Anda di halaman 1dari 12

TUGAS RUTIN 5

BAHAN BAKAR DAN PELUMAS

Dosen Pengampu:

1.Janter Simanjuntak S.T,M.T,Phd

2.Hanapi Hasan S.pd,M.T

Disusun Oleh:

1.SAHALA WILLIAM SIBARANI (5183122017 )

2.MIKAEL ANGELO MANALU (5183122033 )

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa yang telah
menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “bahan bakar dan pelumas” tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :Semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi perbaikan penulisan Makalah
selanjutnya.
Akhirnya kami berharap semoga Makalah ini berguna khususnya bagi kami dan
bagi pembaca pada umumnya.

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya
bahan bakarmengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan
bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan
bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses
lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi
nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi nuklir). Hidrokarbon (termasuk di dalamnya bensin dan
solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan
bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif, makanya dari itubahan bakar
minyak terutama solar,premium dan pertamax menjadi bahan bakar minyak yg sangat diincar
masyarakat luas dan menjadi bahan bakar unggulan yang di beli setiap hari sebagai bahan
bakarkendaraan , maka oleh karena itu kenaikan harga bbm sangat berpengaruh terhadap
masyarakat terutama kolongan menengah kebawah terutama untuk bahan bakar premium

B.Tujuan

1. Mengetahui bagaimana prinsip kerja tungku prmbakaran,reaktor pembakaran,gasifier


dan burner.
2. Membuat solusi tepat untuk mencegah atau mengantisipasi dampak dari pembakaran
yang terjadi pada tungku pembakaran dan reaktor pembakaran.

C. Manfaat

1. Dengan dibuatnya makalah ini, kita dapat mengetahui cara kerja tungku pembakaran,
reaktor pembakaran,gasifier dan burner . Dengan menggunakan teori bahan bakar.
BAB II
PEMBAAHASAN

A.TUNGKU PEMBAKARAN

Furnace atau juga sering disebut dengan tungku pembakaran adalah sebuah
perangkat yang digunakan untuk pemanasan. Nama itu berasal dari bahasa latin Fornax,
oven. Kadang-kadang orang juga menyebutnya dengan kiln.

Furnace sendiri sering di analogikan dengan furnace sebagai keperluan industri yang
digunakan untuk banyak hal, seperti pembuatan keramik, ekstraksi logam dari bijih
(smelting) atau di kilang minyak dan pabrik kimia lainnya, misalnya sebagai sumber panas
untuk kolom distilasi fraksional.

Adapun bahan bakar yang paling umum untuk furnace modern adalah gas alam,
termasuk LPG (liquefied petroleum gas), bahan bakar minyak, batu bara atau kayu. Dalam
beberapa kasus pemanasan resistensi listrik juga sering digunakan sebagai sumber panas, jika
saja biaya listriknya rendah.

Hampir seluruh furnace menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar gas atau listrik
sebagaimasukan energinya.

 Furnace induksi dan busur/arc menggunakan listrik untuk melelehkan baja dan besi
tuang.
 Furnace pelelehan untuk bahan baku bukan besi menggunakan bahan bakar minyak.

RUANG PEMBAKARAN (FURNACE)

Furnace adalah dapur sebagai penerima panas bahan bakar untuk pembakaran, yang
terdapat fire gate di bagian bawah sebagai alas bahan bakar dan yang sekelilingnya adalah
pipa-pipa air ketel yang menempel pada dinding tembok ruang pembakaran yang menerima
panas dari bahan bakar secara radiasi, konduksi, dan konveksi.Tungku adalah sebuah
peralatan yang digunakan untuk melelehkan logam untuk pembuatan bagian mesin (casting)
atau untuk memanaskan bahan serta mengubah bentuknya (misalnya rolling/penggulungan,
penempaan) atau mengubah sifat-sifatnya (perlakuan panas).Karena gas buang dari bahan
bakar berkontak langsung dengan bahan baku, maka jenis bahan bakar yang dipilih menjadi
penting. Sebagai contoh, beberapa bahan tidak akan mentolelir sulfur dalam bahan bakar.
Bahan bakar padat akan menghasilkan bahan partikulat yang akan mengganggu bahan baku
yang ditempatkan di dalam tungku. Untuk alasan ini:

 Hampir seluruh tungku menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar gas atau listrik
sebagai masukan energinya.
 Tungku induksi dan busur/arc menggunakan listrik untuk melelehkan baja dan besi tuang.
 Tungku pelelehan untuk bahan baku bukan besi menggunakan bahan bakar minyak.
 Tungku yang dibakar dengan minyak bakar hampir seluruhnya menggunakan minyak
tungku, terutama untuk pemanasan kembali dan perlakuan panas bahan.
 Minyak diesel ringan (LDO) digunakan dalam tungku bila tidak dikehendaki adanya
sulfur.

