DIUSULKAN OLEH :
Ketua Pelaksana :
Anggota :
1. ANGGA A. FITRIANTONO 1812B2002
2. DIAN AYU P. S. PATTILASA 1812B2034
3. ELDA HARTINI BOIMAU S.Kep 1812B2035
4. HALIJA TUASALAMONY 181282039
5. MARYATI 1812B2044
6. M. IRFAN HELMI RAMADHAN 1812B2010
7. TRI RAHMADANI P. ANWAR 1812B2051
V. MATERI
1 Definisi skizofrenia (gangguan jiwa)
2 Ciri-ciri gangguan jiwa
3 Terapi untuk skizofrenia (gangguan jiwa)
4 Fungsi Keluarga
5 Peran Keluarga
VI. PENGORGANISASIAN
1. Pembimbing : Dhita Kurnia Sari., S.Kep, Ns., M.Kep
2. Moderator : Tri Rahmadani P. Anwar
3. Penyaji : Dian A. Puspita Sari Pattilasa
4. Notulen : Mariyati
5. Fasilitator : Angga A. Fitriantono
M. Irfan Helmi Ramadhan
6. Observer : Elda H. Boimau
VIII. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
1. Diharapkan peserta hadir tepat waktu
2. Direncanakan penyuluhan akan dilaksanakan di ruangan wijaya kusuma
3. Direncanakan penyuluhan dimulai pukul 09.00-09.30 WIB dan berlangsung
selama 30 menit
4. Diharapkan peserta yang hadir berjumlah 20 orang
b. Evaluasi Proses
Diharapkan selama penyuluhan berlangsung, peserta antusias terhadap materi
yang disampaikan
c. Evaluasi Hasil
Setelah diberikan penyuluhan tentang peran keluarga merawat orang
dengan gangguan jiwa, peserta diharapkan mampu:
1 Menjelaskan Definisi skizofrenia (gangguan jiwa)
2 Menyebutkan Ciri-ciri gangguan jiwa
3 Menyebutkan Terapi untuk skizofrenia (gangguan jiwa)
4 Menyebutkan Fungsi Keluarga
5 Menyebutkan Peran Keluarga
LAMPIRAN MATERI
PERAN KELUARGA MERAWAT ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA
pikiran, emosi, dan perilaku. Pikiran yang terganggu dimana berbagai pemikiran tidak saling
berhubungan secara logis, persepsi, perhatian yang keliru afek yang datar dengan tidak
sesuai perilaku, berbagai gangguan aktifitas motorik yang bizzare (perilaku aneh), penderita
skizofrenia menarik diri dari orang lain dan kenyataan. Sering kali masuk ke dalam
jiwa. Penyakit ini tidak kalah berbahaya dengan penyakit fisik kronis lainnya. Oleh karena
itu penderita skizofrenia tidak seperti penderita kanker dan jantung. Dengan kata lain
penderita skizofrenia masih tetap bertahan hidup bertahun-tahun tetapi penderita akan terus
menerus merasakan efek penyakit tersebut, penderita skizofrenia ini memberi dampak
terhadap individu, keluarga dan lingkungan sekitar sehingga menghambat mereka untuk
Penyakit Skizofrenia bisa menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, ras,
maupun tingkat sosial ekonomi. Penderita gangguan jiwa skizofrenia akan mengalami
gejala gangguan persepsi, seperti waham dan halusinasi. Skizofrenia dapat mempengaruhi
pola pikir, emosional dan juga tingkah laku pada penderitanya. Hal ini dikarenakan pada
bagian otak pasien skizofrenia terganggu dengan rangsangan yang dikirim mengalami
gangguan sehingga tidak berhasil mencapai sambungan sel yang dituju (Videbeck, 2011).
