Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kedokteran Keluarga


Dokter keluarga adalah dokter yang menyediakan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran, dan
mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan.
Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang
membutuhkan pelayanan kedokterantanpa adanya pembatasan usia,
gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga
adalah dokter yangmengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan
dalam lingkupkomunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras,
budaya,dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten
untukmenyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan
danmemperhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, danpsikologis
pasien. Dokter ini bertanggung
jawabatas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan bersinambun
g bagi pasiennya (PDKI, 2007).
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan
pelayanankesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat
kepadakeluarga, tidak hanya memandang penderita sebagai individu
yangsakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanyamenanti
secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderitaatau keluarganya
(PDKI, 2007).
Dokter keluarga (DK) merupakan dokter praktek umum (DPU) dan
dokter pelayanan primer (DPP) yang menerapkan pendekatan kedokteran
keluarga (Wonodirekso, 2009). Sebagai DPU, dokter keluarga memiliki
cakupan pelayanan tidak dibatasi oleh golongan usia, jenis kelamin,
organologi, jenis penyakit dan status sosial. Dan sebagai DPP, dokter
keluarga melakukan kontak pertama dengan pasien dan kewenangannya
sebatas pelayanan kesehatan tingkat primer atau bukan spesialistik.
Penerapan konsep kedokteran keluarga diperoleh dokter lulusan melalui
pendidikan lanjutan khusus (Abrori, 2010).

2.2 Karakteristik Kedokteran Keluarga


Karakteristik dokter keluarga menurut Kurniawan (2015) yaitu :
1) Tempat kontak medis pertama dalam sebuah sistem pelayanan
kesehatan, membuka dan menyelengarakan akses tak terbatas kepada
penggunanya, menggarap semua masalah kesehatan, tanpa
memandang golongan usia, jenis kelamin, atau karakter individual
yang dialayani.
2) Memanfaatkan sumber daya secara efisien, melalui sistem pelayanan
yang terkoordinasi, kerjasama dengan paramedis lainnya di layanan
primer, dan mengatur keperluan akan layanan spesialis dan dibuka
peluang untuk advokasi bagi pasien jika diperlukan.
3) Mengembangkan “person-centred approach” berorientasi pada
individu, keluarganya, dan komunitasnya.
4) Mempunyai cara konsultasi yang unik yang menggambarkan
hubungan dokter-pasien sepanjang waktu, melalui komunikasi efektif
antara dokter-pasien.
5) Mempunyai proses pengambilan keputusan yang istimewa
mempertimbangkan insidens dan prevalens penyakit di masyarakat.
6) Menangani masalah kesehatan akut dan kronik setiap individu pasien.
7) Menangani penyakit yang masih belum jelas dalam fase dini, yang
mungkin memerlukan intervensi segera.
8) Meningkatkan taraf kesehatan dan kesejahteraan melalui intervensi
yang pas dan efektif.
9) Mempunyai tanggung jawab khusus untuk kesehatan masyarakat.
10) Mengelola masalah kesehatan dalam dimensi jasmani, rohani
(psikologi) sosial, kultural, dan eksistensial.
2.3 Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga
Menurut Wahyuni (2003), tujuan pelayanan dokter keluarga dibagi
atas dua, yaitu:
1) Tujuan Umum
Terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
2) Tujuan Khusus
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran
yang lebih efektif.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran
yang lebih efisien.
Menurut Erdiyanto (2014), tujuan pelayanan dokter keluarga yaitu:
1) Memadukan setiap profesi Dokter Keluarga di Indonesia guna
meningkatkan harkat, martabat dan kehormatan diri profesi kedokteran
keluarga, mengembangkan ilmu pengetahuan dan
2) Teknologi kedokteran khususnya di bidang kedokteran keluarga Serta
meningkatkan
3) Derajat kesehatan setiap keluarga di Indonesia menuju masyarakat
sehat, adil dan makmur