Idealnya tungku harus memanaskan bahan sebanyak mungkin sampai mencapai suhu
yang seragam dengan bahan bakar dan buruh sesedikit mungkin. Kunci dari operasi tungku
yang efisien terletak pada pembakaran bahan bakar yang sempurna dengan udara berlebih
yang minim. Tungku beroperasi dengan efisiensi yang relatif rendah (serendah 7 persen)
dibandingkan dengan peralatan pembakaran lainnya seperti boiler (dengan efisiensi lebih dari
90 persen). Hal ini disebabkan oleh suhu operasi yang tinggi dalam tungku. Sebagai contoh,
sebuah tungku yang memanaskan bahan sampai suhu 1200 derajat Celsius akan
mengemisikan gas buang pada suhu 1200 derajat celsius atau lebih yang me ngakibatkan
kehilangan panas yang cukup signifikan melalui cerobong.

Seluruh tungku memiliki komponen-komponen:

 Ruang refraktori dibangun dari bahan isolasi untuk menahan panas pada suhu operasi
yang tinggi.
 Perapian untuk menyangga atau membawa baja, yang terdiri dari bahan refraktori yang
didukung oleh sebuah bangunan baja, sebagian darinya didinginkan oleh air.
 Burners yang menggunakan bahan bakar cair atau gas digunakan untuk menaikan dan
menjaga suhu dalam ruangan. Batubara atau listrik dapat digunakan dalam pemanasan
ulang/reheating tungku.
 Cerobong digunakan untuk membuang gas buang pembakaran dari ruangan
 Pintu pengisian dan pengeluaran digunakan untuk pemuatan dan pengeluaran muatan.
Peralatan bongkar muat termasuk roller tables, conveyor, mesin pemuat dan pendorong
tungku.
TANUR VAKUM (FURNACE)

Tanur vakum atau vacuum furnace adalah jenis furnace yang dapat memanaskan bahan,
biasanya logam, pada temperatur sangat tinggi dan melaksanakan proses seperti mematri,
sintering dan perlakuan panas dengan konsistensi tinggi dan kontaminasi rendah.Dalam
sebuah vacuum furnace produk dalam tungku dikelilingi oleh ruang hampa. Tidak adanya
udara atau gas lainnya mencegah perpindahan panas dengan produk melalui konveksi dan
menghilangkan sumber kontaminasi.

Beberapa manfaat dari vakum furnace adalah:

 Uniform dalam rentang temperatur 2000-2800 °F (1100-1500 °C)


 Suhu dapat dikontrol dalam area kecil
 kontaminasi dari karbon oksigen dan gas-gas lain pada produk rendah
 pendinginan produk cepat
 Proses dapat dikendalikan komputer untuk memastikan berulangnya fasa dalam
metalurgi.

Pemanas logam untuk temperatur tinggi biasanya menyebabkan oksidasi cepat, yang
tidak diinginkan.Vakum furnace menghilangkan oksigen dan mencegah hal ini terjadi.Gas
inert,seperti Argon,biasanya digunakan untuk mempercepat pendinginan logam sampai
kembali ke tingkat non-metalurgi (di bawah 400 °F) setelah proses yang diinginkan dalam
tungku. Gas inert dapat ditekan untuk dua kali perlakuan atau lebih, kemudian mengalir
melalui daerah zona panas untuk mengambil panas sebelum melalui sebuah penukar panas
untuk membuang panas. Proses ini diulang sampai suhu yang diinginkan tercapai.
Penggunaan umum dari vakum furnace adalah untuk heat treatment baja paduan. Banyak
perlakuan panas yang dapat menggunakan vakum furnace misalnya hardening dan tempering
dari baja untuk menambah kekuatan dan ketangguhan. Pengerasan melibatkan pemanasan
baja ke suhu yang sudah ditentukan, kemudian didinginkan secara cepat.
B.REAKTOR PEMBAKARAN

