Anda di halaman 1dari 7

Nama: Adrianus talakua

Nim: 00000017572

BAB 4

AMBIL DAN BACALAH

Agustinus adalah seorang pemuda yang cemerlang, terpelajar, tampan dan ia memegang salah satu jabatan
profesor yang paling diinginkan di Kota Milan. Kalau ia berbicara menguruh laksana guntur dan kalau
berargumen sangat menyakinkan, sedikit saja orang yang merasa setara dengannya. ia memiliki seorang
ibu yang bernama Monika. Monika seorang ibu yang bersikap melindungi, berkemauan keras, praktis, dan
sangat bertekad agar putra terkasihnya menjadi orang Kristen. Ia mendoakan Agustinus setiap hari dan
telah berdoa sejak putranya masih kecil dan tidak pernah membiarkan putranya luput dari perhatiannya,
tetapi Agustinus tidak peduli meskipun ia mengasihi ibunya sampai ia harus memperdaya ibunya untuk
pergi ke Italia. Ia berbohong tentang kepergiannya supaya ia, kekasih gelapnya, dan anak haram mereka
dapat pergi berlayar tanpa ibunya tapi tal lama kemudian ibunya sudah menyusulnya ke Milan bahkan
berhasil mempertunangkannya dengan gadis Kristen yang baik serta menyingkirkan kekasihnya yang
berumur lima belas tahun itu.

Monika sulit memahami ide-ide aneh putranya tentang benar dan salah. Agustinus berkubang dalam
kejangakan, rupanya tanpa hati nurani terusik dan juga meratapi saat ketika ia dan sekelompok pemuda
perusuh mencuri buah pir dari pohon tetangga. Agustinus seolah-olah menganggap keisengan kekanak-
kanakan itu sebagai kejahatan yang besar dalam hidupnya padahal ia mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan
yang jauh lebih berdosa di depan mata ibunya. Monika tidak pernah berhenti mengharapkan pertobatanya
dan belakangan ini harapannya menguat lebih daripada yang sudah-sudah. Agustinus baru saja putus
dengan agamanya, suatu kultus aneh yang menganut ajaran seorang Persia bermana Mani. Mani
mengklaim bahwa kuasa-kuasa gelap mengendalikan setiap jasad hidup. Agustinus berhenti mendalami
astrologi pula dan telah pergi ke gereja.

Monika telah mengunjungi seorang uskup Afrika bertahun-tahun sebelumnya dan memintanya berbicara
dengan putranya tetapi sang pejabat gereja menolah dan berkata kepada Monika bahwa Agustinus belum
siap bicara. “Biarkan saja dia” saran sang uskup, “hanya berdoalah kepada Tuhan demi dia.” Sang uskup
percaya orang secemerlang Agustinus lambat laun akan sadar juga bahwa paham itu tidak masuk akal.
Namun, monika tidak gampang ditampik, ia menangis tak terkendali, memohon sang uskup berbicara
dengan putranya. Akhirnya, karena hilang kesabaran sang uskup menyuruhnya pergi, tetapi Monika
membawa kata-kata perpisahan sang uskup sebagai janji dari surga: “Putra yang dicurahi air mata seperti
itu mustahil binasa.” ia sering mengingatkan Agustinus mengenainya sampai akhirnya berjaya, tetapi
Agustinus tidak mau menjadi Kristen untuk menyenangkan ibunya belaka.