2.4 Prinsip kedokteran Keluarga


Prinsip kedokteran keluarga yang dipraktekkan:
1) Komprehensif dan holistik
2) Kontinu
3) Mengutamakan pencegahan
4) Koordinatif dan kolaboratif
5) Personal sebagai bagian integral dari keluarganya
6) Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
7) Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum
8) Sadar biaya dan sadar mutu
9) Dapat diaudit dan dipertangungjawabkan.
(Kurniawan, 2015)
2.5 Manfaat Pelayanan Dokter Keluarga
Sungguhnya apabila pelayanan dokter keluarga
dapatdiselenggarakan dengan baik, akan banyak manfaat yangdiperoleh.
Manfaat yang dimaksud antara lain adalah (cambridge research institute,
1976)
a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit
sebagaimanusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan
yangdisampaikan.
b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakitdan
dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan.
c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akanlebih
baik dan terarah, terutama di tengah - tengahkompleksitas pelayanan
kesehatan saat ini.
d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadusehin
gga penanganan suatu masalah kesehatan tidakmenimbulkan
berbagai masalah lainnya.
e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan,
makasegala keterangan tentang keluarga tersebut, baik
keterangankesehatan dan ataupun keterangan keadaan sosial
dapatdimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yangsedang
dihadapi.
f. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang
mempengaruhitimbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan
psikologis.
g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengantata
cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dankarena itu akan
meringankan biaya kesehatan.
h. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokterancanggi
h yang memberatkan biaya kesehatan.
2.6 Definisi Kunjungan Rumah (Home Visit)
Secara sederhana yang dimaksud dengan kunjungan rumah (home
visit) adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih
mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Sedangkan yang dimaksud
dengan perawatan pasien di rumah (home care) adalah apabila pertolongan
kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut tidak termasuk lagi dalam
kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory services), tetapi dalam
kelompok rawat inap (hospital-ization). Jika diperhatikan kedua batasan di
atas, ruang lingkup kegiatan pada kunjungan rumah lebih bersifat terbatas
jika dibandingkan dengan ruang lingkup kegiatan pada perawatan pasien
di rumah. Ruang lingkup kegiatan pada kunjungan rumah hanya untuk
lebih mengenal kehidupan pasien serta melakukan pertolongan kedokteran
yang bersifat rawat jalan saja. Sedangkan pada perawatan pasien di rumah,
ruang lingkup kegiatan tersebut telah mencakup kegiatan pertolongan
kedokteran yang bersifat rawat inap (Prasetyawati, 2010).

2.7 Tujuan Dilakukan Kunjungan dan Perawat di Rumah dalam


Kedokteran Kelurga
Menurut Montauk (1998), alasan dilakukannya kunjungan dan
perawatan rumah adalah sebagai berikut:
1) Penyakit yang terjadi lebih sering pada pasien usia lanjut meningkat
bersamaan sebagai penduduk usia.
2) Kemajuan medis memungkinkan manajemen yang lebih baik dari
penyakit kronis dan tidak dapat disembuhkan.
3) Ketersediaan luas lebih dari layanan teknologi tinggi telah
mengakibatkan peningkatan biaya rumah sakit.
4) Pasien (atau pengasuh) sering keinginan untuk menghindari perawatan
mahal berkepanjangan pada akhir kehidupan.
Menurut Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (2006), banyak
alasan kenapa kunjungan dan perawatan pasien di rumah perlu dilakukan
oleh dokter keluarga, yakni :
1) Untuk lebih mengenal kehidupan pasien
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran menyeluruh,
karena itu diperlukan tersedianya data yang lengkap tentang keadaan
pasien, sehingga dapat mengetahui kehidupan pasien secara lebih lengkap.
Untuk dapat mengumpulkan data ini dapat dilakukan dengan kunjungan ke
rumah pasien.
2) Untuk melakukan pertolongan kedokteran
Salah satu karakteristik pokok pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan
kedokteran yang berkesinambungan. Untuk dapat mewujudkan pelayanan
kedokteran yang seperti ini, pelayanan dokter keluarga yang baik harus
bersifat aktif, dalam arti, jika memang diperlukan, melakukan kunjungan
dan atau merawat pasien di rumah pasien.
Banyak alasan kenapa pertolongan kedokteran perlu dilakukan
melalui kunjungan dan ataupun perawatan di rumah tersebut. Di antaranya
yang dipandang mempunyai peranan yang amat penting, yakni :
a. Keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk datang ke
tempat praktek
Keadaan kesehatan pasien yang tidak memungkinkan untuk datang
ke tempat praktek menjadi alasan dilakukan pertolongan kedokteran
melalui kunjungan dan atau perawatan di rumah. Keadaan tersebut
dibedakan atas tiga macam, yakni :
1) Pasien menderita penyakit akut yang tidak memungkinkan
pasien untuk dibawa ke tempat praktek.
2) Pasien menderita penyakit kronis.
3) Pasien menderita penyakit stadium.
b. Keadaan pasien yang sekarat
Keadaan pasien yang sekarat menjadi salah satu alasan pertolongan
kedokteran perlu dilakukan melalui kunjungan rumah, dengan tujuan
untuk:
1) Dukungan moral.
2) Terminal care.
c. Kunjungan penilaian rumah
Jenis utama dari kunjungan rumah adalah salah satunya dengan
melakukan penilaian rumah. Dengan melakukan penilaian rumah maka
dapat di identifikasi hal-hal yang menyebabkan permasalahan pada
pasien. Penilaian tersebut berupa:
1) Polifarmasi atau masalah kesehatan lainnya.
2) Pasien yang terisolasi secara sosial, misalnya lumpuh.