Gas buang yang diolah pada reaktor ini merupakan gas berjenis Volatile Organic
Compound (VOC) dengan konsentrasi yang rendah (<500 ppm), yang biasanya terdapat pada
bensin, toluena, atau sisa-sisa karbon lainnya.Prinsip utama dari reaktor ini adalah membuat
keadaan aliran menjadi tidak lunak dengan menciptakan aliran gas bolak-balik dan tercipta
sistem ototermal. Penelitian yang telah dikembangkan selama kurang lebih dua tahun ini
bekerja dengan mengubah VOC tersebut menjadi gas yang aman untuk dibuang ke
lingkungan, yaitu CO2.

Pembakaran yang digunakan pada reaktor ini adalah pembakaran heterogen, yang
hanya membutuhkan suhu sebesar 300o C. Walaupun diperlukan adanya katalis, pembakaran
heterogen akan lebih efektif dibandingkan dengan pembakaran homogen. Pada pembakaran
homogen, suhu perlu dinaikan hingga mencapai 800o C. Emisi gas buang berupa VOC
dengan suhu 130o C harus dinaikkan menjadi 300o C agar reaksi dapat terjadi. Setelah
melewati katalis yang berupa Cu, akan terjadi reaksi eksotermis yang akan melepas panas.
Agar panas yang dihasilkan aman untuk dibuang ke lingkungan, perlu dilakukan penurunan
suhu terlebih dahulu. Dalam mencapai keadaan ini, material inert yang memiliki kapasitas
panas yang besar digunakan pada sisi kanan dan kirinya.

Panas dari hasil reaksi akan disimpan di material inert sebelah kanan sehingga
suhunya akan turun dan memenuhi kriteria untuk dilepas ke lingkungan. Sesuai dengan
prinsip aliran bolak-balik, gas yang suhunya telah diturunkan akan berperan sebagai “umpan
balik”. Umpan ini akan melewati katalis dan kembali mengalami reaksi eksotermis. Panas
pada umpan ini akan diserap oleh material inert di sebelah kiri. Hal ini akan terus menerus
terjadi sehingga menimbulkan heat trapped effect melalui aliran bolak-balik. Kondisi yang
akan terjadi disebut dengan keadaan ototermal.
C.GASIFIER

Gasifikasi adalah proses yang berbeda dengan proses pembakaran maupun proses
pembentukan biogas. Perbedaan gasifikasi dengan pembakaran terletak pada jumlah oksigen
yang digunakan dalam prosesnya, serta produk yang dihasilkan. Proses pembakaran
menggunakan oksigen yang melebihi kebutuhan stokiometrik, selain itu produk yang
dihasilkan berupa energi panas dan gas yang tidak terbakar. Sementara itu, proses gasifikasi
sangat bergantung pada reaksi kimia yang terjadi pada temperatur di atas 600 0 C. Hal inilah
yang membedakannya dengan proses biologis seperti proses anaerobik yang menghasilkan
biogas. Gasifikasi adalah proses pengubahan materi yang mengandung karbon seperti
batubara, minyak bumi, maupun biomassa ke dalam bentuk karbon monoksida (CO) dan
hidrogen (H2 ) dengan mereaksikan bahan baku yang digunakan pada temperatur tinggi
dengan jumlah oksigen yang diatur. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengubah unsur-
unsur pokok dari bahan bakar yang digunakan ke dalam bentuk gas yang lebih mudah
dibakar, sehingga hanya menyisakan abu dan sisa-sisa material yang tidak terbakar (inert).

Proses gasifikasi biomassa dilakukan dengan cara melakukan pembakaran secara


tidak sempurna di dalam sebuah ruangan yang mampu menahan temperatur tinggi yang
disebut reaktor gasifikasi. Agar pembakaran tidak sempurna dapat terjadi, maka udara dengan
jumlah yang lebih sedikit dari kebutuhan stokiometrik pembakaran dialirkan ke dalam reaktor
untuk mensuplai kebutuhan oksigen menggunakan kipas atau blower. Proses pembakaran
yang terjadi menyebabkan reaksi termo-kimia yang menghasilkan CO, H2 , dan gas metan
(CH4 ). Selain itu, dalam proses ini juga dihasilkan uap air (H2 O) dan karbon dioksida (CO2
) yang tidak terbakar.