Di taman, tamu Agustinus memandang ke sekitar dengan malas sambil berpikir untuk pergi dipungutnya
sebuah buku yang tergletak di meja kecil dekat situ, senyum keheranan tersungging di wajahnya. “Rasul
Paulus,” katanya. “Kau yang membaca ini, Agustinus?.” Tuan rumahnya mengangguk. “Aku bukan saja
membacanya, aku membuatnya lusuh dan akupun sampai lusuh berusaha memahami makna iman
Kristen.” “Tahukah kau bahwa aku orang Kristen?” Pontisianus tersenyum bimbang. Agustinus dan
Alipius mengangguk, mereka sudah mendengar desas-desusnya. “Tapi tadi kukira ini salah satu buku
filsafatmua,” kata pontisianus. “Aku tidak pernah bermimpi mendapatimu membaca Alkitab.” “Para filsuf
membantuku memahami Alkitab,” Agustinus mengaku. Dijelaskannya bahwa sampai baru-baru ini ia
percaya bahwa hal yang nyata hanyalah hal yang dapat dilihat, diukur, dan dibuktikannya secara rasional
dan sistematik saja. Ide tentang Tuhan yang tidak terlihat dan rohaniah seperti omong kosong belaka.
Tetapi mempelajari Plato dan para pengikutnya telah menyakinkan Agustinus bahwa hal-hal yang nyata
adalah yang tak terlihat dan rohaniah. “Itu yang membantuku.” Agustinus berterus terang. “Tapi ada
perbedaan besar, untuk mengikuti Plato hanya perlu berpikir seperti Plato. Mengikuti Kristus adalah
sesuatu yang lebih lagi, kita harus menyerahkan seluruh hidup kita untuk itu dan meninggalkan apa pun
yang menghalangi kita dari mengikuti Dia. Aku tidak tahu apa tepatnya yang memampukan manusia
untuk memberikan dirinya kepada Allah—untuk menyerahkan dirinya kepada hidup penuh pengorbanan
dan iman.

Agustinus punya beberapa khayalan tentang dirinya sendiri, ia tahu betapa mudahnya pikirannya terjatuh
ke dalam kebiasaan-kabiasaan tertentu dan terbelenggu olehnya, wanita-wanitanya, kesombongannya, aku
bejat sepenuhnya, pikirannya, dan angan bukanlah tandingan bagi bujukan dari kesenangan yang jahat.
Selagi Agustinus bicara, Pontisianus makin bergairah, ia melompat, mondar-mandir cepat untuk sesaat di
depan tuan rumahnya, kemudian berputar dan menundikan jari kepadanya. “Kau sudah dengar tentang
Antonius?” “Yah,” Agustinus menarik badan sedikit, “aku kenal beberapa Antonius, tetapi tidak ada yang
layak disebutkan dalam konteks. “Bukan−bukan−Antonius sang pertapa−yang riwayat hidupnya ditulis
oleh Atanasius, banyak orang Kristen sangat terpengaruh olehnya.” Antonius adalah seorang pemuda kaya
yang lahir ditengah keluarga Kristen di Mesir, tanah luas milik mereka jatuh ke tangannya dan memikul
tanggung jawab itu serta dimilkinya semua uang di dunia dan semua kekuatiran pula. “Pada satu hari
Minggu, bacaan Kitab Suci di gereja diambil dari jawaban Kristus kepada pemimpin muda yang kaya:
Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang
miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” “Ada
sesuatu dalam ayat terkenal itu yang menyengat Antonius, buru-buru ia keluar gereja dan menyiapkan
dokumen-dokumennya supaya tanah miliknya dapat dijual dan labanya dibagikan kepada orang miskin.
“sejak hari itu Antonius membaktikan hidupnya untuk berdoa, kemudian ia pindah ke gurun dan ia ingin
menunjukan bahwa kuasa Allah akan memasok air hidup di tanah yang gersang, bahwa dari keadaan serba
sedikit atau tidak ada apa-apa, Allah dapat menghasilkan buah-buah Roh.”

