak dokter, terjadi teknologi kedokteran untuk alasan selain
perubahan yang cukup signifikan. Sebelum sebagai tindakan paliatif, menjadi

Volume 13, Nomor 01 Juli 2008 40


perdebatan medis dan moral dalam orang lain dan ketidakmampuannya.
masyarakat. Menjadi masalah apabila menghormati
Dilema untuk membatasi tindakan otonomi dimengerti sebagai
medis pada pasien, dapat diatasi dengan memperlakukan seseorang seperti orang
menentukan kualitas hidup pasien. Apabila dewasa, mengharapkan agar dapat
kualitas hidup pasien sudah demikian bertanggung jawab terhadap tindakannya
buruk, pemberian obat dan penggunaan serta memiliki kemampuan untuk
teknologi kedokteran yang berlebihan membuat keputusan yang bebas bagi
(extra ordinary) justru merupakan dirinya.
tindakan sia-sia (futile treatment) yang Untuk menghormati otonomi lansia
dapat melanggar prinsip-prinsip bioetika. yang tinggal di panti jompo, pertama-tama
Stephen G. Post menyatakan kita harus melihat lansia sebagai individu
bahwa penggunaan perpanjangan alat dari sisi martabat dan ekspresi diri, bukan
bantu hidup secara etis dapat ditolak dari sisi kebebasan saja. Lansia yang
apabila menimbulkan efek samping berada di panti jompo banyak yang
terhadap perawatan pasien, mempersulit disertai dengan ketidakmampuan dan
dokter atau keluarganya untuk mengambil harus tergantung pada bantuan orang
keputusan, memperpanjang penderitaan lain. Namun tidak dalam segala hal lansia
pasien, dan kualitas hidup pasien yang membutuhkan bantuan orang lain.
buruk.3 Ketergantungan dan inkompetensinya
bersifat situasional dan instrumental.
5. Masalah Etika di Panti Jompo Tidak dalam semua hal lansia
Lansia yang tinggal di panti jompo membutuhkan bantuan dari orang
akan berada di situ dalam jangka waktu tertentu, alat, atau situasi tertentu.
yang lama, bahkan mungkin sampai akhir Generalisasi dari ketergantungan terhadap
hidupnya. Di samping itu, lansia yang satu area ke area lain dalam kehidupan
berada di panti jompo juga sering disertai lansia, akan mengarah ke erosi otonomi
dengan ketidakmampuan yang dapat yang cukup serius.
menghambat otonominya. Dengan alasan Lansia yang tidak bisa pergi ke
tindakan pencegahan, pengurus panti mana-mana, bisa saja secara penuh
acap kali melakukan tindakan proteksi memutuskan apa yang ia ingin lakukan
yang membatasi kebebasan lansia. dan dengan siapa ia akan menghabiskan
Menjadi pertanyaan, apakah panti jompo waktunya. Lansia yang mengalami defisit
berfungsi sebagai lingkungan yang kognisi, masih dapat mengerjakan
protektif terhadap lansia, ataukah tempat berbagai peran yang ia ingin lakukan.
yang memungkinkan para lansia Lansia yang menggelandang kelihatannya
mengekspresikan otonominya. melakukan sesuatu tanpa tujuan, namun
Asumsi bahwa lansia tidak otonom tetap saja yang ia lakukan adalah sesuai
hanya karena tinggal di panti jompo, tidak dengan keinginannya.
didukung oleh realitas yang ada. Dalam Hal di atas menunjukkan banyak
kehidupan sehari-hari (aktual) otonomi lansia tetap memiliki kemampuan untuk
lansia dapat berdampingan dengan jenis melakukan tindakan atas inisiatifnya
dan tingkat ketergantungan pada bantuan sendiri, dan adalah keliru bila berpendapat

Volume 13, Nomor 01 Juli 2008 41


lansia secara total tergantung pada atau dari masa kini ke masa yang akan
bantuan orang lain. datang.
Di pihak lain, lansia pada Lansia yang menderita penyakit
umumnya disertai pula dengan berbagai Alzheimer, dengan defisit kognitif yang
kelemahan khususnya dalam kondisi progresif dapat menimbulkan masalah
fisiknya, sehingga sering terdengar etika di sekitar pengungkapan
ungkapan sebagai kondisi fisik yang diagnosisnya, menghormati otonominya,
rapuh. Antisipasi terhadap kerapuhan dan masalah medico-legal.
kondisi fisik ini sering kali berlebihan. Lansia yang tinggal di rumah
Upaya pencegahan terjadinya suatu perawatan (panti jompo) dengan kondisi
kecelakaan (terjatuh), acapkali justru fisik yang rapuh, perlu diupayakan
menghambat aktualisasi otonomi lansia. keseimbangan antara pembatasan
Agar upaya pencegahan terhadap aktivitas fisik dengan menghormati
kemungkinan terjadinya kecelakaan pada otonominya.***
lansia tidak menghambat otonominya,
perlu diperhatikan beberapa hal. Pertama,
sarana dan prasarana di rumah perawatan
lansia (panti jompo) hendaknya dibuat
sedemikian rupa sehingga memudahkan
lansia melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari tanpa membahayakan dirinya.
Kedua, pembatasan aktivitas fisik untuk
menghindari kemungkinan terjadinya
kecelakaan hendaknya dilakukan tanpa
menghambat otonominya. Ketiga,
pemberian obat-obatan untuk
mengendalikan gangguan perilaku
dan/atau mental emosionalnya,
hendaknya diberikan dengan dosis sekecil
mungkin.

6. Kesimpulan
Menjadi tua bukanlah suatu yang
patologis. Penyebab kematian bukan
karena menjadi tua, melainkan karena
penyakit yang menyertainya.
Ada tiga jenis tua, yaitu tua
kronologis, tua biologis dan tua psikologis.
Pada tua kronologis, berlaku waktu
obyektif yang berjalan dari masa lampau
ke masa kini. Tua biologis dan tua
psikologis, berlaku waktu subyektif, yang
berjalan dari masa kini ke masa lampau,

Volume 13, Nomor 01 Juli 2008 42


Catatan Akhir Daftar Pustaka
1
The second report on the demographic situation in the
European Union, 1995 Chopra, Deepak. M.D., Ageless body,
2
Deepak Chopra, Ageless body, Timeless mind., 1993 Timeless mind. Harmony Books. New
3
Stephen G.Post, Treating Senility and Dementia: Ethical York 1993.
Challenges and Quality-of-Life Judgments, 1998.
Sidiarto, Lily Djokosetio. Kusumoputro,
Sidiarto, Memori Anda Setelah Usia 50.
Penerbit Universitas Indonesia, 2006.
Post, Stephen G. Treating Senility and
Dementia: Ethical Challenges and
Quality-of-Life Judgments, In: Monagle,
John F. and Thomasma, David C. Health
Care Ethics. Critical Issues for the 21st
Century. Aspen Publisher Inc.
Gaithersburg, Maryland. 1998.
Agich, George J., Respecting the Autonomy of
Elders in Nursing Homes. In: Monagle,
John F. and Thomasma, David C. Health
Care Ethics. Critical Issues for the 21st
Century. Aspen Publisher Inc.
Gaithersburg, Maryland 1998.

Volume 13, Nomor 01 Juli 2008 43

Anda mungkin juga menyukai