Tahapan gasifikasi

1. Pyrolisis yang terjadi ketika biomassa mulai mengalami kenaikan temperatur. Pada
tahap ini volatil yang terkandung pada biomassa terlepas dan menghasilkan arang (char).

2. Proses pembakaran (combustion) pada tahapan ini volatil dan sebagian arang yang
memiliki kandungan karbon (C) bereaksi dengan oksigen membentuk CO dan CO2 serta
menghasilkan panas yang digunakan pada tahap selanjutnya yaitu tahap gasifikasi. • Reaksi
pembakaran C + ½ O2 = CO • Reaksi Boudouard C + CO2 = 2 CO
3. Gasifikasi tahapan ini terjadi ketika arang bereaksi dengan CO2 dan uap air yang
menghasilkan gas CO dan H2 yang merupakan produk yang diinginkan dari keseluruhan
proses gasifikasi. • Reaksi water gas C + H2 O = CO + H2

4. Water shift reaction. Melalui tahapan ini, reaksi termo-kimia yang terjadi di dalam
reaktor gasifikasi mencapai keseimbangan. Sebagian CO yang terbentuk dalam reaktor
bereaksi dengan uap air dan membentuk CO2 dan H2 . • Reaksi metana C + 2 H2 = CH4 .

Tipe-Tipe Reaktor Gasifikasi Biomassa

1.Reaktor Gasifikasi Tipe Updraft

Pada reaktor gasifikasi tipe ini, zona pembakaran (sumber panas) terletak di bawah
bahan bakar dan bergerak ke atas seperti tampak dalam Gambar Dalam gambar ini tampak
bahwa gas panas yang dihasilkan mengalir ke atas melewati bahan bakar yang belum terbakar
sementara bahan bakar akan terus jatuh ke bawah. Melalui pengujian menggunakan sekam
padi, reaktor gasifikasi ini dapat bekerja dengan baik. Kekurangan dari reaktor.

2.Reaktor Gasifikasi Tipe Downdraft

Pada tipe ini sumber panas terletak di bawah bahan bakar seperti tampak dalam
gambar di bawah. Aliran udara bergerak ke zona gasifikasi di bagian bawah yang
menyebabkan asap pyroslisis yang dihasilkan melewati zona gasifikasi yang panas. Hal ini
membuat tar yang terkandung dalam asap terbakar, sehingga gas yang dihasilkan oleh reactor
ini lebih bersih. Keuntungan reaktor tipe ini adalah reaktor ini dapat digunakan untuk operasi
gasifikasi yang berkesinambungan dengan menambahkan bahan bakar melalui bagian atas
reaktor. Namun untuk operasi yang berkesinambungan dibutuhkan sistem pengeluaran abu
yang baik, agar bahan bakar bisa terus ditambahkan.

3.Reaktor Gasifikasi Tipe Inverted Downdraft


Prinsip kerja reaktor gasifikasi tipe ini sama dengan prinsip kerja reactor gasifikasi
downdraft gasifiers. Dalam gambar tampak bahwa perbedaan antara reaktor gasifikasi
downdraft gasifiers dengan reactor gasifikasi inverted downdraft gasifiers terletak pada arah
aliran udara dan zona pembakaran yang dibalik. Sehingga bahan bakar berada pada bagian
bawah reaktor dengan zona pembakaran di atasnya. Aliran udara dari bagian bawah ke bagian
atas reaktor.
D.BURNER
PRINSIP KERJA BURNER PADA BAHAN BAKAR GAS

Penggunaan Energi panas dalam industri, terutama food manufacture, sudah menjadi
kebutuhan dasar. Dalam prakteknya Energi panas didapat dari Electric Main Power, seperti
heater, atau Pemanfaatan gas LPG. Dari segi biaya, penggunaan gas LPG masih lebih efisien
dibanding Electric Heater, terutama untuk pembebenan panas tinggi.

Elpiji, pelafalan bahasa Indonesia dari akronim bahasa Inggris; LPG (liquified
petroleum gas,harafiah: "gas minyak bumi yang dicairkan"), adalah campuran dari berbagai
unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan
suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi propana (C3H8)
dan butana (C4H10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil,
misalnya etana (C2H6) dan pentana(C5H12).