“Bagiku Antonius adalah tand bahwa Allah akan menemui kita di mana pun kita berada,bahkan di tanah
tandus hidup kita,” Pontisianus menyimpulka nsambil menatap langsung mata Agustinus. Agustinus
bangkit dan berkata “sukar dipercaya, aku belum pernah mendengar tentang dia ataupun pengikutnya,
adakah pengikutnya di Italia?.” Di Milan sini ada komunitas kecil orang-orang itu, Ambrosius yang
mengepalai mereka. Ambrosius adalah pendeta yang khotbahnya didengarkan Agustinus selama ini,
karena dia Agustinus mulai tertarik lagi kepada Kitab Suci. Agustinus petama kali mencoba membaca
Kitab Suci ketika masih remaja tetapi ia tidak terkesan, waktu itu ia sudah jatuh cinta dengan bahasa indah
dan bahasa Kitab Suci tampak menjemukan dan sederhana. Di bawah pengaruh Ambrosius,
kesederhanaan Kitab Suci mulai tedengar seperti kesederhanaan dari sesuatu yang dalam. Agustinus
dudah siap menyimpulkan bahwa isi tulisan-tulisan suci itu benar, tapi ia tidak mau melakukan sesuatu
separuh jalan karena ia tahu kebenaran Kitab Suci menuntut komitmen kepada Kristus dan komitmen
kepada Kristus berarti perubahan total. Ia harus melepas segala mimpinya tentang sukses dan kemuliaan,
ia harus menyenangkan Allah bukan dunia sekitarnya. Katanya pada diri sendiri sebagian dirirku ingin,
sebagian lagi tidak mampu. Pontisianu menyela pemikiran Agustinus,”Kalau aku berpikir tentang
Antonius, tentang ketaatanya kepada Firman Allah aku terharu menangis”. Ia mengulurkan tangan dan
memegang bahu tuan rumahnya kuat-kuat sambil berkata “kalau Allah memanggil seorang Agustinus,
tidak ada hal di dunia ini yang dapat mencegahnya. Dengan getir diingatnya kembali setelah membaca
karya Cicero, ia memutuskan untuk membaktikan hidupnya kepada pencarian hikmat−untuk memilih
mengetahui kebenaran lebih daripada setiap kesenangan lai dalam hidup, tetapi ia hanya bicara, tidak
pernah melakukannya. Engkau tahu, ya Tuhan, meskipun Engkaulah kebutuhanku yang sesungguhnya,
kutaruh harapanku pada apa yang manusiawai belaka dan cukup sering pula pada apa yang hewani.
Ketika kuingat asuhan Kristenku dan kuputuskan untuk membaca Kitab Suci, aku terbakar oleh
pengharapan diri dan menilai Kitab Suci sebagai racikan takhyul Yahudi tang sudah ketinggalan zaman.
Agustinus sudah pernah frustasi dengan dirinya, tetapi belum pernah sampai ke titik ini. Aku ingat
bagaimana satu hari Engkau membuatku sadar betapa amat buruknya aku ini. Engkau telah mengangkat
aku sedemikian rupa: sekarang aku dapat melihat bahwa tentunya Engkau ada untuk dipahami. Pikiran
tentang Engkau memenuhiku dengan kasih,ya, tapi dengan kengerian, aku sadar bahwa aku jauh dari-
Mu. Agustinus terus memikirkan hidupnya−harapanya untuk mendapat kedudukan yang baik, rumah yang
nyaman, dikagumi dan mashur sebagai pemikir dan penulis. Ya Tuhan berapa lama lagi? Tak akan
pernahkah aku berhenti menunjukan hatiku kepada bayang-bayang dan mengikuti dusta? Akankah
Engkau murka selamanya? Berapa lama lagi? Esok dan esok? Mengapa tidak sekarang? mengapa tidak
menyudahi kekotoranku saat ini?. Kemudian ia mendengar suatu suara “Ambil dan bacalah”. Apakah
maksud perkataan itu? “Baca apa?” Agustinus memekik ke langit. Surat Rasul Paulus ada di dekat situ,
Agustinus berlari Dan mengambil buku yang tadi dilihat Pontisianus lalu mulai membaca halamannya
yang terbuka−Roma 13, perkataan itu membara dalam angannya. Dengan segera bayang-bayang gelap
keraguan hilang, seakan-akan oleh cahaya damai yang mengalir ke dalam hatinya oleh perkataan sebuah
buku yang pernah ditolaknya karena dianggap dongeng belaka. Agustinus memberitahu Allipius
kemudian memanggil ibunya. Sukacita Monika lebih besar lagi: “Puji Tuhan,” yang dapat melakukan jauh
lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan. Sembilan hari kemudian Monika meninggal dunia
dengan tenang, doa deumur hidupnya telah terjawab. “Ambil dan bacalah”, selama empat puluh tahun
berikutnya agustinus melakukan hal itu. Ia membaca Kitab suci untuk mengajarkan keselamatannya lalu
membaca dan menafsirkannya dan menuntaskan perdebatan teologi yang rumit dalam tubuh gereja mula-
mula. Kitab suci adalah perkataan yang menafsirkan pembacanya, lewat Kitab Suci Allah berbicara secara
pribadi dan tanpa keliru.