2 Ciri-Ciri Skizofrenia (Gangguan Jiwa)
Menurut (Keliat, 2009), skizofrenia merupakan perubahan pada fungsi jiwa yang
melaksanakan peran sosial, berikut adalah ciri-ciri dari gangguan jiwa antara lain :
2. Mengurung diri
4. Bicara kacau
6. Bicara sendiri
Menurut Hawari (2014), terapi yang dapat diberikan pada pasien skizofrenia
beragam bentuknya. Meskipun obat merupakan terapi standar untuk skizofrenia akan
tetapi terapi psikososial dimaksudkan agar penderita mampu merawat diri dan tidak
bergantung pada orang lain. Berikut merupakan terapi psikososial antara lain yaitu :
1. Terapi individu
bisa membantu penderita memahami penyakit ini lebih baik dengan mengatasi
gejala-gejala yang mungkin muncul dan memahami pentingnya mengonsumsi obat
2. Terapi keluarga
yang muncul pada penderita akan berpotensi membaik jika keluarga dapat
Terapi keluarga juga sangat membantu penderita berkomunikasi lebih baik dengan
anggota keluarga yang lain saat ada masalah. Selain itu terapi keluarga juga
memerlukan terapi medis yang diberikan oleh tenaga kesehatan, akan tetapi mereka
juga memerlukan terapi non medis yang dapat digunakan untuk orang dengan
1. Informasikan kepada keluarga bahwa perilaku aneh dan agitasi adalah gejala
penderita skizofrenia. Gejala ini dapat hilang timbul. Oleh karena itu keluarga
ke sarana kesehatan.
2. Dorong penderita untuk berfungsi pada taraf yang optimal dalam pekerjaan dan
kegiatan sehari-hari.
3. Kurang stres pada penderita agar tidak berargumentasi terhadap pikiran yang
4. Pada saat gejala berat sebaiknya penderita istirahat dan menghindari stres.
5. Membiasakan penderita untuk melakukan perawatan diri secara mandiri.
mampu mengalihkan.
4 Fungsi Keluarga
Berikut ini akan dijelaskan fungsi keluarga menurut Undang-Undang No. 10 tahun
2014.
1. Fungsi keagamaan
anggota keluarga.
agama.
2. Fungsi budaya
b. Membina tugas keluarga untuk menyaring norma dan budaya asing yang tidak
sesuai.
e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya
dan sejahtera.
a. Menumbuh kembangkan potensi simbol cinta kasih sayang yang telah ada
diantara anggota keluarga dan simbol nyata, seperti ucapan dan tingkah laku
antara keluarga yang satu dan yang lainnya secara kuantitatif dan kualitatif.
d. Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan
menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia
dan sejahtera.
4. Fungsi perlindungan
a. Memenuhi kebutuhan akan rasa aman di antara anggota keluarga bebas dari rasa
tidak aman yang tumbuh dari dalam maupun dari luar keluarga.
b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari luar maupun dalam.
5. Fungsi reproduksi
waktu melahirkan, jarak antara kelahiran dua anak dan jumlah ideal anak yang
6. Fungsi sosialisasi
tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan
proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal yang perlu dilakukannya
sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua
sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan perhatiannya terhadap anggota rumah
tangga berjalan secara serasi, selaras, seimbang membina kegiatan dan hasil
ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang antara lingkungan keluarga
5 Peran keluarga
individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Menerangkan bahwa peran
informal mempunyai tuntutan yang berbeda tidak terlalu didasarkan pada usia, jenis
anggota keluarga individual. Beberapa contoh peran informal yang bersifat adaptif dan
a. Pendorong
Memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan pendorong, memuji dan
menerima kontribusi dari orang lain. Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan
membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk didengar.
b. Pengharmonis
d. Penghubung keluarga
e. Pendamai
Berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat diselesaikan
f. Pencari nafkah
Peran yang dijalankan oleh orang tua dalam memenuhi kebutuhan baik material
g. Perawatan keluarga
Peran yang dijalankan terkait merawat anggota keluarga jika ada yang sakit.
h. Koordinator keluarga