Dalam kondisi atmosfer, elpiji akan berbentuk gas. Volume elpiji dalam bentuk cair
lebih kecil dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu elpiji
dipasarkan dalam bentuk cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk memungkinkan
terjadinya ekspansi panas (thermal expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung elpiji
tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas
bila menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi tergantung komposisi, tekanan dan
temperatur, tetapi biasaya sekitar 250:1. Bahan bakar LPG bagus digunakan untuk Burner gas
yang dapat diaplikasikan sebagai sumber panas untuk segala mesin pemanas. Di negara kita
sudah banya supplier yang Jual Burner FBR Gas dan Solar.

Tekanan di mana elpiji berbentuk cair, dinamakan tekanan uap-nya, juga bervariasi
tergantung komposisi dan temperatur; sebagai contoh, dibutuhkan tekanan sekitar 220 kPa
(2.2 bar) bagi butana murni pada 20 °C (68 °F) agar mencair, dan sekitar 2.2 MPa (22 bar)
bagi propana murni pada 55 °C (131 °F).
Menurut spesifikasinya, elpiji dibagi menjadi tiga jenis yaitu elpiji campuran, elpiji
propana dan elpiji butana. Spesifikasi masing-masing elpiji tercantum dalam keputusan
Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor: 25K/36/DDJM/1990. Elpiji yang
dipasarkan Pertamina adalah elpiji campuran.

Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:

Cairan dan gasnya sangat mudah terbakarGas tidak beracun, tidak berwarna dan
biasanya berbau menyengatGas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki
atau silinder.Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.Gas ini lebih
berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang rendah.

Salah satu risiko penggunaan elpiji adalah terjadinya kebocoran pada tabung atau
instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan kebakaran. Pada awalnya, gas
elpiji tidak berbau, tapi bila demikian akan sulit dideteksi apabila terjadi kebocoran pada
tabung gas. Menyadari itu Pertamina menambahkan gas mercaptan, yang baunya khas dan
menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran tabung
gas. Tekanan elpiji cukup besar (tekanan uap sekitar 120 psig), sehingga kebocoran elpiji
akan membentuk gas secara cepat dan mengubah volumenya menjadi lebih besar.
BAB III
PEMBAHASAN
KESIMPULAN

Dari materi yang di bahas,yaitu tentang tungku pembakaran,reaktor


pembakaran,gasifier dan burner dapat disimpulkan bahwa tungku pembakaran adalah sebuah
perangkat yang digunakan untuk pemanasan yang sumber tenaganya berasal dari
pengembangan panas bertekanan tinggi,dan gasification suatu proses perubahan bahan
bakar padat secara termokimia menjadi gas, di mana udara yang diperlukan lebih rendah dari
udara yang digunakan untuk proses pembakaran dan yang terakhir tentang pyolisis
dekomposisi termokimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya[1], di mana material mentah akan mengalami
pemecahan struktur kimia menjadi fase gas.

Burner adalah sebuah alat untuk menghasilkan api untuk memanaskan produk menggunakan
bahan bakar gas seperti asetilen, gas alam atau propana.Berdasarkan jenisnya burner
dibedakan 3 yaitu burner gas,cair dan padat.

DAFTAR PUSTAKA

 Warring, R. H (1982). Handbook of valves, piping and pipelines (edisi ke-1st). Gulf
Publishing Company. ISBN 0-87201-885-7.
 Dukelow, Samuel G (1985). Improving boiler efficiency (edisi ke-2nd). Instrument
Society of America. ISBN 0-87664-852-9.
 Whitehouse, R.C. (Editor) (1993). The valve and actuator user's manual. Mechanical
Engineering Publications. ISBN 0-85298-805-2.
 Equipment (edisi ke-2nd). McGraw-Hill. ISBN 0-07-139087-1.
 Gray, W.A. and Muller, R (1974). Engineering calculations in radiative heat
transfer (edisi ke-1st). Pergamon Press Ltd. ISBN 0-08-017786-7.
 Fiveland, W.A., Crosbie, A.L., Smith A.M. and Smith, T.F. (Editors)
(1991). Fundamentals of radiation heat transfer. American Society of Mechanical

Anda mungkin juga menyukai