2.8 Faktor-Faktor Pendorong Kunjungan Rumah


Faktor - faktor pendorong yang dimaksudkan di sini secara umum
dapat dibedakan atas tiga macam, yakni :
1) Makin meningkatnya usia hidup rata - rata anggota masyarakat
Faktor pertama yang diperkirakan mempunyai peranan yang amat
besar dalam mendorong makin pentingnya pelayanan kunjungan
dalam perawatan pasien di rumah adalah makin meningkatnya usia
hidup rata - rata dari anggota masyarakat. Akibatnya jumlah penduduk
lanjut usia akan semakin banyak ditemukan. Keadaan yang seperti ini
pasti akan besar peranannya dalam mengubah sistem pelayanan
kedokteran. Sebagai akibat dari masalah kesehatan penduduk lanjut
usia yang bersifat khas, menyebabkan pelayanan kedokteran telah
tidak dapat lagi jika hanya mengandalkan diri pada pelayanan yang
bersifat pasif saja. Untuk hasil yang optimal dari pelayanan
kedokteran orang usia lanjut tersebut diperlukan pelayanan kedokteran
yang lebih aktif, yang antara lain dapat diwujudkan melalui pelayanan
kunjungan dan perawatan pasien di rumah.
2) Makin meningkatnya biaya pelayanan rawat inap di rumah sakit
Pada saat ini, sebagai pengaruh dari berbagai faktor, termasuk
penggunaan berbagai alat kedokteran canggih, menyebabkan biaya
pelayanan kesehatan, terutama pelayanan rawat inap di rumah sakit,
tampak semakin meningkat. Dalam keadaan yang seperti ini tidak
mengherankan jika banyak anggota masyarakat mencoba menghindar
dari perawatan rumah sakit. Atau kalaupun sempat dirawat, berusaha
untuk segera pulang, meskipun sebenarnya keadaan kesehatan orang
tersebut belum sepenuhnya pulih. Untuk dapat tetap memperoleh
pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan, banyak anggota
masyarakat akhirnya memang lebih suka memilih perawatan di rumah
saja untuk hasilnya yang optimal, jelas sangat memerlukan pelayanan
kunjungan dan ataupun perawatan pasien di rumah.
3) Karena desakan program asuransi kesehatan
Sebagai akibat dari makin meningkatnya biaya kesehatan, banyak
pihak mulai mengembangkan program asuransi kesehatan. Untuk
memperkecil risiko finansial, perusahaan asuransi kesehatan biasanya
tidak memperlakukan sistem pembiayaan atas dasar tagihan
(indemnity), melainkan atas dasar kapitasi (capitation). Dengan sistem
pembiayaan yang seperti ini, tidak ada pilihan lain bagi dokter kecuali
aktif menyelenggarakan pelayanan pencegahan penyakit, yang antara
lain dapat dilakukan melalui pelayanan kunjungan dan perawatan
pasien di rumah.
(Azwar dan Trihono, 2000)