BAB 5
HANYA BUKU BIASA

Kisah agustinus yang sangat menawan. Dialah sarjana besar yang telah mempelajari dan memahami
para filsuf yunani serta membaca karya-karya klasik secara luas, seorang jenius yang mengajar di
universitas terkemuka. Namun, pria yang memiliki kepandaian besar dan kepribadian yang mempengaruhi
ini diubah sama sekali oleh Firman Allah. Betapa besar kuasa yang terkandung dalam Kitab suci. Alkitab-
diberangus, dibakar, dikasihi. Lebih luas dibaca, lebih sering diserang daripada buku manapun dalam
sejarah. Angkatan demi angkatan cendekiawan telah berupaya menjelekkannya; para dictator segala
zaman telah melarangnya dan menghukum mati orang-orang yang membacanya. Namun, para prajurit
membawanya ke medan perang karena percaya bahwa Alkitab lebih berkuasa daripada senjata mereka.
Bagian-bagiannya yang diselundupkan ke dalam sel-sel isolasi penjara telah mengubah para pembunuh
yang ganas menjadi orang kudus yang lemah lembut. Setiap tahun, Alkitab mengalahkan setiap buku laris.
Bagian-bagian Alkitab telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 1800 bahasa, bahkan di bawa ke bulan.

Karya-karya sastra klasik bertahan berabad-abad. Para filsuf mencetak pemikiran angkatan-angkatan
yang belum lahir. Media modern membentuk budaya saat ini. Namun, tidak ada yang mempengaruhi
jatuh-bangunnya peradaban, karakter budaya, struktur pemerintahan dan hidup penduduk planet ini
sedalam perkataan Alkitab. “Firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku … tidak akan kembali kepada-Ku
dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakanapa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang
Kusuruhkan kepadanya, “ firman Tuhan melalui Nabi Yesaya. Pada tahun 1978, pewawancara Inggris
David Frost mengundang agustinus untuk berdebat di televise dengan Madelyn Murray O’hair.
Pertunjukkan itu hendak direkam secara lansung di depan permisa di New York lalu disiarkan ke seluruh
Negara lewat NBC. sejak babak pembukaan Ny. O’Hair melontarkan makian gusar kepada orang Kristen
secara umum dan saya secara khusus. Ketika saya sedang bicara dan ia tidak di sorot kamera, ia
mengubah-ubah raut mukanya dan membuat gerak-gerik menjengkelkan sebagai usaha kasar untuk
mengalihkan perhatian saya. Dengan menyela agresif, fasih mengutip kitab suci secara keliru, ia mencetak
angka lebih awal dan membuat khalayak senang. Katanya Agustinus hanya buku biasa ? bukan. Kuasa
Alkitab terletak pada fakta bahwa inilah Firman Allah yang dapat di percaya, tanpa kekeliruan, dan tidak
dapat salah. Dan kalau hal itu benar- sebagaimana diklaim oleh kitab suci-maka Alkitab punya otoritas
atas hidup setiap orang percaya. Pada pernyataan inilah iman Kristen berdiri atau jatuh, sebab kalau
Alkitab bercacat, demikian juga iman kita.

Hal pertama yang saya sadari adalah : klaim – klaim Alkitab tentang dirinya sendiri betul-betul hanya
menimbulkan pertanyaan. Tanpa dorongan macam itu, tak akan pernah terpikir oleh kita bahwa buku yang
ditulis ribuan tahun silam bias berotoritas mutlak atas hidup kita. Kita akan memperlakukannya seperti
buku filsafat atatu agama biasa. Ambil atau tinggalkan. Atau, ambil sebagian dirinya, buang yang
selebihnya. Tetapi buku yang menyajikan dirinya sebagai Firman Allah dan tanpa kekeliruan ? klaim
berani itu memaksakan pertanyaan: benarkah atau tidak benarkah.? ketika memulai pelayanannya, Kristus
menggunakan Kitab suci untuk memaklumkan tugas-Nya. “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan
orang-orang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”. Yesus mendasarkan
seluruh pelayanan dan otoritas-Nya di atas pelimpahan tugas dari Allah dan pernyataan Allah dalam Kitab
suci. “Kepada-Ku telah kuberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” jadi, kalau kita mengklaim beriman
kepada Yesus, kita harus mempercayai perkataan-Nya tentang otoritas Kitab suci. Kitab suci adalah
otoritas-Nya tentang otoritas-Nya.