2.9 Manfaat Kunjungan dan Perawatan di Rumah dalam Kedokteran


Keluarga
Menurut Azwar (1999), apabila kunjungan dan atau perawatan di
rumah dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, akan diperoleh banyak
manfaat. Beberapa dari manfaat tersebut antara lain adalah:
1) Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien
Adanya peningkatan pemahaman yang seperti ini mudah dimengerti,
karena memanglah dengan dilakukannya kunjungan dan atau
perawatan pasien di rumah tersebut, dokter akan memperoleh banyak
keterangan tentang pasien yang dimaksud.
2) Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter - pasien
Sama halnya dengan pemahaman, peningkatan hubungan dokter -
pasien ini adalah juga sebagai hasil dari dilakukannya kunjungan dan
atau perawatan pasien di rumah.
3) Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pasien Dengan makin meningkatnya pemahaman dokter
tentang keadaan pasien, dan atau dengan makin baiknya hubungan
dokter - pasien, berarti sekaligus akan meningkatkan pula
pemahaman dokter tentang kebutuhan serta tuntutan kesehatan
pasien. Adanya pemahaman yang seperti ini jelas akan berperanan
besar dalam upaya lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan
tuntutan kesehatan pasien.
4) Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien
Pelayanan kedokteran yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pasien, apalagi jika disertai dengan hubungan dokter -
pasien yang baik, pasti mempunyai peranan yang amat besar dalam
lebih meningkatkan kepuasan pasien (patient satisfaction). Sesuatu
yang pada akhir - akhir ini telah disepakati sebagai salah satu tolok
ukur yang paling penting dari pelayanan kesehatan yang bermutu.

2.10 Tata Cara Kunjungan Pasien di Rumah


Menurut Azwar (1999) Tata cara kunjungan pasien di rumah
mencakup bidang yang amat luas. Jika ditinjau dari tenaga pelaksana, dap
at dibedakan atas dua macam. Pertama, dilakukan sendiri oleh dokter
yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga. Kedua, dilakukan
oleh petugas kesehatan khusus, lazimnya tenaga paramedis, yang telah
mendapatkan pelatihan.
Sedangkan, jika ditinjau dari pihak yang mengambil inisiatif, juga
dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, atas inisiatif dokter keluarga
yang melaksanakan pelayanan dokter keluarga. Kedua, atas inisiatif pasien
yang memerlukan pertolongan kedokteran dari dokter keluarga.
Hanya saja, terlepas dari kategori tenaga yang akan melaksanakan
dan atau para pihak yang mengambil inisiatif, suatu kunjungan pasien di
rumah yang baik memang harus mengikuti suatu tata cara tertentu. Tata
cara yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam hal,
yaitu :
1) Untuk Mengumpulkan Data tentang Pasien
Jika tujuan kunjungan rumah adalah untuk mengumpulkan data
tentang pasien, tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
Apabila memang ada kemampuan, seyogyanya dokter keluarga
dapat melakukan kunjungan rumah kepada semua keluarga yang
menjadi tanggung jawabnya, terutama apabila keluarga tersebut
merupakan pasien baru. Tetapi apabila kemampuan tersebut tidak
dimiliki, kunjungan rumah untuk pengumpulan data cukup
dilakukan terhadap keluarga yang sangat membutuhkan saja, yakni
keluarga yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi (high risk
family), seperti misalnya menderita penyakit menular, isteri sedang
hamil, atau keluarga dengan anak balita. Siapkanlah daftar nama
keluarga yang akan dikunjungi tersebut.
b. Mengatur jadwal kunjungan
Tidak ada gunanya melakukan kunjungan rumah apabila kepala
keluarga yang dapat menjelaskan tentang kehidupan keluarga yang
ingin diketahui danatau anggota keluarga yang ingin dikunjungi,
sedang tidak berada di tempat. Untuk menghindari kunjungan
rumah yang sia - sia ini, perlulah dilakukan pengaturan jadwal
kunjungan rumah yang sebaik - baiknya.
c. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan
Macam data yang akan dikumpulkan banyak macamnya, yang
kesemuanya sangat tergantung dari masalah kesehatan yang ada
pada keluarga. Macam data minimal yang patut dikumpulkan
adalah tentang identitas keluarga, keadaan rumah dan lingkungan
pemukiman pasien, struktur keluarga (genogram), fungsi keluarga
serta interaksi anggota keluarga dalam menjalankan fungsi
keluarga. Data minimal ini sering disebut sebagai data dasar (data
base) keluarga dan atau disebut pula sebagai profil keluarga.
d. Melakukan pengumpulan data
Apabila ketiga persiapan di atas selesai dilakukan, kegiatan
dilanjutkan dengan melakukan kunjungan rumah serta
mengumpulkan data sesuai dengan yang telah direncanakan.
Kumpulkanlah data tersebut selengkap-lengkapnya, tetapi jangan
terburu-buru karena kecuali dapat meninggalkan kesan yang
kurang baik, juga biasanya data yang dikumpulkan melalui satu
kunjungan saja, sering tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya.
e. Melakukan pencatatan data
Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah mencatat semua data
yang berhasil dikumpulkan. Catatan data dasar pasien ini biasanya
dilakukan pada rekam medis khusus yang disebut dengan nama
rekam medis keluarga.
f. Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan
Sekalipun tujuan utama kunjungan rumah adalah untuk
mengumpulkan data pasien, namun sangat dianjurkan pada waktu
kunjungan rumah tersebut dapat sekaligus disampaikan nasehat dan
ataupun dilakukanpenyuluhan kesehatan, sesuai dengan hasil
temuan. Misalnya, menyampaikan nasehat tentang kebersihan
perseorangan, kebersihan lingkungan pemukiman, dan lain
sebagainya. Sesungguhnyalah melalui kunjungan rumah akan dapat
dikumpulkan data tentang pasien secara lengkap, yang jika
dilakukan hanya melalui wawancara di ruang praktek, hampir tidak
mungkin diperoleh. Pasien memang akan lebih bersikap terbuka
jika berada di lingkungan yang lebih dikenalnya, yakni lingkungan
rumah dan keluarganya,bukan lingkungan tempat praktek.

2) Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Dokter


Keluarga
Jika tujuan kunjungan rumah tersebut adalah untuk memberikan
pertolongan kedokteran atas inisiatif dokter keluarga, misalnya untuk
keperluan pelayanan tindaklanjut yang telah terjadwal dan disepakati
bersama, maka tata cara yang dilakukan mencakup enam kegiatan
pokok sebagai berikut :
a. Mempersiapkan jadwal kunjungan
Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan
jadwal kunjungan yang berisikan daftar nama pasien yang akan
dikunjungi sesuai dengan tanggal dan jam kunjungan yang telah
ditetapkan dan disepakati oleh pasien. Ada baiknya jadwal
kunjungan tersebut disusun untuk satu minggu sekali.
b. Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada
pasien
Jika keadaan memungkinkan ada baiknya jadwal kunjungan
tersebut disampaikan kepada pasien yang akan dikunjungi.
Misalnya melalui surat dan ataupun telepon, yang sebaiknya
disampaikan minimal tiga hari sebelum tanggal kunjungan.
Maksudnya untuk mengingatkan kembali pasien tentang
perjanjian kunjungan yang akan dilakukan, yang apabila ada
perubahan, masih sempat diperbaiki.
c. Mempersiapkan keperluan kunjungan
Sebelum berkunjung ke tempat pasien, dokter harus
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan
pertolongan kedokteran yang akan dilakukan. Jangan lupa pula
membawa rekam medis keluarga untuk pasien yang akan
dikunjungi tersebut.
d. Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
Sesuai dengan tanggal dan jam yang telah ditetapkan dalam
jadwal kunjungan, dokter keluarga berkunjung ke tempat pasien
serta melakukan pertolongan kedokteran sesuai dengan
keperluan pasien. Patut diingat dalam pertolongan kedokteran
ini termasuk pula pemberian nasehat atau penyuluhan kesehatan
yang ada hubungannya dengan kesehatan pasien.
e. Mengisi rekam medis keluarga
Kegiatan kelima yang dilakukan adalah mencatat semua hasil
temuan serta tindakan kedokteran yang dilakukan pada rekam
medis keluarga. lsilah rekam medis keluarga tersebut dengan
lengkap.
f. Menyusun rencana tidak lanjut
Kegiatan terakhir yang dilakukan adalah bersama pasien
menyusun rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu
dilakukan. Jika memang perlu pelayanan rawat inap di rumah
sakit, bicarakanlah dengan sebaik - baiknya.

3) Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Pasien Atau


Pihak Keluarga
Jika pihak yang mengambil inisiatif adalah pasien atau keluarganya,
yang biasanya terjadi apabila menderita penyakit yang bersifat
mendadak (acute), tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a. Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien
Kegiatan pertama yang dilakukan ialah menanyakan
selengkapnya tentang keadaan pasien yang memerlukan
kunjungan dan atau perawatan di rumah yang bersifat mendadak
tersebut. Jika panggilan melalui anggota keluarga, pertanyaan
dapat langsungditanyakan kepada anggota keluarga. Tetapi jika
panggilan diterima melalui telepon, usahakanlah berbicara
langsung dengan pasien yang memerlukan pertolongan
kedokteran di rumah tersebut.
b. Mempersiapkan keperluan kunjungan
Kegiatan kedua yang dilakukan adalah mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan pertolongan kedokteran
yang diperkirakan akan dilakukan. Bawalah semua alat dan
ataupun obat yangdiperlukan. Jangan lupa pula membawa rekam
medis keluarga untuk pasien yang akan memperoleh
pertolongan kedokteran tersebut.
c. Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
Kegiatan ketiga yang dilakukan adalah mengunjungi rumah
pasien serta melakukan pertolongan kedokteran sesuai dengan
keperluan pasien. Sama halnya dengan kunjungan rumah atas
inisiatif dokter, dalam pertolongan kedokteran yang
dimaksudkan di sini termasuk pula pemberian nasehatatau
penyuluhan kesehatan yang ada hubungannya dengan kesehatan
pasien.
d. Mengisi rekam medis keluarga
Kegiatan keempat yang dilakukan adalah mencatat semua hasil
temuan serta tindakan kedokteran yang dilakukan pada rekam
medis keluarga. Isilah rekam medis keluarga tersebut dengan
lengkap.
e. Menyusun rencana tindak lanjut
Kegiatan kelima yang dilakukan adalah bersama pasien
menyusun rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu
dilakukan. Jika memang diperlukan pelayanan rawat inap di
rumah sakit, bicarakanlah dengan sebaik-baiknya.

2.11 Penilaian pada Kunjungan Rumah


1) APGAR SCORE
a. Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari
anggota keluarga yang lain.
b. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut.
c. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut.
d. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga.
e. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

INDIKATOR
SKOR
FUNGSI
A – Adaptation
Jarang/tidak sama sekali = 0
P – Partnership
Kadang-kadang = 1
G – Growth
Sering/selalu = 2
A – Affection
R – Resolve
TOTAL
HASIL AKHIR = (TOTAL / 5)
(Beri tanda O pada Baik / Cukup / Kurang sesuai skor hasil akhir)
BAIK = 8 – 10
CUKUP = 6 – 7
KURANG = lebih dari sama dengan 5
Sering/Selalu Kadang- Jarang/Tidak
kadang
A Saya puas bahwa saya
dapat kembali ke
keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara
keluarga saya
membahas dan
membagi
masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara
keluarga saya
menerima dan
mendukung keinginan
saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara
keluarga saya
mengekspresikan kasih
sayangnya dan
merespon emosi saya
seperti kemarahan,
perhatian
dll
R Saya puas dengan cara
keluarga saya dan saya
membagi waktu
bersama-sama

2) SCREEM
a. Social
Melihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar
b. Culture
Melihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata
krama, dan perhatian terhadap sopan santun.
c. Religious
Melihat ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan ibadah
sesuai dengan ajaran agamanya.
d. Economic
Melihat status ekonomi keluarga.
e. Educational
Melihat tingkat pendidikan anggota keluarga.
f. Medical
Melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai.

Sumber Pathology Keterangan


Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota +/-
keluarga juga dengan saudara
partisipasi mereka dalam masyarakat
cukup meskipun banyak keterbatasan.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap +/-


budaya baik, hal ini dapat dilihat dari
pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan,
Banyak tradisi budaya yang masih
diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran
dll. Menggunakan bahasa jawa, tata
krama dan kesopanan

Religius Pemahaman agama cukup. Namun +/-


Agama menawarkan penerapan ajaran agama kurang, hal
pengalaman spiritual ini dapat dilihat dari penderita dan
yang baik untuk orang tua hanya menjalankan sholat
ketenangan sesekali saja. Sebelum sakit penderita
individu yang tidak rutin belajar mengaji di sore hari di
didapatkan dari yang masjid dekat rumah.
lain
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong +/-
menengah ke bawah, untuk kebutuhan
primer sudah bisa
terpenuhi, meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder
rencana ekonomi tidak memadai,
diperlukan skala prioritas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup

Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang +/-


memadai. Tingkat pendidikan dan
pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti
buku-buku, koran terbatas.
Medical Tidak mampu membiayai pelayanan +/-
kesehatan yang lebih baik Dalam
Pelayanan kesehatan mencari pelayanan kesehatan
puskesmas keluarga ini biasanya menggunakan
memberikan Puskesmas dan hal ini mudah
perhatian khusus dijangkau karena letaknya dekat.
terhadap kasus
penderita
2.12 Fungsi Keluarga
Fungsi-fungsi keluarga harus dipahami oleh dokter keluarga untuk
membantu menegakkan diagnosis masalah kesehatan yang dihadapi oleh
para anggota keluarga dan juga dalam mengatasi masalah kesehatan setiap
anggota keluarga tersebut. Fungsi keluarga banyak macamnya. Di
Indonesia fungsi keluarga dibedakan menjadi 8 macam menurut PP no.2
tahun 1994.
1. Fungsi keagamaan
Yang dimaksud dengan fungsi keagamaan adalah fungsi keluarga
sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur
budaya bangsa untuk menjadi insan-insan agamis yang penuh iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Fungsi budaya
Yang dimaksud dengan fungsi budaya adalah fungsi keluarga dan
memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam
dalam satu kesatuan.
3. Fungsi cinta kasih
Yang dimaksud dengan fungsi cinta kasih adalah fungsi keluarga dalam
memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan
anak, suami dengan isteri, orang tua dengan anak-anaknya, serta
hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi
wahana utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan
batin.
4. Fungsi melindungi
Yang dimaksud dengan fungsi melindungi adalah fungsi keluarga untuk
menumbuhkan rasa aman dan kehangatan bagi segenap anggota
keluarga.
5. Fungsi reproduksi
Yang dimaksud dengan fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga yang
merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunannya yang
direncanakan sehingga dapat menunjang terciptanya kesejahteraan umat
manusia di dunia yang penuh iman dan taqwa.
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Yang dimaksud dengan fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah fungsi
keluarga yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik
keturunannya agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam
kehidupannya dimasa depan.
7. Fungsi ekonomi
Yang dimaksud dengan fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga sebagai
unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.
8. Fungsi pembinaan lingkungan Yang dimaksud dengan fungsi
pembinaan lingkungan adalah fungsi keluarga yang memberikan
kemampuan kepada setiap keluarga dapat menempatkan diri secara
serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan
lingkungan yang berubah secara dinamis.

Sedangkan Friedman (1981), membagi fungsi keluarga menjadi 6


macam:
1. Fungsi Afektif (affective function)
2. Fungsi Sosialisasi (Socialization and social placement function)
3. Fungsi Reproduksi (reproduction function)
4. Fungsi mengatasi masalah keluarga (family coping function)
5. Fungsi ekonomi (economic function)
6. Fungsi pemenuhan kebutuhan fisik (provision of physical necessity)