Ketika saya pertimbangkan fakta itu, saya sadar bahwa itu memecahkan satu masalah dan menuntun
kepada masalah lain. Kita bergantung kepada Kitab suci berdasarkan fakta perkataan Yesus; tetapi dari
mana kita tahu Ia sungguh-sungguh mengatakannya ? dari mana kita tahu bahwa perkataan-Nya dan
peristiwa-peristiwa dalam hidup-Nya di catat dengan akurat dalam Alkitab. Para penulis Perjanjian Baru
adalah orang Ibrani , dan para sarjana setuju bahwa orang ibrani sangat teliti mengerjakan penyalinan
naskah yang akurat dan hurufiah. Apa yang telah dikatakan atau dilakukan harus dicatat dengan detil
tertentu, itu tidak akan dimasukkan.
ini menuntun saya kepada tantangan akhir terhadap dalil tersebut : sekiranya Yesus menggunkan
kitab suci sebagai sumber otoritas-Nya dan berkata bahwa Kitab suci itu harus menjadi milik
kita;sekiranya apa yang dikatakannya dicatat secara akurat; dari mana kita tahu bahwa Ia benar ?
pendeknya, dari mana kita tahu bahwa pandangan Kristus terhadap Kitab suci adalah benar.
yah, kalau Yesus adalah Allah dan manusia sempurna, seperti yang diklaim-Nya, ia tidak dapat
bersalah dalam pengajaran-Nya dan ia tidak dapat berdusta. Tuhan yang tidak dapat bersalah tidak dapat
keliru; Tuhan yang kudus tidak dapat menipu; guru yang sempurna tidak dapat keliru. Jadi, entah Ia
mengatakan kebenaran atau Ia tidak seperti yang di katakannya. Sebab itu, kalau keilahian Kristus dan
kemanusiaan-Nya yang sempurna tidak terpungkiri lagi, kita tahu bahwa pandangan-Nya bahwa Kitab
Suci tidak dapat salah dan berotoritas adalah Benar. Jadi, bukti nyata keabsahan Kitab Suci bergantung
pada keabsahan Kristus. Dan memecahkan soal keabsahan Kristus adalah kunci untuk mematahkan
argument yang dalam kasus lain bias jadi tak berujung pangkal : Alkitab berkata bahwa Yesus adalah
Anak Allah dan Yesus berkata bahwa Alkitab itu benar
SOAL & JAWABAN SOAL

1. Seperti apa keadaan Agustinus sebelum ia bertemu dengan Allah ? apa hal-hal yang luhur dari
pencariannya akan Allah? Jawab: ia adalah seorang yang berdosa dan sangat sulit untuk
memahami Alkitab dan mengatakan bahwa Alkitab hanyalah dongeng belaka.
2. Apa kemiripan Agustinus dengan manusia abad kedua puluh dalam hal pencarian akan Allah ?
Jawab: Agustinus hanya mencari keinginan dan kesenangan semata saja dan lemah dalam hal
spiritual
3. Unsur-unsur apa dari kisah Agustinus yang bertalian dengan diskusi kita tentang iman dan
ketaatan ? Jawab: berkaitan dengan kemauan dan kesadaran
4. Bagaimana kisah Agustinus mengilustrasikan kuasa Kitab suci ? Jawab: ketika Agustinus di
undang oleh pewawancara Inggris David Frost untuk berdebat di televise dengan Madelyn Murray
O’Hair yang direkam secara lansung di depan pemirsa New York lalu disiarkan ke seluruh negeri
lewat NBC
5. Apakah cara pandang seseorang terhadap Kitab suci penting bagi pertobatan ? mengapa ya atau
mengapa tidak ? Jawab: untuk memahami Alkitab karena sebagai orang Kristen harus memahami,
harus menghormati pengorbanan yang sudah diberikan secara Cuma-Cuma.
6. Alkitab seharusnya dipandang sebagai satu buku dengan satu pendahuluan, satu cerita, dan satu
kesimpulan. Alkitab adalah pernyataan Tuhan tentang dirinya, serta tujuan dan rencana-Nya bagi
dunia.
https://books.google.co.id/books?id=0DOoCgAAQBAJ&pg=PA49&dq=pandangan+tentang+alkitab&hl=id&
sa=X&ved=0ahUKEwipvpyvzNrPAhXDvI8KHS0yBrs4ChDoAQgvMAM#v=onepage&q=pandangan%20tentan
g%20alkitab&f=false Halaman 49.

Anda mungkin juga menyukai