Ogburn (1969) membedakannya menjadi


1. Fungsi ekonomi (economic function)
Pada saat ini fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi para
anggota keluarganya, dalam arti semua anggota keluarga ikut
bertanggungjawab sesuai dengan kemampuan masing-masing, telah
mengalami perubahan. Fungsi ekonomi tersebut telah diambil alih oleh
kepala keluarga.
2. Fungsi perlindungan (protective function)
Pada saat ini fungsi keluarga dalam melindungi para anggota keluarga
dan berbagai ancaman yang dapat membahayakan keluarga, baik
ancaman fisik maupun ancaman non-fisik seperti kehilangan
penghasilan karena sakit atau kecelakaan, telah mulai berkurang.
Perlindungan dan ancaman fisik berupa kekerasan misalnya telah
diambil alih oleh lembaga kepolisian, sedangkan ancaman non-fisik
seperti kehilangan penghasilan, telah diambil alih oleh lembaga
asuransi.
3. Fungsi agama (religious function)
Pada saat ini fungsi keluarga dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan
kepada para anggota keluarganya, terutama yang bertempat tinggal di
kota- kota besar, telah mulai berkurang. Fungsi agama ini telah diambil
oleh lembaga keagamaan yang telah ada di masyarakat.
4. Fungsi rekreasi (recreation function)
Pada saat ini fungsi keluarga sebagai wadah rekreasi bagi segenap
anggota keluarga, terutama yang bertempat tinggal di kota-kota besar,
juga telah mulai berkurang. Fungsi rekreasi tersebut telah diambil alih
oleh berbagai sarana rekreasi yang banyak ditemukan di masyarakat.
5. Fungsi pendidikan (educational function)
Pada saat ini fungsi keluarga dalam menyelenggarakan pendidikan bagi
para anggota keluarganya, tampak mulai berkurang. Fungsi pendidikan
ini telah diambil alih oleh berbagai lembaga pendidikan yang ada di
masyarakat.
6. Fungsi status sosial (status-conferring function)
Pada saat ini fungsi keluarga dalam menentukan status sosial para
anggota keluarga, hampir tidak berarti lagi. Sebagai akibat makin
majunya kehidupan masyarakat, status sosial seseorang dalam
masyarakat tidak lagi ditentukan oleh status sosial keluarganya,
melainkan oleh prestasi masing- masing orang tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abrori. 2010. Perbedaan antara Dokter dan Dokter Keluarga. http://unila.ac.id.


Diakses pada tanggal 20 November 2019.

Anggraini, et al. 2015. Buku Ajar Kedokteran Keluarga. Website:


http://repository.unimus.ac.id/290/1/BUKU%20ajar%20kedokteran%20kelu
arga.pdf. Diakses pada tanggal 20 November 2019.

Arsita, Prasetyawati E. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta. Ikatan


Dokter Indonesia. 1982. Dokter Keluarga. IDI, Jakarta, Indonesia

Azwar, A. 1999. Pemanfaatan Dokter Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan


Indonesia. Disampaikan pada Semiloka Standarisasi Pelayanan dan
Pelatihan Dokter Keluarga. Jakarta : PB IDI.

Azwar dan Trihono. 2000. Puskesmas Peduli Keluarga. Disampaikan pada


Semiloka Penerapan Pendekatan Kesehatan Keluarga di Puskesmas.
Semarang.

Depkes RI. 2009. Sistem Pelayanan Kesehatan Nasional. Jakarta : Depkes.

PDKI (Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia). Peran Dokter Keluarga di


Ranah. Pelayanan Primer. Disampaikan pada Perhimpunan Dokter Keluarga
Jambi.

Kurniawan, H. 2015. Dokter di Layanan Primer dengan Pendekatan Kedokteran


Keluarga dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala Volume 15 Nomor 2 Agustus 2015.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/3263/3074. Diakses
pada tanggal 20 November 2019.

Murti, 2011. Keterampilan Kedokteran Keluarga: Kunjungan Pasien di Rumah (


Home Visit). Di unduh dari
http://fk.uns.ac.id/static/file/Home_Visit_2011.pdf. Diakses pada tanggal 20
November 2019.

Wahyuni, A.S.2003. Pelayanan Dokter Keluarga. http://usu.ac.id. Diakses pada


tanggal 20 November 2019.

Wonodirekso, Sugito. 2009. Sistem Pelayanan Dokter Keluarga meningkatkan


Kadar Kesejawatan dan Profesionalisme. Majalah Kedokteran Indonesia.
Ikatan Dokter Indonesia.

World Organization of National Colleges, Academies and Academic Associatons


of General Practitioner or Family Physicia (WONCA). 1991. Making
Medical Practice and Education More Relevant to People’s Needs: The
Role of Family Doctor

Anda mungkin juga menyukai